Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahardhika
"ABSTRAK
Kavitas kelas I sering ditemui pada permukaan gigi molar karena mempunyai bentuk anatomi pit dan fisur yang dalam sehingga sering menyebabkan sisa makanan tertinggal yang nantinya dapat menyebabkan karies gigi. Bahan restorasi yang sesuai untuk penumpatan kavitas kelas I adalah resin komposit. Namun resin komposit memiliki kelemahan yaitu mengalami penyusutan polimerisasi yang menyebabkan kebocoran tepi. Kavitas kelas I juga memiliki c-factor terbesar dibandingkan kavitas lainnya yang dapat menyebabkan kebocoran, sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan liner SIKMR serta teknik Bulk-fill dan inkremental oblik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebocoran tepi restorasi resin komposit teknik Bulk-fill dengan liner dan teknik inkremental dengan liner. Sebanyak 70 sampel dipreparasi dibagian bukal dengan ukuran 3 mm x 3 mm, terdiri dari 10 sampel kelompok Bulk-fill, 30 sampel kelompok Bulk-fill dengan liner SIKMR dan 30 sampel kelompok inkremental oblik. dengan liner SIKMR direndam dalam air destilasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan Thermocycling 250x, suhu 5-550C dilanjutkan dengan aplikasi cat kuku dan rendam dalam metilen biru selama 24 jam. Sampel dibelah dalam arah buko-palatal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo kemudian hasilnya diuji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p≤0,05. Inkremental oblik dengan liner menunjukkan tingkat kebocoran lebih rendah dibandingkan Bulk-fill dengan liner.

ABSTRACT
Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Damayanti Kartikasari
"Latar Belakang: Tolok ukur baik tidaknya adaptasi tepi restorasi adalah tidak adanya kebocoran pada perbatasan restorasi dan gigi Restorasi resin komposit dapat menimbulkan kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara dinding kavitas dengan resin komposit Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara antara RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan inkremental
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada dua puluh tujuh gigi premolar rahang atas kemudian dibagi menjadi tiga kelompok Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk fill dengan aktivasi sonik kelompok kedua dengan RK bulk fill tanpa aktivasi sonik dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling yang diikuti perendaman dalam biru metilen 1 selama 24 jam Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 12x dan dinilai dalam skala ordinal 0 4 Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok Kesimpulan Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada preparasi kavitas kelas I

Background: A good marginal adaptation of a restoration can be measured by the absence of microleakage at the interface area Resin composite undergo contraction during polymerization which may result in gap formation between the wall cavity and composite and resulting microleakage The purpose of this study is to analyze the microleakage of class I cavity preparations that were filled with sonic activated bulk fill resin composite bulk fill resin composite without sonic activation and composite that were filled incrementally
Methods: Standardized class I cavities were prepared on 27 extracted human upper premolars and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonic activated bulk fill resin composite the second group were filled with bulk fill resin composite without sonic activation and the third group were filled incrementally The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 12x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 4 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test
Results: There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage in class I cavity preparations
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T32988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munyati Usman
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kebocoran pengisian saluran akar dari 3 macam tehnik pengisian, yaitu tehnik kondensasi lateral (k.l), kondensasi vertikal gutta-percha panas (k.v.g.p) dan kondensasi lateral gutta-percha panas (k.l.g.p).
Sembilan puluh akar gigi dengan saluran akar tunggal dan lurus, dipreparasi secara step-back sesuai-panjang kerja 9 mm dengan file terbesar No.60, dan kemudian dilakukan secara step-back sampai No.80. Foramen apikal ditembus dengan file No.25 untuk mendapatkan keseragaman diameter. Masing-masing tehnik dilakukan pada 30 akar gigi. Kebocoran pengisian saluran akar diukur dengan perembesan zat warna (tinta cina hitam), dengan interval waktu rendaman 1 hari dan 15 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah semen saluran akar mengeras dan sementara itu sampel direndam dalam aquadest selama 48 jam. Evaluasi dilakukan dengan stereomikroskop dan sebelumnya sampel dibelah memanjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebocoran tehnik k.l.g.p. lebih kecil secara bermakna.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu kebocoran pengisian yang terkecil pada tehnik k.l.g.p, kemudian tehnik k.l. dan tehnik k.v.g.p. yang paling besar Pengaruh lama perendaman, sama pada semua tehnik pengisian.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Devi Puspita
"Latar Belakang: Gambaran dua dimensi radiograf konvensional seringkali menyebabkan tidak tervisualisasinya saluran akar. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan perawatan endodontik akibat saluran akar yang tidak dirawat dengan baik.
Tujuan: Mengetahui besar perubahan sudut horizontal yang ideal dalam menentukan saluran akar bukal dan palatal gigi premolar satu maksila dan molar satu mandibula.
Metode:15 gigi premolar satu maksila dan 15 gigi molar satu mandibula yang telah diekstraksi dilakukan preparasi akses, pengisian saluran akar, dan ditanam dalam model dental. Kemudian dilakukan pembuatan radiograf dengan sudut horizontal 0º, 10º, 15º, 20º, 25º, dan 30º mesial dan distal. Jumlah saluran akar yang terlihat dievaluasi oleh dua pengamat di waktu berbeda.
Hasil: Sebanyak 46.7%-100% sampel gigi premolar satu maksila menunjukkan saluran akar bukal dan palatal terpisah pada angulasi mesial maupun distal. Secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan antara sudut distal dan mesial (p>0.05). Sebanyak 93.3%-100% sampel gigi molar satu mandibula menunjukkan saluran akar bukal dan palatal terpisah pada angulasi distal. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan antara sudut distal dan mesial (p<0.05).
Kesimpulan: Perubahan sudut horizontal minimal dalam menentukan lokasi saluran akar bukal dan palatal gigi premolar satu maksila minimal sebesar 10º mesial maupun distal dan molar satu mandibula minimal sebesar 10º distal.

