Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulida Fitri
"Inokulum merupakan suatu media pertumbuhan bagi mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme dan kinerja reaktor Anaerobic Digestion (AD). Kinerja inokulum dapat dioptimalkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah aditif asetat yang dapat mendorong pertumbuhan archaea metanogen agar fermentasi anaerob berjalan lebih baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan asetat dalam inokulum pada populasi mikroorganisme penghasil metana dan pengaruhnya pada populasi mikroorganisme, pembentukan biogas, penyisihan Volatile Solids (VS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Terdapat 2 jenis inokulum yang digunakan pada penelitian ini, inokulum alami yang terbuat dari kotoran sapi dan inokulum buatan yang terbuat dari terasi, gula pasir, batang pohon pisang busuk, susu, dan dedak, ekstrak ragi, Lactobacillus MRS Broth, cairan rumen, dan penambahan asetat sebagai sumber karbon. Percobaan dilakukan pada reaktor AD berbahan fiber dan tanpa pengaduk yang memiliki volume keseluruhan 1 m3 dan volume isi 0,8 m3 selama 71 hari kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asetat tidak terbukti memperkaya populasi archaea metanogen dan produksi biogas. Metana dihasilkan dari genus Methanosaeta yang jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 0,004% dan genus Prevotella dalam jumlah cukup banyak yaitu 26,6% pada akhir operasional. Prevotella membentuk metana melalui penggunaan asam laktat yang dihasilkan genus Lactobacillus. Namun, inokulum buatan dengan aditif asetat terbukti meningkatkan konsentrasi metana hingga 41,7%, VSD hingga 91%, dan CODr hingga 99,5%. Hal ini menunjukkan inokulum buatan memiliki potensi yang sangat baik sebagai media pertumbuhan untuk menunjang pengolahan sampah makanan pada Anaerobic Digestion (AD) dengan bantuan pengontrolan pH yang sesuai dengan rentang pH optimum untuk tahap metanogenesis.

The inoculum is a growth medium for microorganisms to decompose organic matter that can optimize the growth of microorganisms and the performance of the Anaerobic Digestion (AD) reactor. The performance of the inoculum can be optimized in several ways, one of which is acetate additives which can encourage the growth of archaea methanogens so that anaerobic fermentation runs better.
The purpose of this study was to analyze the effect of the addition of acetate in the inoculum on the population of methane-producing microorganisms and their effect on microorganism populations, biogas formation, removal of Volatile Solids (VS) and Chemical Oxygen Demand (COD). There are 2 types of inoculums used in this study, natural inoculum made from cow dung and modified inoculum made from shrimp paste, granulated sugar, rotten banana tree trunks, milk, and bran, yeast extract, Lactobacillus MRS Broth, rumen liquid, and additions acetate as a carbon source. The experiments were carried out on an AD reactor made from fiber and without stirrer which had an overall volume of 1 m3 and a volume of contents of 0.8 m3 for 71 working days.
The results showed that the addition of acetate was not proven to enrich the archaea methanogen population and biogas production. Methane is produced from the genus Methanosaeta, which is very small, only 0.004% and the genus Prevotella in considerable numbers, which is 26.6% at the end of operation. Prevotella forms methane through the use of lactic acid produced by the genus Lactobacillus. However, the modified inoculum with acetate additives was proven to increase the concentration of methane to 41.7%, VSD to 91%, and CODr to 99.5%. This shows that the modified inoculum has very good potential as a growth medium to support food waste processing in Anaerobic Digestion (AD) with the help of pH control that is in accordance with the optimum pH range for the methanogenesis stage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukhtiy Afifah
"Pengelolaan limbah lumpur tinja yang sangat terbatas dapat ditingkatkan dengan memanfaatkannya menjadi biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi biogas pada lumpur tinja dengan menambahkan sampah makanan dan sampah taman. Sistem yang digunakan berupa Anaerobic Co-digestion dengan variasi konsentrasi lumpur tinja, yaitu sebesar 25% dan 50% berdasarkan nilai Volatile Solids (VS). Inokulum yang digunakan adalah rumen sapi. Penelitian dilakukan menggunakan reaktor batch skala lab berukuran 51 L dengan masa operasi selama 42 hari. Biogas yang dihasilkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 25% adalah 0,30 m3CH4/kg VS dengan destruksi VS sebesar 71,93% dan COD sebesar 72,42%. Sedangkan, biogas yang dihasilkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 50% adalah 0,56 m3CH4/kg VS dengan destruksi VS sebesar 92,43% dan COD sebesar 87,55%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa potensi biogas pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 50% lebih besar dibandingkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 25%.

