Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Bagus Prakasa
"Penggunaan tabir surya (sunscreen) adalah cara untuk melindungi kulit dari bahaya paparan sinar UV. Saat ini, ada banyak tabir surya berbasis bahan kimia (sintetis organik) di pasaran, seperti ovobenzone, oxybenzone, otisalate yang telah terbukti sebagai bahan kimia beracun bagi kulit. Penelitian terkait penggunaan bahan alami sebagai zat aktif untuk tabir surya terus meningkat, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga Spirulina plantesis adalah cyanobateria yang secara alami menyerap sinar UV dalam selnya, yaitu flavonoid. Flavonoid berpotensi untuk digunakan sebagai bahan tabir surya aktif karena kemampuannya untuk menyerap panjang gelombang maksimum dalam kisaran sinar UV, serta meningkatkan nilai SPF. Dalam penelitian ini, flavonoid divariasikan dalam kisaran 1-10% (w/w) dan perbandingan olive oil : candelilla wax divariasikan, yaitu 10: 1 dan 5: 1 dengan kisaran komposisi wax adalah 35-40% (w/w) untuk mendapatkan stabilitas krim dan nilai SPF yang optimal dari sediaan krim sunscreen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa flavonoid dalam sampel kering dan basah mikroalga adalah 22,10 mg/g ekstrak dan 10,91 mg/g ekstrak. Komposisi sunscreen terbaik pada penelitian ini adalah sunscreen dengan ekstrak mikroalga 7% (w/w) dan perbandingan antara olive oil : candelilla wax adalah 35: 7, karena formulasi ini memberikan hasil yang baik yang dikategorikan sebagai ultra-SPF (29,57) dan memiliki skor stabilitas yang baik (18,67 dari 20). Oleh karena itu, tabir surya dari ekstrak mikroalga yang mengandung flavonoid aman digunakan, karena total mikroba masih di bawah batas mikroba total pada SNI dan tidak mengiritasi kulit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Noviasari
"Plastik yang dapat terbiodegradasi merupakan salah satu solusi dalam upaya mengurangi limbah plastik. Plastik dapat diproduksi dari mikroalga dengan kandungan protein yang tinggi, seperti Spirulina platensis. Mikroalga dicampur dengan polimer; dalam penelitian ini polivinyl alkohol digunakan sebagai polimer untuk menghasilkan bioplastik. Material lain yang dibutuhkan yaitu gliserol sebagai plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitas dan maleat anhidrida sebagai compatibilizer untuk memperkuat ikatan antara mikroalga dan polimer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan plastik biodegradable dengan sifat mekanik yang mirip dengan plastik komersial, yaitu dengan kuat tarik sebesar 26,4 kgf/cm2 dan elongasi 222,5.
Dalam penelitian ini, hal yang divariasikan adalah jumlah maleat anhidrida, yaitu 0 wt, 2 wt, 4 wt, dan 6 wt dan jumlah gliserol, yaitu 15 wt, 20 wt, 25 wt, dan 30 wt. Sifat mekanik, seperti kuat tarik dan elongasi, dan morfologi permukaan dengan menggunakan SEM telah dianalisis. Dari percobaan ini diperoleh konsentrasi optimal compatibilizer adalah 6 wt dan konsentrasi optimal plasticizer adalah 30, menghasilkan kuat tarik film bioplastik 27,7 kgf/cm2dan elongasi 66. Morfologi permukaan yang terbentuk dilihat dengan SEM menunjukkan bahwa film bioplastik yang menggunakan compatibilizer memiliki permukaan yang lebih homogen dibandingkan dengan film bioplastik tanpa compatibilizer.

Biodegradable plastics are one of the breakthrough in the effort to reduce plastic waste. Plastic can be produced from microalgae with a high protein content, such as Spirulina platensis. Microalgae were mixed with polymer polyvinyl alcohol was used in this research to produce the bioplastics. Other materials were glycerol as plasticizer to increase flexibility and maleic anhydride as compatibilizer to strengthen the bond between the microalgae and polymer. The aim of this research is to produce biodegradable plastic with mechanical properties similar to commercial plastics, i.e. tensile strength of 26,4 kgf cm2and elongation of 222,5.
