Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellan Jaya Septiyono
"ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan penggunaan tembakau di kalangan remaja (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Siswa sekolah menengah dianggap yang terbesar kelompok remaja yang menggunakan tembakau. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai
prediktor penggunaan tembakau; salah satunya adalah masalah kesehatan mental. Tujuan dari ini penelitian adalah untuk menguji efek depresi, melakukan masalah, dan hiperaktif / tidak aktif pada penggunaan tembakau di kalangan siswa sekolah menengah. Di dalam studi longitudinal, kami bertujuan untuk menguji efek distal dan proksimal mental masalah kesehatan pada penggunaan tembakau. Tiga model dinilai dalam penelitian ini; satu distal model dan dua model proksimal. Partisipan penelitian adalah siswa dari 5 SMA sekolah di daerah perkotaan Jakarta (N = 530). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
model-modelnya signifikan; menunjukkan tidak ada efek signifikan dari masalah kesehatan mental penggunaan tembakau di kalangan siswa. Namun, kami menemukan efek signifikan dari perilaku tersebut
masalah di kelas 10 pada penggunaan tembakau di kelas 11 (β = 0,156, df = 1, p <0,05) dan kelas 12 (β = 0,159, df = 1, p <0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini, kami menyarankan untuk melakukan penelitian serupa pada remaja yang lebih muda; misalnya di antara sekolah menengah pertama
siswa.

ABSTRACT
In recent years, there has been an increase in tobacco use among adolescents (Indonesian Ministry of Health, 2018). Middle school students are considered the largest group of adolescents who use tobacco. Several factors have been identified as predictor of tobacco use; one of them is a mental health problem. The aim of this study is to examine the effects of depression, doing problems, and hyperactivity / inactivity on tobacco use among middle school students. In a longitudinal study, we aim to examine the distal and proximal effects of mental health problems on tobacco use. Three models were assessed in this study; one distal model and two proximal models. The study participants were students from 5 high schools in urban areas of Jakarta (N = 530). The results of the study showed that none the models are significant; showed no significant effects of mental health problems on tobacco use among students. However, we found a significant effect of this behavior problems in class 10 on tobacco use in class 11 (β = 0.156, df = 1, p <0.05) and grade 12 (β = 0.159, df = 1, p <0.05). Based on the results of this study, we recommend conducting a similar study in younger adolescents; for example among junior high schools
student.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Widowati
"Prevalensi perokok di Indonesia meningkat seiring banyaknya remaja usia sekolah berperilaku merokok, terutama remaja Iaki-laki. Siswa memerlukan konsentrasi dalam proses belajar. Merokok sama dengan mengkonsumsi nikotin yang dapat mempengaruhi fungsi otak, khususnya konsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan konsentrasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan uji Kai Kuadrat dengan jumlah responden 175 siswa di SMK Binakarya Mandiri. Instrumen berupa kuesioner perilaku merokok dan tes Bourdon. Siswa yang merokok dan berkonsentrasi rendah 69,65% sedangkan 30,4% berkonsentrasi tinggi. Siswa yang tidak merokok clan berkonsentrasi rendah 60,3% sedangkan 39,7% berkonsentrasi tinggi. Secara statistik, hasil penelitan menyatakan tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi belajar (p value 0,262 dan alpha 5%).