Faecal sludge management can be optimized by converting the sludge into biogas. The purpose of this study is to optimize the biogas potential of faecal sludge with food waste and garden waste. The system use Anaerobic Co-digestion with variation of 25% and 50% concentration of faecal sludge based on Volatile Solids (VS). Inoculum used was cow?s rumen. The study was operated using lab-scale batch reactor 51 L for 42 days. Biogas produced from 25% concentration of faecal sludge is 0,30 m3CH4/kg with 71,93% VS and 72,42% COD destruction. Meanwhile, 50% concentration of faecal sludge produced 0,56 m3CH4/kg VS biogas with 92,43% VS and 87,55% COD destruction. This study concludes that biogas potential from 50% concentration of faecal sludge is greater than 25% concentration of faecal sludge."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paraginta Basaria
"Kinerja anaerobic digestion (AD) sebagai solusi teknologi pengolahan sampah organik dapat ditingkatkan dengan pra-pengolahan mekanis, pencacahan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh ukuran partikel sampah organik terhadap potensi pembentukan gas CH4 serta menganalisis ukuran partikel optimumnya dalam skala laboratorium BMP. Parameter yang diuji yaitu TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, dan alkalinitas. Penelitian dilakukan selama 35 hari dengan suhu 35°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel memiliki pengaruh pada proses hidrolisis, tetapi tidak begitu berpengaruh pada proses metanogenesis. Partikel berukuran 13-10 mm menghasilkan gas CH4 dengan rata-rata 114,7 mL atau sebesar 72,82% dari biogas dengan potensi 0,277 L CH4/gr VS, ukuran 10-4,76 mm dengan rata-rata 101,7 mL atau sebesar 76,04% dari biogas memiliki potensi 0,208 L CH4/gr VS, dan ukuran 4,76-2 mm dengan rata-rata 110,9 mL atau sebesar 75,14% dari biogas memiliki potensi 0,229 L CH4/gr VS. Perbedaan ukuran partikel nyatanya memiliki pengaruh yang besar dalam proses hidrolisis, hal ini dibuktikan dari perbedaan nilai VFA yang dihasilkan secara signifikan. Partikel 13-10 mm menghasilkan VFA sebanyak 19,25 mg/L, sementara partikel 4,76-2 mm menghasilkan VFA sebanyak 118,1 mg/L.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ukuran partikel memberi pengaruh besar pada laju hidrolisis dan asidogenesis, namun tidak begitu berpengaruh pada potensi pembentukan gas CH4. Melihat kepada volume gas CH4 yang dihasilkan maupun potensi gas CH4 yang dapat tercipta dari VS, tidak ada satupun rentang partikel yang lebih unggul dibandingkan yang lain, sehingga tidak terdapat ukuran partikel yang optimum dalam pembentukan gas CH4. Tetapi jika melihat kepada aspek biaya dan energi yang diperlukan untuk mencacah, maka partikel dengan rentang 13-10 mm merupakan ukuran yang paling menguntungkan.

Performance anaerobic digestion (AD) of organic waste processing technology solutions can be improved by pre-mechanical processing, chopping. The research objective was to analyze the effect of particle size of organic waste to the potential formation of CH4 and analyze the optimum particle size in a laboratory scale BMP. The parameters examined are TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, and alkalinity. The study was conducted for 35 days with a temperature of 35°C.
