Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103235 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Iin Nur Indah Sari
"ABSTRAK
Diabetes merupakan penyakit progresif yang tidak hanya membutuhkan perawatan kuratif dan rehabilitatif tetapi juga perawatan paliatif. Salah satu indikator penting tercapainya perawatan paliatif yang efektif adalah kepuasaan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kepuasan pasien diabetes yang mendapatkan perawatan paliatif. Penelitian cross sectional ini melibatkan sampel pasien diabetes di balai asuhan keperawatan di Jabodetabek sebanyak 43 responden. Instrumen yang digunakan adalah modifikasi dan terjemahan Home Care Client Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Client Satisfaction Inventory (CSI), dan Long-form Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ-III). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 14% responden merasa cukup puas, 60,5% merasa puas, dan 25,6% merasa sangat puas. Dimensi tampilan fisik mendapatkan nilai paling rendah dalam kepuasan pasien di antara dimensi yang lain. Hasil penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan antara karakteristik individu dengan tingkat kepuasan. Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pasien."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Nur Indahsari
"ABSTRAK
Diabetes merupakan penyakit progresif yang tidak hanya membutuhkan perawatan kuratif dan rehabilitatif tetapi juga perawatan paliatif.. Kepuasaan merupakan salah satu indikator penting tercapainya perawatan paliatif yang efektif sehingga pengukuran kepuasan pasien terhadap perawatan menjadi hal yang penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien diabetes yang mendapatkan perawatan paliatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross sectional menggunakan sampel pasien diabetes di balai asuhan keperawatan Jabodetabek sebanyak 43 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Home Care Client Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Clien Satisfaction Inventory (CSI), dan Long-form Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ-III). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 14% responden merasa cukup puas, 60,5% merasa puas, dan 25,6% merasa sangat puas. Pada penelitian ini juga ditemukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara karateristik responden dengan tingkat kepuasan (p>0,05). Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk memperdalam pengetahuan mengenai perawatan paliatif dan mengaplikasikannya pada pelayanan kesehatan.

ABSTRACT
Diabetes is a progressive disease that needs palliative care aside from curative and rehabilitative. Satisfaction play as one of the most important indicator to get effective achievement of palliative care, so the measurement of patient satisfaction with treatment is necessary. This study was conducted to describe the level of satisfaction of diabetes patients who receive palliative care. This study used cross sectional approach with 43 respondents of diabetic patients accommodate under nursing care centers in Jabodetabek selected with purposive sampling technique. This study used Home Care Client Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Clien Satisfaction Inventory (CSI), and the Long-Form Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ-III) to measure satisfaction level. The results showed that 14% of respondents felt quite satisfied, 60.5% were satisfied, and 25.6% felt very satisfied. This research also found that there is no significant differences between the characteristics of the respondents with the level of satisfaction (p> 0.05). The study recommend healthcare practitioners to deepen their knowledge about palliative care and apply it to health services."
