Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok: Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI, 2010
MK-pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2010
304 DAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Fauzi
Jakarta: Gramedia, 2005
333.7 AKH e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Fauzi
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010
333.7 AKH e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Koesnadi Hardjasoemantri
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991
344.06 KOE h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Wicaksono
"ABSTRAK
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, yang dapat menyebabkan negara tersebut berkembang cepat. Perkembangan ini dapat terganggu oleh kutukan sumber daya alam. Penelitian ini mengeksplorasi keberadaan kutukan sumber daya alam di tingkat kabupaten dengan membagi model menjadi dua periode. Makalah ini menggunakan PDB per kapita, rasio belanja pendidikan, rasio belanja infrastruktur, dan tingkat melek huruf sebagai variabel independen. Untuk mengukur fenomena kutukan sumber daya alam, model penelitian menggunakan kabupaten penghasil sebagai variabel dummy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kutukan sumber daya alam muncul di Indonesia dan lebih dalam pada periode kedua. Makalah ini juga membandingkan tingkat kemiskinan di setiap pulau dengan memodifikasi variabel kabupaten penghasil menjadi variabel pulau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi memiliki tingkat kemiskinan yang sama. Dibandingkan dengan pulau-pulau ini, pulau Kalimantan dan Bali memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah, dan pulau-pulau Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. Akhirnya, tulisan ini mengusulkan bahwa program pemerintah Indonesia untuk pengentasan kemiskinan harus memperhatikan faktor kutukan sumber daya alam.

ABSTRACT
Indonesia has abundant natural resources, which could lead the country to fast development. This development could be disturbed by the natural resource curse. This research explores the presence of the natural resource curse on the district level by dividing the model into two periods. This paper uses GDP per capita, education expenditure ratio, infrastructure expenditure ratio, and literacy rate as independent variables. To measure the natural resource curse phenomenon, the model uses producing districts as dummy variables. The results show that the natural resource curse appears in Indonesia and is growing deeper in the second period. This paper compares the poverty rate on each island by modifying the producing districts’ dummy variable with the island’s dummy variable. The result indicates that Java, Sumatra, and Sulawesi islands have the same poverty rate. Compared to these islands, Kalimantan and Bali islands have lower poverty rates, and Maluku, Papua, and Nusa Tenggara islands have higher poverty rates. Finally, this paper proposes that the Indonesia government programs in poverty alleviation become aware of the natural resource curse. "
2016
T45226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petocz, Ronald G.
Jakarta: Pustaka Grafiti Press, 1987
333.715 PET k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pojoh, Ingrid Harriet Eileen
"ABSTRAK
Trowulan sebagai situs arkeologi yang hampir dapat dipastikan sebagai bekas ibukota kerajaan Majapahit, memiliki peninggalan kebudayaan yang tak terhingga. Peninggalan kebudayaan itu antara lain karya-karya sastra, prasasti-prasasti, serta bangunan-bangunan sakral dan profan. Kesemuanya itu merupakan objek penelitian dari para ahli arkeologi dan sejarah yang telah dituangkannya dalam berbagai topik penelitian mereka. Meskipun demikian masih banyak diperlukan penelitian untuk melengkapi informasi mengenai kejayaan Kerajaan Majapahit di masa lampau.
Penelitian ini berkaitan dengan salah satu tinggalan kebudayaan yaitu terakota. Terakota merupakan artefak yang mungkin paling banyak ditemukan di situs Trowulan. Hal ini amat beralasan karena terakota dengan keanekaragamannya merupakan salah satu jenis benda yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup masyarakat Trowulan. Kepopuleran terakota itu telah pula banyak mengundang para ahli arkeologi melakukan penelitiannya. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian untuk melengkapinya yaitu membahas terakota sebagai wujud pemanfaatan sumber daya alam.
Kelangkaan data arkeologi atau sifatnya yang terbatas merupakan hambatan bagi tersusunnya rekonstruksi sejarah kebudayaan dan atau rekonstruksi cara-cara hidup dan atau proses kebudayaan di satu wilayah.