The results showed that the particle size has an influence on the process of hydrolysis, but not so influential in the process of methanogenesis. Particles size 13-10 mm produce CH4 gas with an average of 114.7 mL or by 72.82% of the biogas and potential of 0.277 L CH4 / g VS, size 10-4.76 mm with an average of 101.7 mL or amounting to 76.04% of the biogas has the potential of 0.208 L CH4 / g VS, and size 4.76-2 mm with an average of 110.9 mL or by 75.14% of the biogas has the potential of 0.229 L CH4 / g VS. Differences in particle size in fact has a great influence in the process of hydrolysis, it is evident from the difference in value generated significant VFA. VFA from particles 13-10 mm produce as much as 19.25 mg / L, while particles of 4.76-2 mm produce VFA as much as 118.1 mg / L.
Thus, it can be concluded that the particle size to give a major influence on the rate of hydrolysis and asidogenesis, but not so influential on the potential formation of CH4. Looking at the volume of gas produced and the potential CH4 gas that can be created from VS, none of the range of particles that are superior to the others, so there is no optimum particle size in the formation of CH4. But if you look at the aspect of cost and energy needed for chopping, then the particles with a size range of 13-10 mm is the most profitable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Kurnianingsih
"Pengadukan dalam Anaerobic Digestion AD dapat dikontrol untuk meningkatkan kinerja proses AD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas pengadukan terhadap kinerja proses AD, transfer panas di dalam digester dan untuk menganalisis kesetimbangan energi. Penelitian dilakukan menggunakan Continuous Stirred Tank Reactor CSTR dengan volume terisi 400 L yang beroperasi pada suhu rata-rata 27,8 1,07oC. Penelitian operasi skenario pertama dilakukan dengan input substrat sampah makanan dengan Organic Loading Rate OLR 10 kg VS/m3 selama 43 hari dan diaduk menggunakan variasi intensitas pengadukan 30 rpm dan 60 rpm selama 4 jam/hari untuk melihat kinerja proses AD. Operasi skenario kedua dilakukan menggunakan substrat sampah makanan dan kotoran sapi banding limbah Fat Oil and Grease FOG sebesar 10:1 dengan OLR 10 kg VS/m?3 dan dilakukan variasi pengadukan berkala 30 rpm, 15 menit/1,5 jam dan kontinu 30 rpm, 4 jam/hari untuk melihat tansfer panas dalam digester. Hasil penelitian operasi skenario pertama menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua intensitas pengadukan.

Mixing in Anaerobic Digestion AD can be controlled to improve the performance of the AD process. This study aims to determine the effect of mixing intensity on the performance of the AD process, heat transfer in the digester and to analyze the energy balance. The study was conducted using a Continuous Stirred Tank Reactor CSTR with 400 L working volume which operates at an average temperature of 27,8 1,07 C. In the first scenario operation study, reactor was fed with food waste with Organic Loading Rate OLR 10 kg VS m3 for 43 days and mixed using variation of mixing intensity 30 rpm and 60 rpm for 4 hours day to see AD process performance. The second operation was carried out using food and cow dung with Fat Oil and Grease FOG waste ratio 10 1 and mixed intermittent 30 rpm, 15 min 1.5 hour and continuous 30 rpm, 4 hour day to see heat transfer in the digester. The results of the first scenario operation study showed that there was a significant difference in both mixing intensity p."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Yunisa Fahmi
"Jumlah mikroorganisme adalah salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kapasitas biodegradasi dalam anaerobic digestion (AD). Strategi bioaugmentasi menggunakan kultur dengan pengayaan telah diketahui memberikan mikroorganisme tambahan dan mampu meningkatkan kinerja AD. Namun, bioaugmentasi menggunakan konsorsium mikroba tanpa pengayaan untuk mengolah limbah makanan dengan inokulum yang berbeda belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis populasi mikroorganisme feses sapi sebagai kultur bioaugmentasi serta menganalisis perubahan komunitas mikroba pada AD saat sebelum dan sesudah penambahan konsorsium mikroba dari feses sapi. Penelitian skala pilot ini menggunakan reaktor tanpa pengaduk terbuat dari bahan LLDPE dengan volume total 462 L dan volume efektif 369 L. Penelitian berjalan selama 167 hari yang terdiri dari proses seeding 15 hari, aklimatisasi 98 hari, running tanpa bioaugmentasi 32 hari, dan running bioaugmentasi 22 hari. Bioaugmentasi dilakukan setiap