Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Noor Khilmia Adkhanti
"ABSTRAK
Sistem kepercayaan menjadi penuntun masyarakat dalam menjalani kehidupan. Sehingga terciptanya kehidupan yang sesuai dengan tatanan sosial yang sudah dirancang. Tabu merupakan bentuk sistem kepercayaan yang hidup dalam pola pikir masyarakat. Hal tersebut berkembang dari sebuah pengelaman budaya, seringkali berkaitan dengan mitologi kisah yang menciptakan sebuah larangan. Sebuah kampung pada Pulau Seram berdiri kokoh di tengah masyarakat yang mulai berkembang menuju masyarakat urban. Budaya dan adat menyelimuti teritori kampung, membuat warga seolah tidak terusik oleh modernisasi. Numa Posune-tempat pengasingan wanita mentrusasi dapat dijadikan sebagai sebuah contoh. Perempuan menstruasi dianggap kotor bagi masyarakat kampung Rohua. Hal tersebut memunculkan sebuah tabu, dimana lelaki dilarang membuat kontak fisik maupun visual terhadap wanita menstruasi atau mereka akan terkena penyakit. Fenomena tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat yang masih kuat memegang tradisi, memperlihatkan bahwa tabu menjadi pengontrol kehidupannya. Skripsi ini membahas terkait pembentukan pola permukiman yang diakibatkan oleh sebuah tabu, sebagai kontrol dalam konteks permukiman rural. Metode yang digunakan dengan mengeksplorasi kehidupan masyarakat kampung Rohua secara langsung dan melihat bagaimana peran tabu dalam permukiman. Tabu secara kuat menjadi identitas serta salah satu kunci utama dalam mengatur konfigurasi spasial permukiman. Hal tersebut kemudian berdampak pada aktivitas warga terlebih yang berkaitan dengan penggunaan ruang permukiman. Temuan menunjukkan bahwa tabu kuat mempengaruhi pembentukan ruang permukiman masyarakat tradisional, salah satunya kampung Rohua.

ABSTRACT
Belief system leads society in living their life. Therefore, life prevails based on the designated social structure. Taboo is a belief that lives in the mindset of a society. It develops from a certain cultural experience, and is related to mystical things that often impose prohibitions. A village in Pulau Seram stands firm in the middle of society inhabiting an area which begins to evolve into urban area. The societys tradition lives throughout the village territory and strongly influences the villagers living space, making these villagers seem to be undisturbed by the modernization amid its existence. Take numa Posune-a place of seclusion for women on periods-as an example. Women in their period are considered impure to the villagers. This belief encourages a taboo to appear, as for men are not allowed to make contact, both visual and physical, to period women, otherwise the men will get sick. This shows how in society that still holds a strong tradition, taboo controls the societys life until now. This paper discusses settlement pattern formed as an effect of taboo and the role of taboo as a social control in rural contexts. The method of this study was exploring Kampung Rohuas life directly and seeing the role of taboo towards Kampung Rohua. Taboo strongly characterized the settlement and the main key of the spatial configuration. Its also affects society up to their daily activities especially those that are spatially related in the settlements. The findings shows that taboo strongly influenced the formation of space in a traditional rural settlement, in this case in Kampung Rohua."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Fauzan
"Wilayah Pesisir Jakarta Utara merupakan wilayah yang sangat potensial untuk dikembangkan sekaligus memiliki tatanan kehidupan sosial yang sangat rentan dengan perubahan. Kehidupan sosial pada sebuah tempat dan ruang tentunya memiliki cerita dan sejarah yang panjang dalam pembentukannya. Respon kehidupan masyarakat Kamal Muara yang didominasi oleh Suku Bugis dalam profesi sebagai nelayan turut memengaruhi materi lingkungan sekitar dan juga cara hidup dari masyarakat itu sendiri dalam pembentukan kehidupan di Pesisir Jakarta Utara.
Arsitektur Suku Bugis yang tergolong sebagai salah satu arsitektur vernakular diterapkan pada permukiman yang sepenuhnya baru. Skripsi ini ingin menelusuri lebih lanjut peninggalan bentuk dari Arsitektur Suku Bugis setelah beradaptasi pada lingkungan barunya yang dihubungkan ke dalam konteks sosial dan budaya.

The North Jakarta Coastal Area is an area with great potential to be developed as well as having a social life structure that is very vulnerable to change. Social life in a place and space certainly has a long story and history in its formation. The response of the community's life which is dominated by the profession as a fisherman also influences the material of the surrounding environment and also the way of life of the community itself in the formation of space in the North Jakarta Coast.
