Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Yuni Pratiwi
"Dalam penelitian ini, dibahas mengenai perilaku korosi dari biomaterial mampu luruh berbasis seng sebagai implan ortopedik yang dipadukan dengan zirkonium sebesar 0,5%, 1%, dan 2%. Metode potensiodinamik polarisasi dilakukan untuk mengamati ketahanan dan laju korosi dari paduan Zn-xZr dalam larutan Kokubo simulated body fluid. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan zirkonium sebesar 0,5% dan 1% menurunkan laju korosi dari paduan seng, sedangkan penambahan sebesar 2% akan meningkatkan laju korosi dikarenakan terbentuknya presipitat di dalam paduan. Adanya daerah pasivasi pada kurva polarisasi paduan Zn-xZr menunjukkan terbentuknya lapisan pelindung pada permukaan paduan yang dapat menurunkan laju korosi dan membuktikan kemampuan mampu luruh dari paduan Zn-xZr. Dari hasil pengujian tersebut, paduan Zn-1Zr memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan dua paduan lainnya. Ketahanan korosi yang baik ini dibuktikan dengan nilai OCP dan laju korosi yang berada di antara paduan Zn-0,5Zr dan Zn-2Zr sebesar 0,016 mm/year. Paduan Zn-1Zr juga memiliki daerah pasivssi yang kecil sehingga dengan laju korosi yang relatif rendah maka Zn-1Zr akan mampu luruh pada rentang waktu yang sesuai dalam proses penyembuhan tulang. Secara umum, paduan Zn-xZr memiliki laju korosi yang berada di antara laju korosi paduan besi dan paduan magnesium dan masih jauh berada di bawah batas maksimal laju korosi untuk implan biomaterial mampu luruh sebesar 0,4 mm/year sehingga paduan Zn-xZr tersebut dapat digunakan sebagai biomaterial implan mampu luruh.

In this work, corrosion behaviour of zinc-based alloys with addition of 0,5%, 1%, and 2% of zirconium for biodegradable material as orthopedic implant were investigated. The potentiodynamic polarization method is carried out to determine the corrosion resistance and corrosion rate of each composition in order to observe the effect of zirconium addition in a Kokubo simulated body fluid solution. The test result showed the addition of 0,5% and 1% of zirconium would decrease the corrosion rate of zinc-based alloys whereas the 2% addition would increase the rate due to the formation of Zr-rich precipitates inside the alloys. The passivation zone on the polarization curve showed the formation of the protected thin layer on the surface of the alloys which caused the corrosion rate to decrease and the layer therefore confirmed the degradable ability of the Zn-xZr alloys. From the test, Zn-1Zr alloy was seen to have the better corrosion resistance than the other two by its OCP value and corrosion rate which was in between of Zn-0,5Zr and Zn-2Zr alloys in the rate of 0,016 mm/year. The Zn-1Zr alloy also had the smallest passivation zone so when combined with its relatively low corrosion rate, Zn-1Zr would be able to degrade in the suitable range for the bone to heal and grow. In general, the corrosion rates of Zn-xZr alloys were higher than Fe-based alloys and lower than Mg-based alloys. Also, the corrosion rates were much lower than the maximum.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoza Kurniawan
"Pengembangan paduan zirkonium sebagai biomaterial diproduksi melalui metode metalurgi serbuk diteliti dengan penambahan unsur paduan molibdenum 1%, 3%, 6% dan 9% dan hubungannya terhadap densitas dan porositas, struktur mikro, kekerasan Rockwell C dan sifat bioaktivitas dengan simulated body fluid (SBF). Hasil dari pengujian densitas dan porositas didapatkan bahwa seiring dengan penambahan molibdenum akan menghasilkan porositas yang semakin banyak. Hal ini terjadi karena seiring dengan penambahan molibdenum akan menurunkan koefisien difusivitas pada paduan zirkonium. Struktur mikro yang terbentuk didominasi fasa α-Zr dan Mo2Zr. Namun seiring dengan penambahan molibdenum, akan terbentuk fasa γ-Mo yang merupakan serbuk molibdenum yang tidak terdifusi ke dalam β-Zr dalam proses sinter. Kekerasan yang dicapai pada penambahan molibdenum bervariasi antara 42 HRC hingga 45 HRC, dimana terendah dicapai 3% Mo dengan 42,14 HRC dan tertinggi 6% Mo dengan 45,08 HRC. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah porositas dan fasa Mo2Zr yang terbentuk di dalam paduan. Sifat bioaktivitas logam zirkonium semakin menurun seiring dengan penambahan molibdenum yang disebabkan oleh terbentuknya fasa γ-Mo pada struktur mikro.

