Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Faris Fatahillah
"ABSTRAK
Jamaah Tabligh adalah gerakan Islam transnasional yang tidak berpolitik dan berfokus mendorong umat Islam untuk kembali kepada Islam yang awal, terutama dalam beribadah, berpakaian, dan juga berperilaku. Penelitian ini berargumentasi bahwa aktivitas kelompok Jamaah Tabligh menampilkan suatu model tasawuf modern. Tasawuf sebenarnya suatu istilah yang berkaitan dengan perilaku beragama yang meninggalkan kehidupan dunia dan memfokuskan diri kepada satu kehidupan yang berorientasi kepada kehidupan akhirat. Dalam teori klasik, sekularisasi dan modernisasi di ramalkan akan meminggirkan agama dan bahkan melenyapkan kehidupan keagamaan. Namun, pada abad ke-21 ini, masyarakat modern telah menyaksikan bahwa gairah beragama malahan nampak di perkotaan. Kehadiran kelompok Jamaah Tabligh di Indonesia dengan tawaran kehidupan yang Islami tanpa meninggalkan kehidupan dunia kepada kelompok muda di perkotaan, memberi satu gambaran bahwa dalam dunia modern kehidupan bertasawuf, yaitu perilaku beragama yang berorientasi kepada kehidupan akhirat sejalan dengan perkembangan modernisasi itu sendiri. Penelitian ini membahas lebih lanjut bagaimana penerapan tasawuf pada gerakan Jamaah Tabligh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi literatur dan penelitian lapangan, yaitu dengan observasi partisipan dan wawancara mendalam.

ABSTRACT
Tablighi Jamaat is a non-political transnational Islamic movement that focuses on encouraging Muslims to return to primary Islam and particularly in matters of ritual, dress, and personal behaviour. The research argues that the activities of Tablighi Jamaat demonstrate a model of modern tasawwuf. Tasawwuf is in fact, a terminology related with religious behaviour that leaves life in this world and focuses on life in the hereafter. In classical theory, secularization and modernization are predicted to marginalize religion and even abandon religious life. However, in the 21st century, modern society has witnessed religious passions in urban areas. The presence of Tablighi Jamaat in Indonesia offering an Islamic life towards the youth in urban areas gives a picture how in modern times, tasawwuf life, religious behaviours which are oriented towards life in the hereafter, is in line with the development of modernization itself.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putih Kusuma Ardhani
"Skripsi ini dilatarbelakangi oleh munculnya Kampung Madinah di Desa Temboro Jawa Timur sebagai salah satu dampak adanya gerakan dakwah Jamaah Tabligh di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro. Fokus penelitian skripsi adalah membahas bagaimana dakwah perempuan Jamaah Tabligh utamanya dalam hal dakwah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan penelitian lapangan (field research). Data primer diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, dokumen dari pesantren, dokumen pemerintah, situs website resmi, dan artikel atau majalah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam gerakan Jamaah Tabligh, tidak hanya laki-laki saja yang melakukan dakwah tetapi juga perempuan. Gerakan dakwah di kalangan perempuan Jamaah Tabligh ini disebut masturah. Masturah adalah usaha dakwah di kalangan perempuan Jamaah Tabligh yang bersifat tertutup yang didampingi oleh suami atau mahram dari perempuan tersebut serta dilaksanakan dalam waktu tertentu. Dakwah masturah ini juga berkembang di Pesantren Al-Fatah dan desa Temboro berkat peran ibu nyai Pesantren Al-Fatah Temboro. Adanya masturah ini memberikan dampak di desa Temboro, utamanya dalam bidang sosial-agama, ekonomi, budaya dan pariwisata.

