Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aurelia Anissha Emily Damayanti
"Era 1980an merupakan era kejayaan bagi kesusastraan di Korea Selatan, khususnya puisi. Park Nohae, sebagai salah satu penyair di masa itu, merupakan penyair yang secara langsung merasakan kerasnya kehidupan yang dijalani para buruh di negara tersebut pada masa pemerintahan Park Chunghee hingga Chun Doohwan. Dalam buku kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Nodong ui Saebyeok, Dawn of Labor), ia menuliskan banyak puisi mengenai perjuangan buruh serta perasaan buruh dengan berbagai simbol demi memberikan kritik terhadap pemerintahan Chun Doohwan selama era 1980an. Berdasarkan metode kualitatif-analisis, penulis menemukan bahwa 2 judul puisi yang ada dalam buku tersebut, di antaranya Haneul dan Heokkaebi memiliki simbol khusus untuk menggambarkan kritik terhadap pemerintahan yang dilakukan oleh para buruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi Haneul dan Heokkaebi memiliki kesamaan dalam menjabarkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dalam pemerintah atau orang-orang terpelajar sebagai seseorang yang menakutkan atau orang yang hanya berbicara omong kosong di depan rakyat. Untuk memperkuat kritik dalam puisi, penyair menggunakan simbol utama yang digunakan pada kedua puisi tersebut sudah terlihat dari judulnya, yakni langit dan ilusi.

The 1980s era was best known as the era of literature in South Korea, poem in particular. Park Nohae as one of the poet from that era has faced the struggle of laborers during Park Chunghee and Chun Doohwans regime. In his first book collection of poems entitled Nodong ui Saebyeok, Dawn of Labor, Park Nohae has written many poems that told about the laborers struggles and their feelings about the regime in many symbolic meanings to criticize the Chun Doo Hwans government. By using the qualitative method of analysis, the researcher found that two poems titled Haneul dan Heokkaebi from Park Nohaes first book have specific symbol to deliver laborers criticism toward the government. As the result of this research is that Haneul and Heokkaebi contained the same way to describe people whom have powers in government and those who have good education as someone whose scary and speaks nonsense in front of the mass. To give more meanings to those poems, Park Nohae used a symbol which is the same as the title, sky and illution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Katharina Puspa Ningtyas
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas mengenai kritik sosial yang ingin disampaikan oleh Kim Chi Ha terhadap pemerintahan Park Chung Hee dalam tiga puisinya yang berjudul Tanenun Mokmareumeuro, Yeoul 2 dan Jageun Geoseul Boja. Jurnal ini ingin memperlihatkan keadaan Korea Selatan yang menderita akibat pemerintahan Park Chung Hee yang otoriter dan anti demokrasi, melalui kritik yang disampaikan oleh Kim Chi Ha melalui simbol-simbol yang ada di dalam puisinya. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan semiotik dengan metode kualitatif serta analisis deskriptif dan penggunaan metode studi pustaka sebagai metode pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga puisi karangan Kim Chi Ha menggambarkan pemerintahan Park Chung Hee yang anti demokrasi, tidak memperlakukan rakyatnya secara manusiawi dan tidak adanya hubungan yang harmonis antara rakyat dan pemerintah.

ABSTRACT
This journal discusses the social criticism from Kim Chi Ha to Park Chung Hee 39 s government in his three poems entitled Tanenun Mokmareumeuro, Yeoul 2 and Jageun Geoseul Boja. This journal wants to show the state of South Korea suffering from authoritarian and anti democratic of Park Chung Hee rsquo s government, through criticism delivered by Kim Chi Ha by symbols in his poetry. The method used is through semiotic method with qualitative methods and descriptive analysis and the use of literature as a method of data collection. The results of the research from this journal are through the criticisms of Taneun Mokmareumeuro poetry, Yeoul 2 and Jageun Geoseul Boja, seen that the Park Chung Hee government is an anti democratic government, does not treat its people humanely and there is no harmonious relationship between the people and government."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Leressae
"Sebagai salah satu bentuk kesusastraan, puisi mengalami masa-masa keemasan di Cina. Puisi samar atau Menglongshi merupakan salah satu jenis puisi di Cina yang sulit diinterpretasikan maknanya dan muncul pada masa Revolusi Kebudayaan (1966-1976). Bei Dao adalah salah satu penyair yang menulis puisi samar berjudul “Xuanyan (Deklarasi)” pada masa itu. Revolusi kebudayaan membuat Bei Dao dan para penyair puisi samar lainnya tidak bebas berekspresi sehingga harus menggunakan berbagai simbol untuk menyembunyikan makna sebenarnya dalam puisi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna situasi zaman yang terkandung di dalam puisi “Xuanyan (Deklarasi)” karya Bei Dao melalui simbol-simbol yang dituangkan ke dalam puisi ini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis puisi “Xuanyan (Deklarasi)” dan melakukan interpretasi untuk mendapatkan makna simbolik dari puisi ini. Penelitian ini mendapati hasil bahwa puisi “Xuanyan (Deklarasi)” memiliki makna simbolik tentang kritik dan penolakan Bei Dao terhadap segala propaganda dalam Revolusi Kebudayaan.

