Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113752 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiara Verita Yastica
"Limbah plastik kemasan dengan kualitas yang baik memiliki potensi untuk dilakukan daur ulang dan dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk produk kemasan selanjutnya. Proses daur ulang terhadap limbah plastik sangat diperlukan dengan tujuan  penurunan tingkat produksi plastik, terlebih pada sektor industri kemasan yang dikenal sebagai pengguna plastik terbanyak dibanding sektor lainnya. Konservasi nilai material adalah paradigma baru yang dapat diimplementasikan melalui kategori baru dari design for recycling untuk menghindari penurunan nilai dari sebuah material. Implementasi dari paradigma ini telah menghasilkan limbah plastik dengan kualitas yang lebih baik dan harga jual yang lebih tinggi. Dengan menerapkan paradigma ini, biji plastik hasil daur ulang dapat menjadi alternatif bahan baku yang layak berdasarkan sifat mekanikalnya, bahkan setelah 8 tahapan daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh daur ulang bertahap terhadap sifat optik plastik polipropilena dengan penerapan konservasi nilai material. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat bukti manfaat penerapan paradigma konservasi nilai material terhadap hasil daur ulang kemasan plastik, apakah dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku kemasan yang layak berdasarkan sifat optiknya. Sifat optik yang diamati dalam penelitian ini berdasar pada standar American Society for Testing dan Material (ASTM), yang terdiri dari warna (ASTM D2244), gloss (ASTM D2457) dan transparansi (ASTM D1746). Sifat warna masih memiliki kualitas yang baik setelah daur ulang bertahap, sedangkan tingkat penurunan maksimum yang ditemukan pada gloss adalah 6,35% pada transparansi adalah 22,22%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah 8 tahapan daur ulang, biji plastik polipropilena dapat menjadi alternatif bahan baku kemasan plastik yang layak jika dilihat dari  sifat optiknya, dengan lebih memperhatikan sifat transparansi.

Good quality of plastic packaging waste has the potential to be recycled, as it can be used as raw material for the next packaging products. Recycling is preeminent due to the grave necessity of decreasing plastic production rate, especially for packaging industries which are known to use more plastic compared to other sectors. Material value conservation is a new paradigm which can be implemented through a new category of design for recycling in order to avoid value degradation. Implementations of this paradigm has produced better quality processed plastic waste with higher selling price. Applied with this paradigm, recycled plastic pellets can be a viable alternative as raw material based on its mechanical properties, even after the 8th stage of recycling. This study aims to reveal the effect of repetitive recycling on the optical properties of polypropylene with implementation of material value conservation paradigm, to strengthen previous evidence of the implementation of the material value conservation paradigm on plastic packaging whether repetitive recycling plastic packaging can be a viable alternative as raw material based on its optical properties. Optical properties observed in this research were based on the American Society for Testing and Materials (ASTM) standards, which are consisted of colour (ASTM D2244), gloss (ASTM D2457) and transparency (ASTM D1746). The colour properties still have good quality after repetitive recycling. The maximum of degradation level found on gloss is 6.35% and the maximum of degradation level on transparency is 22.22%.The result of this study indicated that even after the 8th stage of recycling, plastic pellet of polypropylene still can be a viable alternative as raw material based on its optical properties, with more attention on transparency property."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wakhid Laymina Ikhsan
"ABSTRAK
Polipropilena sering dijadikan berbagai macam kebutuhan seperti kemasan, tali, komponen otomotif dan lain sebagainya. Dalam hal ini polipropilena yang dijadikan sebagai kemasan dapat dilakukan proses daur ulang. Sejauh ini masih belum ada bukti mengenai penurunan kekuatan daur ulang sampai sejauh mana. Penelitian ini ingin mencari tahu sampai dimana plastik tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan melalui paradigma material value conservation. Dengan melihat nilai kekuatan dari pengujian tarik, perubahan densitasnya dan perubahan fisiknya warna . Dalam penelitian ini dilakukan daur ulang polipropilena dengan proses satu kali, dua kali, empat kali dan delapan kali. Pada uji tarik dan modulus tidak mengalami perubahan yang signifikan, sedangkan untuk nilai dari elongasi bertambah. Untuk densitas tidak mengalami perubahan. Perubahan paling besar terdapat pada perubahan warna produk, dimana makin banyak daur ulang akan semakin gelap. Berdasarkan paradigma material value conservation, pada daur ulang ke delapan kali nilainya sudah sangat berkurang walaupun nilai kualitas dari material tersebut tetap baik, namun dari sisi nilai harga, material tersebut telah mengalami penurunan harga yang signifikan berdasarkan info yang berlaku saat ini. Sehingga secara fungsional kemasan masih dapat digunakan sampai delapan kali daur ulang.