tiga hari dengan dosis penambahan sebesar 0,25 g VS/L/hari. Analisis komunitas mikroba dilakukan dengan menggunakan metagenomic next-generation sequencing (NGS). Berdasarkan hasil analisis NGS menunjukkan bahwa feses sapi mengandung metanogen archaea Methanobrevibacter, Methanobacterium, Methanosarcina dan Methanosaeta. Akan tetapi, penambahan konsorsium mirkoba feses sapi tidak dapat meningkatkan komunitas metanogen archaea pada reaktor dengan inokulum rumen sapi (RS). Methanobrevibacter sebagai metanogen dominan menurun kelimpahannya menjadi 1,93% dari 3,30% dan Reaktor RS menunjukkan ketidakstabilan karena tidak dapat menghasilkan metana. Kontras dengan reaktor yang menggunakan inokulum feses sapi (FS), menunjukkan peningkatan metanogen archaea dengan bioaugmentasi. Kelimpahan relatif Methanosarcina (16,70%) dan Methanosaeta (3,92%) meningkat dengan bioaugmentasi masing-masing menjadi 17,29% dan 11,29%. Kelimpahan Methanosarcina dan Methanosaeta yang dominan dalam reaktor menunjukkan bahwa pembentukan metana dalam reaktor didominasi pada jalur asetoklastik. Bioaugmentasi juga menunjukkan efek positif dengan peningkatan metana. Keberhasilan bioaugmentasi menggunakan konsorsium mikroba feses sapi bergantung pada faktor lingkungan yang sesuai dengan kehidupan mikroba dan kemampuan mikroba tersebut bersaing dengan mikroba asli yang sudah teradaptasi dalam reaktor.

The number of microorganisms is one of the key factors that affecting biodegradation capacity for anaerobic digestion (AD). Bioaugmentation strategy with an enriched culture has been known give supplementary microorganisms and consequently improve the AD performance. However, bioaugmentation by using a microbial consortium without enrichment for treating food waste with different inoculum remains unknown. This study aims to analyze the population of cow manure microorganisms as bioaugmentation culture and analyze the changes of microbial community in AD before and after addition of a microbial consortium from cow manure. This pilot scale study was carried out using stirrer-less reactors made of LLDPE with the total and effective volume of 462 L and 369 L, respectively. This study was operated for 167 days, consisting of 15 days of seeding, 98 days of acclimatization, 32 days of running without bioaugmentation, and 22 days of running bioaugmentation. Bioaugmentation was performed in every three days with dosage of 0.25 gVS/L/day. The microbial community analysis was examined using metagenomic next-generation sequencing (NGS). Based on the NGS analysis showed that cow manure contained Methanobrevibacter, Methanobacterium, Methanosarcina and Methanosaeta as methanogenic archaea. Nevertheless, the addition of microbial consortium was not able to increase the methanogenic archaea community in the reactor of cow rumen (RS). Methanobrevibacter as the dominant methanogen was decreased to 1.93% from 3.30% and the RS reactor showed instability due to no methane could be produced. Contrast with the reactor of cow manure (FS), the result showed the increment in methanogenic archaea by bioaugmentation. The relative abundance of Methanosarcina (16.70%) and Methanosaeta (3.92%) increased with bioaugmentation to 17.29% and 11.29%, respectively. The higher Methanosarcina and Methanosaeta indicate the acetoclastic pathway was dominant on methanogenesis. Bioaugmentation also shows a positive effect with increasing methane. The success of bioaugmentation using microbial consortium from cow manure depends on the environmental factors which suitable for microbial life and the capability to compete with initial microbes that have been adapted in the reactor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanti Putri Josephine
"Anaerobic digestion(AD) dapat menjadi solusi dalam mengolah limbah organik. Pengadukan dalam AD dapat meningkatkan kinerja proses di dalam AD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengadukan terhadap pembentukan biogas dari degradasi TS dan VS pada AD dengan menggunakan pengadukan dengan kecepatan 30 rpm selama 4 jam/hari dibandingkan dengan AD tanpa pengadukan. Perbandingan substrat sampah makanan dan feses sapi yang digunakan adalah 9:1 dan organic loading rate (OLR) 7,83 kg VS/m3-hari. Operasional reaktor menggunakan 2 buah dry AD satu tahap dengan volume 51 L dalam kondisi suhu mesofilik selama 31 hari. Hasil uji menunjukkan substrat cocok untuk dry AD dengan total solids (TS) sebesar 20,50-28,5%; nilai volatile solid (VS) 86,75-87,53%TS; rasio C/N sebesar 14,12-16,35 dan tingkat inhibitor <3.000 mg/L amonia.
