Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82884 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifqi Febri Hertianto
"Arsitektur Neo Klasik bangkit pada abad ke-18 sebagai gaya arsitektur yang mencoba untuk kembali menuju gaya Arsitektur Klasik yang murni, dengan interpretasi dari arsitek dan menyesuaikan kondisi lingkungan, daerah, fungsi dan tujuan wilayah terbangun. Meskipun Arsitektur Neo Klasik tersebar dan masuk ke Indonesia, setiap aturan atau sistem dari gaya ini tetap berlaku. Menyebarnya gaya arsitektur ini dibawa oleh Pemerintahan Perancis dalam Perang Napoleon saat Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Pengaruh dari hal tersebut yaitu masuknya bangunan bergaya Empire Style dan Neo Klasik yang dibawa oleh Perancis. Bangunan tersebut dibangun di sekitar Weltevreden yang saat itu menjadi pusat kota Batavia yang baru. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aturan atau sistem yang digunakan dalam bangunan tersebut, dan menganalisis ciri-ciri yang terbentuk sebagai ciri bangunan bergaya Arsitektur Neo-klasik di Batavia. Bangunan yang akan diteliti meliputi Gedung A.A. Maramis, Gedung Kesenian Jakarta, dan Gereja All Saints Anglican. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah komparatif dan studi kasus. Hasil dari temuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah setiap bangunan yang dianalisis memiliki perbedaan yang menyesuaikan dengan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai oleh Arsitek, tetapi setiap bangunan tetap mengikuti aturan Arsitektur Klasik sehingga termasuk Arsitektur Neo-klasik.

Neoclassical Architecture arise in the 18th century as an architectural style that tried to return to the purest Classical Architecture style, with the interpretation by the architects and adapting to environmental conditions, regions, functions and objectives of the built regions. Although Neoclassical Architecture spread and entered Indonesia, every rule or order of this style still applies. The spread of this architectural style was brought about by France Government in the Napoleonic Wars when Indonesia was still in the Dutch colonial period. The influence of this is the entry of the Empire Style and Neoclassical buildings brought by France. The building was built around Weltevreden which was then the center of the new city of Batavia. This study aims to find out and analyze the rules or order used in the building, and analyze the characteristics formed as a feature of the Neoclassical architecture in Batavia. The buildings to be studied include the A.A. Maramis building, Jakarta Arts Building, and All Saints Anglican Church. The method used in this study is comparative history and case studies. The results of the findings obtained from this study are that each building analyzed has a difference that correspond to the functions and objectives to be achieved by the Architect, but each building still tyfollows the rules of Classical Architecture so that it includes Neoclassical Architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Puspita Dewi
"ABSTRAK
Disertasi ini mengungkap akar permasalahan dari bersih dan kotor pada kanal di Batavia dengan menggunakan pendekatan sejarah secara sinkronis-diakronis. Transformasi morfologi dan wacana poskolonial pada kanal juga diungkap untuk menunjukkan keterkaitan antara arsitektural kanal dengan muatan ideologis dalam perencanaan kota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kekuasaan telah masuk di dalam proses transformasi kanal di Batavia pada masa kolonial melalui wacana bersih dan kotor yang diciptakan. Kanal telah berperan membentuk sebuah oposisi biner sekaligus penanda ambiguitas dari pembentukan oposisi tersebut. Oposisi biner pada Babak Kejayaan Kanal dibangun melalui sebuah sistem segregasi kanal yang memisahkan masyarakat Eropa dan non-Eropa, dan antara dalam dan luar kota. Namun, pada kenyataannya, sebuah segregasi tidak dapat secara murni terbentuk. Kanal menjadi sebuah representasi dari sebuah kehidupan yang saling ketergantungan, antara masyarakat Eropa dan non-Eropa. Kanal bagian dalam kota terbukti tidak dapat berdiri sendiri tanpa keberadaan kanal luar tembok sebagai penyangga. Pada Babak Kerusakan Kanal, oposisi biner antara ruang bersih dan kotor terbentuk melalui kontur dan jarak. Babak ini menghasilkan sebuah pemisahan antara daerah kota bawah Batavia Lama yang kotor dan daerah kota atas Weltevreden yang bersih. Namun, pada kenyataannya justru kanal telah pulalah yang berperan menyatukan di antara keduanya. Pada Babak Peralihan Fungsi Kanal, kanal menjadi penanda oposisi biner ruang bersih dan kotor antara masyarakat Eropa dan pribumi. Oposisi terbentuk dari perbedaan penggunaan ruang bersih dan kotor. Kanal digunakan sebagai ruang aktivitas sosial dan kebersihan bagi masyarakat non-Eropa pribumi dan menjadi area yang ditinggalkan oleh masyarakat Eropa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat Eropa telah beralih menggunakan kamar mandi dengan teknologi sanitasinya, sebagai area kebersihan dan menggunakan halaman rumah sebagai tempat berinteraksi sosial. Namun, di balik pemisahan tersebut, kanal telah menyatukan dua kehidupan tersebut melalui sebuah ruang binatu, sebagai ruang membersihkan pakaian Eropa oleh para petugas pribumiRealita di atas menunjukkan bahwa sebuah oposisi biner yang dibentuk melalui kanal pada masa kolonial tidak pernah seutuhnya terjadi. Di balik upaya pembentukan oposisi, tersimpan ketidakberdayaan untuk menciptakan batas-batas tersebut. Di antara batas-batas tersebut tercipta sebuah ambiguitas yang membentuk the liminal space between cultures.