As a form of literature, poetry experienced golden times in China. Misty poetry or Menglongshi is a type of poetry in China that is difficult to interpret and emerged during the Cultural Revolution (1966-1976). Bei Dao was one of the poets who wrote the misty poem “Xuanyan (Declaration)” at that time. The cultural revolution made Bei Dao and other misty poets not free to express themselves, so they had to use various symbols to hide the true meaning in their poetry. This study aims to find out the meaning of the current situation contained in the poem "Xuanyan (Declaration)” by Bei Dao through the symbols that are poured into this poem. The research method used is descriptive qualitative, namely analyzing the poem "Xuanyan (Declaration)" and interpreting it to get the symbolic meaning of this poem. This study found that the poem "Xuanyan (Declaration)" has a symbolic meaning about Bei Dao's criticism and rejection of all propaganda in the Cultural Revolution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dzia Fauziah
"Layla Majnun adalah sebuah kisah klasik populer di Timur Tengah. Konon, kisah ini yang mengilhami Shakespeare menulis kisah Romeo and Juliet di Eropa. Kisah ini menyebar ke beberapa budaya di dunia dan ditulis ulang dalam genre puisi, roman, drama dan film. Skripsi ini bertujuan meneliti kisah tersebut dari genre puisi modern yang ditulis oleh Qassim Haddad, seorang penyair Bahrain. Penelitian ini menggunakan data pustaka, baik cetak maupun elektronik, baik sebagai korpus penelitian maupun referensi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yang lebih mengutamakan kata daripada angka dan menekankan kualitas bukan kuantitas. Data tersebut dipaparkan dalam bentuk deskriptif analitis, dimulai dari pendeskripsian strukturnya, sampai pada analisis terhadap isinya. Dalam analisis, juga digunakan metode strukturalisme semiotik, yang menekankan pada teks dan unsur intrinsiknya.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa tidak banyak gambaran tentang kisah cinta Laila Majnun yang terungkap dalam puisi tersebut, karena bentuknya monolog, bukan naratif dan banyak ungkapan yang kurang dapat dipahami, karena sarat dengan kata-kata majas dan konotatif yang tidak jelas. Makalah ini merekomendasikan agar cerita tersebut dapat diilhami dengan baik, harus ditulis dalam bentuk puisi diafan, yang mudah dicerna, bukan prismatis, yang sukar dicerna, dalam bentuk puisi bebas yang prosais, dengan tipografi sederhana, tidak perlu banyak menggunakan enjambemen.