ABSTRACT
Polypropylene has been used in various needs such as packaging, rope, automotive components and so forth. In this case, the polypropylene used as packaging can be recycled. Until now, there is still no evidence of a decrease in recycling strength. This research wanted to know how much the plastic recycling didn rsquo t change significantly through the paradigm of material value conservation. By doing tensile strength and density test also physical changes color of polypropylene.In this research, polypropylene recycling was processed once, twice, four times and eight times. There is no different significant value for tensile test and modulus but for elongation value has increased after recycling eight times. For density, value remains the same from one times to eight times recycling. The big changes of this experiment in color changes, more recycled the color become darker.Based on Material Value Conservation paradigm, in eight times recycling the value has decreased although the value of quality still good. Due to the polypropylene has decreased in price based on current info. So that, the functional of plastic packaging still usable up to eight times recycled. "
2018
T51590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palito Joyhatigoran Endthen
"ABSTRAK
Riset ini membahas mengenai pentingnya upaya konservasi nilai material, khususnya plastik Polipropilen, dari tahapan disain sebuah produk kemasan. Hingga saat ini konservasi penekananya lebih pada konservasi sumber material, dan terlupakan upaya konservasinya pada material dan produk yang dihasilkan. Kealpaan upaya ini menyebabkan kurang menariknya material untuk di proses daur ulang secara mekanis pada akhir hidup produk dan penumpukan limbahnya dapat menimbulkan masalah lingkungan. Sedangkan kriteria disain yang ada masih sebatas membahas mengenai disain untuk daur ulang dan disain untuk disassembly belum sepenuhnya meliputi disain untuk konservasi nilai material. Ulasan literatur dilakukan terkait proses penyusunan kriteria ndash; kriteria disain yang menghasilkan terbentuknya kriteria disain untuk upaya konservasi nilai material. Hasil evaluasi menunjukan banyak ketidaksesuaian disain yang ada sekarang dengan kriteria disain untuk konservasi nilai material. Usulan disain dibuat berdasarkan hasil kriteria disain produk, dan pemberian skornya dibandingkan. Riset menyarankan untuk pentingnya penekanan penerapan kriteria disain, terkait nilai properti dan harga jual kembali material yang dibuktikan relatif tetap tinggi saat memasuki proses daur ulang.

ABSTRACT
The focus of this study is the importance of effort to attain material value conservation, particularly plastic Polypropylene, from the phase of design a packaging product. Currently emphasize of a conservation is more on source of material, and ignored after the material and product resulted. Neg of the effort cause less attractive of material to be processed during secondary mechanical recycling at product end of life and cumulation of waste cause environmental issue. While existing design criteria limited on design for recycling and design for disassembly not yet fully covered design for material value conservation. Study literature was conduct in searching for product design criteria, result in the establishment of guidance for design for material value conservation criteria. Evaluation on existing design of packaging product assert incompatibility with design for material value conservation criteria. Design proposed was made based on result of design criteria, and score was compared. The study recommended to how important the emphasize of design criteria application, related to price and material property which proven to be relatively high when enter the recycling process."
