Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, 2018
297.8 GEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"ABSTRAK
Saudi Arabia merupakan Negara Islam Monarki dengan landasan undangundang berdasarkan hukum Islam. Dengan menempatkan A1-Qur'an sebagai paradigms berpikir, Kerajaan Saudi Arabia mencoba menggagas konsep kenegaraan yang bersifat sempurna dan tanpa campur tangan pemikiran sekuler lainnya.
Paradigma konstitusional Islam yang digunakan oleh Kerajaan Saudi Arabia ini telah banyak dipengaruhi pola pikir keislaman wahabi sebagaimana yang digagas dan dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 1-1I1701 M - 1206 HI1793 M). Kemitraan Muhammad bin Abdul Wahhab berawal ketika perkenalannya dengan Muhammad bin Sa'ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia) pada tahun 1744 M yang kemudian lewat upacara sumpah menetapkan Muhammad ibn Sa'ud sebagai Amir (pemimpin) dan Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi imam. Kongsi politik ini kemudian juga diperkuat dengan prosesi pernikahan putra tertua Muhammad bin Sa'ud, Abdul Aziz bin Sa'ud dengan puff Muhammad bin Abdul Wahhab.
Peran dan pengaruh paham keagamaan wahabi ini terus berlanjut hingga sepeninggal para tokohnya itu, Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Sa'ud. Banyaknya keturunan dan murid seta. Muhammad bin Abdul Wahhab yang menjadi Qadi (hakim) dan pejabat pemerintah, baik pada masa Saudi I maupun Saudi II, dapat menjadi bukti bahwa roda pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia diwarnai oleh paradigma-paradigma wahabi dalam menentukan sistem dan kebijakan politiknya. Paradigma-paradigma wahabi inilah yang kemudian mengidentitaskan politik Kerajaan Saudi Arabia sebagai bagian integral dari ideologi wahabi.

ABSTRACT
Saudi Arabia is the Monarchic Islam State by the based on Islam law. By taking Al-Qur'an as paradigm of thinking, Saudi Arabia tries to concept the perfect politic without secular idea intervention.
Islamic constitutional paradigm is used by Saudi Arabia have influenced by Islamic mindset of Wahabi as well as developed by Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 W1701 M - 1206 HI1793 M). The first partnering of Muhammad bin Abdul Wahhab and Muhammad bin Sa'ud (founder of Saudi Arabia) is 1744 M which the curse ceremony to specify Muhammad bin Sa'ud as Amir (Leader) and Muhammad bin Abdul Wahhab become the imam (Religion Leader), This political combination is strengthened with the eldest nuptials procession of Muhammad bin Sa'ud son, Abdul Ariz bin Sa'ud with Muhammad bin Abdul Wahhab girl.
The role and influences of Wahabi religious understanding is still going until that figure died, Muhammad bin Abdul Wahhab and Muhammad bin Sa'ud. Many clan and pupil of Muhammad bin Abdul Wahhab is becoming Qadi (governmental judge) and official government, Saudi I period nor Saudi II period, can become the evidence that monarchic governance of Saudi Arabia is influenced by Wahabi paradigm in its determining system and political policy. This Wahabi paradigm is becoming political identity of Saudi Arabia as integral part of Wahabi ideology.
