Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septi Dhanik Prastiwi
Yogyakarta: Diva Press, 2018
622.342 2 SEP p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Dhanik Prastiwi
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
551.483 SEP s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Dhanik Prastiwi
"Sungai-sungai yang membelah Pulau Kalimantan memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia sejak masa lalu. Sungai memiliki peran dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan pada kehidupan manusia hingga sekarang. Namun seiring dengan pembangunan jalan darat, makna sungai bagi masyarakat tepian sungai mengalami perubahan. Kajian ini melihat bagaimana masyarakat Dayak Ngaju memaknai sungai dalam ruang hidup yang berubah dengan adanya pembangunan. Penelitian dilakukan pada dua desa dengan karakteristik lokasi, karakteristik masyarakat, dan laju pembangunan yang berbeda yaitu Desa Talingke yang berada di tepian Sungai Katingan dan Desa Pangi yang berada di tepian Sungai Kahayan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa karakteristik wilayah sungai, masyarakat dan laju pembangunan mempengaruhi masyarakat dalam memaknai sungai. Di satu sisi, masyarakat Pangi mulai meninggalkan aktivitas di sungai namun mereka masih memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya. Sebaliknya, masyarakat Talingke masih memusatkan aktivitasnya di sungai namun tidak lagi sepenuhnya memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2021
900 HAN 5:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Dhanik Prastiwi
"Sungai-sungai yang membelah Pulau Kalimantan memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia sejak masa lalu. Sungai memiliki peran dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan pada kehidupan manusia hingga sekarang. Namun seiring dengan pembangunan jalan darat, makna sungai bagi masyarakat tepian sungai mengalami perubahan. Kajian ini melihat bagaimana masyarakat Dayak Ngaju memaknai sungai dalam ruang hidup yang berubah dengan adanya pembangunan. Penelitian dilakukan pada dua desa dengan karakteristik lokasi, karakteristik masyarakat, dan laju pembangunan yang berbeda yaitu Desa Talingke yang berada di tepian Sungai Katingan dan Desa Pangi yang berada di tepian Sungai Kahayan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa karakteristik wilayah sungai, masyarakat dan laju pembangunan mempengaruhi masyarakat dalam memaknai sungai. Di satu sisi, masyarakat Pangi mulai meninggalkan aktivitas di sungai namun mereka masih memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya. Sebaliknya, masyarakat Talingke masih memusatkan aktivitasnya di sungai namun tidak lagi sepenuhnya memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya"
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2021
900 HAN 5:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiah Rohmat
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang etnobotani pada masyarakat suku Dayak Ngaju di kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, dari Februari ndash; Juli 2014 dan Februari ndash; Mei 2017. Tujuan penelitian untuk mendokumentasikan pengetahuan lokal tentang keanekaragaman tumbuhan dan pemanfaatannya pada berbagai kategori guna, serta keanekaragaman tumbuhan obat yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, survey lapangan, observasi partisipatif dan Focus Group Discussion FGD dengan distribusi kerikil. Data dianalisis dengan statistika deskriptif, penghitungan nilai Local User rsquo;s Value Index LUVI dan nilai Index of Cultural Significance ICS . Terdapat 259 spesies yang termasuk ke dalam 193 genus dan 85 famili yang dikenal masyarakat suku Dayak Ngaju di kecamatan Mantangai. Spesies tetumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk berbagai kategori kegunaan. Sebanyak 151 spesies dari 128 genus dan 68 famili dimanfaatkan untuk mengobati 78 jenis penyakit. Berdasarkan analisis LUVI, didapatkan 124 spesies tumbuhan yang dianggap penting berdasarkan persepsi masyarakat. Curcuma domestica dan Oryza sativa memeroleh nilai ICS tertinggi yaitu masing-masing 61 dan 60. C. domestica dimanfaatkan sebagai bumbu, obat dan pewarna, sedangkan O. sativa dimanfaatkan sebagai makanan pokok, ritual. dan obat tradisional. Nilai tertinggi ICS pada tumbuhan obat terdapat pada cabi Piper longum dan henda Curcuma domestica yang dimanfaatkan untuk mengobati meroyan dan berbagai jenis penyakit.

ABSTRACT
A research of ethnobotanical study of Dayak Ngaju tribe communities, in Mantangai sub district, Kapuas regency, Central Kalimantan was conducted from February to July 2014 and February to May 2017. The aim of this study was to preserve local knowledge of plant diversity and their uses and the diversity of medicinal plants to cure various disease. Data was collect through interview, field survey, participatory observation and Focus Group Discussion FGD by Pebble Distribution Method PDM . The data was analized by descriptive statistics, Local User rsquo s Value Index LUVI and Index of Cultural Significance ICS . A total of 259 plants species including 193 genus and 85 families known by Dayak Ngaju tribe communities in Mantangai sub district. Those plants species used for various useful category. A total of 151 plants species from 128 genus and 68 families used to cure 78 type of disease. Based on LUVI analysis, there were 124 plants species as important species based on communities perception. Curcuma domestica and Oryza sativa get the highest value of ICS as many as 61 and 60. Curcuma domestica used as flavor, medicine and dye color, while O. sativa used as staple food, ritual and traditional medicine. Cabi Piper longum and C. domestica get the highest value of ICS as medicinal category, which being used to cure meroyan and various of disease."