2017
T48249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aflahannisa
"ABSTRAK
Material perovskite merupakan material yang memiliki sifat fisika dan sifat kimia yang menarik, sehingga memiliki potensial sebagai bahan multiferroic. Material multiferroic merupakan material yang memiliki sifat fisika lebih dari satu. Untuk mendapatkan material multiferroic dilakukan salah satu cara yang disebut subsititusi kation parsial. Substitusi kation parsial ini dapat dilakukan dengan cara menganti setengah dari kation site -B dengan B' dan B" yang disebut dengan double perovskite. Adapun rumus umum double perovskite yaitu A2B'B"O6. Pada penelitian ini, material double perovskite Sr2FeMnO6 dengan variasi precursor Mn-Cloride dan Mn-Nitrate telah berhasil disintesis menggunakan metode sol-gel. Adapun hasil dari sintesis berupa sampel kalsinasi dan sintering. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa material double perovskite dengan variasi precursor Mn-Cloride dan Mn-Nitrate memiliki struktur dan space group yang sama yaitu cubic dengan space group Fm3m. Hasil uji Uv-Vis menunjukkan bahwa material ini memiliki dua nilai band gap energy yaitu optical gap dan fundamental energy gap. Dimana untuk nilai optical band gap berkisar diantara 3.12-3.33 eV dan nilai fundamental energy gap berkisar diantara 4.07-4.08 eV. Material double perovskite dengan Sr2FeMnO6 dengan precursor Mn-Nitrate memiliki nilai kosntanta dielektrik lebih besar dibandingkan dengan dengan precursor Mn-Cloride.

ABSTRACT
Perovskite material is a material that has interesting physical and chemical properties, so it has potential as a multiferroic material. Multiferroic material is a material that has more than one physical property. To get multiferroic material, one method is called partial cation substitution. This partial cation substitution can be done by replacing half of the cation site -B with B' and B" called double perovskite. The general formula for double perovskite is A2B'B"O6. In this study, the Sr2FeMnO6 double perovskite material with variations of the Mn-Cloride and Mn-Nitrate precursors was successfully synthesized using the sol-gel method. The results of the synthesis are calcined and sintering samples. The XRD characterization results show that the double perovskite material with variations of the Mn-Cloride and Mn-Nitrate precursors has the same structure and space group, namely cubic with Fm3m space group. Uv-Vis test results show that this material has two band gap energy values, namely optical gap and fundamental energy gap. Where for optical band gap values range between 3.12-3.33 eV and fundamental energy gap values range between 4.07-4.08 eV. Double perovskite material with Sr2FeMnO6 with Mn-Nitrate precursors has a greater dielectric value than Mn-Cloride precursors."
2020
T55305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Ananditto
"ABSTRAK
Sampah plastik yang tercemar oleh pengotor jika didaur ulang akan memiliki nilai yang rendah. Hal ini dapat diatasi melalui penerapan konservasi nilai material dengan daur ulang bertahap pada bahan yang dijaga kemurniannya sejak tahap desain hingga akhir siklus hidup bahan. Berdasarkan riset terdahulu, daur ulang bertahap produk polipropilena hingga 8 kali menyebabkan penurunan sifat mekanikal plastik hingga 20%. Daur ulang tersebut dilakukan pada skala laboratorium dengan bahan baku polipropilena murni. Riset ini dilakukan untuk mengatasi penurunan sifat mekanikal plastik dengan cara pencampuran bijih plastik daur ulang dengan bijih plastik murni pada komposisi yang paling optimal. Plastik campuran dengan komposisi tertentu tersebut didaur ulang hingga 8 kali, kemudian dilakukan uji sifat mekanikal dengan standar American Society for Testing Materials (ASTM). Riset ini menunjukkan peluang untuk memanfaatkan bijih plastik daur ulang ke-6 dengan mencampurkannya dengan bijih plastik tulen untuk meningkatkan sifat mekanikalnya. Selanjutnya, riset ini menunjukkan bahwa daur ulang pada plastik campuran dengan penerapan konservasi nilai material dapat meningkatkan nilai bijih plastik daur ulang sebagai bahan baku dan memperpanjang masa pakai bahan plastik

ABSTRACT
Contaminated plastic waste if undergo a mechanical recycling process will have a low value. This can be overcome by repetitive implementation of Material Value Conservation (MVC) through material purity protection from design stage to the end of the material life cycle. Repetition of recycling up to eight times caused degradation of mechanical properties of plastics by up to 20%. The repetition was done on a laboratory scale with pure polypropylene as raw material. This research was conducted to overcome the degradation of plastic properties by mixing recycled plastic pellets with virgin plastic in the most optimal proportion. Plastic blends with certain compositions were recycled up to 8 times, then its mechanical properties are tested with the American Society for Testing Materials (ASTM) methods. This research revealed the opportunities to utilize the 6th recycled plastic pellets by mixing it with virgin plastic to improve its mechanical properties. Furthermore, this research shows that repetitive recycling of plastic blends with the implementation of material value conservation (MVC) ​​could increase the value of recycled plastic pellets as raw materials and extend the life time of plastic materials."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahri Karim Alfauzan
"ABSTRAK
Pelarut etanol banyak digunakan sebagai pensintesis senyawa Cu2ZnSnS4, karena harganya relatif murah dan ramah lingkungan. Namun, elemen karbon sebagai salah satu penyusun etanol sering membentuk residu karbon setelah pengeringan dan annealing. Pada penelitian ini, diamati pengaruh waktu preannealing terhadap konsentrasi karbon dan pengaruhnya pada struktur dan sifat optik dari lapis tipis Cu2ZnSnS4 hasil sintesis menggunakan spin coating dengan pelarut etanol setelah di annealing. Hasil dari penelitian didapatkan semakin lama waktu preannealing didapatkan konsentrasi karbon yang semakin rendah, struktur dan morfologi yang semakin baik, namun hasil sifat optik yang dihasilkan kurang sesuai.