"
2007
T20485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023
297.6 DIA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gazi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubuugan identitas nasional,
identitas etnis dan orientasi keagamaan (intrinsik-ekstrinsik dan kultural-struktural) dengan kontak sosial (antara etnis Sasak dan etnis Bali) di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Sarnpel penelitian sebanyak 203 subjek yang diambil secara langsung di Kota Mataram NTB. Penelitian
menunjukkan bahwa identitas nasional, identitas etnis, orientasi keagamaan
intrinsik-ekstrinsik cenderung tidak berhubungan dengan kualitas kontak
sosial, sedangkan orientasi keagamaan orientasi keagamaan kultural-
struktural dan kuantitas kontak sosial cenderung berhubungan dengan
lcualtias kontak sosial. Analisa regresi berganda dengan metode stepwise
maupun metode enter terhadap identitas nasional; identitas etnis, orientasi keagamaan intrinsik-ekstrinsik, orientasi keagamaan kultural-struktural, kuantitas kontak dan kualitas kontak sosial menunjukkan bahwa orientasi keagamaan kullural-struktural dan kuantitas kontak berpengaruh signifikan terhadap kualitas kontak. Penelitian menguatkan hasil penelitian Mir Rabiul Islam dan Miles Hewston (2001) bahwa keanggotaan religius berpengaruh terhadap kontak sosial dan bahwa kelompok etnis Sasak yang muslim cenderung terlibat kontak yang rendah dengan kelompok Emis Bali yang Hindu. Penelitian ini merekomendasikan agar dialog lintas agama
melalui forum khusus ditingkatkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nurun Najib
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat proses konstruksi identitas keagamaan yang terjadi di Ngruki dan implikasinya pada relasi sosial antar warga. Dari proses penelitian tersebut, ditemukan bahwa relasi sosial yang terbentuk di Ngruki sangat dipengaruhi oleh identitas keagamaan yang melekat pada diri individu maupun kelompok. Berdasarkan persamaan maupun perbedaan identitas keagamaan tersebut, selain akhirnya warga Ngruki terpolarisasi menjadi kelompok Islam Desa dan Islam Pesantren, juga memiliki jalinan relasi sosial dengan pola yang unik. Identitas keagamaan kelompok Islam Pesantren yang berwatak skripturalistik dan berseberangan dengan identitas keagamaan Islam Desa yang lokalistik memainkan peran yang sangat penting dalam menjalin relasi sosial diantara mereka. Sehingga semakin tinggi tingkat perbedaan identitas keagamaan yang mereka miliki berbanding lurus dengan relasi sosial yang terbentuk. Maka untuk menjembatani relasi sosial yang berjarak ini perlu ada ruang publik yang bisa diakses bersama tempat di mana kedua kelompok ini bertemu.

ABSTRACT
This research aims to look at the constructions of religious identity that occurs in Ngruki and the implications for social relations. It was found that social relations is formed in Ngruki strongly influenced by religious identity inherent in individual and community. Based on similiarities and differences in religious identity, eventually the society polarized in Islam Pesantren and Islam Desa, also has the unique fabric of social relation. Religious identity of Islam Pesantren which has scripturalistic character and religious identity of Islam Desa which has localistic character have important role to make social relation among them. The differences of religious identity equal to the formed of social relations. Then to bridge the social relation which has social distance needs public sphere accessed among them."
2013
T35682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Putra Mahendra
"Pemilih muda pada Pemilu 2024 sebanyak 428.000 pemilih, dengan banyaknya pemilih muda, peneliti berusaha meneliti faktor yang lebih dipertimbangkan oleh pemilih muda untuk memilih kandidat pemimpin dengan cara membandingkan faktor identitas dan performa sebagai dasar perilaku memilih pemilih muda. Hipotesis penelitian ini adalah performa kandidat lebih dipertimbangkan oleh pemilih Generasi Z sebagai dasar dalam memilih kandidat pemimpin dibandingkan dengan identitas. Penelitian kuantitatif eksperimental ini menggunakan treatment yang ditranslasi dari penelitian (Hudson, Mcloughlin, Margret & Pandjaitan, 2018). Treatment diberikan setelah partisipan penelitian membuat modelling kandidat prototipikal dan non-prototipikal. Partisipan penelitian ini adalah Generasi-Z yang sudah bisa memilih dalam Pemilu yaitu Generasi Z dengan umur 18-25 tahun (n=194). Dari hasil analisis statistik Factorial ANOVA, ditemukan bahwa nilai Sig. PNP (Tingkat Prototipikalitas Kandidat) adalah .768 > 0.05, nilai tersebut mengindikasikan tidak adanya relasi yang signifikan antara tingkat prototipikalitas kandidat dengan keinginan partisipan untuk memilih kandidat tersebut kembali. Nilai Sig. GB (Tingkat Keberhasilan Kandidat) adalah .058 > 0.05, nilai tersebut mengindikasikan tidak adanya relasi yang signifikan antara tingkat keberhasilan kandidat dengan keinginan partisipan untuk memilih kandidat tersebut kembali. Oleh karena tidak ditemukannya dasar perilaku memilih Generasi Z di Indonesia, diperlukan penelitian lanjutan yang diharapkan dapat mengatasi limitasi dari penelitian ini dengan mendalami faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini yang dapat memengaruhi keputusan memilih partisipan khususnya pada konteks Generasi Z di Indonesia.

