Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juwi Wongso Putro
"Trimaran adalah jenis kapal multihull yang memiliki beberapa keuntungan dibandingkan kapal konvensional diantaranya yaitu hambatan yang rendah, stabilitas yang baik, pergerakan yang lebih baik dan juga memiliki deck yang lebih luas daripada kapal satu lambung atau monohull. Penelitian yang dilakukan pada kapal trimaran dilakukan dalam menguji pengaruh dari variasi jarak lambung samping secara melintang dan membujur terhadap hambatan total dan juga interferensi gelombang yang dihasilkan dari kapal model trimaran asimetris dengan cara eksperimen. Variasi staggered yang diberikan adalah 0; 0,05; 0,1 dan variasi clearance yang diberikan 0,1; 0.15; 0.2 dengan niilai dari hambatan terendah dapat ditemukan pada konfigurasi rasio S/L dan R/L yang optimal. Hasil dari interferensi gelombang juga diamati.
Hasil penelitian ini secara eksperimental menunjukkan bahwa variasi jarak sidehull secara clearance dan staggered memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hambatan kapal model trimaran. Efek posisi lambung samping dengan jarak melintang yang optimal akan memberikan hambatan gelombang terendah pada posisi relatif di tengah secara membujur, tetapi konfigurasi lain secara melintang dan membujur yang dipengaruhi nilai Froude number juga dapat menimbulkan hambatan dan interferensi gelombang yang rendah.

Trimaran is one of multihull vessels which has some advantages compared to other conventional vessels such us low resistance, good stability, better movement, and also having wider deck than monohull vessels. The experiment done on trimaran model to test the effect of side hull distance variation transversal and longitudinal towards total resistance and also wave interference produced by asymmetric trimaran model. Staggered variation given 0; 0,05; 0,1 and clearance variation given 0,1; 0,15; 0,2. The lowest resistance value can be found at optimal ratio configuration S/L and R/L. Wave interference result was also observed.
The results of the study experimentally showed that the variation of the sidehull staggered distance had a significant effect on the resistance of the trimaran model ship. The effect of the position of the side hull with the optimal transversal distance will provide the lowest wave interference and resistant in the relative position of the middle longitudinal, but in the other configuration with longitudinal and transversal with other forude number will provide the lowest resistant and wave interference.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Tri Indrawati
"Penghematan pemakaian energi pada pengoperasian kapal menjadi topik yang menarik dan sangat penting untuk dikaji. Pengurangan hambatan menjadi faktor yang menjanjikan sebagai bagian solusi dari masalah pengurangan pemakaian energi. Penelitian tentang pengurangan hambatan terus dilakukan untuk pengembangan aplikasi yang bermanfaat bagi umat manusia di masa depan. Penggunaan modern hull seperti kapal multihull menjadi salah satu metode untuk mengurangi hambatan. Trimaran merupakan salah satu contoh kapal multihull, terdiri dari satu lambung utama yang panjang dan dua lambung sisi yang lebih pendek (outriggers/sidehull).
Tujuan penelitian adalah mengetahui efek bentuk lambung asimetris pada kedua sisi model kapal trimaran dengan variasi kecepatan, rasio jarak antara lambung (terhadap garis tengah lambung) dengan panjang lambung (S/L) dan jarak antara lambung (terhadap transorm) dengan panjang kapal (R/L), terhadap perubahan hambatan total kapal. Kapal model dengan dimensi lambung utama L = 2000 mm, B = 200 mm and T = 45 mm dan lambung sisi L = 1000 mm, B = 100 mm and T = 45 mm digunakan dalam penelitian ini.
Metode eksperimen (towing tank) digunakan dengan variasi kecepatan pada bilangan Froude 0.1 - 0.6. Kapal model ditarik oleh motor listrik yang kecepatannya dapat divariasikan dan diatur. Pengukuran hambatan kapal dilakukan dengan menggunakan load cell transducer.
Hasil menunjukkan bahwa pengurangan hambatan yang efektif dapat dicapai pada kondisi 100% draft yaitu konfigurasi S/L 0.1 sebesar 17% dengan Fr = 0.35 pada uji model fisik dan 23.1% dengan Fr=0.35 pada uji model numerik. Sedangkan pada kondisi 75% draft terjadi pada konfigurasi S/L 0.3 dengan R/L 0.1 sebesar 19.3% dengan Fr=0.35 pada pada uji model fisik dan 17.3% dengan Fr=0.35 pada uji model numerik Fr=0.35.

