Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eco, Umberto
Yogyakarta: Jalasutra, 1986
854 ECO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eco, Umberto
Bandung: Jalasutra, 2005
813 Eco t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eco, Umberto
Yogyakarta: Jalasutra, 1986
303.482 ECO t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dama Dhia Nisrina
"Dewasa ini, bermunculan sosok penghibur maya yang disebut Virtual Youtuber. Mereka merupakan orang-orang yang menggunakan avatar berbentuk karakter fiktif bergaya Anime ketika melakukan siaran daring di Youtube. Avatar tersebut mereka gunakan sebagai perwakilan diri dalam bertelepresensi di ruang virtual. Dalam telepresensinya, para Virtual Youtuber menyajikan beragam hiburan seperti permainan video, stand up comedy, karaoke, bahkan berbincang langsung dengan pemirsanya. Kendati hanya merupakan karakter animasi di balik layar gawai, para penonton memperlakukan mereka selayaknya manusia. Menggunakan metode analisa kritis dan teori hiperealitas Baudrillard, penulis menemukan bahwa dalam telepresensinya, Virtual Youtuber membawa dua syarat penting dalam fenomena telepresensi. Yaitu simulakra dan simulasi. Keduanya merupakan bentuk replikasi dari objek referal yang eksis di dunia. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa telepresensi Virtual Youtuber bersifat hipereal karena referensi inti simulasi dan simulakra mereka diperoleh dari manusia itu sendiri.

As of recently, appears a new cast of virtual entertainers that called themselves Virtual Youtubers. These entertainers are essentially people who used avatars shaped and drawn in the style of anime characters that came to the forefront whenever they streamed themselves live over at Youtube. These avatars themselves are used as the representations for the people behind these virtual youtubers, as they were telepresenting themselves in the virtual environment. Included in their act of telepresence, are the various genres of entertainment that they could offer, ranging from playing video games, stand up comedy, singing karaoke, even interacting directly with their audience. Despite being nothing but a two-dimensional characters under the screen of electronic devices, the member of the audience are treating them as if they were just another human being. Through the utilization of critical analysis and Baudrillard's theory of hyperreality, the researcher has found that in its telepresence, Virtual Youtubers had brought over two important conditions in the phenomenon of telepresence, which are simulacrum and simulation. Both are forms of
replication of referral objects which exist in the material world. Thus, it can be concluded that the telepresence of virtual youtubers possessed a hyperrealistic characteristic due to the object of reference used by the process of simulation and simulacrum utilized came from human beings themselves.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisa Rahmadani
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh sengitnya persaingan kosmetik di Indonesia, sehingga hal ini membuat para pemilik brand harus pintar dalam membuat strategi pemasaran dalam memasarkan produknya. Tidak hanya melalui iklan, banyak cara produsen untuk memikat hati konsumennya salah satunya dengan event marketing. Pada penerapan event marketing banyak tersembunyi kepentingan pemasar yang dititipkan pada ajang yang diselenggarakan. Tujuan penelitian ini adalah membongkar pencitraan dan menunjukan mekanisme pencitraan berupa usaha simulasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan produk kosmetik melalui komunikasi pemasarannya, yang bekerjasama dengan media massa. Penelitian ini menggunakan teori Jean Baudrillard mengenai hiperrealitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisis semiotika Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini adalah terjadi pergeseran dari nilai tukar menjadi nilai symbol dan dalam ajang pemilihan putri Indonesia, terdapat hiperrealitas yang dibentuk oleh Mustika Ratu sesuai dengan tahapan simulakra.
The purpose of this thesis is to discuss the intense competition within the cosmetic industry in indonesia so as to understand the marketing strategies required to position their products outside of main stream comerical advertising. There are many products (producents) that use event marketing as a way to engage the consumer. In the implementation of the event marketing, there are many reasons hidden in every aspect of an event. This paper will reveal the branding and to show the various mechanisms and touch points used by cosmetic companys through their marketing strategies that are sinergised along with their use of the mass market. This research will use the jean baudrillard theory of hyperreality which together with the semiotic analytical technic of roland barthes, indicates that there is a shift from the exchange value to the symbol value. In the putri indonesia beauty peagent, there is a hyperreality that is shaped by mustika ratu that fits with the similarcr step process."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nestri Rahayu
