Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elzza Priscania Raissachelva
"Perpisahan dalam jangka waktu lama yang dialami oleh remaja dan orang tua yang merupakan pekerja migran dapat membuat kualitas hubungan yang terjalin mengalami perubahan dan membentuk hubungan yang buruk diantara mereka. Ketika remaja memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua, mereka mulai menjalin kedekatan dengan teman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kelekatan pada orang tua dan teman sebaya dengan subjective well-being (SWB) remaja yang ditinggalkan orang tua bekerja sebagai pekerja migran. Partisipan penelitian terdiri dari 42 remaja berusia 12 - 15 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur kelekatan adalah inventory of parent and peer attachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg (1987).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SWB adalah satisfaction with life scale (SWLS) oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985), positive and negative affect schedule (PANAS) oleh Watson, Clark dan Tellegan (1988) dan subjective happiness scale (SHS) oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan dan hubungan negatif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan afek negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ibu dengan komponen afek positif dan hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada teman sebaya dengan kebahagiaan.

Long-term separation experienced by adolescents and parents who are migrant workers can make quality of the relationships are change and form a bad relationship between them. When adolescent have a bad relationship with parents, they begin to develop closeness with friends.
The aim of this study is to find out the relationship between attachment to parent and peer with subjective well-being (SWB) among adolescents who are left behind by their parent to working as migrant worker. The research sample are 42 adolescents between 12 - 15 years old who are left behind by their parent to working as migrant worker.
Attachment to parent and peer was measured with Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) by Armsden and Greenberg (1987) and SWB was measured with Satisfaction With Life Scale (SWLS) by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985), Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) by Watson, Clark and Tellegan (1988), and Subjective Happiness Scale (SHS) by Lyubomirsky and Lepper (1999).
Result of this study indicated that attachment to father has positively significant correlation with life satisfaction and happiness while attachment to father has negatively significant correlation with negative affect. Attachment to mother has positively significant correlation with positive affect and attachment to peer has positively significant to happiness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhuhita Karima
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat psychological well being antara remaja laki-laki dan perempuan yang ditinggal oleh orangtua bekerja di luar negeri sebagai buruh migran. Metode penelitian ini adalah non-eksperimental dan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur 18-item Ryff Psychological Well-Being Scale. Partisipan penelitian ini adalah 163 remaja berusia 11-16 tahun berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan psychological well-being yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan. Remaja perempuan memiliki tingkat psychological well-being yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja laki-laki.

The aim of this research is to see psychological well-being difference between male and female adolescent left behind by migrant worker parent. This research is non-experimental using 18-item Ryff Psychological Well-Being Scale. The respondents of this research are 163 adolescents between 11-16 years old who live in Cilamaya, Karawang, West Java. The results of this research shows that there is a significant psychological well-being difference between left behind male and female adolescent by parent?s migration where female adolescent scored higher psychological well-being compare to male adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Claudia Putri
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari perceived social support dan internalizing symptoms pada remaja yang ditinggalkan orang tuanya untuk bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) digunakan untuk mengukur dukungan sosial yang dipersepsikan dari tiga sumber dan alat ukur Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) pada dimensi internalizing problems untuk gejala internalizing. 171 remaja terlibat dalam studi ini. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa perceived social support berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan internalizing symptoms. Berdasarkan hasil dari studi ini, penulis menyarankan agar buruh migran tetap melakukan komunikasi dengan anak-anaknya.