2018
T49384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noormila Stiatin Vitrie
"ABSTRAK
Upacara tiwah adalah upacara kematian tahap terakhir yang diselenggarakan Dayak Ngaju penganut agama Kaharingan, untuk mengantar roh orang yang meninggal ke Lewu Tatau (Surga). Upacara yang dilaksanakan secara turun-temurun ini merupakan kewajiban keluarga yang hidup, apakah dia wanita atau pria terhadap kerabatnya yang meninggal dunia.
Pandangan hidup orang Dayak Ngaju didasari asas"mendeng sama kagantung, munduk sama karandah" (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah) menunjukkan kedudukan wanita dan pria yang sederajat dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari baik dalam rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat yang lebih luas. Masalah yang menarik untuk diteliti adalah peranan wanita dalam upacara tiwah yang menunjukkan kesederajatannya dengan pria.
Penelitian ini mengikuti kerangka teori bahwa peranan adalah pola perilaku yang ditentukan bagi seseorang yang menempati kedudukan atau status tertentu. Status itu menjadi berarti bila dua atau lebih individu diperbandingkan. Keluarga dan rumah tangga memberi status dan oleh karenanya peranan tertentu kepada anggotanya sesuai dengan budaya masyarakatnya.
Penelitian yang menerapkan metode kualitatif berprespektif wanita ini mengumpulkan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Data lapangan diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan kesepuluh orang informan dan dua narasumber yaitu rohaniwan agama Kaharingan (Basir). Kesepuluh informan terdiri atas wanita dan pria yang meniwah, baik yang beragama Kaharingan maupun beragama lain.
Penelitian ini menemukan dalam upacara tiwah lima peranan wanita yaitu (1) sebagai penanggung jawab, (2) sebagai petugas, (3) sebagai pembantu, (4) sebagai pemasak dan (5) sebagai peserta upacara. Walaupun peranan tersebut mengesankan pembagian kerja berdasarkan jender, ada hubungan saling melengkapi di antara peranan wanita dan peranan pria. Ungkapan "simbiose mutualistis" kiranya tepat untuk menggambarkan hubungan wanita dan pria Dayak Ngaju."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrianoor
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas peran modal sosial dalam memenuhi sumber
penghidupan pada Komunitas Adat Dayak Ngaju di Manusup Kalimantan
Tengah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial mempunyai peran penting dan
berfungsi dalam memperluas hubungan kerjasama, baik hubungan dalam
kebutuhan sosial maupun hubungan dalam kebutuhan sumber penghidupan.
Hubungan dalam kebutuhan sosial berfungsi melahirkan solidaritas sosial yang
terbentuk melalui institusi sosial keadatan maupun agama. Sedangkan hubungan
dalam kebutuhan sumber penghidupan berfungsi menopang ketahanan ekonomi
dengan cara membuka interaksi dalam penguatan jaringan yang saling
menguntungkan, baik yang bersifat bonding, bridging dan linking capital.
Bonding capital berperan membentuk kebersamaan dan kerekatan
hubungan emosional dan mampu memperkuat pertalian intarnal. bridging capital
mampu membuka jalan dan menstimulasi perkembangan komunitas. Sedangkan
linking capital membawa manfaat yang besar terhadap kemajuan desa Manusup,
yaitu kemajuan sarana pendidikan desa dan pengembangan potensi keahlian yang
dimiliki dalam mendapatkan sumber penghidupan.

ABSTRACT
The thesis explains the role of the social capital to fulfill the life source at the
traditional community of Dayak Ngaju in Manusup, Central Borneo. This
research is a qualitative one with a descriptive design. The result shows that social
capital has important role and functioned itself to expand official relationship for
social and fulfill the life needs. The relation on social needs was meant to born the
social solidarity which was build social institution and/or religion, while the
relation of life resources was meant to hold the economy hall by opening the
interaction on social network mutualism for bonding, bridging and linking capital.
Bonding capital rolled as an institution to build togetherness and
emotional relationship, and give the internal brotherhood bound stronger.
