Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parmanto
"

 

ABSTRAK

Kondisi produksi tangkapan ikan pari 10 tahun terakhir di Lamongan mengalami penurunan dan ukuran tangkapan yang semakin mengecil. Kabupaten Lamongan merupakan penghasil ikan pari terbesar di Jawa Timur dengan pusat pendaratan di PPN Brondong. Penelitian bertujuan menganalisis aspek biologi pari (hubungan panjang-berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, CPUE dan MSY) yang tertangkap cantrang yang didaratkan di PPN Brondong, menentukan status keberlanjutan perikanan tangkap pari di Kabupaten Lamongan, dan menganalisis strategi pengelolaan berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di PPN Brondong pada bulan Agustus sampai Oktober 2018. Analisis status keberlanjutan menggunakan RAPFISH, dan menyusun prioritas strategi menggunakan metode Proses Hirarki Analitik. Hasil perhitungan panjang-berat mempunyai sifat pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b<3, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan beratnya. Nisbah kelamin menunjukkan pari betina lebih banyak daripada pari jantan. Hasil pengamatan TKG menunjukkan pari kembang jantan TKG I (61%), TKG II (39%), TKG III (0%), sedangkan pari kembang betina TKG I (41%), TKG II (54%), TKG III (4%). Hasil CPUE menunjukkan upaya penangkapan sudah melebihi batas maksimum, sedangkan potensi lestari masih di bawah batas maksimum.  Status keberlanjutan pengelolaan pari secara multidimensi di Kabupaten Lamongan dalam kondisi kurang berkelanjutan dengan indeks 47,57. Peringkat strategi pengelolaan pari  berkelanjutan di Kabupaten Lamongan skala prioritas adalah 1) program revitalisasi alat penangkap ikan dan teknologi hasil tangkapan, 2) program zonasi wilayah dan upaya pembatasan, 3) program aturan pengelolaan pari dan pengawasan hukum, 4) program penanganan status konflik dan sosialisasi pengetahuan tentang laut, 5) program pemasaran, lapangan kerja alternatif bagi nelayan dan anggota keluarga, 6) program bantuan kapal.

 


The condition production of catches for the last 10 years of stingrays in Lamongan has been decreasing and the size of the catch is getting smaller. Lamongan is the largest producer of stingrays in East Java with a landing center at Brondong Fishing Port. The aims of the study to analyze the biological aspects of rays (the relationship of length of weight, sex ratio, level of gonadal maturity, CPUE and MSY) caught by cantrang landed at Brondongn Fishing Port, to determine the sustainability status of stingrays in Lamongan Regency, and to analyze sustainable management strategies. Brondong PPN from August to October 2018. Analysis of sustainability using RAPFISH, and prioritizing strategies  the Analytical Hierarchy Process method. Results of the calculation of weight length have negative allometric growth properties with a value of b <3, which is long growth faster than the growth of weight. Sex ratio more female rays than male rays. The GML observations showed male growth buddy GML I (61%), GML II (39%), GML III (0%), while female bluespotted stingray GML I (41%), GML II (54%), GML III (4 %). The CPUE results indicate that the capture effort has exceeded the maximum limit, while the MSY is still below the maximum limit. Status of sustainability  multidimensional ray management in Lamongan is in an unsustainable condition with an index of 47.57. Ranking of sustainable rays management strategies in Lamongan priority scale are 1) revitalization program of fishing gear and catch technology, 2) regional zoning program and restriction efforts, 3) program for stingray management and legal supervision, 4) programs for handling conflict status and socialization knowledge of the sea, 5) marketing programs, alternative employment opportunities for fishermen and family members, 6) ship assistance programs.