This study aims to seek the relationship between perceived social support and internalizing symptoms in adolescents who are left behind by their parents to be a migrant worker abroad. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) are used to measure perceived social support from three sources, and the broad dimension of internalizing problem in the Strength and Difficulties Questionnaire are used to measure internalizing symptoms. 171 adolescents are involved in this study. The Pearson Correlation indicates that perceived social support correlates significantly and negatively with internalizing symptoms. It is suggested that parents working abroad should communicate frequently with their children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Aditya Pranata
"Tingginya level subjective well-being (SWB) telah terbukti dapat melindungi remaja dari stres akibat banyaknya perubahan yang dialami di masa ini. Diketahui bahwa pola asuh orang tua dapat berkontribusi terhadap SWB remaja. Pada keluarga dual earnerkondisi pekerjaan orang tua diprediksi dapat berpengaruh terhadap pola asuh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh dan SWB remaja di keluarga dual earner. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online. Hasil analisis korelasi terhadap 118 remaja di SMP dan SMA di Jabodetabek menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siginifkan antara kecenderungan pola asuh autoritatif dengan seluruh komponen SWB. Sementara itu, kecenderungan pola asuh permisif dan otoriter hanya berhubungan signifikan dengan komponen kepuasan hidup dan afek positif dari SWB. Penelitian ini menunjukkan kecenderungan pengasuhan autoritatif memiliki efek paling positif dan optimal bagi SWB remaja
.High subjective well-being(SWB) have been proven as a protective factor for adolescents experiencing stress due to various changes during this developmental period. It is known that parenting style contributes to adolescents’ SWB. In dual earner families, working parents might have certain conditions that influence their parenting which in turn, influence adolescents’ SWB. The purpose of this study is to investigate the relationship between parenting style and adolescent’s SWB in dual earner families. Data was collected via online questionnaire. Correlation analysis of 118 adolescents in middle and high school in Jabodetabek showed significant relationship between parents’ authoritativeness and all SWB components, whereas parents’ permissiveness and authoritarianism showed significant relationship only with life satisfaction and positive affect component. This result suggested that parents’ authoritativeness had the most positive and optimal effect to adolescents’ SWB.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiana Rahma Ramadan
"Banyaknya faktor risiko yang mungkin dialami oleh remaja yang tinggal di panti asuhan, membuat well-being pada mereka penting untuk diperhatikan. Salah satu faktor risiko tersebut adalah mereka tidak tinggal bersama orang tua. Oleh karena itu, peer attachment diasumsikan berperan penting dalam kehidupan mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara peer attachment dan subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Penelitian ini bersifat korelasional dengan melibatkan responden remaja berusia 12 hingga 18 tahun yang tinggal menetap di panti asuhan, di 5 wilayah di Jakarta N=132, L= 66.
Terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan, yaitu Satisfaction with Life Scale SWLS untuk mengukur kepuasan hidup, Positive and Negative Affect Schedule PANAS untuk mengukur afek positif dan negatif, serta Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version IPPA untuk mengukur peer attachment.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara peer attachment dan kepuasan hidup ,250, p0,01 serta afek negatif -,025, p>0,01.

The well being of orphanage adolescents is important to be considered as there are numbers of risk factors that they may experience throughout their life. One of those risk factors is that they do not live with their parents. Therefore, peer attachment is assumed to take an important role in their life.
The aim of this study is to find out whether there is a relationship between peer attachment and subjective well being of orphanaged adolescents in Jakarta. This is a correlational study with adolescents from age 12 to 18 years living in orphanage in 5 area in Jakarta as a respondents N 132.
Instruments used in this study are, Satisfaction with Life Scale SWLS to measure life satisfaction, Positive and Negative Affect Schedule PANAS to measure positive and negative affect, and Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version IPPA to measure peer attachment.
The results show that there is a positive and significant relationship between peer attachment and life satisfaction ,250, p0,01 and negative affect ,025, p 0,01.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Junita
"Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara strategi coping dan psychological well-being pada orang tua yang memiliki anak tuna ganda usia 6-12 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran strategi coping menggunakan alat ukur The Way of Coping Checklist (Vitaliano, Russo, Carr, Maluro, & Becker, 1985) dan pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff?s Psychological Well-Being Scales (Ryff, 1995). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara strategi coping dan psychological well-being pada orang tua yang memiliki anak tuna ganda usia 6-12 tahun (R = 0.452 ; p = 0.05).

This research was conducted to investigate the correlation between coping strategies and psychological well-being among parents of children with severe disabilities aging 6-12 years old. This study used quantitative method. Coping strategies were measured by The Way of Coping Checklist (Vitaliano, Russo, Carr, Maluro, & Becker, 1985) and psychological well-being was measured using Ryff?s Psychological Well-Being Scales (Ryff, 1995). The result of this study showed that there is a significance correlation between coping strategies and psychological well-being among parents of children with severe disabilities aging 6-12 years old ( R = 0.452 ; p = 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sahda Febi Wilendari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem pada remaja awal anak buruh migran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) subskala dukungan orangtua dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Penelitian ini melibatkan 164 remaja usia 11-16 tahun dengan orangtua buruh migran di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dari orangtua pada remaja anak buruh migran dengan r=0,264; p=0,000. Dengan demikian dukungan sosial dari orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan self-esteem yang baik pada remaja awal anak buruh migran.

The purpose of this research is to discusses the relationship between social support from parents and self-esteem among early adolescent with migrant worker parents. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and social support from parents, the author using Child and Adolescent Social support Scale (CASSS) parental support subscale and Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Respondents in this research were 164 adolescent, age 11-16 years old in Cilamaya, Karawang, West Java.
The result showed there is a significant positive correlation between self-esteem and social support from parents with r=0,264; p=0,000. In conclusion, social support from parents needed for a good development of self-esteem on early adolescent migrant worker's children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riztianti Setiamurdiawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara attachment dengan behavior difficulties pada remaja yang ditinggalkan orangtuanya bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987) dan Strengths and Difficulties Questionnaire (Goodman, 1997) digunakan untuk mengukur attachment dan behavior difficulties. Partisipan dari penelitian ini adalah 153 remaja berusia 11-16 tahun di Kecamatan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara attachment yang terdiri dari parental dan peer attachment dengan behavior difficulties pada remaja yang ditinggalkan orangtuanya bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Dengan demikian, parental dan peer attachment yang berkualitas dapat mengurangi kemungkinan remaja anak buruh migran mengembangkan behavior difficulties. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk menjaga kualitas attachment dengan anak mereka walau tidak dapat selalu hadir dan berinteraksi secara langsung.

