Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Semiarto Aji Purwanto
Pusat Kajian Antropologi UI, 2015
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Sudarman
"Kebakaran lahan dan hutan merupakan ancaman terhadap lingkungan hidup. Kebakaran lahan dan hutan dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan untuk budidaya. Karakteristik wilayah rawan kebakaran di Kabupaten Pelalawan adalah wilayah yang memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan produksi konversi dan hutan produksi terbatas; memiliki tutupan lahan dengan jenis hutan lahan kering sekunder, semak belukar, semak belukar rawa dan tanah terbuka; serta memiliki jenis tanah dan sistem lahan berupa endapan aluvial dan tanah mineral perbukitan rendah, serta jenis tanah gambut dengan kedalaman rendah sampai sedang. Kemunculan hotspot sebagai indikator kebakaran lahan dan hutan memiliki hubungan dengan pola curah hujan rendah yang terjadi dua kali selama setahun di Pelalawan, yaitu antara Januari-Februari dan yang paling ekstrim pada Juli-Agustus.
Langkah mitigasi kebakaran yang dilakukan pemerintah belum diikuti dengan alternatif solusi budidaya tanam tanpa api. Perubahan budidaya jenis tanaman semusim ke tanaman keras adalah bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat. Laju pertumbuhan penduduk berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Tekanan terhadap penguasaan ruang sebagai dampak dari pembangunan mempengaruhi kearifan lokal penggunaan api dalam pengelolaan lahan. Terbatasnya akses terhadap modal perekonomian menjadi salah satu faktor penghambat trasformasi sosial ekonomi dan budaya dari pertanian subsisten menjadi agraris, sehingga penggunaan api masih menjadi bagian dari budaya pengelolaan lahan.

Land and forest fires threatening the environment. The occuring of fires influence by land use for cultivation system. Characteristics of fires vulnerable zone in Pelalawan district Riau province indicated by the present of forest area with function for convertion and limited production; land cover type from secondary dryland forest, scrub, swampy scrub and open area; and alluvial to plain hilly mineral soil and land system, and shallow to moderate depth of peat swamp. The present of hotspots as indicator of fires occuring in land or forest area correspond with the lowest amount of rainfall which happend twice per annum within the study area, it is happend between January to February and extremly happend in July to August.
The mitigation action proposed by government poorly associate with alternative solution for zero firest cultivation. The shifting from short period to parennials agriculture commodity was the adaptation effort taken by the community. The growth of population influence the opportunity of fires may occur. The present of land tenure management due to development impact has influencing the local wisdom in using fires for land management. The limited acces to capital of economic being a barrier to the succes of social cultural transformation from subsisten to agrarian cultivation, thus the use of fires still being part of land development culture.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Subagio
"Tujuan pembangunan kesehatan menuju visi " Indonesia Sehat 2010 " adalah meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya rnasyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat. Dimana salah satu program unggulannya adalah Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) termasuk imunisasi. Departemen Kesehatan menetapkan suatu indikator cakupan imunisasi terutama untuk Universal Child Immunitation (UCI) desa adalah 100 % tahun 2000. Di Kabupaten Pelalawan terdiri 10 kecamatan dan memiliki 88 desa, dari jumlah desa tersebut ternyata yang belum mencapai UCI adalah 38 desa atau sekitar 43,2 %. Masih banyaknya desa - desa yang belum mencapai UCI ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah manajemen Puskesmas khususnya manajemen program imunisasi, faktor petugas, pemakai dan faktor eksternal.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang fungsi manajemen Puskesmas yang terdiri dari Perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) dalam program imunisasi serta hal-hal yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan fungsi manajemen Puskesmas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap informan penanggungjawab program imunisasi, kepala tata usaha dan Kepala Puskesmas pada Puskesmas Pkl. Kerinci dan Puskesmas Ukui serta Kepala seksi imunisasi Dinas Kesehatan. Sebagai triangulasi menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metoda. Pengolahan data dibuat dalam bentuk matriks yang diperoleh dari transkrip wawancara mendalam. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi, yaitu analisis sesuai topik atau masalah dan setiap wawancara dibagi menjadi kategori topik. Peneliti membaca hasil wawancara dan identifikasi beberapa topik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman informan mengenai perencanaan sudah cukup baik. Sebagian besar informan menganggap bahwa kegiatan perencanaan adalah sangat penting dan bermanfaat. Dari telaah dokumen, ternyata Puskesmas Pkl.Kerinci memiliki dokumen perencanaan yang lebih lengkap dibanding Ukui. Pemahaman informan di kedua Puskesmas tentang lokakarya mini masih sangat sederhana sekali dan belum mengerti betul sebagaimana yang tercantum dalam pedoman lokakarya mini yang dimaksud oleh Depkes. Diketahui juga bahwa kedua Puskesmas tidak melaksanakan lokakarya mini. Informan kedua Puskesmas juga berpendapat bahwa kegiatan pengawasan, pengendalian dan penilaian sangat perlu. Dari telaah dokumen terlihat Puskesmas Pkl.Kerinci memiliki dokumen stratifikasi yang lebih lengkap dibanding Puskesmas Ukui. Pembinaan dari Dinas Kesehatan dalarn rangka melaksanakan manajemen Puskesmas masih kurang terutama pada Puskesmas Ukui yang letak geografinya tidak mendukung, tenaga dan sarana kurang, Terlihat bahwa fungsi manajemen Puskesmas berpengaruh terhadap hasil cakupan program imunisasi.