Background: Conventional two-dimensional radiographs often cause the root canal to be not visualized. This can lead to failure in endodontic treatment due to improperly treated root canals.
Objective: To determine the ideal horizontal angle shift in determining superimposed canals in maxillary first premolars and mandibular first molars.
Methods: 15 maxillary first premolars and 15 mandibular first molars that had been extracted were prepared for access and root canal filling then mounted in the dental model. Radiographs were made with horizontal angles of 0º, 10º, 15º, 20º, 25º, and 30º mesial and distal. The number of visible root canals were evaluated by two observers at separate times.
Results: Percentage of canal separation in maxillary first premolar is 46.7%-100% at mesial and distal angulations. There is no significant difference between distal and mesial angulations (p>0.05). Percentage of canal separation in mandibular first molar is 93.3%-100% at distal angulation while at mesial angulation is 26.7%-73.3%. There is a significant difference between the distal and mesial angulations (p<0.05).
Conclusion: The minimum horizontal angle shift in determining the location of buccal and palatal root canals of maxillary first premolars at least 10º mesial and distal and mandibular first molar at least 10º distal.
"
2021: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesy
"Latar belakang: Resin komposit Bulk-fill merupakan material tumpatan gigi yang dapat digunakan pada kavitas gigi posterior sedalam 4-5mm dengan satu kali penyinaran. Durasi penyinaran dan metode penyinaran mempengaruhi derajat polimerisasi dari suatu material tumpatan gigi. Sehingga derajat polimerisasi akan mempengaruhi sifat mekanik salah satunya adalah kuat tarik diametral suatu material resin komposit Bulk-fill. Tujuan: Untuk mengetahui kuat tarik diametral resin komposit Bulk-fill yang disinar menggunakan Light Curing Unit eksperimental metode penyinaran pulsa dan Light Curing Unit komersial metode penyinaran kontinu selama 5 detik, 10 detik dan 20 detik. Metode: Enam puluh spesimen resin komposit Bulk-fill (diameter 6mm dan ketebalan 3mm) yang dibagi menjadi 2 kelompok metode penyinaran (pulsa dan kontinu) dan 3 kelompok durasi penyinaran (5 detik, 10 detik, 20 detik) dan direndam didalam 5ml akuades kemudian disimpan dalam inkubator 37oC selama 24 jam. Spesimen lalu dilakukan uji kuat tarik diametral menggunakan Universal Testing Machine dengan beban uji sebesar 250kgFdengan crosshead speed 0,5 mm/menit Hasil: Terdapat peningkatan nilai kuat tarik diametral selama 5 detik, 10 detik dan 20 detik pada metode penyinaran pulsa (53,90±8,53 MPa, 54,94±7,68 MPa, 56,18±6,99 MPa) dan metode penyinaran kontinu (53,26±5,78 MPa, 56,40±5,15 MPa, 57,17±5,70 MPa). Uji One-Way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara durasi penyinaran dan juga metode penyinaran. Kesimpulan: Kuat tarik diametral pada metode penyinaran pulsa memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan metode penyinaran kontinu.