A prevalence of smoker in Indonesia is increasing due to large number of teenagers which are mostly students, especially male students. Students need high concentration on learning process, while smoking is consuming nicotine which can affect the brain function, particularly the ability to concentrate. This research aimed to assess the relationship between students' smoking behaviour and their learning concentration. This research used Chi-Square test. Data were collected from 175 second level students of SMK Binakarya Mandiri. The instrument consisted smoking behaviour questionnaire and Bourdon test. The smoker students who had low concentration were 69,65% and who had high concentration were 30,4%. At the same time, non-smoker students who had low concentration were 60,3% and who had high concentration were 39,7%. The results showed that there was no relationship between students smoking behaviour and their learning concentration (p value 0,262 and alpha 5%)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5928
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Mukhlishoh
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas detail pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di SMK IPTEK berdasarkan tiga komponen KTR yang ada yaitu Kebijakan KTR, Tenaga KTR dan Media KTR. Penelitian ini menggunakan mixed method, yaitu penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder dengan studi intervensi dan kualitatif untuk pendalaman dari penelitian kuantitatif dengan desain analisis isi. Hasilpenelitiankuantitatifdidapatkanbahwa persentase tiap komponen KTR menjadi kategori baik setelah adanya Duta KTR, diantaranya Kebijakan KTR 96,1 , Tenaga KTR 85,1 dan Media KTR 94,7 . Berdasarkan hasil uji wilcoxon test seluruh komponen KTRmengalami peningkatan yang signifikan dengan p value = 0,001. Adapun faktor yang memudahkan adalah dukungan guru dan sekolah untuk melakukan pembentukan Duta KTR dan yang menjadi hambatan adalah kepercayaan diri Duta KTR untuk mengingatkan temannya serta belum adanya monitoring evaluasi catatan pengawasan KTR oleh Duta KTR.

ABSTRACT
This study discussed about the development details of Non Smoking Area in IPTEK Vocational High School based on the three existing Non Smoking Area components such as Non Smoking Area Policy, Team, and Media. This study used mixed method, a quantitative research using secondary data with intervention and qualitative study for deepening of quantitative research with content analysis design. The result of quantitative research showed that the percentage of each Non Smoking Area component had become good category after the existing of Non Smoking Area Ambassadors, such as Non Smoking Area policy 96,1 , Non Smoking Area team 85,1 , and Non Smoking Area media 94,7 . Based on the result of wilcoxon test, Non Smoking Area components experienced a significant improvement with p value 0.001. The factor which facilitated this study was teachers and other school staff support in forming Non Smoking Area Ambassadors. In addition, the obstacles of this study were confidence of Non Smoking Area Ambassadors for reminding their friends and none of Non Smoking Area monitoring evaluation records by Non Smoking Area Ambassadors."
2017
S68611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Nur Kharimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kualitas hubungan pertemanan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan serta melihat korelasi antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Friendship Quality Scale FQS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan dan psychological distress dalam bentuk gejala depresi. Responden penelitian ini terdiri dari 746 siswa kelas X SMA yang tersebar di lima kotamadya di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hubungan pertemanan pada remaja laki-laki dan perempuan, dengan skor kualitas hubungan pertemanan pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hubungan pertemanan maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi, dan begitu sebaliknya. Penelitian lanjutan dinilai perlu dilakukan untuk menggali dinamika hubungan positif antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi.