Disarankan agar Dinas Kesehatan dapat meninjau pelaksanaan manajemen Puskesmas secara cermat, meninjau kebijakan tentang kegiatan lokakarya mini Puskesmas yang tidak dilaksanakan dan meningkatkan frekuensi supervisi dan bimbingan pada petugas kesehatan di Puskesmas khususnya mengenai pelaksanaan fungsi manajemen Puskesmas dalam program imunisasi.

The Study of Management Function of Public Health Center in Immunization Program in Palalawan District - Riau 2003The goal of health development in the vision of "Healthy Indonesia 2010" is to increase the awareness and eagerness of living healthy for every one in order to obtain the optimum level of public health which is characterized by the community and nation living in healthy behavior and environment. One of the famous program is Prevention from Communicable Disease (PCD) including immunization. The Ministry of Health has determined an indicator of immunization coverage mainly Universal Child Immunization (UCI) villages that is 100 % in 2000. The District of Palalawan has 10 sub districts and 88 villages. Thirty three from the villages or 43.2 % not reaching UCI yet. It can be caused by several factors such as Public Health Center management especially management of immunization program, staff, user, and external factor.
This research was conducted to obtain information about management function of Public Health Center that involves Planning (P), Implementation (I), Supervision (S), Control (C) and Assessment (A) in the program of immunization and other driving and constraint factors in the implementation of management function of Public Health Center.
This research applied qualitative approach by using in-depth interview to the informants administering immunization program, the administrational head and the heads of Pkl. Kerinci and Ukui Public Health Centers, and the head of Immunization Section in the District Health Office. As a triangulation, it used source and method triangulation method. Data processing were made in form of matrix that were acquired from in-depth interview. The analysis made was a content analysis, and in each interview is devided in in categoral topics. The writer read the result of interview and identify topics.
The result of the research showed that the understanding of informants about planning was well enough. Most of them considered that planning is very important and useful. From the document studies, it was known that the Public Health Center of Pkl. Kerinci has more complete planning document than Ukui. The informants' understanding in the both centers about mini workshops is still very limited and they do not really understand the guidance as expected by the Distric Health Office. It was also known that both centers did not carry out the workshop. Informants from the both centers expressed that supervision, control and assessment is necessary. Development program from Health Office about the implementation of Public Health Center Management was still limited, especially in Ukui Health Center, which geographically was located in a very not supporting area, where its staff and facilities was still limited. It is found that the center's management function may affect the coverage result of immunization program.
It is suggested to the District of Health Office to evaluate the implementation of the Center's management, the Center's policy about not conducting mini workshop and to increase the frequency of supervision and guidance to the health personnels in the Center especially about the implementation of the Center's management functions in immunization program.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Manipol
"Ketergantungan masyarakat pedesaan pada sumberdaya alam akan tetap tinggi, terutama sumberdaya lahan, sedangkan pemilikan tanah di kalangan petani makin menyempit. Kecenderungan penyempitan pemilikan lahan diakibatkan oleh pengalihan peruntukan lahan dari pertanian ke non pertanian. Pengalihan peruntukan lahan tersebut akan mengancam kehidupan masyarakat di desa. Jika sektor pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di desa, maka hal tersebut akan mendorong mereka mencari alternatif sumber penghasilan, yaitu sektor non pertanian di kota. Masyarakat pedesaan yang pada umumnya berpendidikan rendah dan kurang memiliki keterampilan akan menciptakan pengangguran di perkotaan yang kemudian menimbulkan penyakit sosial.
Dalam rangka mengurangi urbanisasi, diperlukan upaya yang dapat menciptakan supaya masyarakat tetap tertarik untuk hidup di desa. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pembangunan pedesaan. Pembangunan tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab dunia usaha. Program pemberdayaan masyarakat Riau.