in posterior tooth cavities as deep as 4-5mm with one curing. The duration and method of curing affect the degree of polymerization of a tooth filling material. Therefore, the degree of polymerization will affect the mechanical properties, one of which is the diametral tensile strength of a Bulk-fill composite resin material. Objective: To determine the diametral tensile strength of Bulk-fill composite resins cured using the experimental Light Curing Unit pulses curing method and commercial Light Curing Units with continuous curing method for 5 seconds, 10 seconds and 20 seconds. Method: Sixty Bulk-fill composite resin specimens (6mm diameter and 3mm thickness) were divided into 2 groups of curing methods (pulses and continuous) and 3 groups of curing duration (5 seconds, 10 seconds, 20 seconds) then immersed in 5 ml distilled water and stored in 37oC incubator for 24 hours. Specimens were then tested with diametral tensile strength using a Universal Testing Machine with a test load of 5 kN with a crosshead speed of 0.5 mm/minute. Result: There was an increase in diametral tensile strength values for 5 seconds, 10 seconds, and 20 seconds in the pulse curing method (53.90 ± 8.53 MPa, 54.94 ± 7.68 MPa, 56.18 ± 6.99 MPa) and also an increase in the continuous curing method (53.26 ± 5.78 MPa, 56.40 ± 5.15 MPa, 57.17 ± 5.70 MPa). One-Way ANOVA test showed no significant difference (p> 0.05) between each duration and method of curing. Conclusion: The diametral tensile strength of the pulse curing method has a lower value compared to the continuous irradiation method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifa Khaerani
"Latar Belakang: Resin komposit bulk-fill dapat merestorasi kavitas dengan kedalaman 4-5 mm dalam sekali penyinaran sehingga dapat mempersingkat prosedur restorasi, Polimerisasi resin komposit dapat dipengaruhi oleh suhu, termasuk suhu penyimpanan dan preheating resin komposit. Polimerisasi yang adekuat diperlukan untuk mendapatkan kekerasan permukaan yang optimal. Tujuan: Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan dan preheating terhadap kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill. Metode: Tiga puluh spesimen Tetric® N-Ceram Bulk-Fill shade IVA (diameter 6 mm dan tebal 3 mm) dibuat dari 3 kelompok perlakuan yaitu resin komposit yang disimpan pada suhu ruangan 23±1°C selama 24 jam (kontrol), lemari pendingin 4±1°C selama 24 jam, dan preheating 39°C selama 10 menit. Spesimen dipolimerisasi menggunakan light curing unit LED berintensitas 1100 mW/cm2 selama 10 detik dan disimpan di inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. Uji kekerasan menggunakan Knoop Microhardness Tester. Analisis data dengan uji statistik One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil: Kekerasan permukaan antara kelompok perlakuan suhu penyimpanan dan preheating menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Kesimpulan: Kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill pada suhu penyimpanan di lemari pendingin 4±1˚C lebih rendah dibandingkan di ruangan 23±1˚C, sedangkan kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill dengan suhu preheating 39˚C lebih tinggi dibandingkan penyimpanan di ruangan 23±1˚C.

Background: Bulk-fill composite resin could be used in 4-5 mm thickness for each photo-polymerization so that it can shorten the restoration procedure time. Polymerization of composite resin can be affected by temperature, including composite resin’s storage temperature and preheating. Adequate polymerization needed to achieve optimal surface hardness or composite resin. Objective: To evaluate the influence of storage temperature and preheating on surface hardness of Bulk-fill Composite Resin. Methods: Thirty specimens of Tetric® N-Ceram Bulk-Fill shade IVA (6 mm of diameter and 3 mm of thickness) were made from 3 groups according to storage temperature and preheating of the composite: (1) room temperature 23±1°C for 24 hours (control), (2) refrigerator temperature 4±1°C for 24 hours, and (3) preheating 39°C for 10 minutes. Each specimen was polymerized using LED Curing Unit for 10 minutes with 1100 mW/cm2 intensity, then immersed in 5 ml of aquadest and kept in 37°C incubator for 24 hours. urface hardness was measured using Knoop Microhardness Tester at the top surfaces. Data were statistically analyzed using One-Way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test. Result: There was a statistically significant difference (p0,05) of surface hardness value between all test groups. Conclusion: Surface hardness of bulk-fill composite resin at refrigerator temperature 4±1˚C are lower than room temperature 23±1˚C, while surface hardness of bulk-fill composite resin with preheating 39°C are higher than room temperature 23±1˚C."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Shintarini Murwakani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Residu medikamen kalsium hidroksida yang tertinggal dalam saluran akar dapat memengaruhi kualitas pengisian saluran akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dua metode pembersihan medikamen kalsium hidroksida. Metode. Tiga puluh dua premolar rahang bawah dipreparasi dengan ProTaper Next hingga X3. Gigi kemudian diberikan medikamen kalsium hidroksida dan dilakukan pemindaian awal menggunakan Micro-CT. Setelah diinkubasi selama 7 hari pada suhu 37 C, medikamen kalsium hidroksida dibersihkan dengan larutan irigasi yang diaktivasi menggunakan instrumen sonik EDDY trade;, VDW dan menggunakan instrumen ultrasonik Irrisave, Acteon Satelec . Setelah dibersihkan, dilakukan pemindaian kedua dengan Micro-CT untuk mengetahui voume residu kalsium hidroksida. Data kemudian di rekonstruksi dan dianalisis menggunakan perangkat lunak NRecon dan CTAn. Hasil. Kelompok ultrasonik memiliki rerata volume residu kalsium hidroksida yang lebih sedikit dibandingkan kelompok sonik. Namun secara statistik tidak memiliki perbedaan yang bermakna p=0,225 . Kesimpulan. Teknik sonik dan ultrasonik memiliki kemampuan yang sama dalam membersihkan medikamen kalsium hidroksida.