Development of zirconium alloy as biomaterial produced with powder metallurgy method is observed from the effect of 1%, 3%, 6% and 9% molybdenum addition on density and porosity, microstructure, Rockwell C hardness and bioactivity properties with simulated body fluid (SBF). The result of density and porosity testing shows the increasing molybdenum content can produce more porosity on alloys. That caused by the addition of molybdenum would decrease coefficient of diffusivity in zirconium alloys. Microstructure formed predominantly α-Zr phase and Mo2Zr. But along with the addition of molybdenum, will form γ-Mo phase which is the molybdenum powders did not diffuse into β-Zr on sintering process. Hardness on addition of molybdenum varies between 42 HRC to 45 HRC, which in the lowest achieved by 3% Mo with 42,12 HRC and the highest achieved by 6% Mo with 45,08 HRC. That in influenced by the amount of porosity and Mo2Zr phase in the alloys. Bioactivity properties in zirconium alloy will decrease along with the addition of molybdenum, which caused the formation of γ-Mo phase on the microstructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfa Mutiara Faizah
"Kebutuhan biomaterial akan terus meningkat, khususnya implan berbasis logam dalam aplikasi ortopedi. Implan akan berinteraksi langsung dengan jaringan tubuh dan mengalami peluruhan dalam jangka waktu tertentu. Di antara kandidat Mg dan Fe, paduan berbasis Zn merupakan salah satu biomaterial biodegradable dengan kelebihan berupa laju degradasi yang sedang dibandingkan dengan Mg dan Fe serta memiliki sifat biocompatibility yang baik. Name, paduan berbasis Zn memiliki keterbatasan dalam sifat mekanik yang inferior khususnya terkait keuletan. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan sifat biocompatibility paduan dan membentuk paduan berbasis Zn yang lebih unggul dalam aplikasi biomaterial. Dalam penelitian ini, diteliti pengaruh penambahan kadar Mn sebesar 0,7%, 1,2%, dan 1,5% pada paduan berbasis Zn. Metode penelitian terdiri dari pembuatan master alloy dalam proses fabrikasi sampel, pengamatan mikrostruktur paduan dengan OM, SEM, EDS, dan XRD, pengujian mekanik dengan uji kekerasan microhardness Vickers, pengujian polarisasi menggunakan larutan r-SBF yang dipreparasi sebelumnya, serta pengujian XRD sampel setelah polarisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan kadar Mn mempengaruhi bentuk partikel MnZn₁₃, memperhalus ukuran butir, meningkatkan kekerasan dan sifat mekanik paduan secara keseluruhan, menurunkan laju korosi, dan mendorong terjadinya korosi yang lebih uniform.

