Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gordon, Neil F.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
616.81 GOR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nur Indah Lestari
"Disfagia sangat berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia aspirasi yang sering mengakibatkan kematian pada stroke. Oleh karena itu, manajemen yang efektif dan efisien menjadi penting. Terapi perilaku rehabilitasi menelan yang berdasarkan prinsip neuroplastisitas seperti latihan penguatan dan latihan pergerakan orofaring menjadi alternatif yang cukup sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perubahan fungsi menelan pada penderita stroke iskemik dengan disfagia neurogenik setelah dilakukan latihan penguatan faring, latihan pergerakan hiolaring dan praktik menelan. Fungsi menelan dinilai dengan menggunakan Penetration Aspiration Scale (PAS) dan Functional Oral Intake Scale (FOIS) berdasarkan pemeriksaan Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) sebelum dan setelah intervensi. Intervensi diberikan setiap hari dengan durasi 30-45 menit selama 4 minggu. Terdapat 6 subjek yang menyelesaikan penelitian. Nilai PAS sebelum intervensi adalah 6±1.79 dan setelah intervensi adalah 1.67±0.82 (p=0.003). Sementara itu, nilai FOIS sebelum intervensi adalah 3 (1-5) dan setelah intervensi adalah 5±2.10 (p=0.041). Terdapat perbaikan nilai PAS dan FOIS setelah intervensi. Oleh karena itu, intervensi ini bisa disarankan sebagai salah satu tatalaksana dalam meningkatkan fungsi menelan pada penderita stroke iskemik dengan disfagia neurogenik.

Dysphagia is associated with an increased risk of aspiration pneumonia which often results in death in stroke patients. Therefore, effective and efficient management is important. Behavioral therapy for swallowing rehabilitation based on the principles of neuroplasticity such as oropharyngeal strengthening and range of motion exercises are the alternative ones that often be used. This study aimed to assess the changes in swallowing function in ischemic stroke patients with neurogenic dysphagia after pharyngeal strengthening exercise, hyolaryngeal complex range of motion exercise and swallowing practice. Swallowing function was assessed using Penetration Aspiration Scale (PAS) and Functional oral Intake Scale (FOIS) based on Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) before and after interventions. The interventions were given every day with a duration of 30-45 minutes for 4 weeks. There were 6 subjects who completed the study. The PAS before the interventions was 6±1.79 and after the interventions was 1.67±0.82 (p=0.003). Meanwhile, the FOIS score before the interventions was 3 (1-5) and after the interventions was 5±2.10 (p=0.041). There was an improvement of PAS and FOIS after the interventions. Therefore, the interventions can be suggested to be used as one of the treatments to improve swallowing function in ischemic stroke patients with neurogenic dysphagia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harriss, Julian
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, 1989
070 JUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Misbachul Munir
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1995
001.6 MIS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Jordy Oktananda
"Disfagia adalah gangguan menelan dimana makanan dan cairan tidak dapat masuk kedalam sistem pencernaan bawah yang merupakan salah satu dampak dari stroke iskemik. Latihan menelan terstruktur merupakan salah satu intervensi untuk meningkatkan kekuatan otot lidah, rahang dan mengembalikan fungsi menelan.
Tujuannya yaitu menganalisis penerapan intervensi latihan menelan terstruktur pada pasien stroke yang mengalami disfagia.
Metodenya dengan menerapkan latihan menelan terstruktur pada pasien stroke iskemik yang mengalami disfagia, dilakukan selama 7 hari berturut-turut, sebanyak 5 kali dalam sehari, selama 15 menit setiap latihan, dan 8 hitungan setiap gerakan.
Hasil evaluasi hari ke 7 reflek menelan pasien sudah ada, pasien dapat menjulurkan lidahnya, dan wajah pasien simetris. Hasil dari keefektifan latihan menelan terstruktur ini dapat dijadikan sumber informasi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri untuk mengatasi masalah gangguan menelan pada pasien stroke iskemik.

Dysphagia is a swallowing disorder that causes food and fluids cannot enter the lower digestive system, which is one of the effects of ischemic stroke. Structured swallowing exercise is one of intervention to strengthen tongue muscle, jaw, and restore the swallowing function.
The purpose of this paper is to analyze the application of structured swallowing excercise in stroke patient with dysphagia.
This study used case study method wich applied structured swallowing exercises in ischemic stroke patient who underwent dysphagia, is conducted for 7 consecutive days in 5 times a day, for 15 minutes each exercise, and 8 counts for each movement.
The results of the 7 th day evaluation, the patients swallowing reflex is present; the patient can stick out his tongue; and the facial grimace is symmetric. The results of the effectiveness of structured swallowing exercise can be an information for nurses in implementing independent nursing intervention to solve the problem of swallowing disorders in ischemic stroke patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Andi, 2000
005.756 5 PAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Mansury
Jakarta: Yayasan Pembangunan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, 2002
336.278 MAN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rigina Nilandrani
"ABSTRAK
Latar Belakang Gangguan fungsi anggota gerak atas akibat hemiparesis dapat menurunkan kualitas hidup pasienstroke. Latihan secara aktif dapat meningkatkan proses neuroplastisitas susunan saraf pusat pasca stroke. LatihanGraded Repetitive Arm Supplementary Program GRASP merupakan metode latihan spesfik untuk anggota gerakatas dan dapat diberikan sebagai program latihan di rumah. Tujuan penelitian ini untuk menilai pengaruh latihanGRASP pada fungsi anggota gerak atas dan kualitas hidup pasien stroke. Metode: Desain pre-post-test. Pasienstroke dengan skor total Fugl Meyr Assessment anggota gerak atas adalah10-57. Program latihan GRASP di rumahselama 6 minggu. Evaluasi fungsi anggota gerak menggunakan Chedoke Arm and Hand Activity Inventory CAHAI dan kualitas hidup menggunakan Stroke-Specific Quality of Life SSQOL . Subyek diminta mencatatkeluhan yang ada selama latihan. Hasil: Total subjek 24 orang. Rerata usia 57.75 6.92 tahun. Hasil CAHAI danSSQOL setelah 6 minggu latihan lebih tinggi dibandingkan awal. Rerata perubahan skor CAHAI dan SSQOLantara sebelum dan sesudah pemberian latihan GRASP selama 6 minggu adalah 27.96 12.35 p

ABSTRACT
Background Upper extremity weakness after stroke impair patients rsquo acitivities and reduce their quality of life.Acive exercise increased the central neural system neuroplastity after stroke. Graded Repetitive ArmSupplementary Program GRASP exercise is an upper extremity specific training program and given as homeprogram. The purposes of this study are to determine the benefit of this exercise to upper extremity function andquality of life in stroke patients. Methods A pre post test design. Stroke patients with total upper extremitiesmotor Fugl Meyr Assessment scores 10 57. GRASP as 6 week home program. Evaluation of upper extremityfunction using Chedoke Arm and Hand Activity Inventory CAHAI and quality of life using Stroke SpecificQuality of Life SSQOL . The adverse effect during exercise were noted. Results Total subject is 24. Mean agesof 57.75 6.92 year old. The post 6 weeks GRASP exercise CAHAI and SSQOL scores were higher than the pretest. The mean difference of CAHAI and SSQOL scores between pre and post 6 weeks GRASP exercise are27.96 12.35 p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>