Layla Majnun is a popular classic story in the Middle East. It is said that this story inspired Shakespeare to write the story of Romeo and Juliet in Europe. The story spread to several cultures in the world and was rewritten in poetry, romance, drama and film genres. This paper aims to examine the story from the genre of modern poetry written by Qassim Haddad, a Bahrain poet. This research uses library data, both print and electronic, as research corpus and reference. The method used in this paper is the qualitative method, which prioritises words rather than numbers and emphasises quality over quantity. The data is presented in the form of analytical descriptive, starting from the description of its structure, until the analysis of its contents. In the analysis, semiotic structuralism is also used, which emphasises the text and its intrinsic elements.
From the results of this study, it is found that there are not many images of the Laila Majnun's love story revealed in the poem because of it is a monologue form and not a narrative, and there are many phrases that are less understandable because the poem is rich in figurative words and unclear connotations. This paper recommends the story to be inspired well, it should be written in the form of a diaphanous and easily digestible poem, rather than prismatic and complicated. It is expected to be written in the form of a free and prosaic poem, with simple typography and does not necessarily use too many enjambments.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidinna Fitrie Lestari
"Skripsi ini membahas mengenai pandangan tentang pernikahan oleh dua tokoh utama wanita dalam novel Seo Inneun Yoja karya Park Wan Suh. Dua tokoh wanita dalam novel tersebut berasal dari dua generasi yang berbeda, yaitu generasi ibu dan anak. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan menghubungkan pandangan kedua tokoh tentang pernikahan dengan kondisi sosial masyarakat Korea Selatan pada masa diciptakannya novel, yaitu periode 1980-an.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara tokoh generasi ibu dan tokoh generasi anak dalam beberapa hal terkait pernikahan. Perbedaan pandangan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti perbedaan generasi di antara kedua tokoh dan kondisi sosial yang turut mempengaruhi karakter kedua tokoh tersebut. Selain itu, perbedaan pandangan kedua tokoh tentang pernikahan juga menggambarkan perubahan sosial yang terjadi, dari tradisional menuju modern, pada masyarakat Korea di masa transisi tersebut.

This thesis explains about the view on marriage by two main female characters in Seo Inneun Yoja novel by Park Wan Suh. Two female characters in the novel come from two different generations, the mother generation and the child generation. This research is a qualitative research with descriptive analysis method. In this study, the author uses the theory of sociology of literature by connecting the views of the two characters about marriage to social condition of South Korean society during the creation of the novel in 1980s.
The result of the research shows that there are differences in views between the mother rsquo s generation and the child rsquo s generation figure in some matters related to marriage. Differences in views occur due to several factors, such as the difference in generation between the two characters and social conditions that also affect the personality of the two characters. In addition, differences in views of the two characters about marriage also describe the social change occurred, from traditional to modern, in Korean society in this transition period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ghassani
"Ahlam Mosteghenemi adalah seorang penulis dan penyair Aljazair yang cukup terkenal di dunia Sastra Arab Modern. Karyanya banyak diakui dunia sebagai karya yang bernilai sastra tinggi. Beberapa karyanya menjadi karya berbahasa Arab pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Penerbit American University di Cairo. Ia cukup banyak mendapatkan penghargaan sastra seperti Naguib Mahfouz Medal for Literature untuk novel Memory of the Flesh (1998), The George Tarabeh Prize for Culture and Creativity (1999), dan The Pioneers of Lebanon Committee Medal (2004), The Most Famous Woman in Arabic World (2009). Dalam skripsi ini penulis membahas puisi karyanya yang berjudul Hatta Anta (َدْ ٔ َأ ىَّرَد) dan Bila Qalbin Bila Umrin (ٍشُّْعَلاِتٍةٍْ َل َلاِت).
Kedua puisi tersebut menjadi sumber data primer dalam skripsi ini. Dua puisi tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif-analisis. Penelitian skripsi ini terfokus pada analisis struktural bentuk puisi dan mengungkapkan unsur pembentukan fisik puisi berupa tipografi, enjambemen pungtuasi, dan imaji dari kedua puisi tersebut. Selain itu, penulis juga menganalisis struktur batin puisipuisi tersebut yang meliputi pembuktian tema cinta dengan menguraikan komponen makna cinta yang terkandung dalam kedua puisi ini dan pencarian unsur cinta untuk menentukan jenis cinta seperti apa yang digambarkan pada puisi-puisi tersebut. Setelah menganalisis kedua puisi tersebut, bentuk dari kedua puisi tersebut sesuai perubahan perasaan dan emosi yang dirasakan oleh tokoh dalam kedua puisi tersebut dan kedua puisi ini merupakan puisi yang bertemakan cinta. Jenis cinta dalam kedua puisi ini berbeda sesuai dengan unsur cinta yang terkandung dalam kedua puisi ini.