The architecture of the Bugis Tribe which is classified as one of the vernacular architectures is applied to completely new settlements. This thesis wants to examine further how the shape of the Bugis Tribe Architecture after adapting to its new environment is connected to the social and cultural context.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Letha Fitriana
"Arsitektur dapat memiliki arti lebih dari sekedar bangunan tempat tinggal karena merupakan pengekspresian ruang-ruang simboiik dalam kehidupan. Terbentuknya arsitektur masyarakat ash dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang menj adi kannya memiliki karakteri sti k yang mudah dikenali, dari tahun ke tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan arsitektur vernakular, antara lain faktor bahan, konstruksi, iklim, lahan dan sosial budaya telah dipakai sebagai dasar tinjauan pada permukiman asli suku Sasak di Lombok. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan di permukiman ash suku Sasak di Lombok pads bulan Mei I997, memberikan gambaran bahwa permukiman suku Sasak memiliki ciri yang khas, mempunyai susunan yang teratur dan merupakan lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari perulangan tiga bangunan utama. Cara pembangunannya berbeda dan unik karena menggunakan bahan-bahan alami berupa tanah, kotoran kerbau, kayu, bambu dan alang-slang. Masyarakat suku Sasak memiliki cara tersendiri dalam mengatur dan menggunakan permukiman mereka, karena mereka memiliki suatu model. Model terwujud membentuk karakteristik dalam pola permukimannya, berkaitan Brat dengan kebudayaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Satria
"Tugas akhir ini memuat tentang penjelasan mengenai dwelling pada sebuah kearifan arsitektur vernakular Banjarmasin yang mengacu pada rumah panggung. Dalam hal penyelesaian masalah rumah atau tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara observasi dengan beragam informan yang menghuni rumah panggung.

This final writting consist of the description of the Dwelling on the wisdom of vernacular architecture Banjarmasin which refers to the houses on stilts. In terms of the settlement problems at home or place of residence. This study based on data collection method of observation with various informants that inhabit the house on stilts"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51566
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Nathania Dwi Karina
"Teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) berpotensi dikembangkan sebagai sumber energi listrik alternatif karena dapat mengkonversi berbagai substrat dari sumber yang dapat diperbaharui menjadi energi listrik menggunakan bakteri sebagai biokatalis. Limbah cair tempe merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai substrat MFC. Penggunaan limbah cair tempe sebagai substrat MFC memberikan keuntungan dalam mengurangi biaya pembelian bakteri dan pengolahan limbah cair tempe. Saat ini, aplikasi MFC masih terbatas karena produksi listrik yang dihasilkan relatif kecil, sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan produksi listrik oleh MFC.
Penelitian ini berfokus dalam meneliti pengaruh waktu pembentukan biofilm dan penggunaan makromolekul sebagai substrat tambahan terhadap produksi listrik dari sistem MFC dengan reaktor tubular membranless dan substrat limbah cair tempe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbohidrat merupakan makromolekul dalam limbah cair tempe yang paling berpengaruh dalam produksi listrik ditandai dengan nilai penurunan kadar terbesar, yaitu 1,82%, setelah eksperimen MFC dilakukan selama 50 jam. Pembentukan biofilm pada anoda dapat meningkatkan produksi listrik hingga 10 kali lipat, sedangkan penggunaan glukosa sebagai substrat tambahan menurunkan produksi listrik hingga 60%. Hasil keluaran listrik terbesar diperoleh dari variasi waktu pembentukan biofilm 14 hari dengan kandungan EPS pada biofilm sebesar 0,13 mg/cm2. Nilai tegangan dan densitas daya maksimum yang dihasilkan berturut turut 34,81 mV dan 0,26 mW/m2.

Microbial Fuel Cell (MFC) technology has the potential to be developed as an alternative energy source since it can convert various substrates from renewable sources into electricity using bacteria as biocatalyst. Tempe wastewater is one of the material which can be utilized as MFC substrate. The use of tempe wastewater as MFC substrate gives advantages in reducing the purchasing cost of bacteria and tempe wastewater treatment. Currently, the applications of MFCs are still limited due to the relatively low electricity production, so many studies have been conducted to improve the electricity production by MFC.
This study focused on investigating the influence of biofilm formation time and the use of macromolecule as additional substrate towards electricity production from MFC system with tubular membranless reactor.