Hasil penelitian menunjukan penyisihan COD pada reaktor dengan pengadukan 66,2±11,0% sedangkan pada reaktor tanpa pengadukan 58,4±17,4%. Penyisihan TS dan VS pada reaktor dengan pengadukan 59,6±7,11% dan 5,71±3,56% sedangkan pada reaktor tanpa pengadukan 64,8±4,80% dan 8,10±2,31%. Perhitungan produksi biogas dari degradasi TS dan VS pada reaktor pengadukan lebih tinggi dengan 2,77±0,57 L CH4/kg VS dibandingkan dari reaktor tanpa pengadukan 2,35±0,37 L CH4/kg VS.
Untuk mendapat kesimpulan dilakukan uji statistik dengan hasil statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produksi biogas pada reaktor dengan pengadukan dan tanpa pengadukan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengadukan tidak berpengaruh pada penurunan TS, VS, COD, dan produksi biogas.

Anaerobic digestion (AD) can be a solution in treating organic waste. Stirring in AD can improve process performance in AD. This study aims to analyze the effect of stirring on biogas formation with degradation of TS and VS in AD using stirring at a speed of 30 rpm for 4 hours per day compared with an AD without stirring. The comparison of food waste substrate and cow feces used was 9:1 and organic loading rate (OLR) 7.83 kg VS/m3-day. The reactor operation uses 2 dry AD one stage with a volume of 51 L in mesophilic conditions for 31 days. The test results show that the substrate is suitable for dry AD with total solids (TS) of 20.50-28.5%; volatile solid (VS) value of 86.75-87.53% TS; C/N ratio of 14.12-16.35; and inhibitor level <3,000 mg/L of ammonia.
The results showed that removal of COD in the reactor with stirring 66.2±11.0% while in the reactor without stirring 58.4±17.4%. The removal for TS and VS in the reactor with stirring 59.6±7.11% and 5.71±3.56% while in the reactor without stirring 64.8±4.80% and 8.10±2.31%. Meanwhile, biogas production from TS and VS degradation in the stirring reactor produce higher volume of biogas with 2.77±0.57 L CH4/kg VS compared to biogas production from the reactor without stirring which 2.35±0.37 L CH4/kg VS.
To conclude, a statistical test was performed with the results of statistics showing that there was no significant difference between the production of biogas in the reactor with stirring and without stirring. This study concluded that stirring had no effect on decreasing TS, VS, COD, and biogas production.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reigina Sandriaty
"Adanya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan mengandung minyak dan lemak menjadi pemicu peningkatan timbulan limbah minyak dan lemak serta nilai COD dan VS air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biogas dan rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan yang paling optimum.
Penelitian dilaksanakan selama 42 hari inkubasi pada suhu 37˚C dengan tiga variasi rasio VS limbah minyak dan lemak dan sampah makanan yaitu 1:7, 1:2, dan 1:1 dengan metode biochemical methane potential. Limbah minyak dan lemak memiliki karakteristik COD 148 g/L, TS 763 g/L, dan VS 759 g/L.
Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah minyak dan lemak memiliki potensi menghasilkan biogas tertinggi melalui proses anaerobic co- digestion dengan sampah makanan dan menghasilkan 485 mLCH4/grVS dari variasi 1:7. Sementara variasi rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan 1:2 dan 1:1 hanya menghasilkan 128 dan 4 mLCH4/grVS.

Tendency of Indonesian people to eat foods containing oils dan fats trigger increasing in generation of fat, oil, and grease waste and increasing in wastewater?s COD and VS. This research is conducted to know potential of fat, oil, and grease and its ratio with food waste that obtain the highest biogas production through biochemical methane potential method.
The research was conducted over 42 days incubation at 37˚C including three variation of volatile solids (VS) ratio of fat, oil, and grease waste with food waste, that is 1:7, 1:2, and 1:1. As co- substrate of the anaerobic co- digestion process, fat, oil, and grease characteristics are COD 148 g/L, TS 763 g/L, and VS 759 g/L.
Result showed that fat, oil, and grease waste has potential to produce biogas through anaerobic co- digestion process with food waste and produce 485 mLCH4/grVS as the highest methane yield of 1:7 ratio. While the variation of ratio fat, oil, and grease waste with food waste at 1:2 and 1:1 only produce 128 and 4 mLCH4/grVS, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwita Fitriani Wijayanti
"Sampah organik sebagian besar berasal dari sampah makanan yang menyebabkan karakteristiknya memiliki konsentrasi nitrogen dan lemak tinggi, kelembaban tinggi. Limbah domestik di Indonesia memiliki karakteristik kandungan organik yang sesuai dengan kondisi anaerobik. Limbah minyak dan lemak dapat membantu dalam proses AD yang dijadikan sebagai ko-substrat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja reaktor dry anaerobic digestion sampah makanan dan menganalisis pengaruh penambahan limbah minyak dan lemak terhadap kinerja reaktor dry anaerobic digestion. Penelitian dilakukan menggunakan Continuous Stirred Tank Reactor CSTR dengan volume terisi 400 L yang beroperasi pada suhu rata-rata 27,8 1,07oC.
Penelitian operasi skenario pertama dilakukan dengan input substrat sampah makanan dengan Organic Loading Rate OLR 10 kg VS/m3 selama 43 hari dan diaduk menggunakan variasi intensitas pengadukan 30 rpm dan 60 rpm secara konstan.
Operasi skenario kedua dilakukan selama 59 hari menggunakan substrat sampah makanan dan kotoran sapi banding limbah Fat Oil and Grease FOG dengan Organic Loading Rate OLR yang sama dengan skenario pertama dan diaduk menggunakan intensitas 30 rpm secara konstan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara input substrat sampah makanan dengan penambahan limbah minyak dan lemak.

Organic waste mostly comes from food waste that has characteristics of high concentrations of nitrogen and fat, high humidity. Domestic waste in Indonesia has characteristics of organic content which is suitable with anaerobic conditions. Waste oil and fat can help in the process of AD which is used as co substrate.
This research is intended to analyze the performance of dry anaerobic digestion reactor of food waste and analyze the effect of oil and waste addition on dry anaerobic digestion reactor performance. The research was conducted using Continuous Stirred Tank Reactor CSTR with a volume of 400 L applied at an average temperature of 27.8 1.07oC.
The first scenario operation study was performed with food waste substrate input with Organic Loading rate OLR is 10 kg VS m3 for 43 days and stirred using constantly strirring intensity variation of 30 rpm and 60 rpm.
The second scenario operation was conducted for 59 days using food waste and cow dung substrate of Fat Oil and Grease waste FOG with Organic Loading Rate OLR which is similar to the first scenario and stirred using constant 30 rpm intensity.