"
[;;;;, ]: 2019
T53328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Nugraha
"Sumberdaya ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di dominasi oleh ikan demersal (dasar). Ikan kakap merah (Lutjanus spp.) merupakan salah satu ikan demersal yang banyak terdapat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Adanya penangkapan pada ikan kakap merah (Lutjanus spp.) yang berlangsung secara terus menerus tanpa adanya pengelolaan yang baik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan atau kepenuhan terhadap jumlah populasinya. Tujuan riset ini untuk menduga potensi hasil tangkapan lestari, jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan, upaya penangkapan yang diperbolehkan, status pemanfaatan, dan strategi yang tepat dalam pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan komoditas ikan kakap merah (Lutjanus spp.) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan. Riset ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode gabungan untuk mengetahui hubungan antara upaya penangkapan dan hasil tangkapan. Hasil riset ini menunjukkan potensi hasil tangkapan maksimum lestari sebesar 532,32 ton/tahun dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 425,86 ton/tahun. Tingkat pemanfaatannya sebesar 91% dengan status pemanfaatannya sudah fully exploited. Berdasarkan kondisi status pemanfaatannya direkomendasikan strategi pengelolaann dalam pengelolaan sumber daya ikan kakap merah yang berkelanjutan, yaitu pengaturan musim dan daerah penangkapan, pengaturan ukuran alat tangkap, pembatasan upaya penangkapan, dan penetapan kuota penangkapan.

Fish resources of the study were landed in the Archipelagic Fishing Port of Brondong and it is dominated by the demersal fish (bottom). The red snapper (Lutjanus spp.) is one of demersal fish that is found in the Archipelagic Fishing port of Brondong. There is a catch on the red snapper (Lutjanus spp.) that takes place continuously without good management. This condition can impact to the the decline or fullness of the number of its population, it is necessary to have a review to suspect the potential of sustainable catch and the number of total allowable catch, and the number of total allowable efforts in the management of the sustainabl fishing commodity of red snapper (Lutjanus spp.) in the Archipelagic Fishing Port of Brondong. This research used a quantitative approach with mixed methods to see the relationship between effort and catch. utilization rate is 91% where condition in status fully exploited. Based on the conditions of utilization status, management strategies are recommended in sustainable management of red snapper resources, is regulations of the season and fishing grounds, fishing gear size regulations, limitation of fishing effort, and regulations setting by catch quota."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Sulistyanto
"Produksi lobster dalam 10 tahun terakhir mengalami penurunan akibat tekanan penangkapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aspek biologi, menganalisis potensi lestari, menganalisis status keberlanjutan dan menentukan strategi pengelolaan lobster secara berkelanjutan di Kabupaten Pacitan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018 di Kabupaten Pacitan. Analisis aspek biologi meliputi jenis, hubungan panjang berat, nisbah kelamin dan tingkat kematangan kelamin. Analisis potensi lestari dengan estimasi prediksi surplus. Analisis status keberlanjutan dengan RAPFISH (The Rapid Appraisal of The Status Of Fisheries), sedangkan penyusunan prioritas strategi pengelolaan dengan Proses Hierarki Analitik (AHP). Nilai b pada hubungan panjang berat Panulirus homarus sebesar 3,019; P. penicillatus 2,990; P. ornatus 3,025. Nisbah kelamin jantan dibanding betina pada P. homarus sebesar 1 :2,02; P. penicillatus 1,13 : 1; P. ornatus 1,3 : 1. Persentase lobster yang matang kelamin lebih banyak ditemukan pada bulan April dibandingkan dengan bulan Maret. MSY lobster di Pacitan sebesar 21.197 kg, Fmsy 4.390. Tingkat keberlanjutan multidimensi perikanan lobster 65,38. Prioritas utama strategi pengelolaan lobster secara berkelanjutan di Kabupaten Pacitan adalah Pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