The aim of this study is to compare friendship quality between boys and girls, and also to investigate whether any correlation between friendship quality and depression among high school students in Jakarta. Friendship Quality Scale FQS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 are used to measure friendship quality and psychological distress in the form of depressive symptoms. Participants of this study were 746 tenth graders of high school from five urban cities in Jakarta.
The result of the study shows that there is a significant difference of friendship quality between boys and girls, whereas girls tend to be higher than boys. Contradictory with previous studies, the result of this study shows that there is a positive correlation between friendship quality and depression, which means that higher friendship quality correlates with higher depressive symptoms, and vice versa. Future researches are needed to explore the dynamics of positive correlation between friendship quality and depression.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perilaku penyalahgunaan Napza semakin meningkat dewasa ini. Pelakunya sebagian besar adalah remaja, kurangnya tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS merupakan salah satu faktor penyebab mengapa jumlah usia remaja berkontribusi besar terhadap penyalahgunaan Napza. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan Napza. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 81 siswa dari total populasi 440 siswa, pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, populasinya adalah siswa SMU Negeri I Krueng Sabee Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel mempunyai tingkat pengetahuan tidak memadai (56%) tetapi sebagian besar responden mempunyai sikap yang negatif untuk melakukan penyalahgunaan Napza (54%). Analisis bivariat dengan melakukan uji chi square mendapatkan basil nilai P lebih besar dari α yang berarti Ho gagal di tolak. Kesimpulannya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap penyalahgunaan Napza, hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan sikap seseorang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Hasil penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti yaitu latar belakang keluarga, agama, budaya dan aturan sosial di masyarakat yang melarang tindak penyalahgunaan Napza. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan penyalahgunaan Napza."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5699
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Rizqiana
"Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun pada tahun 2023 di Indonesia mencapai 7,4%. Tingkat merokok pada remaja dapat dikurangi dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA DKI Jakarta Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data Survei Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan menggunakan desain studi cross-sectional yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga merokok (p=0,0001), pola asuh negatif (p=0,0001), dan tekanan teman sebaya (p= 0,0001) dengan perilaku merokok pada siswa, sedangkan pada self-esteem tidak terdapat hubungan dengan perilaku merokok pada siswa (p=0,582). Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki terdapat hubungan lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok. Selain itu, terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa. Sementara itu, tidak terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan self-esteem dengan perilaku merokok pada siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadakan layanan konseling dan program peer educator/peer counselor pada siswa.

The prevalence of smoking among 10-18 years old in Indonesia reach 7,4% in 2023. Understanding the factors associated with smoking behavior can reduce smoking rates in adolescents. The purpose of this study is to determine the relationship between self-esteem, smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior among high school students in DKI Jakarta in 2023. This study uses data from the Adolescent Behavior Survey of High School Students in DKI Jakarta using a cross-sectional study design that was analyzed univariate, bivariate, and stratified. The results of the study showed a relationship between smoking family environment (p=0,0001), negative parenting (p=0,0001), and peer pressure (p=0,0001) with smoking behavior among students. Meanwhile, self-esteem (p=0,582) is not related to smoking behavior among students. Stratified analysis shows a relationship between self-esteem, smoking family environment, and peer pressure with smoking behavior among female students, while among male students, there is a relationship between smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior. Apart from that, negative parenting influences the relationship between peer pressure and smoking behavior among students. Meanwhile, there was no influence of negative parenting on the relationship between self-esteem and smoking behavior among students. Therefore, it is recommended to provide counseling services and peer educator/peer counselor programs for students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astuti Ramadhanti
"Dalam beberapa dekade terakhir ini aktivitas fisik anak-anak dan remaja di seluruh dunia telah menurun secara signifikan. Cara yang menjanjikan untuk meningkatkan aktivitas fisik anak adalah dengan menggunakan transportasi aktif seperti bersepeda dan berjalan kaki ke dan dari sekolah. Transportasi aktif ke dan dari sekolah merupakan hal yang paling murah dan mudah untuk dilakukan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 44 Tahun 2019 tentang kebijakan zonasi sekolah dalam sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Adanya sistem zonasi sekolah ini merupakan salah satu cara Menteri Pendidikan Indonesia untuk mendukung pemerataan kualitas dan layanan pendidikan serta meningkatkan penggunaan transportasi aktif ke sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak dari zonasi sekolah terhadap tingkat penggunaan transportasi aktif ke sekolah. Metode yang digunakan adalah survey kuesioner kemudian di analisis dengan statistik deskriptif, teori discrete choice model, dan ArcGIS. Dari sembilan sekolah yang ditinjau, faktor yang mempengaruhi para siswa dalam menggunakan transportasi aktif untuk perjalanan ke sekolah adalah waktu tempuh, jarak, dan kondisi trotoar.