The demand for biomaterials is expected to continue growing, particularly for metal-based implants used in orthopedic applications. Implants directly interact with the body's tissues and gradually degrade into ions within a certain period. Among potential candidates such as Mg and Fe alloys, Zn-based alloys are considered promising biodegradable biomaterials due to their moderate degradation rate and favorable biocompatibility. However, Zn-based alloys face limitations in terms of lower mechanical properties, specifically in ductility. Therefore, this research aims to enhance their biocompatibility and develop superior Zn-based alloys for biomedical applications. This study investigates the impact of incorporating different percentages of manganese (0.7%, 1.2%, and 1.5%) into Zn-based alloys. The research methodology involves casting a master alloy during the sample fabrication process, followed by microstructure observations through OM, SEM, EDS, and XRD testing. Mechanical testing is conducted using the microhardness Vickers test, while polarization testing utilizes a pre-prepared r-SBF solution followed by another XRD testing. The findings of the analysis indicate that an increase in Mn content affects the morphology of MnZn₁₃ particles, refines the grain size, enhances hardness and overall mechanical properties, reduces the corrosion rate, and promotes more uniform corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hanafiah
"Perkembangan biomaterial berbasis Zn mulai banyak digunakan sebagai aplikasi medis yang memiliki sifat utama yaitu biodegradable. Penggunaan paduan Zn sebagai aplikasi biomaterial sudah mulai digunakan pada sekitar tahun 2011 tetapi masih memerlukan beberapa material pendukung agar mampu memaksimalkan sifat mekanik dan ketahanan degradasi pada paduan Zn. Paduan utama Zn memiliki nilai laju degradasi yang sudah cukup baik tetapi memerlukan unsur pendukung agar dapat memperbaiki sifat mekaniknya. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung aplikasi biomaterial berbasis Zn dengan penambahan unsur lain agar mampu memperbaiki sifat mekanik dan laju degradasi. Pada penelitian ini unsur yang ditambahkan yaitu zirkonium (Zr) dan Mangan (Mn) dengan komposisi Zr sebesar 1% dan komposisi Mn sebesar 0.25%, 0.50%, dan 1%. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara membuat sampel dengan pengecoran pada temperature 650-750°C dan dilanjutkan pengujian mikrostruktur dan perilaku korosi. Dari hasil analisa mikrostruktur, penambahan variasi Mn pada paduan Zn-1Zr akan membentuk banyak presipitat apabila semakin banyak kandungan Mn yang diberikan dan pada kandungan tersebut, ukuran butir yang dihasilkan lebih kecil dan halus. Pengujian polarisasi dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi. Laju korosi yang dihasilkan menunjukan bahwa semakin banyak penambahan unsur Mn pada paduan Zn-1Zr maka laju korosi yang dihasilkan semakin tinggi.

The development of Zn-based biomaterials has been widely used in medical applications due to their main characteristic of biodegradability. The use of Zn alloys as biomaterial applications started around 2011 but still requires some supporting materials to maximize the mechanical properties and degradation resistance of Zn alloys. The main Zn alloy has a decent degradation rate but requires supporting elements to improve its mechanical properties. This research aims to support Zn-based biomaterial applications by adding other elements to enhance the mechanical properties and degradation rate. In this study, zirconium (Zr) and manganese (Mn) were added with a composition of 1% Zr and Mn compositions of 0.25%, 0.50%, and 1%. The research method used in this study involved creating samples through casting at a temperature of 650-750°C, followed by microstructure analysis and corrosion behavior testing. The microstructure analysis results showed that the addition of various Mn compositions to the Zn-1Zr alloy would form numerous precipitates with an increase in Mn content. At this content level, the resulting grain size is smaller and finer. A polarization test was carried out to determine the corrosion. The corrosion rate demonstrated that the higher the addition of Mn to the Zn-1Zr alloy, the higher the resulting corrosion rate."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Steven Geovanli
"Penelitian ini membahas mengenai sifat mekanik dan perilaku korosi pada paduan Zn1Zr dengan variasi penambahan kadar tembaga. Penambahan tembaga pada paduan seng-zirkonium membentuk solid solution pada matriks seng serta membentuk fasa CuZn5 yang menyebabkan pembentukan butir yang jauh lebih halus. Semakin banyak penambahan tembaga yang ditambahkan pada paduan Zn1Zr, maka semakin tinggi nilai kekerasan yang dihasilkan. Penguatan paduan terjadi melalui mekanisme solid solution strengthening dan penghalusan butir. Penambahan tembaga pada paduan Zn1Zr meningkatkan nilai potensial korosi dan menghasilkan lapisan pasif oksida CuO yang dapat melindungi matriks Zn. Fasa CuZn5 menyebabkan terjadinya korosi mikro-galvanik akibat perbedaan potensial dengan matriks Zn. Paduan Zn1ZrxCu memiliki laju korosi yang lebih tinggi daripada paduan Zn1Zr, namun masih cocok untuk diaplikasikan untuk material implan mampu luruh karena lebih mendekati laju korosi seng murni dan masih dibawah batas maksimal laju korosi yang diperbolehkan untuk suatu biomaterial.