Ahlam Mosteghenemi is an Algerian author and a poet, who is popular in the world of modern Arabic Literature. Many of Her works have been widely recognized as high literary value. Some of her works become the first Arabic language works that have been translated in English version by American University Publisher in Cairo. She has already got significant number of awards in Literature, such as Naguib Mahfouz Medal for Literature for her novel titled "Memory of the Flesh" (1998), “The George Tarabeh Prize for Literature for Culture and Creativity" (1999), and "The pioneers of Lebanon Committee Medal" (2004), and "The Most Famous Woman in Arabic World” (2009). In this minithesis, the author discusses Mostaghenemi's poetries which are titled "Hatta Anta" ( َدَْٔأ ىَّ ر َد) and “Bilaa Qalbin Bilaa Umrin” (ٍشُّْع َلاِت ٍةٍَْل َلاِت).
These poetries become the primary data in this minithesis. Those two poetries are analyzed by using descriptive-method analysis. The minithesis research is focused on structural analysis of poetry form and utter physical formation element which are typography, enjambment, punctuate, and image from the two poetries. Besides, the author also analyzed inner structure of the poetries, which include theme verification by expounding component of love-meaning that are contained in the poetries, and the searching of love element for determining types of love, as what have been described in the poetries. After analyzing the poetries, the formation of the two poetries are appropriate with the changes of feeling and emotion felt by the character in the poetries, and the theme of these poetries are about love. The kinds of love in the poetries are different, according to love element that is involved in these poetries.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serly Kusumadewi
"Skripsi ini membahas peranan nilai-nilai Konfusianisme sebagai pandangan fundamental bangsa Korea keseluruhan dalam pemerintahan Park Chung Hee secara khusus dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan tahun 1961-1979. Pembahasan tersebut akan mengurai bagaimana pengaruh internal (nilai-nilai Konfusianisme) dan eksternal (pengaruh Amerika Serikat dan Jepang) berpengaruh kepada Park Chung Hee dan pemerintahannya. Penelitian akan dibuktikan dengan analisis kualitatif deskriptif atas nilai-nilai Konfusianisme yang terkandung dalam kepemimpinan Park Chung Hee, kebijakan-kebijakan pemerintahan Park serta resistensinya terhadap Konfusianisme dan pengaruh asing. Hasil studi ini membuktikan adanya hubungan antara nilai-nilai Konfusianisme dengan kepemimpinan Park Chung Hee tahun 1961-1979 dalam peranannya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan.

The focus of this study is to explain the role of Confucian values as Korean’s fundamental view in Park Chung Hee’s era specifically and its influences toward South Korea’s economy development 1961-1979. This study would describe how both internal factor (Confucian values) and external factor (USA and Japan) give influences toward Park Chung Hee himself and his government. This study will be conducted by descriptive-qualitative analysis of Confucian values on Park’s era, Park government’s policies, and also their resistance towards Confucianism itself and foreign influences. This study itself concludes that there is a correlation between Confucian values and Park Chung Hee’s era (1961-1979) due to its role toward South Korea’s economy development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Nur Fadilah
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas novel Katak Hendak Jadi Lembu yang dikarang oleh Nur Sutan Iskandar pada tahun 1935. Ia menggambarkan kondisi sosial masyarakat di Hindia Belanda yang terpuruk saat terjadinya malaise, masa yang penuh kesulitan pada rentang tahun 1929 mdash;1932. Suria, tokoh utama dalam novel, digambarkan sebagai tokoh yang tidak peduli sehingga kehidupan keluarganya hancur. Nur Sutan Iskandar menggambarkan berbagai masalah sosial yang terjadi pada masa tersebut, yaitu masalah kemiskinan, disorganisasi keluarga, dan lingkungan hidup. Penelitian dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra dan metode analisis pustaka. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk menunjukkan kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam novel. Metode analisis pustaka digunakan untuk mencari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan latar waktu dalam novel. Dalam skripsi ini, kritik Nur Sutan Iskandar bukan hanya ditujukan terhadap fenomena kehidupan, melainkan perilaku pemerintahan kolonial Belanda pada saat zaman malaise.