In recent decades the physical activity of children and teenagers around the world has decreased significantly. A promising way to increase physical activity of them is to use active transportation such as cycling and walking to school. Active transportation to school is the cheapest and easiest thing to do. The Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia issued Ministerial Regulation Number 44 of 2019 concerning school zoning policies in the new student admission system. The existence of this school zoning system is one way for the Indonesian government to support equal distribution of quality and education services and increase the use of active transportation to schools. The purpose of this study is to analyze the impact of school zoning on the level of using active transportation to school. The used method is a questionnaire survey and afterwards analyzed with descriptive statistics, discrete choice model theory, and ArcGIS. From nine schools reviewed, the factors that influence students use of active transportation to school are travel time, distance, and pavement conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Asriati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat asosiasi hubungan antara pola komunikasi keluarga dan conduct problems pada remaja di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada lima kotamadya di DKI Jakarta, menggunakan Revised Family Communication Pattern Ritchie, 1991 untuk mengukur pola komunikasi keluarga dan The Strength and Difficulties Questionnaire Goodman, 1997 untuk mengukur conduct problems. 632 responden pada penelitia n ini merupakan siswa SMA berusia 15-19 tahun yang tinggal bersama kedua orangtua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada kedua dimensi pola komunikasi yang diterapkan ibu dengan conduct problems, dimana dimensi conformity orientation menunjukkan hubungan positif sedangkan conversation orientation memiliki hubungan negatif. Namun demikian, pada pola komunikasi yang diterapkan oleh ayah, hanya dimensi conformity orientation yang memiliki hubungan positif signifikan dengan conduct problems remaja. Berdasarkan hasil tersebut, maka sangat penting bagi orangtua terutama ibu dalam menerapkan pola komunikasi yang efektif, sebab hal tersebut berhubungan dengan masalah kesehatan mental remaja yaitu conduct problems.

ABSTRACT
This correlational research aimed to investigate the association as correlation of family communication pattern and conduct problems among adolescent in DKI Jakarta. This research were conducted in five urban cities in DKI Jakarta province. Family communication were measured with Revised Family Communication Pattern Ritchie, 1991 and conduct problems were measured with The Strengths and Difficulties Questionnaire Goodman, 1997 . 632 respondents were high school student aged 15 19 years old who live together with their parents. The result of this research showed a significant correlation on those dimension of family communication pattern which applied by mother, whereas the conformity orientation dimension had positive correlation otherwise conversation orientation has negative correlation on conduct problems. On the other hand, family communication pattern which applied by father showed that only conformity orientation dimension had a significant ands positive correlation on conduct problems. This research indicated that it is very important to parents, especially mother to use the effective communication pattern to their children, because it is related to adolescent rsquo s mental health problems called conduct problems. "
2017
S67752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Anindita Vandari
"ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukan kualitas hubungan remaja dengan orangtua dapat berdampak pada kesehatan mental remaja, termasuk pada munculnya gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental yang paling umum dialami remaja adalah gangguan emosional. Beberapa faktor orangtua yang diketahui berkaitan denga nmunculnya gangguan emosional pada remaja adalah kelekatan dengan orangtua, polakomunikasi keluarga, dan parental pressure. Penelitian ini bertujuan untuk melihatapakah kelekatan dengan orangtua, pola komunikasi keluarga, dan parental pressure tahun sebelumnya secara bersama-sama dapat memprediksi munculnya salah satupemicu dari gangguan emosional, yaitu masalah emosional. Penelitian ini merupakan studi longitudinal yang menggunakan data tahun lalu dan tahun ini dari 5 SMA di 5 wilayah urban DKI Jakarta. Data didapat dari 660 siswa SMA di DKI Jakarta. Peneliti menggunakan beberapa alat ukur dalam penelitian ini. Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA digunakan untuk mengukur kelekatan dengan orangtua, Revised Family Communication Patterns RFCP untuk mengukur pola komunikasi keluarga,Inventory of Parental Influence IPI untuk mengukur parental pressure, dan the Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ untuk mengukur masalah emosional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pola komunikasi orientasi percakapan ayahtahun sebelumnya, parental pressure ayah tahun sebelumnya, dan masalah emosional tahun sebelumnya yang bersama-sama menjadi prediktor yang signifikan dari masalah emosional pada siswa SMA di Jakarta. Perbedaan hasil berdasarkan jenis kelamin remaja juga didiskusikan.