Saving energy consumption in the operation of the ship became an interesting topic and very important to assess. Reducing resistance to be a promising factor as part of the solution of the problem of energy consumption reduction. Modern hull such as multihull vessel is one of the methods for reducing resistance. A trimaran is a multi-hulled vessel, consisting of one long main hull and two shorter outriggers/side-hulls.
The purpose of this study is to identify the effect of using unsymmetrical hull with the specific sidehull form and variation distance between the sidehulls to the mainhull transversely and longitudinally trimaran ship model to get the lowest resistance. Ship model with dimensions main hull L = 2000 mm, B = 280 mm and T = 45 mm and side-hull L = 1000 mm, B = 140 mm and T = 45 mm is used in this research.
Experimental method (towing tank) performed in the study by speed variation at Froude number 0.1 - 0.6. Ship model is pulled by an electric motor which speed can be varied and adjusted. The ship model resistance was precisely measured by a load cell transducer.
The test results found that the effective drag reduction can be achieved on the 100% draft condition is configuration S/L = 0.1 up to 17% at Fr = 0.35 in the physical model test and 23.1% at Fr = 0.35 in the numerical model test. While the 75% draft condition occurs in configuration S/L = 0.3 with R/L = 0.1 was 19.3% at Fr = 0.35 in the physical model test and 17.3% at Fr = 0.35 in the numerical model test.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fendra Agusta
"Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung kepada transportasi laut. Penggunaan transportasi laut yang efektif dan efisien adalah salah satu faktor utama untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Untuk itu, pengoptimalan transportasi laut adalah hal yang sangat perlu untuk dilakukan. Salah satu usaha pengoptimalan tersebut adalah dengan menggunakan kapal pelat datar semi-trimaran. Secara teori, bentuk lambung kapal yang semi-trimaran dan menyerupai water tunnel akan menyebabkan stabilitas kapal menjadi lebih baik. Pengecekan sesuai dengan standar Internasional diperlukan untuk membuktikan teori ini. Apabila terbukti, maka dengan sistem propulsi yang lebih efisien serta stabilitas yang lebih baik, kapal pelat datar semi-trimaran adalah solusi yang tepat untuk transportasi laut Indonesia yang lebih optimal.

Indonesia as an archipelago relies heavily on sea transport. The use of sea transport effectively and efficiently is one of the main factors to improve the economy. Therefore, optimization of marine transportation is very necessary. One way to optimize it is by using semi trimaran flat hull ship. In theory, the shape of the semi trimaran hull which resembles a water tunnel will lead to increased stability of the ship. Checking compliance with international standard is necessary to prove this theory. If proven, with more efficient propulsion system and better stability, semi trimaran flat hull ship is the right solution for Indonesia rsquo s better sea transportation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Tri Sudrajat
"Lambung kapal biasanya terbuat dari baja HSLA (High Strength Low Alloy). Baja ini sangat potensial untuk ditingkatkan sesuai dengan spesifikasi untuk lambung kapal perang, khususnya ketangguhan. Oleh karena itu, penelitian ini mempelajari proses perlakuan panas untuk meningkatkan sifat mekanis baja HSLA grade AH36. Baja ini diproduksi oleh PT. Krakatau Steel, yang memiliki kandungan karbon 0.062 %. Perlakuan panas yang dilakukan adalah austenisasi pada 900 oC selama 10 menit, diikuti dengan pendinginan dengan media air, oli, dan udara. Perlakuan panas selanjutnya adalah tempering, yang dilakukan pada 200 oC selama 20 menit diikuti dengan pendinginan air. Karakterisasi meliputi uji kekerasan, pengujian impak, dan pengujian tarik, serta pengamatan struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM (Scanning Electron Microscope) - EDX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek dari perlakuan panas quenching tempering meningkatkan kekuatan dan ketangguhan, khususnya material as-quenching tempering menggunakan media air. Dengan meningkatnya kekuatan dan ketangguhan baja HSLA grade AH36, material ini berada dalam range nilai kekuatan dan ketangguhan material baja HSLA grade AH40.