This research varied the amount of maleic anhydride, which were 0 wt, 2 wt, 4 wt, and 6 wt and the amount of glycerol, which were 15 wt, 20 wt, 25 wt, and 30 wt. Mechanical properties, i.e. tensile strength and elongation and surface morphology with SEM have been analyzed. Based on the experiment, the optimum compatibilizer composition for bioplastic film is 6 wt and the optimum plasticizer composition is 30 wt, which shows the tensile strength at 27,7 kgf cm2and elongation at 66. Surface morphology comparison with SEM shows that bioplastic film with compatibilizer have more homogeneous surface than without compatibilizer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Weediyanti
"Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak urutan ketiga di Indonesia. Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari sel tubuh. Salah satu dari penyebab kanker adalah adanya radikal bebas reactive oxygen species (ROS) pada tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan, sehingga bersifat reaktif. Radikal bebas dapat distabilkan dengan antioksidan. Fikosianin adalah salah satu zat yang memiliki aktivitas antioksidan dan dengan begitu memiliki potensi untuk mencegah kanker. Spirulina platensis adalah penghasil fikosianin yang paling dikenal. Kandungan dari fikosianin pada Spirulina dapat dioptimalkan melalui jenis dan kandungan nitrogen pada media kultivasi. Penelitian ini akan mengkaji hal tersebut dengan memvariasikan sumber nitrogen pada medium Zarrouk, yaitu NaNO3 dan NH4NO3, dan konsentrasinya untuk kultur Spirulina platensis. Kultivasi dilakukan pada fotobioreaktor 250 mL dengan aerasi 250 mL/min, pencahayaan kontinyu 2200 lux, dan suhu 27 – 30 °C, selama 165 jam periode kultivasi. Fikosianin kemudian diekstrak dengan metode sonikasi dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Profil pertumbuhan, yield fikosianin, dan aktivitas antioksidan terbaik didapat dari kultur dengan NaNO3 0,03 M sebagai sumber nitrogen. Yield fikosianin yang didapat adalah sebesar 22,996 ± 0,072 mg/g dengan nilai IC50 sebesar 1.438,681 ± 50,274 ppm.

Cancer is the third leading cause of death in Indonesia. Cancer is a disease caused by abnormal growth of body cells. One of the causes of cancer is the presence of free radicals reactive oxygen species (ROS) in the body. Free radicals are compounds that have unpaired electrons, this condition will make them reactive. Free radicals can be stabilized by antioxidants. Spirulina platensis is the best known producer of phycocyanin. The content of phycocyanin in Spirulina can be optimized through the type and concentration of the nitrogen in the cultivation medium. This study will examine this matter by varying the nitrogen sources in Zarrouk medium, namely NaNO3 and NH4NO3, and their concentrations for Spirulina platensis culture. Cultivation was carried out in a 250 mL photobioreactor with aeration of 250 mL/minute, continous lighting of 2200 lux, and temperature of 27 – 30 °C for 165 hours of cultivation. Phycocyanin then was extracted by ultrasonication method and tested for its antioxidant activity by DPPH method. The best growth profile, phycocyanin yield, and antioxidant activity were obtained from culture that used NaNO3 0.03 M as nitrogen source. The yield of phycocyanin obtained was 22,996 ± 0,072 mg/g with an IC50 value of 1.438,681 ± 50,274 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarahmaida Taurina
"ABSTRAK
Mikroalga Spirulina platensis berpotensi untuk dikembangkan karena dapat memproduksi senyawa kimia esensial berupa pigmen fikosianin yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Pertumbuhan mikroalga dan produksi fikosianin sangat bergantung pada ketersedian nutrisi dalam medium kultur. Penelitian ini menggunakan variasi ketersediaan nutrisi dalam medium kultur sebagai alternatif mahalnya medium Zarrouk. Variasi medium kultur berupa ekstrak tauge 4 , 6 , dan 8 v/v dengan penambahan pupuk urea 80, 100, dan 120 ppm pada masing-masing konsentrasi ekstrak tauge, serta medium Zarrouk 10 mL/L sebagai kontrolnya. Tiap medium akan dilihat pengaruhnya terhadap profil pertumbuhan serta kandungan fikosianin. Kultivasi pada masing-masing variasi medium akan dilakukan pada reaktor 1 L dengan aerasi secara terus menerus, intensitas cahaya sebesar 3000-4000 lux, dan suhu 27-30oC. Fikosianin diperoleh dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan buffer fosfat pH 7, dan diuji kandungannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Pada penelitian ini, densitas sel tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 120 ppm pupuk urea. Kandungan fikosianin tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 100 ppm pupuk urea dengan konsentrasi fikosianin sebesar 257,12 mg/L.