Demikian pula yang terdapat di situs Trowulan. Apalagi salah satu upaya pembangunan di daerah ini yaitu meningkatkan pembuatan bata yang bahan dasarnya banyak diperoleh dari situs-situs arkeologi makin lama makin menghabiskan data arkeologi. Dua kepentingan yang sama nilainya bagi pembangunan ini terus berpacu. Untuk itu, tujuan penelitian ini antara lain untuk menyelamatkan tinggalan arkeologi yang masih tersisa sehingga dapat diinterpretasi dan hasilnya akan menjadi pengetahuan bagi penyusunan ketiga tujuan arkeologi di atas. Bagi ilmu arkeologi penelitian ini amat bermanfaat untuk mengembangkan perspektif penelitiannya.
Sumber data primer penelitian ini diperoleh dan ekskavasi arkeologi yang dilakukan pada tahun 1989, 1990, 1991, dan 1993 (Januari). Keempat ekskavasi itu diselenggarakan oleh para peneliti Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Penelitian ini secara khusus dimulai dengan menganalisis temuan hasil ekskavasi. Analisis yang dilakukan adalah analisis spesifik, yaitu dilakukan terhadap bendanya. Dari analisis ini diperoleh data mengenai jenis jenis terakota, bahan, teknik buat, teknik bias, dan jejak pakai. Setelah melalui analisis spesifik dilakukan analisis kontekstual, yaitu mencari hubungan dengan ruang dan temuan di sekelilingnya sehingga dapat dijelaskan fungsi terakota tersebut. Sebagai data banding diamati terakota koleksi Museum Trowulan sedangkan untuk memberikan gambaran umum tentang pemanfaatan sumber daya alam yang pernah terjadi di Trowulan atau "Majapahit" diteliti pula laporan-laporan penelitian yang membahas berita-berita sejarah tentang Majapahit. Keseluruhan data ini terangkum dalam kesimpulan yang diambil.
Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu (a) terakota merupakan salah satu jenis benda yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat Trowulan; (b) terdapat 31 jenis artefak terakota yang terdiri dari wadah dan bukan wadah (c) terakota mempunyai fungsi sebagai wadah untuk menyimpan, makan minum memasak, menampung, menanam, melebur, dan menakar yang wujudnya amat beragam; (d) sedangkan yang bukan wadah berfungsi sebagai unsur bangunan, sarana pengadaan air, perlengkapan masak-memasak, perlengkapan makan minum, alat bermain, penghias (pajangan), dan pelengkap upacara; (e) artefak terakota wadah dibuat dengan 4 teknologi pembuatan yaitu, teknik pembentukan langsung, teknik pembentukan coda putar lambat, teknik pembentukan gabungan, dan teknik pembentukan tatap landas sedangkan artefak bukan wadah dibuat dengan (1) teknik pembentukan langsung dan (2) teknik pembentukan dengan cetakan; (f) pemanfaatan sumber daya tanah liat di Trowulan telah dilakukan sangat tinggi yang diwujudkan dalam barang-barang terakota yang beraneka ragam bentuk dan fungsinya; dan (g) pemanfaatan sumber daya tanah liat telah berlangsung sampai sekarang dengan bata dan genteng sebagai wujud utamanya sedangkan jenis lainnya tidak berkembang lagi.
Mengingat semakin banyaknya tempat-tempat pembuatan bata, yang dengan cepatnya akan merusak situs arkeologi sehingga sejarah Indonesia khususnya yang berkaitan dengan kerajaan Majapahit akan kehilangan data utamanya, diperlukan penelitian lanjutan yang berkesinambungan (multi years). Penelitian semacam ini amat bermanfaat pula bagi pengembangan ilmu arkeologi."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Grahat Nagara
"Persoalan struktural menyebabkan penegakan hukum di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA-LH) tidak berdaya ketika berhadapan dengan eksploitasi sumber daya alam yang tidak tercatat, rusaknya lingkungan hidup akibat minimnya kepatuhan, dan korupsi dalam sendi-sendi administrasi pemerintahan di bidang sumber daya alam. Meski sektor sumber daya alam merupakan sektor yang memiliki kelengkapan instrumen penegakan hukum yang memadai, dalam praktiknya penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan di bidang sumber daya alam tidak banyak berjalan efektif. Tulisan ini akan menguraikan kendala itu, dan juga menjabarkanpengalaman dan pembelajaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memperkuat penegakan hukum di bidang SDA-LH melalui inisiatif yang berjalan dalam Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNP SDA). Secara khusustidak hanya menjadi pemantik (trigger mechanism)terhadap proses penegakan hukum, GNP SDA KPKjuga mendorong penguatan terhadap politik hukum dalam penegakan hukum di bidang SDA-LH."
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2019
364 INTG 5:2-2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>