Ship hull is usually made by HSLA (High Strength Low Alloy) steel. This steel is potential to be improved to suit the specification for warship hull, which is required to be toughness. Therefore, this research studied the heat treatment process to increase the properties of AH36 grade HSLA steel. The steel was produced by PT. Krakatau Steel, which has a carbon content of 0.062%. Heat treatment was heated by austenization at 900 oC for 10 minutes, followed by quenching in water, oil, and air. Further heat treatment was tempering, which was performed at 200 oC for 20 minutes followed by water quenching. Characterrization included hardness, impact testing, and tensile testing, as well as microstructure observations by using optical microscope and SEM (Scanning Microscope Electron) - EDX. The results show effect of heat treatment quenching tempering increases strength and toughness, especially as-quenching tempering material using water media.With the increase of strength and toughness of AH36 grade HSLA steel, this material is in the range of values the strength and toughness of AH40 grade HSLA steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puku Adito
"Hulls atau lambung kapal merupakan faktor utama perhitungan pada perancangan kapal baru, khususnya pada kapal tanker. Kapasitas ruang muat, stabilitas dan kekuatan kapal, dipengaruhi oleh rancang bangun lambung kapal (Hulls). Ada 2 tipe konstruksi lambung kapal, yaitu : single hull dan double hull (lambung ganda). Kapal-kapal lama banyak yang masih menggunakan tipe single hull, namun seiring perkembangan teknologi dan standarisasi aturan dari IMO tentang konvensi polusi laut (MARPOL 73/78), pembangunan untuk kapal tanker baru mulai beralih ke double hull. Kapal-kapal tanker lama yg masih menggunakan tipe single hull, bukan berarti harus di-besi tua-kan, namun masih bisa digunakan dengan jalan pemodifikasian dari single hull ke double hull.
Pada tugas akhir ini penulis membuat kajian teknis dan biaya dalam pemodifikasian kapal CPO Tanker tipe single hull menjadi double hull, terkait dengan adanya ketentuan IMO dalam MARPOL untuk penggunaan kapal tanker yang mengangkut CPO dengan konstruksi double hull.
Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur dari rules IMO dan studi kasus dari sampel kapal CPO Tanker 4100 DWT milik PT.Multitrans Line, Jakarta. Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan ilmu teori merancang kapal untuk perancangan modifikasi. Diharapkan analisis ini dapat memberikan gambaran kepada perusahaan - perusahaan pelayaran nasional tentang pemodifikasian kapal dari single hull ke double hull dari segi ekonomi.

Hulls is a principal factor for a new ship buildings design calculation, especially to tanker. Cargo capacity, stability and strength of ship, influenced by hulls design. There is two type of hulls constructions : single hull and double hull. A lot of old tanker is still using a single hull type, however in a row of technology development and standardization of IMO convention about pollution (MARPOL 73/78), the new ship building has change to double hull. Olds Tanker that still using single hull type, its must not to be scraped, but still be used by modification way.
This paper describes a study of technical and cost examination in CPO Tanker modification from single hull type to double hull type, relating to IMO convention of MARPOL 73/78 for the control of pollution by Noxious Liquid Substances in bulk.