PT. RAPP adalah salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan untuk membangun di wilayah operasinya. Program pemberdayaan tersebut di tuangkan dalam bentuk sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System).
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah Adopsi Sistem pertanian terpadu yang dikembangkan perusahaan tersebut belum optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi tersebut adalah pengetahuan sistem pertanian terpadu petani, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani.
Penelitian ini bertujuan untuk: (a.) Mengetahui apakah terdapat pengaruh positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada adopsi sistem pertanian terpadu, (b) Mengetahui peringkat pengaruh variabel bebas terkuat terhadap adopsi sistem pertanian terpadu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survey. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Januari 2003 sampai dengan Maret 2003 di Desa Tambak, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Penentuan jumlah sampel dengan Cara sampling acak sederhana dari 85 KK komunitas PPMR PT. RAPP di Desa Tambak, diambil 40 KK sebagai sampel. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan instrumen penelitian yang sudah dipersiapkan_ Sebelum pelaksanaan survey instrumen diuji cobakan pada 20 KK komunitas PPMR di lokasi penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Data yang diperoleh diuji normalitas, homogenitas, dan linearitasnya. Kemudian dianalisis dengan metode regresi berganda, dan koefisien korelasi ganda, dan korelasi parsial. Variabel-variabel penelitian adalah adopsi sistem pertanian terpadu (Y); Pengetahuan sistem pertanian terpadu (XI); Luas pemilikan lahan (X2); dan pendidikan formal petani (X3).
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada adopsi sistem pertanian terpadu dengan persamaan regresi Y = 14,316 i-1,164X1 + 1,632 X2 + 0,0552 X3 yang sangat signifikan; urutan pengaruh kekuatan variabel dari variabel yang paling kuat sampai yang terlemah adalah Luas pemilikan lahan yang pertama, pengetahuan sistem pertanian terpadu yang kedua, dan pendidikan formal petani yang ketiga
Kesimpulan: (1) Terdapat pengaruh positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada tingkat adopsi sistem pertanian terpadu, (2) Untuk meningkatkan adopsi sistem pertanian terpadu maka yang pertama-tama harus diperhatikan adalah luas pemilikan lahan, pengetahuan sistem pertanian terpadu, dan pendidikan formal petani.

Integrated Farming System Adoption (A Case Study: PT RAPP Riau Community Empowerment Program at Tambak Village, Langgam Resort, Pelalawan, District, Riau Province)The dependence of rural communities toward their natural resource will remain high, particularly for land resources while the land ownership by local farmers is getting narrow. The reason lies behind was the transformation of land use from traditional to modern agriculture system that have a tendency to narrowing the area of land ownership by locals. This will create threats to life and welfare of the villagers. If modem agriculture system fails to meet villagers' needs, they will make an effort to discover alternative income that definitely is a non-agriculture sector mainly set up in urban area. Lack of formal education background and skill possessed by rural community will direct them to be another unemployment that already exist in the cities and furthermore create social disease.
Effort to keep these villagers to live in their environment will strongly need to prevent their migration to urban area. One of the efforts is rural development, which is not only seen as government's responsibility but for business' sector as well. PT RAPP's community empowerment program is one example of social responsibility taken by the company to develop community in their operation area. The program then stated as Integrated Farming System.
Problem set for this research is that the adoption of integrating farming system developed by the company was not optimal yet. Influenced factors of this adoption were farmers' knowledge of integrating farming system, area of land ownership and farmers' formal education.
Objective of this research were a) to find out if there is positive influence of integrating farming system knowledge, together with area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system, and b) to find out the rank of significance from independent variables to adoption of integrated farming system.
This research used qualitative and quantitative approaches with survey method and was conduct from January to March 2003. The research located at Tambak Village, Langgam Resort, Pelalawan District, Riau Province. The location established by using purposive method and sample size was taken using simple random sampling. The number of 48-house hold was taking from total 85-house hold from PPMR community of PT RAPP as respondents.
Instrument research used to collected primary data was questionnaire that prepared and tested to 20 respondents to find the reliability and validity of the instrument. Data collected then be tested their normality, homogeneity and linearity, and then statistically analyzed with multiple regression method, multiple regression correlation and partial correlation. Variables used were, adoption of integrating fanning system (Y); integrating farming system knowledge (XI), area of land ownership (X2) and the farmers' formal education (X3).