This study suggested that carbohydrate is the macromolecule contained in tempe wastewater which is the most influential for electricity production marked by the biggest decrease in macromolecule content, which is 1.82%, after MFC experiment had been carried out for 50 hours. In addition, biofilm formation on anode could improve the electricity production up to 10-folds while the use of glucose as substrate addition reduce the electricity production. The biggest electricity output was obtained from the experiment of biofilm formation for 14 days with EPS content in biofilm 0,13 mg/cm2 where the maximum voltage and power density produced was respectively 34,81 mV dan 0,26 mW/m2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinayung Syafira Aratuza
"Penelitian ini ingin mengungkap proses adaptasi arsitektur vernakular suku Bajo di desa Mola Kepulauan Wakatobi dalam mengahadapi modernitas. Suku Bajo adalah suku yang kehidupannya tidak pernah jauh dari laut, bergerak, bekerja dan tinggal di atas perahu, namun saat ini sebagian besar suku Bajo telah bermukim di pesisir pantai, hal ini terjadi karena pemerintah yang sejak dulu ingin membawa suku bajo ke daratan agar memiliki identitas dan teritori yang jelas. Perpindahan suku Bajo dari laut ke darat menyebabkan mereka terpaksa beradaptasi dengan lingkungan baru yang akhirnya menciptakan pemaknaan baru dalam kehidupan suku Bajo. Meskipun memiliki rumpun dan etnis yang sama, perkembangan tiap suku Bajo ditiap daerah pastilah memiliki cara tersendiri, yang membedakan adalah cara masyarakat beradaptasi dan memaknai rumah, sehingga rumah suku Bajo Mola merupakan salah satu objek yang mengalami proses adaptasi, perpindahan, dan perubahan. Tujuan penelitian ini adalah unuk mengetahui sejarah perkembangan arsitektur vernakular Suku Bajo di Desa Mola dan proses adaptasinya dalam menghadapi modernitas. serta melihat perubahan apa yang terjadi pada proses adaptasi tersebut terhadap kebudayaan dan identitas asli suku Bajo di Desa Mola. Penelitian dilakukan di Pemukiman Suku Bajo desa Mola Kepulauan Wakatobi. Metode penelitian yang digunakan adalah interpretasi historis dengan dua proses, pertama menganalisis bukti yang tertinggal untuk menghasilkan fakta dan kedua melakukan interpretasi sejarah, peneliti menggunakan 3 tahap dalam proses adaptasi yaitu inception, implementation, dan disposal, sebagai alat untuk menganalisa suku Bajo Mola. Penelitian ini membuktikan bahwa Suku Bajo Mola dalam menghadapi kehidupan modern tidak lantas menghilangkan atau mengganti aspek kehidupan terdahulu mereka dengan yang baru, namun mereka beradaptasi, menyesuaikan diri dengan tetap menjaga hal- hal yang penting untuk mereka yaitu kehidupan yang tetap berorientasi kepada lautan.

This study aims to reveal the process of adapting the vernacular architecture of the Bajo tribe in Mola village, Wakatobi Islands in the face of modernity. The Bajo tribe is a tribe whose life is never far from the sea, moves, works and lives on boats, but now most of the Bajo tribe have settled on the coast, this is because the government has always wanted to bring the Bajo tribe to the mainland in order to have a clear identity and territory. The movement of the Bajo tribe from sea to land forced them to adapt to a new environment which eventually created a new meaning in the life of the Bajo tribe. Even though they have the same family and ethnicity, the development of each Bajo tribe in each area must have its own way, the difference is the way the community adapts and interprets the house, so that the Bajo Mola house is one of the objects that undergo a process of adaptation, displacement, and change. The purpose of this study was to determine the history of the development of Bajo vernacular architecture in Mola Village and its adaptation process in the face of modernity. and see what changes have occurred in the adaptation process to the culture and original identity of the Bajo tribe in Mola Village. The research was conducted in the Bajo Tribe Settlement, Mola Village, Wakatobi Islands. The research method used is historical interpretation with two processes, firstly analyzing the remaining evidence to produce facts and secondly performing historical interpretation, the researcher uses 3 stages in the adaptation process, namely inception, implementation, and disposal, as a tool to analyze the Bajo Mola tribe. This research proves that the Bajo Mola Tribe in dealing with modern life does not necessarily eliminate or replace aspects of their previous life with new ones, but they adapt, adjust while maintaining the things that are important to them, namely life that remains oriented to the ocean."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Layli Putri Marsal
"ABSTRAK