ABSTRACT
Spirulina platensis has the potential to be developed because of essential chemical compounds in the form of phycocyanin that can be used as an antioxidant. The growth of microalgae and phycocyanin depends on the availability of nutrition contained in culture medium. This study used variations of nutrition contained in culture medium as alternatives to the expensive Zarrouk medium. Microalgae is cultured in variations medium which are bean sprout extract medium 4 , 6 , and 8 v v with the addition of urea fertilizer 80, 100, and 120 ppm , and Zarrouk 10 mL L as the control in order to know effect on the growth profile and phycocyanin content. The cultivation will be carried out at 1 L reactor with continuous aeration, light intensity is 3000 4000 lux, and temperature is 27 30oC. Phycocyanin is obtained by liquid liquid extraction method using phosphate buffer pH 7. Phycocyanin test performed by using UV Vis spectrophotometry. The result show that the highest dry biomass is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 120 ppm. The highest content of phycocyanin is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 100 ppm with phycocyanin concentration of 257.12 mg L."
2017
S67807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrina Dewi Ratnaningrum
"Penelitian prcxiuksi β-karoten pada Spirulina platensis (Norstedt) Geitler (1925) di dalam medium Zarouk p.a. (proanalisis) dan teknis telah diiakukan dl Lab. Akuakultur, Puslitbang Bioteknologi LIPI, Cibinong. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan produksi β-karoten pada S. platensis yang dipeiihara di dalam medium Zarouk p.a. dan teknis. Selain itu, juga diiakukan analisis biomasa, klorofil a, dan karotenoid sebagai data penunjang. Rancangan pdhelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan yaitu: medium Zarouk p.a. dan teknis, dengan 3 ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi β-karoten tertinggi dicapai keduanya pada ts (180 jam) sebanyak 0,1608 pg/ml (medium Zarouk p.a.) dan 0,1837 pg/ml (medium teknis)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S31084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelvina Hartono
"Penelitian mengenai pengaruh pencahayaan LED merah terhadap laju pertumbuhan dan fiksasi CO2 mikroalga Spirulina platensis masih terus dikembangkan hingga saat ini, dimana mikroalga telah banyak dikenal sebagai organisme yang sangat efisien dalam menyerap karbon dioksida secara biologis dan mikroalga telah digunakan untuk memperbaiki kualitas udara dengan mengurangi kadar karbon dioksida dan meningkatkan jumlah oksigen. Pada penelitian ini, mikroalga Spirulina platensis dikultivasi menggunakan lampu LED merah dengan variasi intensitas cahaya (1000 lux, 3000 lux, dan 5000 lux) dan inokulum sel awal (OD 0,2, OD 0,3, dan OD 0,5) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap jumlah biomassa kering, laju pertumbuhan, kemampuan fiksasi CO2, kandungan fikosianin, dan kandungan klorofil. Analisis menunjukan bahwa berat kering biomassa tertinggi dan laju pertumbuhan tertinggi didapatkan pada OD 0,5 dengan intensitas 5000 lux menggunakan lampu LED merah sebesar 0,069 mg/ml dan 0,0374 mg/hari. Lalu, fiksasi CO2 tertinggi didapatkan sebesar 0,00110 mg/mg alga menggunakan lampu LED merah pada intensitas 5000 lux. Kandungan fikosianin tertinggi didapatkan menggunakan lampu LED putih pada intensitas 3000 lux sebesar 0,033 mg/mg alga dan kandungan klorofil tertinggi didapatkan menggunakan lampu LED merah pada intensitas 3000 lux sebesar 0,883 mg/mg alga.