ABSTRACT
Ethanol is widely used for synthesizing Cu2ZnSnS4 compounds, because it is relatively cheap and environmentally friendly. However, carbon elements inside ethanol, usually can form carbon residue after dried and annealed. This study consents on the effects of pre-annealing time to carbon concentration and its effects to structures and optical properties from spin coated Cu2ZnSnS4 thin film with ethanol solvent after annealed. The results of this study are the longer pre-annealing time, the less carbon concentration and better structures and morphology. However, optical properties is not expected"
[;;, , ]: 2016
S65450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Roben Hotdysah Putra
"Implementasi konservasi nilai material perlu dilakukan pembuktian melalui riset untuk menentukan pengaruh pada sifat plastik seperti sifat optik dari campuran plastik tulen dan plastik daur ulang. Sifat optik plastik seperti warna, transparansi dan gloss adalah parameter penting untuk kualitas yang sesuai dari kemasan plastik. Degradasi sifat optik terjadi selama proses daur ulang dari material plastik dan penurunan sifat dari produk daur ulang dapat ditingkatkan dengan pencampuran material tulen. Riset ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh dari daur ulang bertahap terhadap sifat optik dari campuran polipropilena tulen dan polipropilena daur ulang berdasarkan paradigma konservasi nilai material. Langkah pertama dari riset ini adalah menentukan komposisi dari campuran polipropilena tulen dan polipropilena daur ulang. Proporsi 70% polipropilena tulen dan 30% polipropilena daur ulang dipilih sebagai komposisi campuran. Langkah selanjutnya dari riset ini adalah daur ulang bertahap dari campuran polipropilena tulen dan polipropilena daur ulang dengan implementasi konservasi nilai material sampai 8 tahapan daur ulang. Spesimen campuran plastik dibuat dari daur ulang pertama, kedua, keempat dan kedelapan, kemudian sifat optiknya diuji dengan metode American Society for Testing Materials (ASTM). Secara umum, tingkat degradasi dari sifat optik akan meningkat selama proses daur ulang. Hasil pengujian mengungkapkan sedikit perubahan sifat warna. Degradasi sifat gloss secara bertahap meningkat dengan tingkat degradasi maksimun pada tahap daur ulang kedelapan sebesar 17,46%. Sedangkan transparansi memiliki tingkat degradasi maksimum pada tahap daur ulang keempat sebesar 20,93%. Ini berarti campuran plastik dapat digunakan sebagai bahan baku yang layak berdasarkan sifat optik dengan perhatian lebih pada gloss. Selanjutnya, implementasi konservasi nilai material akan memberikan manfaat lebih yaitu memperpanjang siklus hidup produk daur ulang, mengurangi pemakaian plastik tulen, optimalisasi penggunaan limbah plastik dan mengurangi timbunan limbah plastik.