This research motivated by the emergence of the Medina Village in Temboro Village, East Java as one of the impacts of the Tablighi Jamaat da'wah movement at the Al-Fatah Islamic Boarding School Temboro. The main focus of this research is to discuss women in the tablighi movement during the process of da'wah. The methodology used for this research is qualitative research along with field observations. Primary data is acquired from a series of interviews while secondary data is acquired from literary sources such as documents from the boarding school. From this research, we can see that in Al-Fatah Temboro, da'wah is not only done by men, but also women alike. The specific term used to describe da'wah for women is called masturah. Masturah is a way for women to engage in the process of da'wah. In contrast to the usual da'wah, masturah is done in a more closed nature, with the woman being accompanied by her husband during masturah. It is also done in a specific time. The development of masturah in Al Fatah Temboro and Temboro village is due to help and dedication from "Nyai" of the pesantren, and masturah has since helped the village to grow in terms of its economy, socio-religious, cultural, and tourism capabilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apipudin
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Filsafat empirik John Lock dan fisika Newton menjadi jiwa Eropa dalam membangun sains dan teknologi. Produk-produknya mempermudah kehidupan, hingga manusia semakin yakin bahwa hanya fenomena empirik yang layak dijadikan pijakan untuk memaknai kehidupan. Maka dunia modern hidup dengan jiwa yang mengandung dua unsur berlawanan. Manusia modern enggan ke gereja yang dianggap penuh mitos, sementara positivisme-materialisme tidak punya visi filosofis yang dapat mencerahkan rohani. Dilema ini coba dipecahkan eksistensialisme, dengan menyangkal eksistensi Tuhan dan mengagungkan kebebasan. Akibatnya manusia modern menjadi penguasa tunggal dunia, tanpa punya visi metafisis. Hidupnya berkutat seputar materi dengan jeritan rohani yang kian nyaring mengekspresikan kehampaan makna hidup. Negara kita juga mengalami krisis spiritual, ditunjukkan dengan meningkatnya kuantitas, kualitas, dan modus operandi tindak kemungkaran. Selama ini Tuhan didengar hanya dengan telinga, dipelajari dengan otak, dan disebut dengan lisan tanpa pernah singgah dalam hati. Sebab itu kaum sufi mengajak kita untuk menghidupkan kembali visi metafisis dan mistis."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Filsafat empirik John Lock dan fisika Newton menjadi jiwa Eropa dalam membangun sains dan teknologi. Produk-produknya mempermudah kehidupan, Sehingga manusia semakin yakin bahwa hanya fenomena empirik yang layak dijadikan pijakan untuk memaknai kehidupan. Maka dunia modern hidup dengan jiwa yang mengandung dua unsur berlawanan. Manusia modern enggan ke Gereja yang dianggap penuh mitos, sementara positivisme-materialisme tidak punya visi filosofis yang bisa mencerahkan rohani. Dilema itu coba dipecahkan eksistensialisme, dengan menyangkal eksistensi Tuhan dan menagungkan kebebasan. Akibatnya manusia modern menjadi penguasa tunggal dunia, tanpa punya visi metafisis. Hidupnya berkutat seputar materi, dengan jeritan rohani yang kian nyaring mengeksperesikan kehampaan makna hidup. Negara kita juga mengalami krisi spiritual, ditunjukan dengan meningkatnya kuantitas, kualitas dan modus operandi tindak kemunkaran mereka tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang menghancurkan martabat kemanusiaannya, sebab hatinya sudah tertutup dari nur illahi. Selama ini Tuhan hanya di dengar dengan telinga, dipelajari dengan otak dan disebut dengan lisan tanpa pernah singgah dalam hati. Sebab itu, kaum sufi mengajak kita untuk menghidupkan kembali visi metafisis dan mistis."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dzakiyyah Fauziyah Rif'At
"Di era modern ini, berbagai pertentangan mengenai hukum dan kebiasaan kuno berkaitan isu-isu yang dihadapi perempuan di dunia muslim telah memantik berbagai perdebatan di kalangan cendekiawan muslim terutama berkaitan dengan kesetaraan bagi perempuan muslim. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas mengenai masalah tersebut adalah melalui diskusi tasawuf modern yang mengajarkan manusia bagaimana memposisikan diri dalam situasi di mana urusan duniawi bersinggungan dengan ukhrawi. Diantara perkembangan tersebut, tokoh Hamka dipandang sebagai pendiri dan juru bicara tasawuf modern karena dua karyanya tentang evolusi dan kemurnian tasawuf yang banyak digunakan sebagai acuan oleh masyarakat Indonesia. Tasawuf modern Hamka menunjukkan bahwa tasawuf tidak dapat dipisahkan dari Islam dan ia juga berbicara tentang laki-laki, perempuan, dan masalah rumah tangga. Dengan dasar tersebut, muncul ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh terkait pemikiran Hamka mengenai emansipasi perempuan. Dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dan pendekatan hermeneutika terhadap karya-karya Hamka, diketahui jika Hamka berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat haruslah bekerja sama agar bisa menjadi masyarakat yang sempurna dan adil. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki sebagaimana mereka juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Dalam Islam sendiri, seseorang dilihat dari ketakwaannya bukan dari apakah ia laki-laki atau perempuan. Sementara itu, hasil analisis skema AGIL menunjukkan bahwa proses adaptasi terhadap penanaman nilai-nilai ajaran agama Islam yang mendukung tercapainya emansipasi perempuan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pembiasaan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan yakni untuk mendefinisikan, membangun, dan melindungi hak-hak politik, ekonomi, dan sosial perempuan yang setara. Sementara itu, proses integrasi di masyarakat berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan masih belum sepenuhnya berlangsung. Masih ada sejumlah aspek yang memerlukan peningkatan integrasi yang lebih baik demi tercapainya tujuan emansipasi. Kedepannya, dapat dilakukan upaya untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut melalui pendidikan keagamaan yang tepat dan mengacu pada pedoman agama seperti Al-Quran dan Hadits yang diinternalisasikan bagi generasi muda sehingga nilai tersebut akan tertanam dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat.