The results of study showed that there was a significant difference between the input of food waste substrate with the addition of Fat Oil and Grease p.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Luqyana Hapsari
"Anaerobic digestion (AD) seringkali mengalami ketidaksabilan proses akibat keberadaan inhibitor, diantaranya adalah ion natrium. Magnesium diketahui dapat mereduksi toksisitas natrium terhadap metanogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan magnesium terhadap parameter kualitas efluen diantaranya Volatile Solids Reduction (VSD), Reduksi COD dan produksi biogas pada fase metanogenesis AD. Penelitian ini dilakukan selama 192 hari menggunakan reaktor AD skala pilot dengan kapasitas aktif 848 L dengan rata-rata suhu dan pH pada tahap operasional sebesar 27,59ºC ± 2,37; 7,84 ± 0,68 secara berurutan. Reaktor dioperasikan dengan Organic Loading Rate (OLR) 10 Kg VS/m3.hari. Parameter yang diuji pada penelitian AD skala pilot adalah pH, TS, VS, COD, dan Konsentrasi CH4 pada biogas. Penelitian dilakukan dalam dua fase yaitu fase kontrol dan fase uji. Penelitian pada fase kontrol menunjukkan rata-rata reduksi COD, VSD, pH, Methane yield dan TS hingga 80,93% ± 0,12; 87,59% ± 0,03; 8,09± 0,41; 339,79 ± 156,45; dan 3,69% ± 0,02 secara berurutan. Sedangkan penambahan magnesium pada fase uji menunjukan rata-rata reduksi COD, VSD, pH, Methane yield dan TS hingga 78,53% ± 0,2; 83,87% ± 0,04 ; 7,48 ± 0,79; 125.06 ± 107,18; dan 3,69% ± 0,02 secara berurutan. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan magnesium memiliki pengaruh yang signifikan terhadap VSD dan methane yield. Penambahan magnesium menyebabkan fluktuasi pada nilai VSD dan methane yield yang mengindikasikan ketidakstabilan sistem AD. Namun demikian, hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap efisiensi reduksi COD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olav Kevin Sudja
"Pada akhir tahun 2012 diperkirakan bahwa 3.3 juta pengungsi di dunia tinggal di kamp penampungan sementara. Persediaan bahan bakar masak kepada kamp-kamp sering kali mengalami kekurangan, sehingga penggungsi terpaksa untuk mendapatkan bahan bakar melalui penebangan liar pohon disekitar kamp. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk men-design system digestasi anaerobik sebagai alternatif sumber bahan bakar. Digestasi anaerobic pada temperatur tinggi (>50°C) mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi dengan memerlukan energi agitasi lebih kecil. Design yang di ajukan oleh penelitian ini adalah sistem digestasi anaerobik semi-batch yang dioperasikan pada temperature 55°C.
Design yang diajukan di modelkan menggunakan model IWA Anaerobic Digestion Model No.1 (ADM1) pada temperatur operasi normal 35°C dan 55°C. Analisa Monte-Carlo juga dilakukan untuk menetukan kestabilan model terhadap perubahan feed masuk ke reaktor. Hasil model menunjukan bahwa digester yang dioperasikan pada temperature tinggi (55°C) menghasilkan produksi biogas lebih tinggi dengan volume reactor lebih kecil. Penelitian ini jika diterapkan dengan benar dapat menyediakan alternatif sumber bahan bakar bagi pengungsi di berbagai belahan dunia.

It is estimated by year?s end of 2012 that 3.3 million refugees across the world is living in planed/managed camp. Supply of cooking fuel by aid agencies to these camps has not always meet demands and has resulted in refugees resorting to dangerous practice of deforestation. The aim of the project is to design an alternative method of producing cooking fuel to these camps by using anaerobic digestion, anaerobic digestionconducted at elevated temperatures of (>50°C) has been observed to have faster rate of fermentation while requiring less agitation. The design proposed by the project is a semi-batch anaerobic digester operated at a temperature of 55°C.
The IWA Anaerobic Digestion Model No.1 (ADM1) was used to model the behaviour of the digesters operating at both 35°C and 55°C. While using a Monte-Carlo analysis approach, to observe the digester sensitivity to varying feed inputs. The proposed design was analysed to be cost appropriate while still producing a higher yield of biogas compared to digesters operated at lower temperatures of 35°C. If applied this design could be used to provide a healthier and more sustainable source of cooking fuel for refugee camps across the world.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>