Young voters in the 2024 elections amounted to 428,000 voters. With the significant number of young voters, researchers attempted to examine factors considered by young voters in selecting leadership candidates by comparing identity and performance factors as the basis for young voters' voting behavior. The hypothesis of this research is that the performance of candidates is more considered by Generation Z voters as the basis for choosing leadership candidates compared to identity. This quantitative experimental research utilized treatments translated from the study (Hudson, McLoughlin, Margaret & Pandjaitan, 2018). Treatments were administered after research participants created prototypes of candidate models, both prototypical and non-prototypical. The research participants were Generation Z individuals eligible to vote in elections, aged 18-25 years (n=194). From the Factorial ANOVA statistical analysis, it was found that the Sig. PNP value (Level of Candidate Prototypicality) was .768 > 0.05, indicating no significant relationship between the level of candidate prototypicality and participants' desire to vote for the candidate again. The Sig. GB value (Level of Candidate Success) was .058 > 0.05, indicating no significant relationship between the level of candidate success and participants' desire to vote for the candidate again. Therefore, due to the absence of a basis for Generation Z voting behavior in Indonesia, further research is needed to address the limitations of this study by exploring other factors not examined in this research that may influence participants' voting decisions, particularly in the context of Generation Z in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ramdhany Irdiansyah
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana organisasi keagamaan mengkonstruksikan identitas kolektifnya dalam wacana pencegahan dan penanganan kekerasan seksual (PPKS). Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang diajukan ke DPR RI sejak tahun 2016 dan disahkan menjadi UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) pada tahun 2022 telah mendorong berbagai kelompok masyarakat membentuk wacana PPKS, termasuk NU dan Muhammadiyah. Keduanya membangun wacana PPKS menggunakan berbagai strategi retorika yang dipublikasi melalui situs web NU.or.id dan Muhammadiyah.or.id. Wacana tidak sekedar menunjukkan pandangan organisasi, tetapi juga identitas kolektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruksionisme sosial. Teks wacana PPKS berupa artikel-artikel dalam situs web NU.or.id dan Muhammadiyah.or.id dianalisis menggunakan metode analisis tematik dan analisis retorika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NU dan Muhammadiyah mengkonstruksi identitas kolektif sebagai gerakan dakwah, organisasi masyarakat sipil, dan kelompok budaya. Agama menjadi sumber utama bagi identitas kolektif. Sebagai gerakan dakwah, NU dan Muhammadiyah menyampaikan pemikiran mengenai kekerasan seksual yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Sebagai organisasi masyarakat sipil, NU lebih banyak menunjukkan aksi-aksi simbolik yang memanfaatkan modal sosial, adapun Muhammadiyah lebih banyak menunjukkan program-program yang dilakukan organisasi secara mandiri. Sebagai kelompok budaya, NU menggunakan memori kebudayaan berupa kegiatan istigasah kubra, sowan, dan pesantren untuk menggambarkan diri sebagai gerakan dakwah berbasis tradisi dan kebudayaan lokal. Adapun Muhammadiyah menggunakan memori kebudayaan berupa simbol ”kerja dakwah”, sekolah, dan kampus untuk menggambarkan diri sebagai gerakan dakwah pengabdian masyarakat.

This thesis aims to see how religious organizations constructed their collective identity in the discourse on sexual violence prevention and management (PPKS). The Draft of Elimination of Sexual Violence Bill (RUU PKS) which was first proposed in 2016 until it was passed as Sexual Violence Crime Bill (UU TPKS) in 2022 had encouraged various community groups to create PPKS discourse, including NU and Muhammadiyah. Both organization created the PPKS discourse by the used of various rhetorical strategies which then published on the website NU.or.id and Muhammadiyah.or.id. Those discourses not only showed organizational views, but also collective identity. This research used qualitative approach with the paradigm of social constructionism. The text of PPKS discourse in the form of articles on the websites NU.or.id and Muhammadiyah.or.id were analyzed by thematic analysis and rhetorical analysis methods. The research showed that NU and Muhammadiyah constructed collective identities as da'wah movements, civil society organizations, and cultural groups. Religion was the main source of their collective identity. As da'wah movements, NU and Muhammadiyah conveyed their ideas about sexual violence that originate from Islamic values. As a civil society organization, NU showed more symbolic actions that utilized social capital, while Muhammadiyah shows more programs that were carried out independently. As a cultural group, NU uses cultural memories in the form of istigasah kubra, sowan, and pesantren activities to described themselves as a da'wah movement based on tradition and local culture. As for Muhammadiyah used cultural memories in the form of symbol of "da’wah work", schools and campuses to described themselves as a community service da’wah movement."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Sutedi