2015
S60556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Suciani
"ABSTRAK
Spiritualitas merupakan salah satu hal yang terpenting dalam hidup seseorang, termasuk bagi pasien diabetik. Spiritualitas digambarkan sebagai pengalaman yang paling tinggi, hubungan yang lebih mendalam yang dirasakan terhadap Tuhan, sesama, termasuk terhadap alam. Studi pendahuluan ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kemampuan spiritualitas dan tingkat stres pasien diabetes yang melakukan perawatan luka di rumah perawatan. Penelitian potong lintang ini melibatkan sampel sebanyak 64 responden pasien diabetes di rumah perawatan di wilayah Jabodetabek, dengan teknik consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah modifikasi dari Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality, Spiritual Involvement and Belief Scale Revised Version, Spiritual Health, and Life-Orientation Measure dan kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS). Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0,219; p< 0,05) antara kemampuan spiritualitas dan tingkat stres, namun secara klinis penelitian ini cukup bermakna karena responden dengan tingkat stres normal memiliki rerata kemampuan spiritualitas yang lebih tinggi dibanding kategori lainnya. Studi lanjutan perlu dilakukan untuk menguji hubungan factor lainnya terhadap kemampuan spiritual dan tingkat stress. Kemampuan spiritualitas pasien diabetik ini perlu lebih diperhatikan oleh seorang perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetikum sehingga dapat menunjang aspek lainnya yang berkontribusi dalam kemampuan perawatan diri pasien."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
610 JKI 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Siti Nur Aisyah
"ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis seumur hidup yang dapat
menyebabkan komplikasi pada berbagai sistem tubuh. Salah satu komplikasi yang
sering terjadi adalah ulkus kaki diabetik yang dapat dipicu oleh kepatuhan yang
rendah dalam melakukan perawatan kaki diabetik, sehingga memerlukan suatu
strategi untuk meningkatkan kepatuhan tersebut dengan memberikan edukasi
kelompok.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas program edukasi kelompok
terhadap kepatuhan melakukan perawatan kaki pada pasien DMT2. Desain
penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group, masingmasing
kelompok terdiri dari 19 responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan consecutive sampling. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya
perbedaan kepatuhan dalam melakukan perawatan kaki pada kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan, dimana pada kelompok perlakuan memiliki kepatuhan
yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol setelah diberikan edukasi kelompok
(p=0,032). Metode edukasi kelompok ini dapat digunakan sebagai alternatif
metode edukasi untuk pasien DMT2 oleh perawat yang bertugas di ruang rawat
dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a longlife chronic disease that can cause complications
in a several of body systems. One of the most common complications is diabetic
foot ulcers which induced by non-adherence of foot care, therefore it requires a
strategy to improve adherence by means group education program.
This study aimed to identify the effectiveness of group education program to
foot care adherence among type 2 diabetic patients. The study design was a
quasy experimental pre-post test with control group, consisted of 19 respondents
for each group, recruited uses consecutive sampling. The result of the Chi Square
analysis showed there was significant difference on foot care adherence in the
control group and the treatment group, whereas in the treatment group indicated
higher adherence compared with the control group after given group education
program (p = 0.032). This group educational method can be used as an
alternative method of education for T2DM patients to improve the quality of
nursing care."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Epriliawati
"Latar Belakang: Edukasi merupakan salah satu komponen penting dalam tatalaksana pasien diabetes, meskipun demikian edukasi saja dirasakan tidak cukup untuk mempertahankan perubahan perilaku. Untuk mencapai perubahan perilaku tersebut, edukasi perlu dilengkapi dengan dukungan pengelolaan diri (self-management support). Health coaching merupakan sebuah pendekatan yang memiliki konsep yang sama dengan Diabetes Self Management Support (DSMS) . Tujuan: Mengevaluasi pengaruh kombinasi edukasi dan health coaching dibandingkan dengan edukasi saja dalam perubahan kedisiplinan diet, latihan fisik, serta capaian sasaran kendali OM pada pasien OM tipe 2. Metode: Penelitian uji acak terkendali ini merekrut 60 subyek pasien DM tipe 2 yang belum terkontrol (HbAic > 7.5%), 30 subyek pada kelompok intervensi (edukasi dan health coaching) dan 30 subyek pada kelompok kontrol (edukasi saja). Kelompok intervensi mendapatkan 12 sesi edukasi dan 12 sesi health coaching sedangkan kelompok kontrol mendapatkan 12 sesi edukasi saja. Seluruh perlakuan diberikan sebagai tambahan dari terapi farmakologis standar. Edukasi diberikan secara berkelompok di dalam kelas selama 30-60 menit dan coaching diberikan secara individu selama 45-60 menit. Evaluasi asupan diet, latihan fisik, indeks massa tubuh, tekanan darah, GOP, GD2PP, HbA1c, dan profit lipid dilakukan saat awal, 3 bulan, dan 6 bulan setelah perlakuan. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedisiplinan diet dan latihan fisik antara kelompok kontrol dan intervensi. Terdapat penurunan rerata GOP dan GD2PP pada kelompok edukasi dan coaching dari 197,69 mg/dL dan 247,88 mg/dL pada sebelum perlakuan menjadi 135,46 mg/dL dan 141,42 mg/dL pada 6 bulan setelah perlakuan sedangkan pada kelompok edukasi terdapat peningkatan rerata GOP dan GD2PP dari 170,30 mg/dL dan 237,74 mg/dL menjadi 176,59 mg/dL dan 242, 11 mg/dL. Nilai p=0,006 untuk perbedaan rerata GOP dan nilai p=O,OOO untuk perbedaan rerata GD2PP pada 6 bulan setelah perlakuan. Proporsi subyek yang mengalami penurunan HbA 1 c 2:1% setelah 6 bulan perlakuan pada kelompok intervensi sebanyak 60% dan pada kelompok kontrol sebanyak 20% (nilai p=0,004), RR 2,250 dan NNT 2,5. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada parameter/variabel yang lain. Simpulan: Health coaching memberikan keuntungan tambahan sebagai pelengkap program edukasi dalam memperbaiki kendali glikemik pada pasien OM tipe 2 yang belum terkontrol. Pendekatan ini dapat digunakan oleh edukator dan tenaga profesional lain yang terlatih untuk memperbaiki kendali OM pada pasien DM tipe 2.