The result prove that there is positive influence of integrating farming system knowledge together with the area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system with regression equation Y= 14,16 + 1,164X1 + 1,632X2 + 0,552X3 or the influence is significance. The factors put sequent by their significance from the strongest ones are, the area of land ownership, integrating farming system knowledge and farmers' formal education. Research conclusion are 1) There is positive influence of integrating fanning system knowledge, all together with area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system; 2) To improve the adoption of integrating farming system, attention must put sequences from the area of land ownership, integrating farming system knowledge and farmers' formal education."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Semiarto Aji Purwanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Budiartiningsih
"Transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah yang dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan penduduk sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk yaitu berupa sebidang tanah pertanian yang diharapkan dapat mereka garap dan olah. Di daerah transmigrasi UPT II Sungai Pagar, misalnya, telah disediakan lahan pertanian untuk digarap dan diharapkan mereka bisa memperoleh pendapatan dan hasil lahan tersebut.
Pada awalnya para transmigran masih mempunyai harapan atas hasil yang mereka terima dari ladang yang mereka usahakan meskipun hasil itu haru dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu kebutuhan akan makan.an. Namun, setelah lebih kurang empat tahun di lokasi, pendapatan rumah tangga dari hasil pertanian tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar tersebut. Hal ini disebabkan adanya gangguan alam, seperti berkurangnya kesuburan tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan dan gangguan hama seperti babi hutan bahkan sampai perusakan tanaman oleh sekawanan gajah.
Dalam keadaan serba tidak pasti. tersebut, apa peranan kaum perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya ditinjau dan kedudukannya sebagai istri dan ibu bagi keluarga transmigan? Dalam menghadapi gangguaan alam yang berakibat pada segala aspek kehidupan transinigran para transmigran khususnya perempuan harus bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi terlebih dahulu pada lingkungannya. Adaptasi ini diperlukan agar kehidupan rumah tangga tetap tenang sehingga tercipta suasana kerasan bagi anggota rumah tangga yang pada akhirnya juga akan berguna untuk mengurangi rasa penyesalan karena harus meninggalkan daerah asalnya.
Untuk tetap bertahan di daerah yang baru, kaum perempuan melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun nonekonomis. Pekerjaan ekonomis mereka lakukan agar dapat membantu ekonomi keluarga yang jika diharapkan kepada pendapatan suami saja dirasakan tidak mencukupi, serentara pekerjaan yang tidak bernilai ekonomis dilakukan agar kehidupan rumah tangga tetap berlangsung. Kaum perempuan tidak lagi hanya mengerjakan pekerjaan domestik tetapi juga sudah masuk ke dalam pekerjaan yang produktif sementara kaum pria tetap bertahan dalam lingkungan publiknya.
Di dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kaum perempuan pada umumnya bekerja sendiri, terlebih-lebih pada awal penempatan mereka karena sewaktu berangkat ke daerah transmigrasi sebahagian besar transmigran hanya membawa istri dan anak-anak atau balita. Salah satu alasan mereka berbuat seperti itu adalah karena anak-anak sedang dalam niasa sekolah sehingga dirasakan tidak mungkin untuk dipindahkan serta masih adanya perasaan ragu apakah di daerah yang baru nantinya mereka dapat membiayai kebutuhan keluarga jika mempunyai tanggungan yang lebih besar. Pekerjaan rumah tangga yang mereka lakukan adalah antara lain, mengasuh anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengambil air dan mencari kayu bakar.
Di samping mengerjakan pekerjaan tumah tangga, perempuan juga membantu pekerjaan suami di ladang. Sebagai daerah baru tenaga perempuan sangat dihutuhkan untuk membantu pekerjaan di ladang,. Perempuan merupakan tenaga inti selain tenaga suami. Mereka melakukan pekerjaan hampir sama dengan yang dilakukan oleh suami, yaitu ikut membakar pohon yang sudah anti, mencangkul ladang, menanam, menyiang hingga memanen hasil. Pekerjaan di ladang ini dilakukan oleh perempuan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Bahkan tidak jarang mereka melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus seperti mengasuh anak sambil bertanam. Keadaan tersebut menunjukan bahwa di daerah transmigrasi perempuan berperan ganda.
Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga sekarang. Pada saat penghasilan dari lahan pertanian sudah semakin sedikit maka perempuan mulai mencari strategi lain untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya misalnya .dengan berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, membuat kue dan membuat kerupuk. Peranan kaum perempuan dalam perekonomian rumah. tangga terbukti relatif besar. Meskipun dalam rumah tangga perempuan juga menyumbangkan penghasilan mereka tetap dianggap hanya membantu suami dalam mencari nafkah. Demikian pula halnya dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Dominasi suami atas pengeluaran rumah tangga diperlihatkan dari kaum perempuan yang menyatakan bahwa mereka harus meminta izin terlebih dahulu jika akan mengeluarkan uang dalam jumlah relatif besar. Keadaan ini semakin dikuatkan dengan adanya anggapan bahwa keikutsertaan perempuan atau istri dalam bekerj hanyalah disebabkan oleh situasi pada saat itu yang memungkinkan perempuan untuk bekerja.
Pada saat ini perempuan banyak yang bekerja sebagai buruh di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang bernaung di bawah perusahaan PT Tasma Puja. Perempuan masuk dalam pekerjaan ini karena semakin menyempitnya peluang bagi mereka untuk dapat membantu ekonomi rumah tangganya. Sebagai buruh mereka di upah dengan sistem upah harian sebesar Rp 3.500 per hari Pembayaran upah dilalukan dua sebulan, pekerjaan rutin yang dilakukan oleh perempuan adalah sebagai berikut: mereka biasanya meninggalkan rumah pada pukul enam pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan kembali ke rumah pada pukul empat sore. Setelah pulang ke rumah mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mengajar anak. Pendapatan yang relatif tetap dari pekerjaan ini menjadikan perempuan bertahan dengan kondisi yang demikian itu.Bekerja sebagai buruh dapat dilakuukan oleh perempuan sendiri maupun bersama-sama dengan, namun pekerjaan rumah tangga tetap dikerjakan oleh istri.
Melihat kondisi di atas, ternyata peranan perempuan dalam rumah tangga dan dalam membantu suami mencukupi kebutuhan hidup keluarga relatif besar. Begitu pula curahan waktu kerja mereka relatif lebih besar dibandingkan dengan suami mereka. Bahkan, lebih dari itu. kaum perempuan juga harus memainkan peranan yang berhubungan dengan kegiatan social dilingkungan masyarakatnya. Mereka mengikuti kegiatan arisan, pengajian, PKK, posyandu dan kelompok tani serta kesenian.
Kesemuanya ini dilakukan untuk menciptakan rasa kerasan berada di daerah baru karena secara psikologis mereka telah terlepas dan ikatan-ikatan tradisional yang biasanya mengikat mereka, yaitu jauh dari keluarga dan jauh dari sanak famili. Keberhasilan mereka di daerah transmigasi sangat ditentukan dari kesiapan mereka dalam menghadapi kehidupan di daerah baru tersebut. Namun, secara teknis sering kali dalam keberangkatan ke daerah yang baru perempuan belum dipersiapkan secara baik sebagaimana hal itu dilakukan terhadap laki-laki.
Ketidaksiapan perempuan menghadapi situasi dan kondisi di daerah yang baru sering kali menjadi pemicu para transmigran itu untuk kembali ke daerah asalnya setelah mencoba untuk tetap bertahan selama beberapa waktu. Perempuan yang tidak siap akan merasa kecewa dan terasing, sehingga tidak mempunyai harapan untuk dapat terus bertahan. Peluang lain tidak dapat mereka temukan sementara pendapatan keluarga yang diupayakan oleh suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun, keadaan sebaliknya terjadi pada mereka yang dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungannya akan tetap bertahan. Salah satu pendorong bagi transmigran untuk tetap bertahan adalah karena di daerah yang baru mereka mempunyai tanah sementara di daerah asal hal itu sudah tidak memungkinkan lagi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khohirul Hidayah
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada Juli 2011 – Januari 2012 di koridor riparian perkebunan akasia yang dikelola oleh PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) Sektor Peranap, Riau untuk memperoleh informasi kelimpahan relatif, aktivitas dan sistem sosial beruang madu (Helarctos malayanus Raffles, 1821). Total 20 camera trap dipasang di 57 lokasi pada 4 koridor riparian, setengah dari kamera menggunakan aroma pemikat untuk meningkatkan probabilitas deteksi. Penelitian menghasilkan 3.337 trap nights efektif, 1.614 foto beruang madu dan 143 foto independen beruang madu. PRESENCE versi 5,7 digunakan untuk menganalisis penggunaan habitat dan efektivitas aroma pemikat. Analisis data menunjukkan kelimpahan relatif beruang madu di koridor riparian adalah 4,3%. Beruang madu sedikit lebih aktif selama siang hari (42%) dibandingkan pada malam hari (20%). Aroma pemikat meningkatkan probabilitas deteksi hingga 67,4%. Sebagian besar beruang madu di lokasi penelitian hidup secara soliter (84%), kecuali induk beruang madu dan anaknya (0,5%) atau pasangan beruang madu jantan dan betina dewasa yang diindikasikan akan kawin (15,5%). Persentase hutan alam di sekitar area penelitian memengaruhi penggunaan habitat beruang madu di koridor riparian (ΔAICc = 0). Penelitian jangka panjang yang melibatkan pemasangan kamera di hutan asli sekitar koridor sangat diperlukan untuk memberikan rekomendasi yang lebih baik bagi upaya pengelolaan beruang madu di area perkebunan.