"Maria Nestri Rahayu, 0701160216. Problem Subjek dalam Konsep Hiperealitas Jean Baudrillard; Analisa Filosofis film The Truman Show. (Di bawah bimbingan Bapak Tommy F Awuy). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Untuk memahami konsep hiperealitas terutama problem subjek yang dikemukakan Jean Baudrillard perlu dilakukan penelusuran terhadap sejarah perkembangan filsafat mengenai tema-tema tersebut. Diawali dengan konsep realitas yang berkembang pada Taman Yunani, yaitu realitas sebagai substansi dasar pembentuk alam, yang terletak di bawah payung metafisika. Pada masa modern, pemahaman mengenai realitas diperoleh saat mencari pengetahuan yang benar dan tepat, Realitas berada baik dalam wilayah metafisika maupun episteinologi. Realitas bergeser menuju lingkup Filsafat Bahasa sejak hadirnya kaum strukturalis. dare sinilah, realitas mengalarni revolusi di dalam warna dekonstruksi, di bawah bendera postrukturalis. Adanya dekonstruksi membawa Jean Baudrillard untuk merumuskan sebuah konsep baru mengenai realitas, yaitu hiperealitas. Hiperealitas adalah era yang dituntun oleh model-model realitas tanpa asal usul dan referensi. Dunia yang nampak lebih real daripada realitas itu sendiri. Dalam wacana hiperealitas sudah tidak ada lagi subjek yang dapat diketahui. karena seluruh aspek kehidupan telah melebur dalam simulakrum, demikian halnya dengan subjek dan objek. Konsekuensi logis dari meleburnya subjek-objek adalah tidak adanya lagi subjek yang menandai hiperealitas. Kita tidak menyadari bahwa seluruh aspek kehidupan kita pun tidak lebih dari sebuah simulakrun besar. Pada saat manusia ikut terlarut di dalam sistem penandaan, maka terlihat tidak adanya lagi pemisahan antara subjek dan objek. Semuanya melebur dalam hiperealitas. Permasalahan mengenai relasi subjek-objek tidak terlepas dan problem realitas. Cara pandang mengenai realitas berimplikasi logis terhadap pengertian relasi subjek-objek. Para filsuf alam mengatakan bahwa subjek manusia berada di dalam himpunan objek (alam). Para pemikir modern memandang manusia sebagai pusat segala sesuatu yang dapat mengamati hal-hal di luar manusia (objek). Subjek modern mengambil jarak dengan objek, teljadi pemisahan tegas antara subjek dan objek. Fenomenologi mendamaikan pemisahan ini dengan intensionalitas-nya. Menghilangnya dikotomi subjek-objek nampak jelas ketika Derrida mengemukakan konsep Dasein, dan semakin dipertegas pada saat Wittgenstein dan Derrida mengemukakan mengenai permainan bahasa dan dekonstruksi. Melalui film The Truman Show, pemikiran Baudrillard yang cukup rumit, diturunkan dari tataran konsep ke tataran praktis, yang berada sangat dekat dengan kehidupan kita. Konsep hiperealitas, strategy of the real, dan problem subjek Film Truman Show merupakan film yang menceritakan mengenai reality show dalam bentuknya yang paling ekstrim. Di sini kita dapat inelihat dengan jelas betapa suatu bentuk simulakrum yang dibuat demi kepentingan tertentu, berhasil menyihir masyarakat untuk terus-menerus menyaksikannya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S16179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Martina
"Negeri Inggris pada abad 17-18 mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya revolusi industri dan revolusi agraria. Selain itu, dalam hal pelayaran, Inggris telah melakukan pencapaian dengan menemukan daerah-daerah baru yang kaya akan rempah-rempah serta bahan tambang yang sangat berguna bagi perkembangan industri mereka. Penemuan daerah baru juga mempertemukan orang-orang Inggris dengan penduduk asli daerah tersebut yang dalam pandangan masyarakat Inggris tidak beradab. Perbedaan yang ada di antara bangsa Inggris dan penduduk asli membuat bangsa Inggris semakin merasakan etnosentrisme dan xenofobia. Perasaan superior yang diikuti oleh perasaan ketakutan akan perbedaan yang ada dengan penduduk asli bangsa-bangsa lain di luar Inggris memberikan identitas yang menyatukan bangsa Inggris yang terdiri dari faktor-faktor berupa agama Protestan, perang, negeri-negeri jajahan, dan monarki serta simbol-simbol yang melingkupinya. Faktor-faktor yang memberikan identitas keinggrisan tersebut memiliki kekurangan yang kemudian dikritik oleh Jonathan Swift dalam buku Gulliver's Travels. Pengidentifikasian kritik Swift alas faktor-faktor tersebut dilakukan dengan meneliti identitas Gulliver dan perubahannya dalam buku tersebut. Identitas dan perubahannya kemudian dilihat dengan menggunakan teori ideology hegemoni Gramsci untuk melihat relasi kuasa yang perasaan superior/ inferior Gulliver dalam teks tersebut. Hegemoni yang terlihat dari teks tersebut ternyata adalah dominasi yang selalu datang dari pihak penduduk daerah tempat Gulliver terdampar. Namun ironisnya, Gulliver tetap merasa superior dalam hubungan relasi kuasa yang menjadikannya sebagai pihak yang terdominasi. Fakta inilah yang menjadi satir dan bentuk dari kritik Swift terhadap masyarakat Inggris. Hal tersebut menunjukkan kritik Swift yang dibawa dalam teks tersebut sehubungan dengan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas. Kritik-kritik tersebut yaitu ketidaksetujuan Swift terhadap agama yang dijadikan sebagai alasan untuk mendapatkan kekuasaan dan kritik atas perang menjadikan agama sebagai alasan. Selain itu, Swift juga mempertanyakan sikap masyarakat Inggris terhadap penduduk dan kebudayaan negara-negara jajahan yang selalu dipandang sebelah mata oleh mereka, serta mengkritik monarki yang kebijakannya seringkali remeh. Sehubungan dengan masa pencerahan yang membawa revolusi industri dan revolusi agraria di Inggris, Swift juga mengkritisi munculnya ide-ide yang tidak atau kurang bermanfaat bagi perrnasalahan yang ada di Inggris saat itu. Singkatnya, Gulliver's Travels merupakan bentuk kepedulian Jonathan Swift atas masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat Inggris pada saat itu dan juga merupakan upaya Swift untuk menyadarkan masyarakat Inggris untuk melihat kembali faktor-faktor yang membentuk identitas mereka dan memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam faktor-faktor tersebut."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swift, Jonathan
London: Wordsworth, 1992
823 Swi g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Swift, Jonathan
London: Everyman's Library, 1991
823.9 SWI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Swift, Jonathan
New York: Harper & Brothers, 1950
823.5 SWI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>