Implementation of material value conservation (MVC) needs to be proven through research to determine impact upon plastic properties such as optical properties of virgin plastic and recycled plastic blends. Optical properties such as color, transparency and gloss are important parameters for appropriate quality of plastic packaging. Degradation of optical properties occurs during recycling processes of plastic materials and the declining properties of recycled products could be improved by blending them with virgin materials. This research aims to reveal the impact of repetitive recycling on optical properties of virgin and recycled polypropylene (PP) blends based on MVC paradigm. The first step of this research was to determine composition of virgin PP and recycled PP blends. Proportion of 70% virgin PP and 30% recycled PP was selected as a blend composition. The next step of this research was repetitive recycling of virgin PP and recycled PP blends with implementation of MVC up to the 8th recycling stage. The specimens of plastic blends were made from the 1st, 2nd, 4th and the 8th recycling stages and then their optical properties were tested with the American Society for Testing Materials (ASTM) methods. Generally, degradation level of optical properties will increase during the recycling processes. Testing results show a slightly change of color properties. Degradation level of gloss properties is gradually increased by a maximum degradation level at the 8th recycling stage as 17.46%. However, transparency had a maximum degradation level at the 4th recycling stage as 20.93%. It means that the plastic blends can be used as viable raw materials based on their optical properties with more attention to the gloss. Furthermore, the implementation of MVC will provide more benefits through extending the life cycle of recycled products, reducing virgin plastic consumption, optimizing the use of plastic waste and reducing plastic waste generation."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Ahmad Haqiqie
"Penggunaan mineral anorganik pada industri pembuatan kertas mulai berkembang. Mineral tersebut berfungsi sebagai filler kertas untuk mengurangi penggunaan pulp yang berlebih. Selain menguntungkan secara ekonomi, penggunaan filler pada kertas dapat meningkatkan sifat optik dan retensi kertas yang dihasilkan. Salah satu mineral yang memiliki potensi baik untuk digunakan sebagai filler adalah zeolit. Pada penelitian ini dilakukan variasi pada ukuran zeolit sebagai bentuk optimalisasi karakteristik kertas yang diinginkan. Hasil yang diamati digunakan sebagai pembanding terhadap kertas dengan filler PCC mengingat PCC merupakan salah satu filler yang umum digunakan sebagai material filler kertas. Berdasarkan hasil yang didapatkan, zeolit sebagai filler belum dapat disebut sebagai mineral alternatif PCC ketikan digunakan pada kertas. Nilai brightness pada kertas dengan zeolit berada jauh di bawah kertas dengan PCC. Hal tersebut disebabkan oleh nilai brightness PCC yang lebih tinggi. Namun, opacity yang didapatkan oleh kertas zeolit berada pada spesifikasi yang dibutuhkan dan sebanding dengan kertas PCC sebab indeks bias kedua mineral tersebut tidak terpaut jauh. Pada karakteristik yang lain, yaitu sifat mekanik, terbukti zeolit dan pengecilan ukuran partikelnya berhasil meningkatkan kuat tarik kertas yang dihasilkan. Ukuran partikel yang diperkecil pada durasi tertentu dapat menahan partikel beraglomerasi dan mempertahankan ikatan antar serat kertas dengan optimal.

The use of inorganic minerals in the papermaking industry is growing. These minerals function as paper fillers to reduce the use of excess pulp. Besides being economically beneficial, the use of fillers in paper can improve the optical and retention properties of the paper produced. One mineral that has good potential to be used as a filler is zeolite. In this study, variations in zeolite size were carried out as a form of optimization of the desired paper characteristics. The results observed were used as a comparison to paper with PCC filler considering that PCC is one of the fillers commonly used as paper filler material. Based on the results obtained, zeolite as a filler cannot be called an alternative mineral to PCC when used in paper. The brightness value of paper with zeolite is far below paper with PCC. This is due to the higher brightness value of PCC. However, the opacity obtained by zeolite paper is within the required specifications and comparable to PCC paper because the refractive indices of the two minerals are not far apart. In other characteristics, namely mechanical properties, it was evident that zeolite and its particle size reduction successfully increased the tensile strength of the paper produced. The reduced particle size for a certain duration can prevent particles from agglomerating and maintain optimal bonding between paper fibers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan metode daur ulang limbah cair yang dihasilkan dari