ABSTRACT
Background. The residual calcium hydroxide medicinal residue in the root canal can affect the quality of root canal filling. The purpose of this study was to evaluate two methods of cleansing the calcium hydroxide medicaments. Method. Thirty two mandibular premolars were prepared with ProTaper Next to X3. The tooth was then given a calcium hydroxide medicament and an initial scan was performed using Micro CT. after incubation for 7 days at 37 C, the calcium hydroxide medicaments were cleaned with irrigation solution which was activated using sonic instrument EDDY trade , VDW and using ultrasonic instrument Irrisave, Acteon Satelec . After cleaning, a second scan with Micro CT is done to determine the voume of calcium hydroxide residue. The data were then reconstructed and analyzed using NRecon and CTAn software. Results. ultrasonic group had a lower mean residual volume of calcium hydroxide than the sonic group. However, statistically, there was no significant difference p 0,225 . Conclusion. Sonic and ultrasonic techniques have the same ability to clean the calcium hydroxide medicaments."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trihanna Kezya Rima
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman minuman isotonik terhadap kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill. Enam puluh spesimen Tetric N-Ceram Bulk-Fill berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm dibagi menjadi 2 kelompok perendaman yaitu dengan akuades (kontrol) dan minuman isotonik. Setiap kelompok direndam dengan lama perendaman 1 hari, 3 hari dan 7 hari. Kekerasan permukaan diuji menggunakan HMV-G Series Micro Vickers Hardness Tester.
Hasil menunjukan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara perendaman akuades dan minuman isotonik uji Independent T-Test. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara semua kelompok perendaman minuman isotonik dengan lama perendaman 1 hari, 3 hari dan 7 hari dengan uji statistik One-Way Anova dan PostHoc Tukey HSD. Dapat disimpulkan bahwa minuman isotonik mempengaruhi kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill.

This study aims to determine the influence of isotonic drink immersion on surface hardness of bulk-fill composite. Sixty specimens of Tetric N-Ceram Bulk-Fill, 6 mm in diameter and 3 mm height were divided into two groups of storage media; deionized water (control) and isotonic drink. Each group was for 1 day, 3 days and 7 days. The surface hardness is measured using a HMV-G Series Micro Vickers Hardness Tester.
The results showed that there were significant differences (p <0.05) between immersion of control and isotonic drink with Independet T-Test. The results showed that there were significant differences (p <0.05) between all isotonic drink immersion groups with immersion duration of 1 day, 3 days and 7 days with One-Way Anova Test and Post Hoc Tukey HSD. It can be concluded that isotonic drinks affect the surface hardness of bulk-fill composite.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"Latar Belakang: Menghilangkan seluruh bakteri, khususnya E. faecalis di dalam saluran akar masih menjadi masalah dalam perawatan saluran akar karena bentuknya yang ireguler di sepertiga apikal. Jumlah kunjungan perawatan endodontik konvensional yang berulang juga masih di rasakan tidak praktis. Pemakaian laser terapi foto dinamik dan kalsium hidroksida dalam bentuk larutan adalah upaya menemukan teknik dan bahan untuk eliminasi tersebut. Mengetahui sifat-sifat spesifik bakteri berupa keragaman genotip dan karakter fenotip yaitu perilakunya terhadap perubahan lingkungan, diharapkan akan dapat menemuka tekanik dan medikamen terbaik untuk sterilisasi saluran akar.
Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah dan karakter genotip bakteri E. faecalis di saluran akar yang mengalami infeksi intra radikuler primer dan persisten serta menganalisis perubahan karakter fenotip pada kasus infeksi intra radikuler persisten setelah mendapat perlakuan dengan laser terapi foto dinamik dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Material dan Metode: Bakteri E. faecalis diisolasi dari saluran akar kemudian dilakukan penentuan tipe genotip cps nya. Perubahan karakter fenotip dilakukan dengan melihat sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida dengan di beri perlakuan menggunakan sinar laser foto dinamik terapi dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Hasil: Sensitivitas bakteri E. faecalis terhadap Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% yang diaplikasikan selama 60 detik pada infeksi intra radikuler persisten efektif dalam sterilisasi saluran akar.
Kesimpulan: Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% dapat menyebabkan perubahan sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida pada genotip cps 1, 2 dan 5 bakteri E. Faecalis pada infeksi intra radikuler persisten.