In this modern era, various conflicts regarding ancient laws and customs related to issues faced by women in the Muslim world have sparked various debates among Muslim scholars, especially with regard to equality for Muslim women. One of many approaches that can be used to discuss this problem is through the approach of modern Sufism which teaches humans how to position themselves in situations where worldly affairs intersect with ukhrawi. Among these developments, Hamka is seen as the founder and spokesperson of modern Sufism because of his two works on the evolution and purity of Sufism that are widely used as a reference by the Indonesian people.  Modern Sufism Hamka shows that Sufism is inseparable from Islam and he also talks about men, women, and domestic issues. On this basis, there is an interest for researchers to study further Hamka's thoughts on the emancipation of women. By applying qualitative research methods and hermeneutic approaches to Hamka's works, it is known that Hamka argues that women and men in a society must work together to become a perfect and just society. Women have the same potential as men as they also have the same rights and obligations as men. In Islam itself, a person is seen from his piety not from whether he is male or female.  Meanwhile, the results of the analysis of the AGIL scheme show that the  process of adaptation to the cultivation of Islamic religious values that support the achievement of women's emancipation can be carried out through proper education and habituation. This relates to the purpose of women's emancipation, namely to define, establish, and protect women's equal political, economic, and social rights. Meanwhile, the process of integration in society related to the goal of women's emancipation is still not fully underway. There are still a number of aspects that require improved integration for the achievement of the goal of emancipation. In the future, efforts can be made to encourage the achievement of these goals through proper religious education and referring to religious guidelines such as the Quran and Hadith which are internalized for the younger generation so that these values will be embedded and become commonplace in people's lives."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika menulis bukunya yang terkenal, "Tasawuf Modern", Hamka sesungguhnya telah meletakan dasar-dasar sufisme baru di tanah air. Dalam buku ini terdapat alur pemikiran yang memberi penghargaan yang wajar kepada penghayatan esoteris Islam yang tetap dalam kendali ajaran-ajaran standar syariah dan menekankan perlunya perlibatan diri dalam masyarakat. Berbeda dengan "Sufisme Klasik" yang menganut faham isolatif (i'tizaliyah) yaitu menjauh dari masyarakat. Jadi, "Sufime modern" yang dianut Hamka menekankan pada perbaikan akhlak dan keterlibatan langsung pada masyarakat secara permanen. Karena itu, tegas Hamka, tasawuf diperlukan oleh masyarakat. Pemikiran tasawuf Hamka berbeda dengan faham tradisionalis. Ada pikiran dan gagasan baru dalam tasawuf yang dibaewa Hamka. Dalam faham Tasawufnya, Hamka tidak pernah memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Hamka termasuk ulama yang mengkritik keras faham tasawuf yang anti dunia dan cenderung menjauhkan diri dari persoalan yang dihadapi masyarakat. bentuk tasawuf pembaharuan Hamka yang ada dalam :Tasawuf Modern" berbeda dengan yang lain. Tasawuf Modern Hamka sebenarnya sama dengan Neo-Sufisme. Beliau perintis Neo-Sufisme di Indonesia"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika menulis bukunya yang terkenal, “Tasawuf Modern” Hamka sesungguhnya telah meletakkan dasar-dasar sufisme baru di tanah air. Dalam buku itu terdapat alur pemikiran yang memberi penghargaan yang wajar kepada penghayatan esoteris Islam yang tetap dalam kendali ajaran-ajaran standar syariah dan menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat. Berbeda dengan “Sufisme Klasik” yang menganut paham isolatif (i'tizaliyah) yang menjauh dari masyarakat. Jadi sufisme modern yang dianut Hamka menekankan pada perbaikan akhlak dan keterlibatan langsung pada masyarakat secara permanen. Karena itu, tegas Hamka, tasawuf diperlukan oleh masyarakat. Pemikiran tasawuf Hamka berbeda dengan paham tradisionalis. Dalam paham tasawufnya Hamka tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Bentuk tasawuf pembaruan Hamka yang ada dalam “Tasawuf Modern” berbeda dengan yang lain. Tasawuf modern Hamka sebenarnya sama dengan Neo-Sufisme. Beliau perintis Neo-Sufisme di Indonesia."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zera Briadenti Agenginardi