The production of spiny lobster in least 10 years is decreasing due to overfishing. The purpose of this research is to analyze the biological aspects, the stock, level of sustainability and the strategy of sustainable management of lobster fishery in Pacitan. The research was conducted during March -April 2018 in Pacitan. The biological aspects includes species biodiversity, the length-weight relationship, sex-ratio and sex maturity of lobster. The maximum sustainable yield and the level of sustainability were analyzed with the surplus production model and the RAPFISH application, meanwhile the priority of management strategy was analyzed with the analytical hierarchy process. Results of analysis showed the b value of length-weight relationship of P. homarus, P. penicillatus and P. ornatus are 3,019; 2,990; and 3, 025 respectively. The male to female ratios of P. homarus; P. penicillatus and P. ornatus are 1:2,02; 1,13:1 and 1,3:1 respectively. The sex maturity percentage of lobster in April is higher than in March 2018. The MSY and Fmsy of lobster in Pacitan is 21.197 kg, and 4.390 respectively. The multidimensional level of lobster is 65,38. The most priority of strategy of lobster management in Pacitan are surveillance of management of marine and fisheries resources."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talahatu, Marselius Fransiskus
"Kabupaten Pulau Morotai berada pada tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan Nasional Republik Indonesia yaitu WPPNRI 715, WPPNRI 716 dan WPPNRI 717. Potensi Ikan Madidihang di perairan Pulau Morotai cukup besar namun belum dikelola secara maksimal. Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis status pemanfaatan, status pengelolaan dan menyusun strategi pengelolaan Ikan Madidihang secara berkelanjutan. Hasil analisis metode surplus produksi Model Fox dalam 10 (sepuluh) tahun (2009-2018), nilai maximum sustainable yield (MSY) sebesar 8.657,679 kg per tahun dengan effort maksimal 42.429 trip per tahun. Tingkat pemanfaatan dalam kategori rendah sebesar 12,23% per tahun. Hasil analisis dengan RAPFISH (The Rapidly Apprasial for Fisheries) menunjukan bahwa tingkat keberlanjutan multidimensi pengelolaan Madidihang berada pada kategori cukup berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 60,82. Dimensi etika yang paling berpengaruh pada status pengelolaan. Hasil analisis AHP (Analytical Hirearchy Process), strategi pengelolaan berkelanjutan berdasarkan tingkat prioritas adalah peningkatan kualitas sarana penangkapan.

The location of Morotai Island Regency is in the three National Fisheries Management Areas of the Republic of Indonesia, namely WPPNRI 715, WPPNRI 716, and WPPNRI 717. The potential of Yellowfin Tuna in the waters of Morotai Island is quite large but has not been managed yet optimally. The research purpose is to analyze of utilization status, management status, and trying to develop strategies for managing Yellofin Tuna sustainability. The results of the analysis by using the Fox Model production surplus method in ten years (2009-2018) show that the maximum sustainable yield (MSY) value of 8,657,679 kg per year with a maximum effort of 42,429 trips per year and the utilization  rate in the low category is 12.23% per year. Furthermore, the results of the analysis with RAPFISH (The Rapidly Appraisal for Fisheries) describe the multidimensional level of Yellowfin Tuna management is in a fairly sustainable category with an index value of 60.82. The ethical dimension that has the most influence on management status. AHP (Analytical Hirearchy Process) analysis result are concern in sustainability management based on grade of priority, and the result is quality of catching facilities improvement."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikza Shofiyatul Aliyah
"Penelitian dilakukan pada Formasi Paciran yang berada di daerah Lamongan, Jawa Timur. Formasi Paciran ini tersusun atas batu gamping yang merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan semen. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu menjelaskan mikrofasies, zona lingkungan pengendapan batugamping, tahapan, proses dan lingkungan diagenesis yang terjadi pada batugamping pada Formasi Paciran, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pengamatan lapangan melalui pemetaan dan pembutan log stratigrafi (makroskopis) dan pengamatan laboratorium melalui analisis petrografi (mikroskopis). Dari hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis ditemukan sebanyak enam jenis fasies, yaitu Coral Framestone, Foraminifera Grainstone, Bivalvia Rudstone, Larger Foraminifera Rudstone, Larger Foraminifera Floatstone, dan Coral Floatstone. Fasies-fasies tersebut diendapkan pada lingkungan Platform Margin Reefs. Kemudian, untuk proses diagenesis yang berlangsung yaitu mikritisasi, sementasi, kompaksi, pelarutan, dan penggantian. Proses diagenesis ini terjadi dalam tiga tahapan diagenesis, yaitu eogenesis, mesogenesis, dan telogenesis . Kemudian, melalui proses dan tahapan tersebut menghasilkan fitur diagenesis yang dapat menentukan lingkungan diagenesis batugamping daerah penelitian yaitu zona marine phreatic, zona mixing, zona burial, zona meteoric phreatic dan zona meteoric vadose. Selain itu, berdasarkan fitur diagenesis batugamping di daerah penelitian, terdapat beberapa titik berpotensi sebagai akuifer, yaitu S1.5, S3.2, S5.1, S10, S12, S13, S16, S17, S20, S21, S22, dan S23.