Research on the effect of red LED lighting on the growth rate and CO2 fixation of Spirulina platensis microalgae is still ongoing. Microalgae are well-known organisms that are highly efficient in biologically absorbing carbon dioxide. They have been used to improve air quality by reducing carbon dioxide levels and increasing oxygen levels. In this study, Spirulina platensis microalgae were cultivated using red and white LED lights with variations in light intensity (1000 lux, 3000 lux, and 5000 lux) and initial cell density (OD 0.2, OD 0.3, and OD 0.5) to determine their effect on dry biomass, growth rate, CO2 fixation ability, phycocyanin content, and chlorophyll content. The analysis showed that the highest dry biomass weight and growth rate were obtained at OD 0.5 with an intensity of 5000 lux using red LED lights, which were 0.069 mg/ml and 0.0374 mg/day, respectively. The highest CO2 fixation was obtained at 0.00110 mg/mg algae using red LED lights at an intensity of 5000 lux. The highest phycocyanin content was obtained using white LED lights at an intensity of 3000 lux, which was 0.033 mg/mg algae. The highest chlorophyll content was obtained using red LED lights at an intensity of 3000 lux, which was 0.883 mg/mg algae. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
"Kandungan protein yang tinggi dalam Spirulina platensis dapat dimanfaatkan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST). Dengan menggunakan mencit (Mus musculus), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan biomassa kering Spirulina platensis sebagai suplemen Protein Sel Tunggal (PST) dengan mengukur pertumbuhan berat badan mencit. Sebanyak 30 ekor mencit jantan, dengan berat antara 30-50 gram, dan umur antara 5-7 minggu. Sebanyak 25 ekor sebagai Perlakuan yaitu dengan membuat perbandingan antara biomassa kering dan pelet sebagai makanan tikus sebesar 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, dan 50 %, dan 5 ekor sisanya sebagai Kontrol tanpa diberi biomassa (100 % pelet). Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari, data dianalisis denga menggunakan t-test dan analisis varians.
Hasil penelilitan menunjukkan bahwa pemberian biomassa kering S. platensis kepada mencit (Mus musculus) dapat mempengaruhi kenaikan berat badan pada pengamatan dari hari pertama sampai hari kedua belas, tetapi menurun pada hari ke-tiga belas sampai hari ke-empat belas, dan mengalami kestabilan sampai hari ke-tujuh belas. Ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum pemberian dan setelah pemberian biomassa kering S. platensis selama 17 hari. Perbedan terjadi pada Minggu I dan II, tidak semua konsentrasi biomassa mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertambahan berat badan mencit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagai biomassa kering ganggang hijau biru bersel tunggal yang banyak mengandung protein yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan baerat badan mencit, maka dapat diasumsikan bahwa biomassa S. platensis dapat dianggap sebagai sumber protein sel tunggal (PST) mencit (Mus musculus) pada konsentrasi yang tertentu.

The using of Spirulina platensis as Supplement of Single-Celled Protein (SCP) to Mice. High protein in Spirulina platensis can be used as a source of Single-Celled Protein. By using mice (Mus musculus) as a animal laboratory, the objective of this research is to know the influence of Biomass S. platensis to the increase of body weight of mice. The name of species is Mus musculus, strain is Swiss derivate. Utilized mice were male, 30-50 weighing gram, and 5-7 weeks of age. Treatment group was given by palette and given by biomass of S. Platensis, while control also fed palette but did not give biomass of S. platensis. Yielded biomass was used as food mixed with palette with composition of dry biomass S. platensis with palette was 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50%. Data analysis was conducted by using t-tes and analysis of variance.
The results showed that by giving of dry biomass of S. platensis affected to the increasement of body weight from the first day until twelfth day of observation, and decrease on the thirteenth and fourteenth day. Pursuant to result of statistic, there is a significant difference (p < 0,05) between before giving and after giving of dry biomass S. platensis during 17 day. By giving dry biomass of S. platensis to mice (Mus musculus) at first and second week, it was found the difference of average mice body weight among six concentrations of biomass but did not at the third week. It means that not all concentration of biomass have same effect to the increase of mice body weight as a Single-Celled Protein."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Amelia Putri
"Latar Belakang Kerusakan lipid pada jaringan hati akibat proses peroksidasi oleh radikal bebas menghasilkan malondialdehid yang dapat digunakan sebagai parameter stres oksidatif. Berdasarkan penelitian terdahulu, Spirulina dikenal sebagai antioksidan alternatif untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini akan mengetahui pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar malondialdehid jaringan hati tikus berbagai kelompok usia. Metode Penelitian eksperimental dengan mengukur kadar malondialdehid sebagai pertanda terjadinya stres oksidatif pada 30 jaringan hati tikus wistar jantan yang berasal dari 6 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan aquades berusia 12 minggu,18 minggu, dan 24 minggu, serta kelompok yang diberikan Spirulina platensis berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS. Hasil Rata – rata kadar malondialdehid pada kelompok tikus yang diberikan aquades tertinggi adalah kelompok usia 24 minggu (91,28 nmol/gram jaringan) dan terendah adalah kelompok usia 18 minggu (64,69 nmol/gram jaringan). Kadar malondialdehid setelah pemberian Spirulina platensis pada kelompok usia 12 minggu 0,96 kali lipat (p>0,05); usia 18 minggu 0,78 kali lipat (p<0,05); dan usia 24 minggu adalah 0,94 kali lipat (p<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan aquades. Kesimpulan Terjadi penurunan kadar malondialdehid pada usia tikus 12, 18, dan 24 minggu yang diberikan Spirulina platensis dibandingkan dengan aquades, meskipun hanya bermakna pada kelompok usia 18 dan 24 minggu.