Background: Education is one of the important component in managing patients with diabetes, however it is not sufficient to sustain behavioral changes. To achieve behavioural changes, education needs to be complemented by selfmanagement support. Health coaching is an approach which has similar concept with diabetes self management support. Objective: We aim to evaluate the impact of education and health coaching combination compared to education alone on diet and physical excersice modification, and achievement of diabetes mellitus control in type 2 diabetes mellitus patients. Methods: We conducted a randomized controlled trial involving 60 poorly controlled type 2 diabetes mellitus patients (HbA I c > 7.5%). In the beginning of the study 30 subjects were allocated to the intervention group (education and health coaching) and 30 subjects were allocated to the control group (education alone). Subjects in the intervention group received 12 education and 12 health coaching sessions while subjects in the control group received 12 education sessions. Those interventions were given on top of standard diabetes care. Education was conducted in a class for 30-60 minute sessions and coaching was performed one on one and/or group for 45 to 60-minute sessions. Food record, physical excersice, BMI, blood pressure, FPG, PPG, HbA 1 c, and lipid profile were measured at baseline and 3-month after intervention. Results: There were no significant result in diet and physical excercise compliance bet\veen intervention and control group. Education and health coaching combination showed significant reduction in FPG and PPG in comparison to education alone at 6 months after intervention (197.69 mg/dL to 135.46 mg/dL vs 170.30 mg/dL to 176.59 mg/dL, p value 0.006; 247.88 mg/dL to 141 ,42 mg/dL vs 237.74 mg/dL to 242, 11 mg/dL, p value=O.OOO, respectively). Participants who achieved reduction of HbA I c level I% or more in the intervention group were 60% while in the control group were 20% (p value=0.004) with RR 2.250 and NNT 2.5. There were no significant result between two groups in other variables. Conclusions Health coaching may provide added benefit as complementary to education program to improve glycemic control in patients with poorly controlled type 2 diabetes mellitus. This approach may be applied by trainneddiabetic educators and other professional to improve diabetic control."
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2019
T58355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ravina Naomi
"Oral lichen planus (OLP) is a chronic inflammatory condition that effects oral mucous membranes with a variety of clinical presentations including reticular, atrophic, plaque and ulcerative lesions. Corticosteroid is one of the effective therapy for OLP in reducing the sign and symptoms of this disease, but this therapy have a serious side effect, therefore to administering one must consider the patient?s systemic condition. We reported a case of OLP in 52 years old female patient who has no history of diabetes mellitus and unknown glucose level. Management of this patient included application of corticosteroid swish, topical 0.05% clobetasol propionate and 0,1% triamcinolone acetonide, antimycotics, improvement the oral hygiene status and referral to internal medicine specialist. The next treatments plan challenging because unstable blood glucose level which in turn effects the drug choice and teeth extraction plan. We concluded that the treatment of OLP requires a complete assessment of medical status and lab studies specially on the first visit so the drug selection with corticosteroid therapy and the treatment planning of predisposing factor are effective in reducing the sign and symptoms of OLP with minimum systemic side effect."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>