This research discusses the mechanical properties and corrosion behavior of the Zn1Zr alloy with variations in the addition of copper content. The addition of copper to the zinc-zirconium alloy forms a solid solution in the zinc matrix and forms the CuZn5 phase which causes the formation of much finer grains. The more additional copper added to the Zn1Zr alloy, the higher the hardness value produced. Alloy strengthening occurs through solid solution strengthening and grain refinement mechanisms. The addition of copper to the Zn1Zr alloy increases the corrosion potential value and produces a passive layer of CuO oxide which can protect the Zn matrix. The CuZn5 phase causes micro-galvanic corrosion due to the potential difference with the Zn matrix. The Zn1ZrxCu alloy has a higher corrosion rate than the Zn1Zr alloy, but is still suitable for application to wearable implant materials because it is closer to the corrosion rate of pure zinc and is still below the maximum permissible corrosion rate for a biomaterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh Waqyan Ghani Fahmi
"ABSTRAK
Perkembangan biomaterial berbasis Mg dan Fe dalam satu dekade terakhir telah dipelajari secara ekstensif sebagai material biodegradable untuk aplikasi medis. Namun perkembangan material ini mengalami keterbatasan atau stagnan dalam hal kesesuaiannya untuk aplikasi klinis. Dalam tiga tahun terakhir, paduan berbasis Zn mulai menjadi alternatif untuk diteliti sebagai pengganti biomaterial berbasis Mg dan Fe. Paduan berbasis Zn memiliki laju degradasi yang sedang namun memiliki sifat mekanik yang rendah, sehingga perlu ditambahkan unsur lain untuk memperbaiki sifat mekaniknya. Pada penelitian ini unsur yang ditambahkan yaitu zirkonium (Zr) dengan variasi komposisi sebesar 0.5%, 1%, dan 2%. Metode pemaduan yang digunakan yaitu pengecoran dengan temperatur sebesar 550°C. Dari hasil analisa struktur mikro, penambahan Zr pada paduan Zn akan membentuk presipitat di pinggiran dekat dengan batas butir dan semakin banyak kadar Zr yang ditambahkan, ukuran butir yang terbentuk semakin kecil. Ukuran butir dari Zn murni sampai penambahan 2%Zr secara berurutan yaitu 266.40µm, 20.16µm, 16.70µm, 15.85µm. Dari hasil analisa XRD, penambahan Zr sebesar 0.5%, 1%, 2%, akan membentuk fasa Zn dan fasa Zn22Zr. Nilai kekerasan yang dihasilkan dari Zn murni sampai penambahan 2%Zr secara berurutan yaitu 35.162HV, 41.988HV, 42.324HV, 57.112HV. Semakin banyak kadar Zr yang ditambahkan pada paduan Zn maka nilai kekerasan yang dihasilkan semakin besar.