ABSTRACT
Studies showed that the relationship quality between adolescents and their parents has some impacts on adolescents mental health. The most common mental health disorder among adolescents is emotional disorder. Some parental factors have been identified as predictors of emotional disorders among adolescents. Some of them were parental attachment, family communication patterns, and parental pressure. This study aimed at investigating whether parental attachment, family communication patterns, and parental pressure can predict emotional problem in adolescents. We conduct a longitudinal study using data from 2017 and 2018. Our study took place in five high schools from five urban administrative cities in DKI Jakarta. Data were collected from 660 high school students in DKI Jakarta. We used the Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA to measure parental attachment, the Revised Family Communication Patterns RFCP tomeasure family communication patterns, the Inventory of Parental Influence IPI tomeasure parental pressure, and the Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ tomeasure emotional problem. The results show that father 39s conversation orientation from last year, father 39s pressure from last year, and emotional problem from last year predict emotional problem among high school students in DKI Jakarta. Result differences by adolescents sex are discussed. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Desita
"Remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah, sehingga interaksi dengan orang-orang di sekolah dapat memengaruhi perkembangan sosial emosional remaja. Dalam hal keberhasilan akademik siswa di sekolah, pihak yang paling memengaruhi siswa ialah guru. Seringkali untuk keberhasilan akademik siswa, guru memberikan harapan yang diwujudkan dalam perilaku yang berbeda terhadap siswa di kelas. Berdasarkan beberapa penelitian, harapan guru yang berbeda dapat menjadi salah satu faktor risiko munculnya salah satu masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada remaja, yaitu kecemasan. Tujuan dari penelitian ini yaitu melihat apakah terdapat hubungan antara kecemasan dan harapan guru pada siswa SMA di DKI Jakarta. The Hopkins Symptom Checklist HSCL-25 digunakan untuk mengukur kecemasan dan Expectations for Students Achievement ESA subskala Related Teacher Practices digunakan untuk mengukur harapan guru yang dipersepsikan oleh siswa. Penelitian dengan desain one-shot study dilakukan pada lima SMA di lima kota besar DKI Jakarta. Sebanyak 764 siswa SMA kelas 1 berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecemasan dan harapan guru yang dipersepsikan siswa SMA di DKI Jakarta. Hal itu menunjukkan bahwa siswa SMA di DKI Jakarta tidak lagi mempersepsikan harapan guru atau peran guru sebagai hal yang membuat diri mereka merasa cemas, sehingga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan siswa SMA di DKI harus lebih diteliti lebih jauh.

Adolescents as students spend their times more in school, so interaction with people in school could also affect their socio emotional development. In achieving academic achievement, teacher has big role for adolescents in school. Teacher usually gives expectation in form of different behavior and attitude for each student in class. Based on previous researches, different teacher expectation towards students could be one of risk factor of common adolescents mental health problem, anxiety. Aim of this study is to see relationship between anxiety and teacher expectation on high school students in Jakarta. This study used The Hopkins Symptom Checklist HSCL 25 to measure anxiety and Expectations for Students Achievement ESA Related Teacher Practices subscale to measure perceived teacher expectation. This one shot study conducted in five high schools in five urban cities of Jakarta. 764 first grade high school students participated on this study. Result indicated that there is no relationship between anxiety and teacher expectation on high school students in Jakarta. This finding revealed that high school students in Jakarta don rsquo t perceive teacher rsquo s role or spesifically teacher expectation as risk factor of high anxiety that found on this study. Therefore, other school based risk factors should be studied in the future to figure out the threat of adolescents mental health. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>