The aim of this study is to investigate whether any correlation between attachment and behavior difficulties in adolescents who are left behind to work abroad by their migrant worker parents. Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987) and Strengths and Difficulties Questionnaire (Goodman, 1997) are used to measure attachment and behavior difficulties. Participants of this study were 153 adolescents aged 11-16 years old from Cilamaya, Karawang, West Java.
The result of the study shows that there is a significant negative correlation between attachment (consist of parental and peer attachment) and behavior difficulties in adolescents with migran worker parents. In conclusion, high-quality parental and peer attachment could lower the chance for migrant worker?s children to develop behavior difficulties. Hence, it is important for parents maintain the quality of attachment with their children despite the distance that prevents them to interact in person and couldn?t present when their children need them.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyu Cantika Amiranti
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan externalizing behavior antara remaja yang ditinggalkan oleh orangtuanya sebagai TKI yang diasuh oleh orangtua yang tinggal di Indonesia dan yang diasuh oleh keluarga besar, dan antara remaja laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini, 171 partisipan yang merupakan siswa SMP di Karawang dan ditinggal oleh salah satu atau kedua orangtuanya untuk bekerja di luar negeri mengisi alat ukur SDQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan externalizing behavior yang signifikan antara remaja yang diasuh oleh orangtua yang tinggal di rumah dan keluarga besar. Externalizing behavior remaja laki-laki dengan remaja perempuan juga tidak berbeda secara signifikan.

ABSTRACT
;The study was conducted to investigate the differences of externalizing behavior
between children left behind that were raised by single parent and extended
family, and between boy and girl. A total of 171 participants, who were students
at junior high school at Karawang that were left behind by one or both of their
parents to become a migrant, completed the SDQ. The study found that there are
no significant differences of externalizing behavior between children left behind
that were raised by single parent or by extended family. There are also no
significant differences of externalizing behavior between boy and girl., The study was conducted to investigate the differences of externalizing behavior
between children left behind that were raised by single parent and extended
family, and between boy and girl. A total of 171 participants, who were students
at junior high school at Karawang that were left behind by one or both of their
parents to become a migrant, completed the SDQ. The study found that there are
no significant differences of externalizing behavior between children left behind
that were raised by single parent or by extended family. There are also no
significant differences of externalizing behavior between boy and girl.]
"
2015
S60679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Maradhita Putri Lestari
"Psychological well-being remaja memiliki keterkaitan erat dengan parent attachment.
Hal ini dikarenakan secure attachment dapat menjadi landasan untuk mengembangkan rasa percaya pada orang tua dan lingkungan sekitarnya dan meningkatkan kemampuan mengembangkan strategi coping efektif yang pada akhirnya akan meningkatkan psychological well-being. Pengaruh attachment pada psychological well-being dapat terjadi secara langsung atau dimediasi oleh faktor lain yang relevan, salah satunya dispositional mindfulness. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dispositional mindfulness sebagai mediator hubungan antara parent attachment dan psychological well-being pada remaja. Partisipan berjumlah 352 remaja usia 13 – 18 tahun. Instrumen yang digunakan yaitu Ryff’s Scale of Psychological Well being(RPWB), Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R)-Parent Scale dan Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ketiga variabel saling berkaitan secara signifikan. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa dispositional mindfulness memediasi secara parsial hubungan antara parent attachment dengan psychological well-being pada remaja.

Psychological well-being is closely related to parental attachment. The reason is that a secure attachment can be a foundation for developing trust in parents and the surrounding environment, as well as increasing child's ability to develop effective coping strategies which will ultimately improve psychological well-being. The effect of attachment on psychological well-being can occur directly or mediated by other relevant factors, one of which is dispositional mindfulness. This study aims to determine the role of dispositional mindfulness as a mediator in the relationship between parent attachment and psychological well-being in adolescents. Participants in the study were 352 adolescents aged 13-18 years. The instruments used were Ryff's Scale of Psychological Well-being (RPWB), Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R)Parent Scale and Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS). The result of the correlation analysis shows that the three variables in this study are significantly related to each other. The result of the mediation analysis shows that dispositional mindfulness partially mediates the relationship between parent attachment and psychological well-being in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>