ABSTRACT
This thesis discusses Katak Hendak Jadi Lembu, a novel composed by Nur Sutan Iskandar in 1935. He describes the social conditions of society in the Indies which collapsed during the malaise, a period of difficulty in the span of 1929 mdash 1932. Suria, the main character in the novel, is portrayed as a careless figure so that his family life is destroyed. Nur Sutan Iskandar describes various social problems that occurred at that time, namely the problem of poverty, family disorganization, and the environment. The research is done by approach of literary sociology and literature analysis method. The sociological approach of literature is used to indicate the social conditions of society contained in the novel. The literature analysis method is used to find reference sources related to the time background in the novel. In this thesis, the criticism of Nur Sutan Iskandar is not only aimed at the phenomenon of life, but the behavior of Dutch colonial government during the time of malaise. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadyla Testiara
"Tulisan ini akan membahas isu kematian dalam puisi berjudul Geomeun Siniyeo yang diakibatkan oleh Perang Korea. Isu kematian akibat depresi dalam puisi Geomeun Siniyeo berbeda dengan keinginan mati secara umum, yaitu seperti bunuh diri. Penyair justru meminta bantuan Dewa untuk mencabut nyawanya. Dari puisi Geomeun Siniyeo, penulis berargumen bahwa isu kematian yang berbeda itu disebabkan oleh jiwa penyair yang telah mati. Sedangkan studi terdahulu mengatakan bahwa penyair menjadi saksi atas kematian orang lain akibat perang sehingga timbul keinginan untuk mati.
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah dengan membaca teliti setiap bait pada puisi, memaknai simbol, membaca studi terdahulu yang membahas puisi Geomeun Siniyeo, dan mencari informasi terkait kesehatan mental rakyat Korea pada masa Perang Korea. Selain itu, penulis juga mencari informasi terkait wishes to die, mencari informasi mengenai depresi, dan kemudian mengaitkan isu kematian dengan depresi. Dengan menggunakan teori fenomenologis penulis berusaha menemukan deskripsi sistematis dan faktual terhadap puisi tersebut.

This paper will discuss the issue of death in a poem titled Geomeun Siniyeo caused by the Korean War. The issue of death due to depression in Geomeun Siniyeo is different from the general death wish, which is suicide. The poet actually asks God 39;s help to take his life. The author argues that this kind of death issue is caused by the soul of a dead poet. While previous study says that poet witnessed the deaths of others due to war that arises the desire to die.
The method used in this paper is by perusing each verse on poetry, interpreting symbols, reading previous studies that discuss Geomeun Siniyeo poem, and seeking information related to the mental health of Korean people during the Korean War. The author also looking for information related to wishes to die, looking for information about depression, and then linking the issue of death with depression. By using phenomenological theory the author tries to find a systematic and factual description of the poem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Widari
"Korea Selatan pada tahun 1968 di bawah kepemimpinan Jenderal Park Chung-hee masih berada dalam bayang-bayang pemerintahan militer yang diktator. Penyair Korea Selatan bernama Shin Dong-yup menuliskan puisi prosais berjudul Sanmunsi 1 sebagai media  tidak langsung untuk mengkritisi pemerintahan. Ia menuliskannya dengan menggambarkan situasi sosial-politik yang berkebalikan dari situasi di Korea Selatan pada masa itu. Penelitian ini menganalisis puisi prosais berjudul Samunsi 1 karya Shin Dong-yup dengan menggunakan teori egalitarianisme dan kritik sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analisis. Prosedur penelitian yang digunakan untuk menganalisis karya puisi prosais ini adalah pendekatan sosiologi sastra dengan teori strukturalisme genetik. Metode dan prosedur ini diikuti dengan data-data referensi untuk mengelaborasi kritik sosial yang terwujud melalui hadirnya paham egalitarianisme dalam puisi prosais yang memiliki keterkaitan sosial-histori Korea Selatan pada tahun 1968. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa puisi prosais Sanmunsi 1 adalah sebuah bentuk kritik terhadap Park Chung-hee dengan menggunakan penggambaran egalitarianisme yang hadir sebagai ironi atas realitas sosial Korea Selatan pada masa itu. 

In 1968, South Korean under Park Chunghee regime still live under dictatorship and military government. Shin Dong-yup, one of South Korean writer who is contrived a prose poetry entitled Sanmunsi 1 as a criticism platform by describing an ideal social-politic condition which contradictive with South Korea’s condition at that time. This research aim to analyzed prose poetry by require take of egalitarianism theory and social criticism theory. Methode that applied in this research is descriptive analysis. Procedure that applied for analyzing Shin Dong-yup’s Sanmunsi 1 prose poetry is sociology of literature with theeory of genetic structuralism. This methode and procedure are followed by data and variant reference to elaborate the emerge of egalitarianism which related to South Korea’s social-historical aspect in 1968 to prove the form of social criticism in it. Through this research it found that Sanmunsi 1 prose poetry is a form of social criticism to Park Chung-hee regime by emerging egalitarianism as an irony of South Korea reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>