ABSTRACT
This research was conducted from July 2011 until January 2012 at riparian corridor within acacia plantation managed by Sector Peranap PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper), Riau to gain information on relative abundance, activity, and social system of sun bear (Helarctos malayanus Raffles, 1821). A total of 20 camera traps were installed at 57 locations in 4 riparian corridors, half of which used aromatic scent to increase the detection probability. The research produced 3,337 effective trap nights, 1,614 photos, and 143 independent photos of sun bear. PRESENCE v.5.7 was applied to analyze habitat use and the effectiveness of aromatic scent. Data analyses showed that relative abundance of sun bear in the riparian corridor was 4.3%. The sun bears were slightly more active during the day (42%) compared at night (20%). Aromatic scent increased detection probability to 67.4%. Most of sun bear in the research areas was solitary (84%), except mother and her cub (0.5%) or adult male and female engaged in potential mating (15.5%). The percentage of natural forest around the research site influenced sun bear’s habitat use in riparian corridor (ΔAICc = 0). Long-term research using a more comprehensive camera traps installed in native forest around the riparian corridors in need to produce sound recommendations to protect and manage sun bears in this plantation."
2013
T35298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdianal
"Kecamatan Kampar Kiri Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar yang mempunyai angka penderita malaria klinis yang tertinggi (AMI = 79,19) dari 18 (delapan belas) kecamatan yang berada di Kabupaten Kampar. Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk anopheles, sp sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan dapat menimbulkan kerugian di bidang sosial ekonomi.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar. Sebagai kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala klinis dan basil pemeriksaan darah malaria positif, sedangkan kontrol adalah pasien yang berkunjung tanpa gejala malaria klinis, dan basil pemeriksaan darah negatif. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 69 kasus.
Faktor-faktor yang diteliti adalah tempat perkembangbiakan nyamuk, pemeltharaan temak besar, pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemakaian kawat kasa, dan pemakaian bahan penolak nyamuk (repelen).
Dari basil penelitian ini diketahui ada lima variabel yang berhubungan dengan kejadiaan malaria, yaitu tempat perkembangbiakan nyamuk dengan nilai p = 0,006 (OR 2,8 ; 95 CI 1,381 - 5,512), perneliharaan temak besar nilai p = 0,001 (OR 3,2 ; 95 CI 1,650 - 6,693), pemakaian kelambu nilai p = 0,017 (OR 2,4 ; 95 CI 1,226 - 4,845), penggunaan obat anti nyamuk nilai p = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 - 4,564), dan penggunaan kawat kasa nyamuk nilai p = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 -- 4,513).
Dan hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah pemeliharaan temak besar, dan diikuti oleh tempat perkembangbiakan nyamuk, dan pemakaian obat anti nyamuk.
Hasil penelitian ini agar pemerintah daerah Kabupaten Kampar merencanakan program pemberantasan malaria, dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang telah ada di masyarakat, meniadakan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk dan atau memeliharan ikan pemakan jentik nyamuk, memelihara temak, membudayakan pemakaian kelambu, memasang kawat kasa nyamuk di ventilasi rumah, dan pemakaian obat anti nyamuk yang ramah lingkungnan.

Kampar Kiri Tengah Sub-District has the highest number of malaria patients (AMI:79,19) out of 18 sub-district in Kampar district. Malaria is caused by Plasmodium and transmitted out by anopheles sp mosquitoes. Until now, malaria is a major health problem in Indonesia and is one of the top ten high fatality diseases in Indonesia, and is detrimental to socio-economic field.
This study utilizes a case control research design and the objective is to find out the factors related to the occurrence of malaria disease in Kampar Kiri Tengah Sub-District, Kampar District. The case group consists of patients who visit health centre and show clinical symptoms of malaria and whose blood examination result is positive. The control group consists of patients who do not have clinical symptoms of malaria and the blood examination is negative. The number of case group and control group is 69 patients, respectively.
Factors studied are mosquito breeding sites, living next to large cattle barns, the use of bed net, anti-mosquito chemical, wire netting, and repellent.