Sistem Microbial Electrolysis Cell (MEC) merupakan teknologi yang menjanjikan untuk produksi energi alternatif hidrogen dari air limbah dengan konsumsi energi yang rendah. Laju produksi hidrogen dengan sistem MEC lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi hidrogen menggunakan metode lain. Sejauh ini, upaya optimasi yang dilakukan masih terfokus pada desain konstruksi sistem dan faktor eksternal sehingga peninjauan optimasi laju produksi hidrogen berdasarkan transfer elektron dari mikroorganisme dalam sistem masih diperlukan. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau pengaruh pembentukan biofilm pada anoda terhadap laju produksi hidrogen. Sistem MEC yang digunakan adalah MEC satu kompartmen, dengan kondisi operasi optimum berdasarkan pengujian penambahan variasi bakteri P. stutzeri dan P. aeruginosa sebagai inhibitor metanogen. Pada penelitian ini, pengaruh pembentukan biofilm ditinjau dengan pengaturan variasi waktu pembentukan biofilm sebelum dilakukan operasi MEC. Variasi waktu yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh pembentukan biofilm akibat waktu inkubasi terlama terhadap produksi hidrogen yang optimum. Produksi hidrogen dengan 5 hari inkubasi sebelum operasi mampu memperkaya bakteri pada biofilm yang terbentuk dan meningkatkan produksi hidrogen 70,69 lebih besar jika dibandingkan dengan reaktor kontrol.

ABSTRACT
Microbial Electrolysis Cell (MEC) is a promising technology enabling the sustainable production of hydrogen as energy alternative from wastewater with low energy input. The hydrogen production rate of MEC is relatively lower than that of other methods. So far, MEC optimization still focused on the reactor construction design and external factors while the optimization of MEC from internal factor, which is electron transfer from microorganisms in the system, is still needed. This research analyzes the effect of anodic biofilm formation to biohydrogen production in MEC system. The research will be done based on Single-Chamber MEC configuration with optimum operating conditions based on the effect of P. stutzeri and P.aeruginosa addition as methanogen inhibitor. The effect of anodic biofilm formation is adjusted by giving variation of biofilm formation time prior to MEC operation. The time variations used are 1, 2, 3, 4 and 5 days. Hydrogen concentrations produced at the cathode will be tested through Gas Chromatography and anodic biofilm morphology at the anode will be tested through Scanning Electron Microscope (SEM) in order to analyze the effect of anodic biofilm formation to hydrogen production. The optimal hydrogen yield are affected by anodic biofilm enrichment as the higher biofilm formation time occurred. Experimental results showed H2 yield with five days incubation prior to MEC operation producing up to 70.69 compared to the control."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyarko
"Pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development) dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bumi saat ini, yaitu krisis energi dan kerusakan lingkungan. Para ahli menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bisa belajar dari cara masyarakat tradisional dalam mengelola permukiman mereka. Dusun Sade, Lombok merupakan salah satu permukiman tradisional yang pada awalnya berhasil bertahan hidup selama berabad-abad tanpa membuat perubahan yang berarti kepada lingkungan sekitarnya. Bila dikaitkan dengan pendapat para ahli lingkungan, Dusun Sade di masa lalu bisa dikategorikan sebagai permukiman yang berkelanjutan (sustainable settlement). Masuknya pariwisata pada pertengahan tahun 1980-an ternyata membawa perubahan besar terhadap kebudayaan dan tradisi masyarakat Dusun Sade.
Saat ini, pengelolaan lingkungan yang dilakukan masyarakat dusun lebih menitikberatkan pada kepentingan ekonomi jauh diatas pelestarian alam sekitar. Pariwisata terbukti telah menggeser tradisi masyarakat Dusun Sade yang berlaku selama berabad-abad dalam usaha menjaga keberlanjutan pemenuhan kebutuhan pangan. Kehadiran pariwisata ternyata merubah pandangan masyarakat Dusun Sade dalam melihat alam mereka, dari Ekosentris menjadi Antroposentris, sehingga Dusun Sade saat ini bukanlah lagi permukiman yang berkelanjutan.

Sustainable development is considered as a solution to counter world?s present issues; the energy crisis and the natural degradation. Experts come out with statement that we can learn sustainable development from traditional communities in developing their settlements. Sade village, Lombok is one of the traditional settlements succeed in maintaining their lifes for centuries without doing a lot of obstruction to their natural surroundings. In reference to the ecology experts statements, the old Sade village could be categorized as sustainable settlement. The tourism presence in mid 80's unfortunately brought great impact on Sade's culture and tradition.