Research was carried out on the Paciran Formation in the Lamongan area, East Java. The Paciran Formation is composed of limestone which is one of the raw materials for making cement. The aim of this research is to explain the microfacies, environmental zones of limestone deposition, stages, processes and diagenetic environments that occur in limestone in the Paciran Formation, East Java. The research methods used are field observations through mapping and making stratigraphic logs (macroscopic) and laboratory observations through petrographic analysis (microscopic). From the results of macroscopic and microscopic observations, six types of facies were found, namely Coral Framestone, Foraminifera Grainstone, Bivalvia Rudstone, Larger Foraminifera Rudstone, Larger Foraminifera Floatstone, and Coral Floatstone. These facies are deposited in the Platform Margin Reefs environment. Then, the diagenesis processes that take place are micritization, cementation, compaction, dissolution and replacement. This diagenesis process occurs in three stages of diagenesis, namely eogenesis, mesogenesis, and telogenesis. Then, through these processes and stages, diagenetic features are produced that can determine the limestone diagenetic environment in the research area, namely the marine phreatic zone, mixing zone, burial zone, meteoric phreatic and meteoric vadose. In addition, based on the diagenesis features of limestone in the research area, there are several points that have the potential to be aquifers, namely S1.5, S3.2, S5.1, S10, S12, S13, S16, S17, S20, S21, S22, and S23."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Agastya
"ABSTRAK
Ikan Layur termasuk dalam superfamili Trichiuroidea dan merupakan salah satu ikan dasar demersal . Ikan Layur merupakan bahan baku usaha pengolahan ikan asap. Fenomena penurunan sumberdaya Ikan Layur di perairan Teluk Prigi dan sekitarnya dapat menjadi ancaman keberlanjutan usaha ikan asap. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status dan strategi keberlanjutan usaha ikan asap di Kawasan Teluk Prigi. Metode yang dilakukan meliputi aspek biologi dengan faktor kondisi dan metode surplus produksi, status keberlanjutan menggunakan metode rapfish dan strategi keberlanjutan dengan metode AHP.Aspek biologi Ikan Layur di perairan Prigi menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan yang tertangkap dan didaratkan adalah alometrik negatif. Nisbah kelamin menunjukkan bahwa Ikan Layur betina lebih banyak dengan perbandingan 1:1,2. Berdasarkan TKG diketahui bahwa Ikan Layur yang tertangkap kebanyakan pada TKG 4 dengan persentase sebesar 33,5 , sehingga banyak Ikan Layur yang tertangkap dalam kondisi matang gonad. Hasil grafik perhitungan CPUE, sumber daya Ikan Layur masih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan upaya tangkap. Sumberdaya potensial lestari MSY sumberdaya Ikan Layur di perairan Prigi diestimasi sekitar 2.424.884 kg per tahun. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB sebesar 1.939.908 kg per tahun 80 dari potensi lestari . Tingkat pemanfaatan 5 sebesar 18,42 dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB .Status keberlanjutan usaha ikan asap di lokasi penelitian layak secara finansial dengan indeks keberlanjutan multidimensi diperoleh nilai sebesar 60,42 dengan urutan prioritas strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut fasilitasi peralatan pengolahan yang digunakan; bimbingan dan penyuluhan dalam penerapan cara pengolahan yang baik dan penerapan standar sanitasi higiene dalam proses pengolahan dan penanganan produk; pembentukan kelembagaan pengolah berupa kelompok-kelompok pengolah dan wadah komunikasi antar-pengolah.