ABSTRACT
This dissertation reveals the root problems of the clean and dirty on the canals in Batavia by using a synchronous diachronic historical approach. The morphological transformation and postcolonial discourse on the canal are also revealed to show the linkage between the canal architecture and the ideological charge in urban planning.The results of this study indicate that power has entered into the process of canal transformation in Batavia during the colonial period through a clean and dirty discourse created. The canals have been instrumental in forming a binary opposition as well as a marker of ambiguity from the formation of the opposition. The binary opposition in the Glory of Canals Period was built through a system of channel segregation that separates European and non European societies, and between within and outside the city. However, in reality, a segregation cannot be purely formed. The canal becomes a representation of a life of interdependence, between European and non European societies. The inner city canal proved unable to stand on its own without the outside canal as a buffer. In the Damage of Canals Period, the binary opposition between clean and dirty spaces is formed through contours and distances. This round resulted in a separation between the dirty downtown area Batavia Lama and the clean upper town area Weltevreden . However, in fact, it is also the channel that has also played a role together between the two. In the Switching Function of Canals Period, the canals became a marker of the binary opposition of clean and dirty spaces between European and indigenous communities. The opposition was made up of differences in the use of clean and dirty spaces. The canal was used as a social and hygiene activity space for indigenous communities and became an area left behind by European society as a part of everyday life. The European community has switched to using bathrooms with sanitary technology, as the cleanliness area and using the home page as a place of social interaction. However, behind this separation, the canal has united the two lives through a laundry room, as a space for cleaning European clothing by native officersThe above realities show that a binary opposition formed through the canals during the colonial period never fully occurred. Behind the efforts of the formation of the opposition, stored powerlessness to create these limits. Among the boundaries was created an ambiguity that forms the liminal space between cultures. "
2017
D2420
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada masanya, kehidupan masyarakat Cina di Batavia masih mempertahankan kebudayaan negara asalnya. Ini bisa dilihat dari tampak dan dekorasi bangunan-bangunannya. Tetapi mengenai organisasi ruang bangunan-bangunan tersebut seringkali luput dari pembahasan. Melalui metode pendekatan studi literatur, pengamatan, dan wawancara, tulisan ini mencoba menggali prinsip organisasi ruang arsitektur klasik Cina, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai organisasi ruang arsitektur Cina di Batavia dengan menampilkan beberapa studi kasus."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Intisari, 1988
959.8 Bat
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brousson, H. C. C. Clockener
Jakarta : Masup, 2007
JA 899.24 B 375 b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Tofano
"Skripsi ini membahas gaya hidup masyarakat kolonial di Batavia pada abad ke-19 dengan pendekatan sosial yang dilihat melalui pakaiannya. Pakaian yang akan dibahas pada tulisaan ini dibagi menjadi : pakaian kerja, pakaian sehari-hari, pakaian pesta dan juga pakaian olaraga. Pada penelitian ini pakaian akan dibahas secara mendetail dari unsur-unsur atau variasi yang berada pada pakaian tersebut. Detail pakaian itu akan menunjukan fungsi, gaya pakaian dan juga life style yang mempengaruhi terhadap perubahaan pakaian orang asing khusunya Eropa di Batavia.

This thesis studies colonial society lifestyle in Batavia, 19th century by social approach observing through the clothes. The clothes which will discussed on the thesis divided into work wear, daily wear, formal wear, and also sport wear. In the research, clothes will be discussed in detail from its elements or variation. Details of the clothes will show the function, the style, and also lifestyle that affect changes of or apparel in Batavia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
"Sebelum abad ke-20 turisme di Hindia Belanda belum diatur dan masih banyak dilakukan oleh para traveler (prang yang bepergian). Pada masa itu informasi mengenai Hindia Belanda masih mengandalkan catatan perjalanan para traveler yang diterbitkan. Ditambah lagi ketika itu belum ada buku panduan turisme yang menyarankan obyek-obyek turisme yang harus dilihat, di mana harus menginap serta fasilitas-fasilitas yang dapat diperoleh. Oleh karena itu masa itu disebut turisme pra modern yang membedakan dengan turisme modern, bila dikaitkan dengan pembentukan VTV.