ABSTRACT
The development of Mg and Fe based biomaterials in the past decade has been extensively studied as biodegradable material for medical applications. The development of this material is limited or stagnant in terms of suitability for clinical applications. In the past three years ago, Zn-based alloys began to be an alternative to be studied as a substitute for Mg and Fe based biomaterials. Zn-based alloys have a moderate degradation rate but have a low mechanical properties, so other elements need to be added to improve their mechanical properties. In this study the added element is zirconium (Zr) with a composition variation of 0.5%, 1%, and 2%. The alloying method used is casting with a temperature of 550°C. The results of the microstructure analysis, the addition of Zr to Zn alloys will form precipitates in the side the grain boundaries and more addition of Zr composition, the smaller grain size formed. The grain size from pure Zn until the addition of 2% Zr in sequence are 266.40µm, 20.16µm, 16.70µm, 15.85µm. The XRD analysis, from addition of Zr of 0.5%, 1%, 2%, will form the Zn phase and the intermetallic phase Zn22Zr. The hardness value obtained from pure Zn until 2% Zr in sequence are 35.162HV, 41.988HV, 42.324HV, 57.112HV. The more Zr composition are added to the Zn alloy, the greater value of the hardness formed."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Aji
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh penambahan unsur Molibdenum-Niobium yang seimbang (berdasarkan persentase masa) pada paduan Zirkonium, untuk diaplikasikan di biomaterial, terutama material tulang buatan. Proses dilakukan dengan metalurgi serbuk, dimana pengujian terdiri dari uji densitas, XRD, uji kekerasan, uji SBF, dan struktur mikro (OM dan SEM). Penambahan Molibdenum dan Niobium pada paduan Zirkonium, berfungsi untuk meningkatkan sifat mekanis, dimana kedua unsur tersebut tidak mengganggu sistem pada tubuh. Hasil optimal ditunjukkan oleh sampel Zr-5Mo-5Nb, dimana Zr-5Mo-5Nb memiliki densitas dan porositas yang optimal, serta kekerasan yang diperoleh menyerupai tulang buatan Ti-6Al-4V, yaitu 38.1 HRC. Ketiga sampel memiliki struktur mikro yang serupa berbeda dan memiliki bioaktivitas yang baik dengan terbentuknya lapisan hidroksiapatit pada permukaan sampel.

The focus of this study is to investigate the effect of adding Molybdenum-Niobium element equally (based on weight percentage) in Zirconium alloys, for biomaterial application, especially for artifiicial bone. The process is base on powder metallurgy, which testing consist of density test, XRD, hardness test, SBF test, and microstructure test (OM and SEM). The purpose to adding Molybdenum and Niobium to Zirconium alloys, is to increase mechanical properties, without being harmful to human body. Zr-5Mo-5Nb sample is the optimum composition base on density and porosity, and also the hardness is similar to Ti-6Al-4V, which is 38.1 HRC. All of samples have similar microstructure and good bioactivity properties by forming hydroxyapatite layer on the surface of samples.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Irawan
"Zirkonium-Niobium paduan (Zr-Nb paduan) memiliki potensi untuk menggantikan implant Titanium kontemporer dengan mempertimbangkan sitotoksisitas nya, suseptibilitas magnetik dan ketahanan korosi. Metalurgi serbuk sebagai salah satu metode pembentukan dapat digunakan dalam produksi implant dengan desain rumit dan struktur mikro yang fleksibel, baik dalam komposisi dan porositas. Pemadatan dan sintering dilakukan untuk menghasilkan produk yang padat dengan porositas. Pengamatan morfologi porositas akan diamati dengan mikroskop optik dan jumlah porositas dalam paduan akan diamati dengan pengujian porositas. Sedangkan struktur kristal diamati dengan dan X-Ray Diffraction (XRD). Konstituen fasa mikro sangat tergantung pada komposisi Niobium. Pengujian kekerasan menunjukkan peningkatan seiring dengan penambahan jumlah Niobium. Sementara itu penambahan Niobium akan menurunkan jumlah porositas dan mengubah morfologi porositas menjadi berbentuk jaring. Penambahan Niobium dalam jumlah besar membutuhkan temperature sintering yang jauh lebih tinggi dibandingkan paduan dengan jumlah Niobium lebih kecil.

Zirconium-Niobium alloy (Zr-Nb alloy) has potency to replace the contemporary Titanium bioimplant by considering its cytotoxicity, magnetic susceptibility and corrosion resistance. Powder metallurgy as one of the forming methods could be used in production of bioimplant with intricate design and flexible microstructure, both in composition and porosity. Compaction and sintering is carried out to produce solid product with remained porosity. Resulting porosity of Zr-Nb alloy produced by powder metallurgy method will be characterized by density measurements and optical microscopy. Crystalline structure is observed by X-Ray Diffraction (X-RD). The microphase constituent is highly dependent on Niobium composition. The density of alloy will decrease as the addition of Niobium. In contrary, the hardness of alloy will increase as the addition of Niobium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Pratesa
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kandidat biomaterial yang mampu luruh
berbasis Fe-Mn-C menggunakan proses metalurgi serbuk. Karbon ditambahkan
dalam paduan dengan tujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dan korosi sebagai
biomaterial yang mampu luruh. Hasil pencampuran serbuk disinter dalam tungku
kedap udara. Hasil sinter dilakukan karakterisasi sifat mekanik, fisik,
kimia,biokompatibilitas dan perilaku korosi dalam lingkungan albumin dan tanpa
albumin dalam larutan ringer. Pengujian biokompatibilitas invitro dilakukan dengan
metode Methylthiazol Tetrazolium Assay (MTT) untuk mengetahui toksisitas paduan.