ABSTRACT
Hairtail Trichirius Sp. is included in superfamily Trichiuroidea and grouped as a demersal fish. It is one of raw materials for smoked fish product. The decreasing of population of the fish in Prigi Gulf could be a jeopardy for sustainability of smoked fish business in the area. This research was aimed to determine the level status of Hairtail population and to examine strategies for preserving the bussiness activity. Method used in this research includes biological and economical prespectives. To determine the danger level status AHP Technique was used.The results showed that according to biological prespective the growth of the fish population was algoritmic negatif. Sex ratio was 1 1,2 male to female respectively. According to Gonad Maturity Level GML , it is found that the majority of sample have GML Score 4 at 33,5 , so that the majority of sample has gonad in mature condition. CPUE graphic shows that the fish population still could be enhanched by improving fish catching technique. Potential sustainable yield of hairtail was estimated around 2.424.884 kg per year. Total Allowable Catch TAC was aqual to 1.939.908 kg per year 80 sustainable potency . Resources utility was equal to 18,42 TAC.On economical prespective, the business was estimated as financially visible since it has multidimensional sustainable index 60,42. Sequentially, strategies recomended for preserving the business activity are provision of processing equipment extension program on good and hygiene processing practices and establishment of information and communication center for fisherman and stake holders."
2016
T47461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binti Khofifah
"Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium leprae. Kasus baru kusta saat ini ditemukan di daerah tropis, tetapi distribusi dalam wilayah tidak sama. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan distribusi spasial kasus kusta baru berdasarkan orang, tempat dan waktu di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Lamongan. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki jumlah kasus kusta tinggi.
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasinya adalah seluruh kasus kusta tahun 2012 di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Lamongan (Turi, Sukodadi, Brondong). Penelitian dilakukan pada April-Juni 2014.
Hasil menunjukkan bahwa kasus kusta terjadi mayoritas pada umur produktif (17-60 tahun) dan berjenis kelamin laki-laki, 68,3 % menderita jenis Multi Baciller, pendidikan rendah, mayoritas pekerjaannya dalam kategori berat. Responden tinggal di daerah pegunungan dan tepi pantai lebih banyak, berpengetahuan buruk, dengan jangkauan fasilitas kesehatan kurang, meskipun dukungan petugas buruk. Sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga yang buruk. Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan meningkatkan pelayanan, terutama survei kontak serumah dan juga dukungan terhadap orang yang mengalami kusta, layanan kesehatan diri dan kesehatan lingkungan serta ploting rutin untuk mendapatkan pola arah persebaran penyakit kusta.

Leprosy is cronic disease, caused by Mycrobacterium leprae. New cases of leprosy are currently found primarily in tropical region is not uniform. Research objective is to discription new case of leprosy to spatial distribution with people, place and time in Lamongan distric. Lamongan distric is one distric in East Java have account high new case of leprosy.
Reseacrh design is cross sectional. Population are all people affected by leprosy at 2012 in distric Lamongan East Java at community of working areas public health center (Turi, Sukodadfi, Brondong). The research was done in April until June 2014. Result indicated that leprosy case in productive ag (17-60 years), most of people affected by leprosy is male(68,3 %), most of them suffer multi bacilly type, the education is low school, with most is their heavy job category. They are live in highlands and seaside, most of them have bad knowledge, they are have bad radius of health facility support, althought support from medical is bad. Most of responden have family support is bad.
Result from this reseach shown that distribution leprosy case still continue, especially in highlands and seaside areas (childrens case of 14,6 %). Therefore, the health worker is is expected to increase their activities in providing service, especially contac survey and take them support, service of self health and sanitation their environment especially their home, and doing to regulary ploting for to know pattern and direction of leprosy distribution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahono Budianto
"Penelitian bertujuan mengetahui beberapa aspek biologi udang yang tertangkap trammel net dan didaratkan di PPS Cilacap (hubungan panjang berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, CPUE, dan MSY), menentukan status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap, dan menentukan strategi pengelolaan secara berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di PPS Cilacap pada bulan Maret sampai Juni 2012. Metode yang digunakan adalah sample survey terhadap udang yang ditangkap oleh kapal trammel net yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Cilacap. Sedangkan untuk analisis status keberlanjutan menggunakan Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH), dan untuk menyusun prioritas strategi menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (AHP).
Udang jerbung, udang dogol, udang windu, dan udang krosok yang tertangkap dan didaratkan di PPS Cilacap mempunyai sifat pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b < 3, yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan beratnya. Hasil perhitungan nisbah kelamin menunjukkan udang jerbung jantan lebih lebih banyak daripada udang jerbung betina, sedangkan untuk jenis udang lainnya menunjukan jenis kelamin betina lebih banyak daripada jenis kelamin jantan. Hasil pengamatan TKG menunjukkan bahwa di PPS Cilacap udang jerbung paling banyak ditemukan dengan TKG 4 (27,4%), udang dogol TKG 0 (44,9%), udang windu TKG 0 (53,7%), dan udang krosok TKG 0 (43 %), sedangkan untuk TKG 1, 2, dan 3 lebih sedikit ditemukan. Status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap adalah dimensi ekologis 83,6 (berkelanjutan), ekonomi 52,15 (cukup berkelanjutan), sosial 58,75 (cukup berkelanjutan), teknologi 93,11 (berkelanjutan), dan etika 53,41 (cukup berkelanjutan). Apabila dilihat secara multidimensi, kegiatan perikanan tangkap komoditas udang dengan alat tangkap trammel net di Kabupaten Cilacap dalam kondisi cukup berkelanjutan (nilai indeks 70,04).
Strategi yang perlu dilakukan dalam pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap berdasarkan skala prioritas adalah 1) Pengaturan zonasi penangkapan udang, 2) Peningkatan akses nelayan terhadap pendidikan, 3) Pengaturan hak kepemilikan dalam pemanfaatan sumberdaya udang, 4) Penentuan ukuran udang yang diperbolehkan ditangkap, 5) Pelatihan cara penanganan hasil tangkapan untuk menjaga mutu, 6) Pengaturan upaya penangkapan udang, 7) Sosialisasi penangkapan ramah lingkungan, 8) Pengembangan alat tangkap yang efisien, 9) Peningkatan peran lembaga terkait, dan 10) Penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang.