The analysis using literature study method from IMO Convention and case study method from using sample CPO Tanker 4100 DWT PT. Multi trans Line's, Jakarta. I hope this analysis can give a view of ship modification from single hull to double hull for national shipping companies, approach to economic aspect.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Taryono
"ABSTRAK
Pengelasan konstruksi lambung kapal yang terletak di bawah permukaan air (water backing welding) pada kondisi kapal mengapung di taut sampal saat inl masih menjadi permasalahan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dipecahkan dalam Industri galangan kapal modem. Pengelasan kondisi water backing belum boleh dilaksanakan karena mutu akhir lasan tidak diketahui secara pasti. Dalam studs ini dilakukan peneiitian skala laboratorium untuk mengetahul pengaruh water backing terhadap perobahan sifat mekanis dan metalurgis lasan pelat baja lunak spesifikasi Biro Klasifikasi Indonesia grade A. Penelitian dilaksanakan dengan memperslapkan Welding Procedure Specification sesuai AWS 3.6-83, A type dry weld. Pengelasan manual (SMAW) pada sambungan fillet dilaksanakan dengan elektrode hidrogen rendah (AWS E7016), teknik deposisi logam las stringer bead dan temper bead. Dua pengelasan dengan kondisi Water backing dan Water backing preheat 100 0C dilakukan di atas bak air taut, sedangkan satu acuan pengelasan dilakukan dalam kondisi kering. Pengujian yang dilakukan dalam studi ini meliputi: 1) Uji radiografi; 2) Uji Visual; 3) Uji tank logam Ias; 4) Uji tariklgeser las fillet; 5) Uji patahan Ias fillet; 6) Uji takik 'V* logam las; 7) Uji Kekerasan mikro; dan 8) Foto metalografi. Selain delapan pengujlan di atas laju pendinginan pada pengelasan water backing juga diukur dari hasil pengujian, observasi dan analisa data dapat disimpulkan, bahwa: 1) Water backing menurunkan regangan maksimum lasan kering 45 %, menaikan nilai kekerasannya 10,5 %, dan menurunkan kekuatan impaknya (pada suhu uji 1 0 0C) 36,5 %; 2) Prapemanasan 100 °C pada pengelasan water backing menurunkan regangan maksimum lasan kering 29 %, menaikan nilai kekerasannya 7 %, dan menurunkan kekuatan impaknya (pada suhu uji10 °C) 25,6 %; 3) Water backing menghasilkan struktur mikro martensit pada batas las; 4) Semua hasil pengujian laboratorium yang telah disimpulkan diatas secara teknis masih memenuhi standard AWS .3.6; 5) Teknik deposisi temper bead tidak meningkatkan kekuatan geser las fillet dan hanya memperbaiki struktur mikro lasan. 6) Semua WPS yang telah dikualfikasi memenuhi syarat AWS .3.6 sehingga semua prosedur pengelasan yang telah dilakukan dalam studi lni dapat diterapkan untuk las produksi alternatif.

ABSTRACT
The welding of ship hull construction under sea water level (water backed welding) on floated condition is still problem recently. This kind of problem is a challenge to solve for modem shipbuilding industry_ The water backed welding can not perform until now, cause the final quality of weidments is not know exactly. The laboratory research has done to study the effects of water hacking on mild steel plate welded with grade A specification of Biro Klasifikasi Indonesia. The research is performing by preparing twelve kinds of welding procedure specifications in according to AWS .3.6, A type dry weld. The low hydrogen type (AWS E7016) of electrodes has used to manually weld (Shield Metal Arc Welding) fillet joint of steel plate on stringer bead and temper bead deposition techniques. Both of waters backed and water backed preheated 100 0C welding has performed above circulated sea water tank and the other one of welding that used as reference is performs on dry condition. The eight of examination and test kind are perform in this study, that are radiography examinations, visually examinations, all weld metal tensile tests, fillet weld shear test, fillet weld fracture test, charpy "VP notched impact test, micro hardness test, and metallographic on welded steel plate. Beside examinations and test above stated, cooling rate of water backed welding is study in this research. Based on the above stated the conclusions are list as state on bellowed. 1) Water backing is decrease the maximum strain of dry weld up to 45 %, its impact strength on 10 centigrade of test temperature up to 36.5 %, and increases its hardness up to 10.5 %. 2) The application of 100 0C preheating on water backed welding Is decrease the maximum strain of dry weld up to 29 %, Its impact strength on 10 centigrade of test temperature up to 25,6 %, and increase its hardness up to 7 %. 3) The water backed welding is tending to form the martensite micro structure on weld fusion zone. 4)All of the laboratory test results have above concluded technically is satisfactory to AWS .3.6. 5) The application of temper bead technique deposition of weld metal is not increase the fillet weld shear strength, but only improved the weld micro structure. 6) All of WPS has qualified is futhll to AVVS .3.6 specification and all of them can apply to production weld alternatively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovan Patriot
"Hull atau lambung kapal adalah suatu bagian utama dari sebuah kapal, karena pada dinding bagian dalam lambung tersebut dijadikan ruang di mana diletakkan muatan-muatan yang diangkut oleh kapal, khususnya pada kapal tanker. Seiring dengan perkembangan teknologi dan standarisasi peraturan IMO tentang konvensi polusi laut (MARPOL 73/78) bahwa terhitung mulai Juni 2010, kapal-kapal tanker yang mengangkut muatan cair berbahaya khususnya minyak hitam (black product) diwajibkan untuk memiliki lambung ganda atau double hull. Karena banyaknya kapal-kapal tanker berukuran besar yang masih berlambung tunggal, namun sudah tidak efektif apabila dimodifikasi menjadi berlambung ganda. Maka muncullah ide untuk dilakukan konversi perubahan fungsi dari sebuah kapal tanker niaga menjadi tanki minyak terapung (Floating Storage Offloading / FSO).
Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan suatu analisa mengenai proses konversi tersebut. Analisa yang dilakukan adalah mempelajari sejumlah informasi mengenai proses konversi dari kapal tanker menjadi tanki minyak terapung dilihat dari segi teknis, biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses konversi tersebut. Metode yang digunakan adalah studi kasus dari sampel sebuah kapal crude oil tanker berukuran 91647 DWT yang hendak dikonversi menjadi FSO di Keppel Shipyard. Pengolahan data dilakukan dengan analisa dan peninjauan kasus dari proses konversi tersebut. Diharapkan dengan hasil analisis ini dapat memberikan gambaran dan perbandingan kepada perusahaan-perusahaan pelayaran nasional yang hendak melakukan konversi kapal tanker mereka menjadi FSO dari segi teknis, biaya dan waktu.

Hull of a ship is a main part of a ship, because inside that part is where we put all the cargo that loaded on the ship, especially for tankers. Related to the development of technology and standardization of IMO convention for sea pollution (MARPOL 73/78) which is mandatory enforce by June 2010, all tankers that load Noxious Liquid Substances have to use double hull construction. Since there are still lots of large tankers that still with single hull construction, and she is not effective anymore to be modified into double hull, based on above condition came out an idea to convert those ships from tankers into Floating Storage Offloading (FSO).
And in relation with that matters, in this final assignment will be discussed the process and the analysis of the tanker conversion into FSO. This paper describes a study of the extent information about the conversion process from tanker into FSO and work through technical, cost and duration aspects. The analysis using case study method, use a sample of a 91647 DWT crude oil tanker that will be converted into FSO in Keppel Shipyard. Besides analyzing this paper also provide some critical review about the conversion process. We do hope this paper could provide some pictures and comparison for the national shipping companies that intend to convert their tankers to FSO, approach from technical, cost and duration aspects.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38096
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vigner Tessario Lukas
"Hambatan kapal merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu kapal. Nilai hambatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bentuk lambung, tingkat streamline dan kekasaran lambung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian kekasaran khusus pada lambung kapal terhadap koefisien hambatan total dan aliran transisi yang terjadi. Kapal model crude oil tanker digunakan dalam penelitian ini. Dimensi kapal model yaitu Lpp = 2,6 m B = 0,24 m dan T = 0,18 m. Kapal tersebut dibuat bervariasi kekasaran permukaan lambungnya dengan memberikan tempelan kulit kerang. Kerang yang digunakan yaitu kerang hijau, kerang tahu dan kerang dara. Motor listrik digunakan untuk menarik kapal model tersebut. Tegangan tali yang merupakan hambatan total kapal model diukur menggunakan load cell anemometer yang dihubungkan dengan data akusisi. Penggunaan kekasaran khusus cangkang kerang hijau dapat menurunkan koefisien hambata total sekitar 4,2% pada nilai bilangan Reynolds 1,6 x 106. Kecepatan transisi dari aliran laminer menuju turbulent pun dapat diteliti dengan melihat fenomena trend koefisien hambatan total yang terjadi.