Introduction Lipid damage in liver tissue due peroxidation process by free radicals produces malondialdehyde that used as a parameter of oxidative stress. Based on previous research, Spirulina is known as an alternative antioxidant to reduce free radicals. This research will determine the effect of giving Spirulina platensis on malondialdehyde levels in liver tissue of mice of various age groups. Method Experimental research measuring malondialdehyde levels as a sign of oxidative stress in 30 rat liver tissues from 6 groups, namely the group given aquades aged 12 weeks, 18 weeks and 24 weeks, and the group given Spirulina platensis aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks. Malondialdehyde levels were measured using the TBARS method. Results The highest average level of malondialdehyde in mice that given aquades was the 24 weeks age group (91.28 nmol/mg tissue) and the lowest was the 18 weeks age group (64.69 nmol/mg tissue). Malondialdehyde levels after administration of Spirulina platensis in the 12 weeks age group 0.96 times (p>0.05); age 18 weeks 0.78 times (p<0.05); and age 24 weeks was 0.94-fold (p<0.05) lower than the group given aquades. Conclusion There was a decrease in malondialdehyde levels in mice aged 12, 18 and 24 weeks who were given Spirulina platensis compared to aquades, although it was only significant in the 18 and 24 weeks age groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Maya Indraputri
"Peningkatan jumlah penduduk dunia berdampak terhadap peningkatan kebutuhan di berbagai aspek seperti makanan bergizi dan obat-obatan.Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut, salah satu sumber daya yang dapat digunakan adalah mikroalga.Mikroalga mampu menghasilkan berbagai jenis senyawa fungsional.Salah satu mikroalga yang banyak dibudidayakan adalah Spirulina platensiskarena kemampuannya untuk bertumbuh dengan cepat serta kegunaan dari senyawa yang dikandungnya.
Fikosianin adalah salah satu senyawa yang terkandung dalam Spirulina sp dan banyak digunakan dalam aspek kesehatan, salah satunya sebagai antioksidan.Walaupun demikian, metode ekstraksi fikosianin yangumum diterapkan masih belum berkerja secara optimum.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode ekstraksi, waktu ekstraksi dan jenis pelarut yang sesuai agar dapat mengoptimalkan hasil ekstraksi.
Penelitian ini menggunakan 2 metode ekstraksi yaitu sonikasi pada 37 kHz serta vortex dengan kecepatan 2000 rpm.Masing-masing metode dilakukan sebanyak 2 kali.Variabel bebasyang diamati dalam setiap metodeadalah jenis pelarut dan durasi ekstraksi.Fikosianin tertinggi dihasilkan dengan metode vortex selama 25 menit menggunakan pelarut buffer fosfat.Ekstrak tersebut menghasilkanyield sebesar 9,62 mg/g alga kering dengan kemurnian sebesar 0,74.

Increasing growth of world population will affect in increasing the needs in several aspects such as nutritious foods and drugs. In order to fulfill the increased needs, one of the prominent source is microalgae. Microalgae can produce various functional compounds. One of the commonly cultivated microalgae is Spirulina platensis because of its ability to grow fast and its compound product's functionality.
Phycocyanin is one of the essential compound that is produced by Spirulina sp.and has been widely used in health aspect, for example as an antioxidant. Unfortunately, the current phycocyanin extraction methods still need to be improved. Hence, this research aims to determine extraction method and its suitable operating condition such as extraction time and solvent type that will yield the optimum result.