Cilacap waters has a great fisheries potential resources, especially shrimps. The study aims to know some aspects of the biology of shrimp are caught by trammel net and landed in the PPS Cilacap (length weight relationship, sex ratio, gonad maturity level, CPUE, and MSY), determine the status of sustainable management of shrimp fisheries commodities in Cilacap, and determine strategies sustainable management. The research carried out in PPS Cilacap in March until June 2012. The method used is a sample survey of shrimp caught by trammel net vessels operating in the Cilacap waters and landing their catch in PPS Cilacap. The analysis of shrimps sustainability status using Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH), and prioritize strategies using Analytical Hierarchy Process method (AHP).
White/Banana shrimps, greasyback shrimps, tiger shrimps, and rainbow shrimps are caught by trammel net and landed in PPS Cilacap have negative allometric growth with value of b <3, that?s main the growth of length is sooner rather than increase the weight. Sex ratio for jerbung shrimps much more male than female, and for the others of shrimps female more than the male sex. Gonad Maturity Level (GML) indicate that the PPS Cilacap for white/banana shrimps most abundant with GML 4 (27.4%), greasyback shrimps at GML 0 (44.9%), tiger shrimps at GML 0 (53.7 %), and rainbow shrimps at GML 0 (43%), while for GML 1, 2, and 3 are less common. Sustainability status of fisheries management in shrimp commodity in Cilacap are for the ecological dimension 83.6 (sustainable), economic, 52.15 (enough sustainable), social 58.75 (enough sustainable), technological 93.11 (sustainable), and ethics 53.41 (enough sustainable). When viewed as a multidimensional, commodity shrimp fishing activities by trammel net in Cilacap is enough sustained (index value of 70.04).
Strategy needs to be done in the management of shrimp fisheries commodities in Cilacap upon priorities are 1) Setting for fishing ground, 2) Increased access to education fishermen, 3) The ownership rights in the resource use shrimp, 4) Determination of the permitted size of shrimp caught, 5) Training the handling of the catch to keep the quality, 6) Setting the shrimp fishing effort, 7) Dissemination of environmentally fishing, 8) Development of fishing gear are efficient, 9) Increase the role of relevant institutions, and 10) Preparation of local regulations on the management of shrimp fisheries commodities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T32748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Suharsono Sulaiman
"ABSTRAK
Tantangan untuk memastikan terpeliharanya kelestarian hiu di Samudera Hindia adalah isu utama pengelolaan sumber daya ikan, meskipun eksploitasi penangkapan masih terjadi. Untuk itu, strategi pengelolaan perikanan yang tepat perlu disusun. Tujuan riset adalah menganalisis keragaan perikanan hiu di Samudera Hindia berdasarkan data nelayan Cilacap, menganalisis kondisi sosial ekonomi nelayan hiu, merinci rantai pemasaran hiu, dan merekomendasikan strategi pengelolaan perikanan hiu agar berkelanjutan. Riset dilaksanakan di Cilacap dengan pendekatan kuantitatif, dengan analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil riset menunjukan bahwa: (i) Hiu adalah hasil tangkapan sampingan (HTS) pancing rawai tuna (8,8%), jaring insang hanyut (9,66%), dan jaring insang tetap (9,41%), dan ikan target utama pancing rawai hiu. Hiu biru dan hiu tikus adalah hiu yang banyak tertangkap (73%), dengan puncak penangkapan bulan Agustus. Sebagian besar hiu tikus yang tertangkap adalah hiu dewasa, dan sebagian besar hiu mako yang tertangkap adalah hiu yang belum dewasa; (ii) Nelayan hiu di Cilacap didominasi lulusan SD (70,8%) dan berusia sekitar 46-55 tahun (44,2%). Nelayan pancing rawai tuna dan jaring insang tidak termasuk masyarakat miskin. Sebagian besar nelayan menolak campur tangan pemerintah untuk mengelola sumber daya ikan melalui penetapan regulasi baru; (iii) Alur perdagangan hiu di Cilacap dimulai dari nelayan yang menjual hiu langsung tanpa lelang kepada pedagang pengepul untuk selanjutnya diproses menjadi beberapa komoditas yang dipasarkan lokal dan ekspor, dan (iv) Penetapan daerah penangkapan, penetapan jumlah dan ukuran perahu penangkapan ikan, serta penetapan jenis dan ukuran alat tangkap adalah pilihan strategi pengelolaan perikanan hiu dengan tingkat keberhasilan yang paling tinggi. Upaya pelatihan keterampilan baru bagi nelayan juga diperlukan agar tercipta sumber pendapatan lain, sehingga ketergantungan nelayan pada penangkapan ikan dapat dikurangi.