proses produksi polimer polipropilen dan menganalisa potensi manfaat yang dihasilkannya. Industri
mengkonsumsi 27 m3
/jam air tanah, setengahnya diproses lebih lanjut menjadi air demineral. Lebih dari
setengah air demineral ini digunakan untuk proses pendinginan dalam unit pembuatan pellet plastik. Proses ini
menghasilkan efluen yang mengandung bahan-bahan terlarut dan partikulat, terutama debu polimer. Efluen
selama ini dibuang ke laut setelah sekedarnya melalui pemisahan padatan. Daur ulang efluen kembali ke unit
proses pembuatan pelet diharapkan menghasilkan penurunan konsumsi air secara keseluruhan. Standar mutu air
terutama pH, konduktivitas, silikon dioksida dan TSS harus dipenuhi untuk tujuan ini. Hasil analisa
laboratorium terhadap efluen menunjukkan bahwa kecuali pH yang nilainya sedikit menurun, ketiga parameter
lainnya meningkat secara nyata. Memperhatikan karakteristik efluen tersebut, suatu percobaan dilakukan untuk
mengevaluasi kelayakan teknik filtrasi untuk menangani efluen dengan kualitas yang dapat diterima. Filter
terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran saringan mulai dari 13, 100, 125, 200, 250, dan 325 µm dengan
diameter 24 cm digunakan untuk menyaring efluen pada suhu 30, 40, dan 70 oC. Hasilnya memperlihatkan
bahwa ukuran saringan dan suhu tidak secara nyata mempengaruhi nilai pH dan konduktivitas, tetapi
menurunkan kandungan silikon dioksida dan TSS. Ukuran saringan 325 µm menghasilkan silikon dioksida di
atas 0,1 mg/L (melewati standar), sedangkan ukuran selainnya memenuhi standar. Semakin kecil ukuran saringan semakin rendah kandungan TSS dalam efluen, tetapi hanya filter-filter dengan ukuran saringan 13, 100,
dan 125 µm yang dapat memenuhi standar TSS dengan nilai mendekati nol. Ukuran saringan 13 m
menghasilkan efluen dengan nilai konduktivitas terendah yaitu 8,74 ± 0,06 µS/cm, tetapi nilai ini terlalu dekat dengan standar yaitu kurang dari 10 µS/cm. Ini menunjukkan adanya kebutuhan bagi limbah yang sudah
ditangani tersebut untuk dicampur dengan air demineral segar agar dapat digunakan secara aman. Rasio air limbah terolah dengan air demineral segar 5:1 merupakan nilai kompromi yang optimum agar standar konduktivitas terpenuhi sekaligus mendapatkan potensi penghematan dari proses daur ulang ini. Sejumlah manfaat dihasilkan dari daur ulang ini, meliputi penghematan pemakaian air (43%), pemakaian bahan kimia (43%), listrik (42%) yang kesemuanya setara dengan 39% reduksi biaya produksi air demineral dan juga manfaat berkurangnya beban buangan limbah padat ke lingkungan sebesar 14 kg/hari."
630 JTIP 20:1(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edrian Madyatama
"Dalam percobaan ini, bahan polipropilena yang kami gunakan adalah thermoforming grade homopolymer yang diperoleh dari PT. Chandra Asri Petrochemical, yang sudah dikenal dengan kualitas kekuatan dan kejernihan produknya yang ada di pasaran. Nucleating agent yang digunakan berbahan dasar calsium salt, diperoleh dari Milliken Chemical, Singapura.Prinsip kerja nucleating agent adalah menjadi inti kristal dan mempercepat inisiasi kristalisasi untuk meningkatkan Tc dan Tm hingga 10 dan memperbaiki sifat fisik hingga 15, mekanik hingga 30, dan optik material hingga 40. Menurut hasil yang telah analisis, variabel terbaik untuk menghasilkan produk dengan kinerja optimum dengan Nucleating Agent juga telah ditentukan.

In this experiment, the reference polypropylene material we used is thermoforming grade homopolymer, obtained from PT. Chandra Asri Petrochemical, which already known for their high quality of strength and of clarity of the thermoforming product in the market. The nucleating agent used is calcium salt based, obtained from Milliken Chemical, Singapore.The working principle of Nucleating agent is becoming the core of crystal and accelerate the initiation of crystallization in order to boost up Tc and Tm up to 10 and improve the physical properties up to 15, mechanical properties up to 30, and optical properties up to 40. According to result we have analyzed, the best variables of to produce an optimum performance thermoforming product with Nucleating Agent also determined."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>