This research use the extraction method of sonication at 37 kHz and vortex at 2000 rpm.Each method is done twice. The independent variables are process duration and solvent type. The highest phycocyanin content is produced by vortex at 25 minutes with solvent phosphate buffer. The yield and purity of the extract are 9,62 mg g dry algae and 0,74, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Fransisca
"Sabun antibakteri merupakan salah satu produk surfaktan yang tidak hanya membersihkan kotoran, tetapi juga dapat membunuh bakteri. Zat antibakteri seperti triklosan dan triklokarban masih ditemukan pada beberapa sabun komersil. Padahal, penggunaannya sudah dilarang oleh Food and Drug Administration (FDA) tahun 2017 karena dapat mengganggu sistem reproduksi dan menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Sabun aman untuk digunakan jika memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 3532:2016. Salah satu standar sabun yaitu alkali bebas dan asam lemak bebas. Kedua standar ini dapat menentukan efek sabun dalam menimbulkan iritasi. Semakin rendah nilai alkali dan semakin tinggi nilai asam lemak (dan nilai masih memenuhi nilai SNI) maka sabun semakin baik untuk digunakan. Pada penelitian ini, Spirulina platensis dan minyak kelapa murni (VCO) direaksikan dengan NaOH untuk menghasilkan sabun. VCO digunakan sebagai pengganti triklosan dan triklokarban karena memiliki zat monolaurin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Variasi yang dilakukan yaitu mikroalga S. platensis (0,5 dan 1 g) dan konsentrasi asam sitrat (2, 4 dan 6% w/w VCO). Metode hot process dengan pemanasan 65℃ dipilih untuk mempercepat reaksi dan memecah dinding sel mikroalga sehingga asam lemak dapat terekstrak. Uji yang dilakukan adalah alkali bebas, asam lemak bebas, pH, kadar air dan aktivitas antibakteri. Pada penelitian ini, penggunaan S. platensis produksi PT. Polaris Sinar Intan (SP1) memperlihatkan kualitas yang lebih baik dibandingkan penggunaan mikroalga dari kultivasi oleh peneliti (SP2). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kondisi operasi, medium kultivasi dan teknik pemanenan sel yang berbeda. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri menggunakan metode KHM, sabun yang dihasilkan memiliki kemampuan yang sama baik dalam membunuh S. aureus dan dapat menggantikan zat antibakteri berbahan kimia. Sabun terbaik diperoleh pada variasi penambahan 1 g SP1 dan asam sitrat 6%.

Antibacterial soap is one of surfactant products that funtions not only cleanse dirt, but also can kill bacteria. Maintaining personal hygiene such as using antibacterial soap is the best way to prevent bacteri infections. Unfortunately, the use of triclosan and triclocarban as antibacterial agent is still found in some commercial soaps, eventhough it has been banned by Food and Drug Administration (FDA) in 2017. This is because those substances proven to cause disturbance in reproduction system and decrease immunity system. Soap can be safely used if it meets Indonesian National Standard (SNI) 3532:2016. Few of them are free alkali and free fatty acid values. Both standards can determine irritation effect on soap. The lower the free alkali value and the higher the fatty acid value (and still meet SNI value), the better the soap is made. In this study, Spirulina platensis and virgin coconut oil (VCO) were reacted with NaOH to produce soap. VCO is used as a substitute for triclosan and triclocarban because it has monolaurin which can inhibit bacterial growth. Variations done were mass of S. platensis (0.5 and 1 g) and citric acid concentrations (2, 4 and 6% w / w VCO). The hot process method by heating 65 is chosen to accelerate the reaction process and break down the microalgae cell wall so that fatty acids can be extracted. Tests carried out are free alkali, free fatty acids, pH, water content and antibacterial activity. In this study, the use of S. platensis produced by PT. Polaris Sinar Intan (SP1) showed better quality than that obtained from cultivation by researchers (SP2). This was due to differences in operating conditions, cultivation mediums and different cell harvesting techniques. Based on the results of the antibacterial activity test using the MIC method, the resulting soap has the same ability to kill S. aureus and can replace chemical antibacterial substances. The best soap was obtained in the variation of adding 1 g SP1 and 6% citric acid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>