ABSTRACT
The challenge of ensuring the preservation of sharks in the Indian Ocean is a key issue in the management of shark resources in Indonesia. Therefore, an appropriate fisheries management strategies need to be developed. The research aims to analyze the performance of shark fishery in the Indian Ocean based on Cilacap fisheries data, analyze the socio-economic conditions of shark fishermen, analyze the shark marketing chain, and recommend the shark fisheries management strategy to be sustainable. The research was conducted in Cilacap with a quantitative approach, quantitative and qualitative mixed data collection, also qualitative descriptive and quantitative descriptive analysis. The results showed those: (i) shark is by-catch as well as the target. The thesher sharks (Alopias pelagicus and Alopias superciliosus) and also blue shark (Prionace glauca) are the dominant sharks caught (73%), with the peak of capture on August. Most of the thesher Sharks caught are adult, and most of the mako sharks (Isurus paucus and Isurus oxyrhincus) are immature; (ii) Research is conducted in Cilacap with quantitative approach, with quantitative and qualitative descriptive data analysis. The results showed that: (i) Sharks were by-catch of tuna longline (8.8%), drift gillnets (9.66%), and bottom gillnets (9.41%), and main target of shark longline. The thesher sharks (Alopias pelagicus and Alopias superciliosus) and also blue shark (Prionace glauca) are the dominant sharks caught (73%), with the peak of capture on August. Most of the caught thesher sharks are adult, and most of the mako sharks are immature; (ii) the shark fisherman in Cilacap dominated primary school graduates (70.8%) and aged around 46-55 years (44.2%). The fishermen of tuna longline and gillnets are not among the poor. Most of them refuse government intervention to manage fish resources through the establishment of new regulations; (iii) the flows of shark trade begins from fishermen selling directly to the collecting traders, then processed for locall and export marketed; and (iv) determination of fishing grounds, the number and size of fishing boats, and establishing the types and sizes of fishing gear are the alternative management strategy with the highest success rate. New skills training for fishermen is also needed in order to create other sources of income, so the dependence on fishing can be reduced."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
T50181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Usman
"ABSTRAK
Ikan kakap merah (Lutjanus spp.) merupakan salah satu sumberdaya ikan demersal komoditas penting di perairan utara Cirebon, Laut Jawa. Tingginya tingkat operasi penangkapan ikan tradisional di sekitar perairan pantai diduga mempengaruhi ketersediaan stok sumberdaya ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengelolaan sumberdaya ikan kakap merah (Lutjanus spp.) di perairan utara Cirebon. Metode yang digunakan yaitu analisa aspek biologi (hubungan panjang-berat, panjang pertama kali tertangkap (Lc), pengamatan TKG, fekunditas, kebiasaan makan), analisa potensi sumberdaya (Maximum Sustainable Yield, tingkat pemanfaatan dan tingkat pengusahaan), analisa aspek lingkungan (suhu, salinitas, pH, kecerahan, kedalaman), analisa aspek sosial-ekonomi (observasi dan wawancara).
Aspek biologi ikan kakap merah di perairan utara Cirebon menunjukan bahwa secara umum ikan kakap merah yang tertangkap belum matang gonad atau belum melakukan pemijahan. Hasil analisa potensi maksimum lestari (MSY), diperoleh informasi bahwa nilai hasil tangkapan optimum (Copt) sebesar 287,76 ton/tahun, dalam hal ini tingkat pemanfaatan ikan kakap merah di perairan utara Cirebon pada tahun 2009 telah melebihi nilai MSY. Aspek lingkungan fishing ground ikan kakap merah nenunjukan bahwa ikan kakap merah di perairan utara Cirebon umumnya tertangkap pada kedalamaan 9 – 45 m, dengan suhu permukaan laut berkisar antara 28 – 29,5 oC, salinitas perairan berkisar antara 30 - 32 ‰, pH antara 7 - 8, dan kecerahan perairan berkisar antara 5 - 5,5 m. Aspek sosial-ekonomi masyarakat nelayan menujukan terdapat perubahan sosial di sebagian masyarakat nelayan Cirebon, dari yang cenderung eksplotatif dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti arad menjadi pendekatan yang memperhatikan keberlanjutan sumberdaya ikan dengan menggunakan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan berupa pancing dengan alat bantu pengumpul ikan berupa rumpon dasar, karena hasil tangkapan ikan kakap merah dengan pancing memiliki harga jual yang cukup tinggi dalam bentuk ikan segar (fresh).
Pengelolaan sumberdaya ikan kakap merah di perairan utara Cirebon dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui beberapa teknik pengelolaan diantaranya melalui pengaturan terhadap ukuran mata pancing, perluasan fishing ground, pengaturan jumlah armada penangkapan dan jenis alat tangkapan ikan, pengelolaan lingkungan melalui rumpon dasar sebagai terumbu karang buatan, dan penegakan hukum.