Ship Resistance is something that should be considered in a ship design. The value of these resistances is influenced by several factors, including hull shape, and roughness levels on fully streamlined. The purpose of this research is to know the effect of hull roughness, specifically the total resistance coefficient and flow transition that appear. Crude oil tanker ship model used in this study, Dimensions of ship model is Lpp = 2.6 m, B = 0.24 m and T = 0.18 m. This ship model is given the differences in surface roughness of the hull with a scallop shell. Shells used in this research are kerang hijau (Mytilus edulis), kerang darah (Anadara granosa) and kerang tahu (Reticulate venus). The ship models is pull by electric motor which the motor speed can be various. Pull force was measured by using a load cell anemometer that affixed to the vessel and connected to the rope model puller. The use of special roughness kerang hijau can decrease the total drag coefficient about 4.2% in the value of Reynolds number 1.6 x 106. The speed of transition from laminar to turbulent flow can be studied by looking at the phenomenon of total drag coefficient trend is happening. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S848
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Nurrosyidi
"Kecepatan pada kapal dipengaruhi oleh hambatan terhadap kapal tersebut. Mulai dari gesekan antar permukaan air, kekasaran permukaan benda, sampai dengan bentuk lambung sangat mempengaruhi hambatan total. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hambatan pada sebuah kapal model dengan bentuk lambung tipe ?U? pada kecepatan dan kondisi pemuatan yang berbeda sehingga dapat diperoleh nilai faktor bentuk.
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan melakukan uji tarik kapal model di kolam renang tanpa arus. Hasil dari pengujian menunjukkan variasi kecepatan dan pemuatan kapal model tipe lambung ?U? berpengaruh pada nilai faktor bentuk yang didapatkan. Faktor bentuk dengan kondisi pemuatan 75% memiliki nilai yang lebih kecil dari kondisi pemuatan 100%.

The speed of the ship is affected by the resistance of the ship. Starting from the friction between the water surface, surface roughness, until the hull shape greatly affect the total resistance. The purpose of this research is to know the difference constraints on a model ship with hull shape type "U" on the different velocity and different loading conditions to obtain the value of form factor.
The method used is doing some tensile test model ship in the pool without wave. The results of this testing showed variations of velocity and loading the ship hull model type "U" effect on the value of form factor that was obtained. Form factor with 75% loading condition has a value smaller than 100% loading condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S768
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retnani Anita Anggraeni
"Modifikasi dari lambung kapal untuk mendapatkan bentuk lambung dengan tahanan kapal yang kecil telah menjadi penelitian dan permasalahan di dunia perkapalan selama bertahun-tahun, hingga bulbous bow menjadi suatu solusi untuk pengurangan tahanan pada lambung kapal. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bulbous bow pada lambung kapal cargo terhadap aspek hidromekanika kapal yaitu hambatan (resistance). Digunakan metode uji tarik dengan penambahan 5 jenis bulbous bow pada lambung model kapal cargo, pada perbedaan putaran motor tarik dan perbedaan sarat model kapal. Dari percobaan ini diambil 2 data utama, yaitu nilai tegangan tali yang kemudian menjadi harga tahanan total dari kapal model, kemudian data kedua adalah waktu tempuh dari kapal model pada lintasan 6m, dan kemudian dari data waktu tempuh ini didapatkan kecepatan kapal. Pengolahan data dilakukan pada kedua data utama tersebut - tahanan total (kg) dan kecepatan kapal (m/s) - untuk mengetahui besaran nilai tiap komponen tahanan kapal model yaitu tahanan gesek dan tahanan sisa. Analisa data dilakukan pada setiap kondisi dengan jenis bulbous bow yang berbeda dibandingkan dengan kapal model tanpa bulbous bow. Kemudian diketahui bahwa penambahan bulbous bow mempengaruhi setiap komponen tahanan kapal, dan dari kelima jenis bulbous yang dipercobakan, bulbous bow jenis II merupakan bentuk optimum bulbous bow terhadap lambung model kapal cargo, dengan didapatkan rasio perbandingan geometrinya dan dengan pengurangan tahanan mencapai 23% (muatan penuh) dengan range kecepatan kapal model 3,5 knot hingga 4,5 knot.

A modification of a ship's hull to gain hull shape with small resistance has became a focus in the world of naval architecture for years, then bulbous bow stepped out as one of effective solution in the hull resistance decrease. This experiment has it's object to be knowledgeable about the influence of bulbous bow addition in a cargo ship with its resistance. Pulling trial method is used in this experiment with 5 different types of bulbous bow and with speed pulling machine variation and draft variation. From the experiment, we take 2 main data, they are: the value of rope strain and the ship's time to go through 6 meter of track Data preparation is done to those main data to know the value of each resistance's components that is residual resistance and friction resistance. From this, analysis can be done with the result that bulbous bow effects every components of resistance. Overall, the resistance reduction reach 23% in full load and in speed range between 3,5 knot to 4,5 knot for ship's model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>