Background: Eliminating all bacteria, especially E. faecalis in the root canal remains a problem in root canal management due to its irregular shape at one third of apical area. The repeating endodontic visits also seem to be less practical. Utilization of photo dynamic laser and calcium hydroxide solution therapy is an attempt in finding the suitable technique and materials for eliminating this issue. Knowledge of specific characters of bacteria such as the various genotypes and the phenotype character, which is its behavior towards environmental changes, is expected to be helpful in finding the best technique and medicament for root canal sterilization.
Objective: Analyse the amount and genotypic characters difference of E. faecalis in the root canal affected with primary and persistent intra radicular infection and analyse phenotypic character changes in persistent intra radicular infections cases after application of photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy.
Material and Method: E. faecalis was isolated from the root canal and its cps genotype was determined. Phenotypic character changes were observed with sensitivity, protein profiling and polysaccharide capsule profiling after getting photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide 50% therapy.
Results: E. faecalis sensitivity towards photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide treatment for 60 seconds acquired from persistent intra radicular infection was effective in root canal sterilization.
Conclusion: Photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy can change the sensitivity, protein profile, and polysaccharide capsule profile of cps 1, 2 and 5 genotype E. faecalis in persistent intra radicular infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Innawaty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyinaran menggunakan LED dan pemanasan awal menggunakan Micerium ENA Heat terhadap depth of cure resin komposit bulk-fill. Alat dan bahan: Enam puluh spesimen Filtek Bulk-Fill Posterior Restoratives ketebalan 4 mm dan diameter 3 mm; tanpa dan dengan pemanasan awal pada temperatur 39 C dibagi ke dalam 3 kelompok sesuai dengan durasi penyinaran 5 detik, 10 detik, dan 15 detik. Spesimen dipolimerisasi menggunakan LED Curing Unit 3MTM Elipar, 1.200 mW/cm2 dan diuji kekerasan mikro menggunakan Vickers Microhardness Tester Shimadzu, Japan untuk menghitung nilai depth of cure. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Kruskall-Wallis dan Post-Hoc Mann Whitney-U.
Hasil: Adanya perbedaan yang tidak bermakna p ge;0,05 untuk nilai depth of cure pada keenam kelompok tanpa dan dengan pemanasan awal. Walaupun nilai depth of cure tersebut tidak bermakna namun telah mencapai nilai minimum yaitu ge; 80. Selain itu terdapat perbedaan yang bermakna p.

Aim Evaluate the influence of different exposure time and pre heating on its depth of cure of bulk fill composite. Methods Sixty cylinder shaped specimens of Filtek Bulk Fill Posterior Restoratives 4 mm of thickness x 3 mm of diameter with and without pre heating at 39 C were divided into 3 subgroups according to exposure times 5, 10, and 15. All specimens were polymerized using LED Curing Unit 3MTM Elipar, 1.200 mW cm2 and tested using Vickers Microhardness Tester Shimadzu, Japan to determine its microhardness for calculating its depth of cure. Data were statistically analyzed using Kruskall Wallis and Post Hoc Mann Whitney U test.
Results A no significant differences p ge 0,05 in depth of cure amongst the six groups of non preheated and preheated bulk fill composite. However, all of the groups have reached a minimum value of ge 80 depth of cure. Moreover, there is a significant differences in microhardness in all of the six groups of non preheated and preheated bulk fill composite and between 5 and 15 of exposure times in both groups. Conclusion Exposure times and pre heating at 39 C had an influence on microhardness of bulk fill composite.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>