"ABSTRAK
Jamaah Tabligh merupakan gerakan dakwah Islam yang mempunyai enam prinsip
dakwah, yakni syahadat, salat, dzikir, menghormati sesama Muslim, ikhlas, dan
tabligh (menyampaikan). Di dalam kandungan dakwahnya, zuhud merupakan
cara mencapai keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat, dengan upaya
merubah orientasi kehidupan dunia menjadi fokus akhirat. Pada kenyataannya,
pandangan anggota Jamaah Tabligh terhadap makna zuhud ini ada yang
memahaminya sebagai bentuk aksi spiritual semata, di sisi lain dipahami sebagai
pilihan alternatif gaya hidup modern. Berkaitan dengan pandangan dakwah
Jamaah Tabligh tersebut, penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam. Adapun penggunaan teori tindakan rasional
berorienyasi nilai Max Weber dalam penelitian ini membuktikan, zuhud
merupakan kontrol sosial dan cara hidup yang dianggap rasional bagi Jamaah
Tabligh atas dasar makna subjektif individu terhadap nilai agama.

ABSTRACT
Tabligh Jamaat is an Islamic missionary movement with six principles: syahadat,
salat, dzikir, respecting Muslim counterparts, being sincere, and tabligh
(delivering). Among the contents of the missionary, zuhud is a way to achieve
human salvation both on earth and the afterworld, by attempting to change the
members‟ lives orientation from focusing on the life lived in this world into
focusing on the afterworld‟s period. In reality, there are differences among the
members of Jamaah Tabligh in the way they view this meaning of zuhud. Some
see it as merely a spiritual action whereas others see it as an alternative option for
modern lifestyle. Regarding this difference, this research uses qualitative method
with in-depth interview technique. Lastly, Max Weber‟s rational-oriented action
theory is used to prove that zuhud is social control and the way of life that is
considered the most rational by the members of Jamaah Tabligh according to
individual‟s subjective meaning concerning religious values."
2015
S57894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Selama ini tasawuf dengan berbagai wadah tarekatnya hanya dimengerti dengan kumpulan aktivitas batiniah, sebagai proses mendekatkan diri kepada Tuhan. Padahal lebih dari itu, tasawuf sebenarnya bisa terlibat langsung dengan realitas maknawi kehidupan manusia. Ajaran tentang syari'at, tarekat dan hakikat tidak bs dipisahkan satu dengan lainnya, dan akan terlihat nyata menjadi satu kesatuan ketika ia dihadapkan dengan peristiwa alami manusia. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang mengajarkan empat nilai utama: kesempurnaan suluk, adab [etika], dzikir, dan murakabah yang berdiri di atas prinsip dasar Islam, Iman, dan Ihsan menuntut perwujudannya melalui kesalehan sosial, termasuk keterlibatannya dalam penanganan bencana di daerah yang terkena bencana gempa bumi. Pertanyaannya, bagaimana tarekat ini menjadikan kenyataan bencana sebagai suatu pengalaman bersama untuk mencapai kesalehan sosial sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf sosial? Dalam kasus peran serta penanganan gempa bumi di Cigalontong Tasikmalaya, tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah memulai internalisasi paham kesempurnaan suluk oleh para oleh para pengikutnya juga bisa mengamalkan tasawuf sosial. Nilai-nilai humanisme dalam tasawuf sosialnya akan menjadi aktual dan fungsional, terlebih bagi masyarakat yang sangat rentan dengan bencana alam ini."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>