"Studi ini meneliti gaya hidup, budaya “ngopi” di coffee shop, dan identitas di kalangan generasi Z sebagai konsumer coffee shop di Kota Jakarta. Beberapa tahun terakhir, konsumsi kopi di coffee shop telah berkembang menjadi suatu fenomena global yang mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan dan konsumerisme. Dalam fenomena ini, generasi Z memainkan peran sentral dengan turut memproduksi makna dan praktik konsumsi kopi di coffee shop sehingga membentuk identitas dalam masyarakat perkotaan. Studi-studi sebelumnya mengenai konsumsi kopi di coffee shop pada generasi Z telah banyak membahas terkait bagaimana kaum muda menggunakan coffee shop sebagai ruang sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam studi ini, konsumerisme dan taste menjadi unsur penting dalam mengkaji gaya hidup generasi Z dalam budaya “ngopi” di coffee shop yang dapat merepresentasikan identitas di kalangan mereka. Peneliti berargumen bahwa aspek simbolis dan taste dalam budaya “ngopi” di coffee shop berperan terhadap pengukuhan gaya hidup dan identitas kelas menengah kaum muda di perkotaan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data dari studi literatur, wawancara mendalam, dan observasi partisipan terhadap konsumer kopi di coffee shop di Jakarta.

This study examines the lifestyle and culture of consuming coffee in coffee shops and the identity of Generation Z as coffee shop consumers in Jakarta. In recent years, coffee consumption in coffee shops has evolved into a global phenomenon reflecting urban lifestyle and consumerism. In this phenomenon, Generation Z plays a central role by producing meaning and coffee consumption practices in coffee shops, thereby shaping identity in urban society. Previous studies on coffee consumption in coffee shops among Generation Z have extensively discussed how young people use coffee shops as social spaces in their daily lives. In this study, consumerism and taste become crucial elements in examining Generation Z's lifestyle in the culture of consuming coffee in coffee shops that can represent identity among them. The researcher argues that symbolic aspects and taste in the culture of consuming coffee in coffee shops play a role in reinforcing the lifestyle and identity of the urban middle-class youth. This study uses a qualitative approach with data collection from literature studies, in-depth interviews, and participant observations of coffee shop consumers in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This was the integrated research conducted by Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan related to the theme of religious education. In the 2006, covered by the title of Restrukturisasi MAK, in the 2007 by Madrasah Taffaquh Fiddin, in the 2008, by Profil Alumni Madrasah Aliyah Keagamaan, and in the 2009 covered by Formalisasi Madrasah Diniyah. These research done as a response of the social afraid with the reduction of religious values in the religious education caused by the chance of policies as for in the state or department degree. Those policies sometimes paying less attention to the negative impact and institutional history of the religious education. This occured especially to the Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), which have become lost. On the other band, moslems community protested those policy and hoped to reconstruct this institution. So, this research conducted by mean to explore public opinion whether should be reconstruction of MAPK."
EDJPPAK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Rudyansyah
"Perlu dijelaskan, untuk menghindari adanya salah pengertian, bahwa penggolongan yang ada di dalam struktur masyara_kat-Cipayung seperti yang digambarkan penulis, yakni santri dan orang biasa atau orang kebanyakan, bukanlah suatu kategori yang absolut. Penggolongan itu dibuat berdasarkan adanya perbedaan pandangan hidup dari dua sistem kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat Cipayung; dan penulis gambar_kan dalam keadaan yang ideal atau dengan kata lain ditampil_kan di dalam perwujudannnya yang sempurna. Hal itu penulis lakukan karena, sejauh yang penulis ketahui, tidak ada jalan lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan dinamika dari kehidupan masyarakat Cipayung.Dinamika yang ada di dalam masyarakat Cipayung itu se_lalu berkisar antara masalah-masalah yang timbul karena ada_nya orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran moral dari kepercayaan setempat di satu pihak dan orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran moral dari agama Islam di dalam melihat dan menanggapi kehidupan ini di pihak lain. Oran--orang yang mengisi penggolongan dari struktur sosial itu mungkin saja untuk berubah-ubah, tetapi struktur sosial yang diwujudkannya selalu demikian. Konflik-konflik yang tim_bul dalam masyarakat Cipayung pada umumnya dapat dikembaliknn kepada masalah itu satu pihak menekankan konsepsi mereka_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>