ABSTRACT
Red snapper (Lutjanus spp.) is one of the important commodity demersal fish resources at northern water of Cirebon, Java Sea. The high level of traditional fishing operations around the coastal area is suspected to affect the availability of fish stock. This study aims to analyze the red snapper management at the northern water of Cirebon. The methodology consists of are the biological aspects (length- weight relationship, length at firts capture(Lc), observation of gonad maturity level, fecundity, feeding habits), analysis of resources (Maximum Sustainable Yield, level of utilization, and level of effort), analysis of the environmental aspects (temperature, salinity, pH, brightness, depth), and the analysis of social- economic aspects (observation and interview).
the red snapper biology aspects at the northern of Cirebon reveals that red snapper being caught immature gonads or not spawning yet generaly. The according to MSY analysis that the optimum catch (C-opt) is 287.76 tons/year, in thus case the utilize level of red snapper at the northern water of Cirebon in 2009 has over fishing. Environmental aspect of red snapper fishing ground shows that red snapper at the northern water of Cirebon are caught in 9-45 m generally, with sea surface temperatures 28 – 29,5 ° C, salinity 30-32 ‰, pH 7-8, and water transparence 5 - 5.5 m. Social-economic aspect of the fisheries communities are changing in most of Cirebon fisheries communities, with the tendention to use eco-fishing gear such as hand line with rumpon, due to the good price of the fresh product.
The sustainability of the red snapper resource management in northern water of Cirebon can ensured by apply the several management techniques such as arrangement of hook size/ mesh size, the expansion of fishing ground, arrangement fishing vessels number and kind of fishing gears, environmental management through the rumpon as artificial reef, and law enforcement."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>