Hasil penelitian menunjukkan fasa Austenite terbentuk hingga 99% pada paduan Fe-
25%Mn-1%C dan Fe-35%Mn-1%C. Karakteristik laju korosi meningkat dari
1.01mm/year menjadi 1.53 mm/year seiring dengan peningkatan kadar mangan
dalam paduan dan menurun dalam kondisi mengandung Albumin. Nilai viabilitas sel
pada persentase 50% hingga 72 jam pengamatan menujukan paduan ini potensial
untuk dikembangkan sebagai kandidat biomaterial mampu luruh

This study aims to find the candidate of degradable biomaterial using Fe-Mn-C alloy
formed by powder metallurgy. Carbon added in the alloy to improve the mechanical
properties and corrosion rate of material as a degradable biomaterial. The result from
powder mixing process sintered in a vacuum furnace. Sintering product was
characterized to gain the mechanical, physical, chemical properties,
biocompatibilities and corrosion behavior in the presence of albumin and without
albumin in ringer solution. Biocompatibility In Vitro testing was performed by
Methylthiazol Tetrazolium Assay (MTT) method to determine the toxicity of alloys.
This research shows 99% of austenite phase formed at Fe-25%Mn-1%C and Fe-
35%Mn-1%C alloy. The corrosion rate increase proportionally with Manganese
content in the alloy from 1.01mm/year to 1.53 mm/year and decline in albumin
environment. The decline of percentages viabilities into 50% after 72 hours shows
potential of this alloy to be developed as degradable biomaterial candidate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ridzky Widarto
"Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh variasi konsentrasi zinc acetate terhadap pelapisan implan magnesium murni menggunakan serat electrospinning poly(vinyl) alcohol. Pengujian meliputi FTIR, diameter serat, porositas, ketebalan, sudut kontak, weight loss, dan laju korosi selama 28 hari. Hasil menunjukkan peningkatan diameter serat, porositas, ketebalan, dan sudut kontak seiring konsentrasi zinc acetate yang meningkat. Diameter serat yang lebih besar menyebabkan weight loss dan laju korosi meningkat pada minggu pertama dan kedua karena interaksi yang lebih mudah dengan magnesium.Kerusakan terparah terlihat pada minggu ketiga dan keempat pada sampel dengan 25% zinc acetate, hal ini dapat disebabkan oleh pelapisan yang kurang sempurna. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pengaruh konsentrasi zinc acetate pada pelapisan implan magnesium. Hasilnya dapat digunakan untuk pengembangan pelapisan tahan korosi pada aplikasi biomedis.

This study aims to investigate the impact of varying concentrations of zinc acetate on the coating of pure magnesium implants using electrospun poly(vinyl) alcohol fibers. The conducted tests encompass Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), fiber diameter analysis, porosity assessment, thickness measurement, contact angle determination, weight loss analysis, and corrosion rate evaluation over a span of 28 days. The findings revealed a correlation between the increase in fiber diameter, porosity, thickness, and contact angle with the concentration of zinc acetate. The augmented fiber diameter contributed to weight loss and an elevated corrosion rate during the initial and second weeks, attributed to enhanced interaction with magnesium. The most severe damage was observed in the third and fourth weeks in samples containing 25% zinc acetate, which may be ascribed to suboptimal coating. This investigation offers insights into the influence of zinc acetate concentration on the magnesium implant coating, thereby facilitating the advancement of corrosion-resistant coatings for biomedical applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>