Bridging capital could open the way and stimulate the community development,
while linking capital bring big advantages for Manusup?s development, i.e.
village?s education and human resources development which had by life
resources.;The thesis explains the role of the social capital to fulfill the life source at the
traditional community of Dayak Ngaju in Manusup, Central Borneo. This
research is a qualitative one with a descriptive design. The result shows that social
capital has important role and functioned itself to expand official relationship for
social and fulfill the life needs. The relation on social needs was meant to born the
social solidarity which was build social institution and/or religion, while the
relation of life resources was meant to hold the economy hall by opening the
interaction on social network mutualism for bonding, bridging and linking capital.
Bonding capital rolled as an institution to build togetherness and
emotional relationship, and give the internal brotherhood bound stronger.
Bridging capital could open the way and stimulate the community development,
while linking capital bring big advantages for Manusup?s development, i.e.
village?s education and human resources development which had by life
resources., The thesis explains the role of the social capital to fulfill the life source at the
traditional community of Dayak Ngaju in Manusup, Central Borneo. This
research is a qualitative one with a descriptive design. The result shows that social
capital has important role and functioned itself to expand official relationship for
social and fulfill the life needs. The relation on social needs was meant to born the
social solidarity which was build social institution and/or religion, while the
relation of life resources was meant to hold the economy hall by opening the
interaction on social network mutualism for bonding, bridging and linking capital.
Bonding capital rolled as an institution to build togetherness and
emotional relationship, and give the internal brotherhood bound stronger.
Bridging capital could open the way and stimulate the community development,
while linking capital bring big advantages for Manusup’s development, i.e.
village’s education and human resources development which had by life
resources.]"
2015
T43676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poltak Johansen
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
551.483 POL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Luthfiandi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34144
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lathif Mujahidin
"[Skripsi ini membahas penyebab terjadinya perilaku membuang sampah ke sungai dan apa yang melanggengkannya. Studi sebelumnya menyimpulkan bahwa perilaku membuang sampah ke sungai erat kaitannya dengan keberadaan dan keterjangkauan fasilitas pembuangan sampah. Padahal, perilaku membuang sampah ke sungai tidak bisa disederhanakan sebagai konsekuensi dari tidak adanya fasilitas pembuangan sampah. Pendekatan yang memfokuskan diri pada ketiadaan infrastruktur ini tidak bisa menjawab pertanyaan mengapa tetap ada masyarakat yang tetap membuang sampah meskipun tersedia tempat sampah. Dalam rangka melengkapi kelemahan studi dengan pandangan struktural tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai lima orang informan yang terdiri dari satu orang aparat lokal dan empat orang ibu rumah tangga. Fenomena yang diangkat dalam penelitian ini adalah perilaku membuang sampah ke sungai oleh ibu rumah tangga di bantaran Sungai Ciliwung. Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku membuang sampah ke sungai oleh ibu rumah tangga di Sungai Ciliwung disebabkan oleh adanya konformitas dari ibu rumah tangga melalui interaksi yang intens dengan kelompok di sekitarnya yang juga melakukan hal serupa. Kemudian, perilaku tersebut dilanggengkan oleh persepsi dan pengetahuan masyarakat tentang sampah, sungai, penegakkan hukum, dan kebersihan lingkungan.
;This study discusses the causes of the behavior of throwing garbage into the river and how it is perpetuated. Previous studies concluded that the behavior of throwing garbage into the river is closely related to the availability and affordability of waste disposal facilities. In fact, the behavior of throwing garbage into the river can not be simplified as a consequence of the lack of waste disposal facilities. The approach focuses on the lack of infrastructure is not able to answer the question why still there are people who still throw trash in spite of available bins. In order to complete the weeaknesses of structural studies, this study uses a qualitative method by interviewing five informants, consisting of one local authority officer and four housewives. A phenomenon that raised in this study is the behavior of throwing garbage into the river by housewives in Ciliwung river bank. The study found that the behavior of throwing garbage into the river by housewives in Ciliwung caused by the conformity of housewives through intense interaction with the surrounding group is also doing the same. Then, the behavior is perpetuated by perceptions and public knowledge about the garbage, river, law enforcement, and environmental hygiene., This study discusses the causes of the behavior of throwing garbage into the river and how it is perpetuated. Previous studies concluded that the behavior of throwing garbage into the river is closely related to the availability and affordability of waste disposal facilities. In fact, the behavior of throwing garbage into the river can not be simplified as a consequence of the lack of waste disposal facilities. The approach focuses on the lack of infrastructure is not able to answer the question why still there are people who still throw trash in spite of available bins. In order to complete the weeaknesses of structural studies, this study uses a qualitative method by interviewing five informants, consisting of one local authority officer and four housewives. A phenomenon that raised in this study is the behavior of throwing garbage into the river by housewives in Ciliwung river bank. The study found that the behavior of throwing garbage into the river by housewives in Ciliwung caused by the conformity of housewives through intense interaction with the surrounding group is also doing the same. Then, the behavior is perpetuated by perceptions and public knowledge about the garbage, river, law enforcement, and environmental hygiene.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>