The result of the study suggested that there are five variables related to occurrence of malaria, namely mosquito breeding sites with p value = 0,006 (OR 2,8 ; 95% CI 1,381-5,512), living next to large cattle with p value = 0,001 (OR 3,2 ; 95% CI 1,650-6,693), the use of bed net with p value = 0,017 (OR 2,4 ; 95% CI 1,226 - 4,845), the use of anti-mosquito chemicals with p value = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 - 4,564) and the use of wire netting with p value = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 -4,513).
Multivariate analysis showed that most dominant factors is living next to large cattle, followed by mosquito breeding sites and the use of anti-mosquito chemical.
The results of study suggest that the authorities in Kampar district should plan and implement programs in eradicating malaria, by providing health education to the community through activities already undertaken within the community, eliminating possible site for mosquito breeding or encourage people to keep fish that predate on mosquito larvae, keep cattle, socializing the use of bed net, installing wire net on house ventilatioii and windows, and suggesting the use of environmentally anti-mosquito chemical.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Wahyuni
"Tesis ini secara umum mengeksplorasi bagaimana sistem tenurial lahan dan sumber daya alam yang dijalankan oleh masyarakat matrilineal. Secara khusus tesis ini menelusuri posisi perempuan dalam sistem tenurial lahan dan sumber daya alam di masyarakat matrilineal tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berperspektif feminis dengan menggali secara mendalam sejarah dan pengalaman hidup perempuan. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran sejarah suku, silsilah keluarga, sejarah kehidupan perempuan, wawancara mendalam, diskusi terfokus dan observasi terlibat. Teori yang digunakan adalah ekologi politik feminis Feminist Political Ecology . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam sejarah pembukaan dan pengolahan lahan dan sumber daya alam. Perempuan berperan sama dengan laki-laki ketika membuka lahan, berladang kemudian mengolahnya menjadi kebun. Perempuan juga berperan dalam sejarah berkembangnya sebuah perkampungan. Perkebunan dan tanah yang telah diolah kemudian dimiliki oleh perempuan. Perempuan juga secara aktif terlibat dalam pembangunan desa yakni dengan memberikan sebagian tanahnya kepada suku lain yang memerlukan pemukiman. Di tingkat keluarga inti dan keluarga saparuik sumber daya dan lahan matrilineal dikelola oleh perempuan meliputi kebun karet, ladang, tanah dan rumah. Tradisi matrilineal dalam sistem tenurial lahan dan sumberdaya alam masih berlangsung hingga kini. Namun demikian, sumber daya matrilineal mengalami tekanan yang dipengaruhi oleh nilai, ekologi dan politik. Walau perempuan merupakan subyek utama dalam tradisi waris sumberdaya matrilineal, namun perempuan bukan pemegang otoritas atas tata kuasa lahan dan sumberdaya matrilineal. Kepemilikan hak perempuan atas tanah hanya klaim de-facto . Ini berarti bahwa meskipun perempuan adalah subjek utama dalam tradisi pewarisan, namun perempuan tidak memiliki otoritas untuk klaim de-jure di tingkat yang lebih tinggi, baik pada tingkat suku dan nagari. Selain itu, perempuan tidak terwakili dalam struktur suku dan kelembagaan adat di masyarakat matrilineal di Gajah Bertalut. Lebih jauh, kepemimpinan adat oleh perempuan tidak pernah terjadi di dalam suku maupun nagari. Perubahan sistem tenurial lahan dan sumber daya alam mulai terjadi melalui pengambilan keputusan oleh laki-laki datuk selaku pemimpin adat, yakni sebagai pemegang kekuasaan di tingkat suku dan nagari, serta melalui berkembangnya konsep kepemilikan individu atas nama laki-laki. Program-program yang dikembangkan pemerintah dan LSM menempatkan laki-laki sebagai Kepala Keluarga dan pemimpin di tingkat keluarga inti/rumah tangga. Hal ini menyebabkan kerancuan dalam keberlangsungan sistem tenurial lahan dan sumber daya alam di masyarakat matrilineal. Kata Kunci: posisi perempuan, matrilineal, tenurial lahan, sumber daya alam.