Nowadays, the communities, in their environmental development tend to put a lot more concern in the economic aspect rather than focus on preserving their natural surroundings. Tourism proofed to be the cause of tradition degradation, a tradition that has been Sade's way of life for centuries, in attempt to sustain their food supplies. Tourism presence obviously has changed how the Dusun Sade community view its surrounding nature, they?ve Changed from Ecosentrism to Antroposentrism, Dusun Sade now was no longer a Sustainable Settlement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afifah
"Bentuk pelestarian pada kawasan arsitektur heritage memiliki kaidah-kaidah dan prinsip tertentu, melihat akan ketahanan dan keberlanjutannya yang semestinya dilestarikan bertujuan untuk melihat lebih dalam mengenai pengetahuan yang terkandung di dalam kemurnian pada arsitektur tradisional. Revitalisasi merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian arsitektur tradisional, bentuknya dapat berupa pelestarian di aspek tangible dan intangible. Kedua aspek tersebut memiliki respon yang berbeda setelah dilakukan revitalisasi. Oleh karena itu, pada penulisan skripsi ini dilakukan analisis dan pengamatan terhadap kawasan arsitektur tradisional yang telah mengalami revitalisasi. Pendalaman pengamatan dan analisis berpacu pada perbedaan kedua aspek tersebut serta pemahaman mengenai proses revitalisasi, dengan kajian teori dan analisis kawasan fisik penulis harap tulisan ini dapat dikembangkan dan dilengkapi mengingat banyaknya kekurangan waktu pengamatan yang tidak bisa dilakukan secara langsung
The form of preservation in the area of heritage architecture has certain rules and principles, looking at its durability and sustainability which should be preserved aiming to look deeper into the knowledge contained in the purity of traditional architecture. Revitalization is one form of efforts to preserve traditional architecture, the form can be in the form of preservation in tangible and intangible aspects. These two aspects have different responses after revitalization. Therefore, in this thesis writing analysis and observation of traditional architectural areas that have undergone a revitalization. The deepening of observation and analysis is based on the difference between the two aspects and the understanding of the revitalization process, with the study of theory and analysis of the physical area of the author, I hope this thesis writing can be developed and completed given the many shortcomings of observation that cannot be done directly"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalil Gibran
"ABSTRACT
Arsitektur vernakular merupakan arsitektur lokal yang terbentuk dari proses budaya dan tradisi dari suatu daerah. Keberadaan arsitektur vernakular di daerah urban menjadi perhatian penulis untuk menjadi bahan penelitian skripsi ini karena kemajemukan budaya yang berada di daerah urban tentu memengaruhi nilai-nilai dari arsitektur vernakular. Kemajemukan budaya di daerah urban membuat adanya implikasi budaya sehingga terjadinya penggabungan budaya urban dengan nilai-nilai vernakular yang dimiliki oleh suatu komunitas. Dalam penelitian skripsi ini, tinjauan arsitektur vernakular yang berada di daerah urban dilakukan terhadap rumah tempat tinggal yang berasal dari sebuah keluarga yang melakukan pemindahan rumah dari Gemolong ke Ciracas, Jakarta Timur. Pemilik rumah merupakan orang Jawa yang menganut budaya dari Gemolong sehingga memiliki nilai-nilai budaya dan tradisi yang dibawa kepada rumahnya. Dalam studi kasus ini arstitektur vernakular ditinjau dengan pendekatan secara arsitektural serta menggali nilai vernakular melalui nilai abstrak dan fisik yang dimiliki oleh rumah tempat tinggal keluarga dari Gemolong.

ABSTRACT
Vernacular architecture is a local architecture formed from cultural processes and traditions of an area. The existence of vernacular architecture in urban areas become an attention to the authors to be the subject of this thesis research because of the cultural diversity that is in the urban area would affect the values of vernacular architecture. The cultural pluralism in urban areas makes cultural implications so that the incorporation of urban culture with the vernacular values possessed by a community. In this thesis research, a review of vernacular architecture located in the urban area is done to the residential house that comes from a family who do the displacement of the house from Gemolong to Ciracas, East Jakarta. Homeowners are Javanese who embrace the culture of Gemolong so have cultural values and traditions brought to his home. In this case study the vernacular architecture is reviewed in an architectural approach and explores vernacular value through the abstract and physical value of the family home of Gemolong."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>