Penelitian ini membahas Vereeniging Toeristenverkeer Batavia (VTV) yang dibentuk pada 1908 di Weltevreden, Batavia. Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi kelompok yaitu kelompok asosiasi dari sosiolog Robert Bierstedt serta konscp birokrasi dalam organisasi formal dari Max Weber untuk menjelaskan perhimpunan ini. Konsep Max Weber tersebut digunakan untuk melihat peranan pemerintah Hindia Belanda dalarn mengontrol, mengawasi dan mengatur turisme di Jawa awal abad ke-20 melalui VTV. Oleh karena penelitian ini berusaha mencari jawaban alasan pemerintah Hindia Belanda mendirikan VTV serta membahas situasi turisme modern awal abad ke-20 di Jawa Ilalam jangka waktu panjang, maka pendekatan yang digunakan adalah "eksplanasi struktural". Sumber-sumber primer yang digunakan berasal dari Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta, serta Perpustakaan KITLV Leiden.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa VTV merupakan perhimpunan turisme modern yang mengatur, mengontrol turisme di I lindia Belanda. Perhimpunan yang non profit ini terdiri dari para pengusaha transportasi, perhotelan, perbankan serta pengusaha yang rnempunyai hubungan dengan turisme. Selain itu juga terdiri dari para pejabat perusahaan kereta api, dinas bea dan cukai, kantor urusan perjalanan dan departemen urusan ekonomi sebagai wakil pemerintah. V'L'V juga mendapatkan subsidi tahunan dari pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu organisasi ini bersifat semi resmi (ojjicieel). 'l'ujuan dibentuknya VTV adalah rnengembangkan turisme di Hindia Belanda dengan cara membentuk suatu kantor yang bertugas mempromosikan dan memberikan inlonnasi turisme. VTV juga membedakan pengaruh terhadap turisme modern di Jawa serta cara pandang para neo priyayi dalam menemukan ke-Indonesiaan mereka

The tourism in the Indies before the twentieth century was not organized yet and there were still more travelers than tourists. In that time the information about the Indies still depend on the travelogue of the travelers which is published. Moreover there were no tourist guidebooks yet which guide the places where to go and the hotels to stay. And also the facilities the tourists could have. So that we called that time, as pre modern tourism which distinguished with the modern tourism that will related with the founding of the VTV.
This research deals with Vereeniging Toeristenverkeer Batavia–VTV (literally the Association for Tourist Traffic), was established in 1908 in Weltevreden, Batavia. In this research used the group classification, association groups from the sociologist, Robert Biersted. And also used the bureaucratic concept of Max Weber in formal organization to explain the VTV. The concept of Max Weber used to explain the role of the Netherlands Indies government in controlling, supervising, organizing of tourism in Java in the beginning of the twentieth century through the VTV. The methodology that used in this research is structural explanation to find out the reason of Me Netherlands Indies government established this association and to 'discuss the situation of modern tourism in Java in the beginning of twentieth century. The primary sources which used taken from the collection of National Archive Republik of Indonesia (Arsip Nasional Republik Indonesia) Jakarta, National Library Republik of Indonesia Jakarta (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) Jakarta and the library of KITLV Leiden.
The result of the research is that the VTV is the association of modern tourism, which to organize, control the tourism in the Netherlands Indies. The members of this non-profit association were shipping agents, private rail companies, hoteliers, bankers, and the others who related with the tourism. The senior officials of the state railways (Staat.sspoorwegen), the custom, the bureau of traveling and the department of economics were the government's representatives in this association. The VTV is also received an annual subsidy from the colonial government. Therefore this association is a semi-official. The main aim of VTV was to develop tourism in the Netherlands Indies. They established an office to promote and maintain visitor information about tourism on the Indies. Meanwhile this association had also influence to the modern tourism in Java and the point of view of Indonesia's founding father (nco priyayi) to found their concept of 'Indonesia'
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T36250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai berbagai peristiwa penyakit menular yang pernah berjangkit di Batavia pada abad
ke 19 sampai dengan awal abad ke 20. Dalam penelitian ini diuraikan beberapa hal yang turut meningkatkan penyebaran dan terjadinya kembali wabah penyakit tersebut yaitu, kondisi lingkungan dan pencemarannya serta perilaku kesehatan masyarakat Batavia.
Penelitian ini sepenuhnya dilakukan secara induktif terhadap data yang diperoleh dari arsip berita sejarah dan laporan yang pernah dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi berbagai peristiwa wabah penyakit menular yang dianggap menakutkan dan mematikan yaitu penyakit malaria, kolera, tipus, TBC, dan cacar. Muncul, penyebaran, dan terulangnya wabah-wabah itu amat terkait dengan lingkungan dan pencemarannya serta perilaku masyarakat yang belum memahami pentingnya kesehatan."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ferguson, Margaretha
Amsterdam: Nijgh & van Ditmar, 1992
BLD 839.36 FER e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1999
R 016.959 83 BIB
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>