This thesis explored how land tenure and natural resources systems are run by the matrilineal community. It is also the thesis talked particularly in how the position of women in land tenure and natural resources systems especially in the matrilineal society. The research was a qualitative research and used feminist perspective by deeply explore herstory and life experience of women. Data collection techniques were conducted by tracing the herstory of tribes, family pedigrees, women 39 s life herstory, in depth interview, focused group discussions and observation. The data was analyzed by using the Feminist Political Ecology theory. The results of the research showed that since the village established, the women has the same role as men in land clearing, farming and rubber planting. The plantation and its land were then owned by the women. Women also actively involved a role in the herstory of the development of the village by giving part of her land to other clan as necessary. Women is manager of land and resources matrilineal in the core and extended family level, including rubber plantations, fields, land and houses. The matrilineal tradition in land and natural resource tenure systems has been run for long time ago and it still prevail until now . However, matrilineal resources are under pressure that is influenced by value, ecology and politics. The women ownership right on the land is only ldquo de facto claim rdquo . It means that although the women are the main subject in the tradition of inheritance, however the women do not have an authority for ldquo de jury claim rdquo on high level clan and nagari structure. In addition, women are not represented in tribal and institutional structures of adat in matrilineal societies in Gajah Bertalut Village. Furthermore, indigenous leadership by women has never occurred in tribes or nagari. Changes in land tenure and natural resources systems began through decision making by datuk as adat leader, as well as through the development of the concept of individual ownership in land the name of men. Programs developed by government and NGOs had placed the men as heads of the households and leaders at the core family household level thus these led to obscure the sustainability of land tenure and natural resources systems in the matrilineal community. Keyword women position, matrilineal, land tenure and natural resources.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiaman
"Respiration illness has some different symptoms basically is caused of
irritation, failure of transparent muccociliari, more rekresi lender and respiration
stricture. Children under tive years old at Primary Heath Care of Pangkalan Kerinci
in Pelalawan District risk of respiration problem and based on result of annual report
at Primary Health Care, respiration trouble illness is the tirst of ten illnesses at this
area. lt is because of most public spend 90 % their time in room (house). Therefore
research is pointed by the way of looking for relationship between PMN rate at
house, house physical environment factor and children under tive years old
characteristic which related to respiration problem occurrence becoming a reason.
WHO estimated that there were 400-500 millions people who faced air pollution
problem of variation room including headache, head cold, drought red lane, drought
coughs, eye irritation, skin irritation, influenza, breathless and tuberculosis.
This research purpose to know prevalence between respiration problem illness
among children under tive years old, relationship of PMN rate at house, house
physical environment factor (10 variables) and children under tive years old
characteristic (5 variables) with respiration problem illness occurrence among
children under tive years old, and looking for factor which is most dominance effect
of respiration problem illness among children under tive years old at Primary Health
Care of Pangkalan Kerinci, Pelalawan District in Riau Province, time period of Measurement appliance which is used to measure PM", rate at house consists of
Haz Dust Sampler, EPAM S000 model, temperature by thennometer, dampness by
hygrometer, illumination by luxmeter, and appliance which is used to get primary
data of children under tive years old characteristic by questionnaire and checklist.
'l`his research used a cross sectional design which participating population of
615 Head of Family (KK) by sample number of 261 children under five years old,
where data was collected at the same time of PMN, rate, house physic environment
and children under five years old characteristic and there were not respiration
problem illness occurrence among children under five years old.
Based on research result which has been done it was indicated that: l).
Prevalence of children under tive years old who faced of respiration problem illness
was 78,2 % _ 2). Children under five years old house with PMN rate which did not
fulfill requirement was 55,6 %, 3). There is no meaning ditference of PM", rate at
house (p value = 0,393) with respiration problem among children under tive years
old. 4). Habit of children under tive years old out of house has a meaning difference
of respiration problem illness occurrence among children under tive years old by p-
value = 0,007 and OR = 2,59 (95 % CI: 1,333-5,083). Children under ive years old
who are out of house have risk of respiration problem illness 2,59 times compared
with children under tive years old are out of house for long time. 5). Factor which is
most dominance influencing respiration problem iilness occurrence among children
under five years old are usage of fuel for cooking and children under tive years old
who are out of house. Children under tive years old who are out of house have risk of
respiration problem illness 2,59 times compared with children under five years old
who are at house for long time, and also usage of fuel for cooking which became
smoke has risk 2,32 times of reqriration problem illness compared with usage of Riel
for cooking which did not become smoke (gas and electricity). 6). Probability of
respiration problem illness occurrence among children under tive years old where
they used fuel which will become smoke at their house and children under five years
oId who have habit out of house 83,5 %. 7). Children under five years old who used
fuel for cooking which became smoke (wood, charcoal and kerosene) and many
activities of children under tive years old out of house have probabiiity of respiration
problem illness occurrence 1,5 times bigger than children under five years old which used fuel for cooking which did not become smoke (gas and electrics) and many
activities of children under five years old out of house."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34306
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>