Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stella Marleen
"

Latar belakang: Karsinoma mukoepidermoid merupakan keganasan pada kelenjar liur yang paling sering ditemukan. Prognosis karsinoma mukoepidermoid berhubungan dengan derajat keganasannya. Cancer stem cell (CSC) diduga berperan dalam patogenesis karsinoma mukoepidermoid sehingga terjadi resisten terhadap berbagai terapi. CD44 merupakan salah satu penanda SC yang paling banyak pada kelenjar liur dan tampak meningkat pada karsinoma mukoepidermoid. Namun, peran prognostik CD44 pada keganasan masih menjadi perdebatan.

Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang. Sampel terdiri atas 34 kasus di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM tahun 2012 sampai 2017. Dilakukan pulasan CD44 dan perhitungan H-score dan presentasi setiap kasus. Hasil perhitungan dikelompokan menjadi ekspresi negatif/positif lemah dan positif kuat.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi CD44 berhubungan secara signifikan dengan derajat keganasan (p=0,006). Ekspresi positif kuat ditemukan lebih banyak pada derajat keganasan rendah dan ekspresi negatif/positif lemah ditemukan lebih banyak pada derajat keganasan tinggi.

Kesimpulan: Ekspresi CD44 pada karsinoma mukoepidermoid berhubungan dengan derajat keganasan.

 


 

Background: Mucoepidermoid carcinoma is the most common malignancy in salivary gland. The prognosis correlates with its histological grading. Cancer stem cell (CSC) is predicted to have a role in pathogenesis of mucoepidermoid carcinoma, thus it make resistent to various therapy. CD44 is one of stem cell (SC) marker that expressed in salivary gland and seemed to be increased in mucopidermoid carcinoma. However, prognostic role of CD44 in malignancy still controversy.

Method: This is a cross sectionsl study. Samples consist of 34 cases from Anatomical Pathology Department, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Ciptomangunkusumo General Hospital in 2012 until 2017. CD44 staining was done and calculated wih H-score method. Then, the samples is catagorized into negative/weak expression and strong expresion.

Result: The result showed that CD44 expression associate significantly with histological grading (p=0,006). Strong expression is found more in low grade and negative/weak expresion is found more in high grade.

Conclusion: CD44 expression in mucoepidermoid carcinoma associates with histological grade.

Keyword: mucoepidermoid carcinoma, histological grade, cancer stem cell, CD44.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amal Hayati
"Latar Belakang: Karsinoma ovarium merupakan tumor ganas ginekologik yang paling mematikan. Metastasis kelenjar getah bening ditemukan pada 78% kasus stadium lanjut yang dilakukan sampling atau diseksi kelenjar getah bening. Metastasis ini juga ditemukan pada kasus yang secara klinis sesuai dengan stadium I dan II. Faktor risiko terjadinya metastasis kelenjar getah bening pada karsinoma ovarium meliputi tipe histologik serosum, tumor high grade, dan kadar CA125 serum yang tinggi pada saat diagnosis. Pemeriksaan ulang kelenjar getah bening negatif pada kasus keganasan ginekologik lain menunjukkan adanya mikrometastasis hingga 8%- 14%.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui insidensi occult metastasis, baik berupa mikrometastasis maupun isolated tumor cells, pada kelenjar getah bening negatif dengan menggunakan pulasan imunohistokimia sitokeratin AE1/AE3 pada karsinoma ovarium dengan berbagai tipe histologik.
Metode: Penelitian retrospektif dengan desain potong lintang pada sediaan kelenjar getah bening negatif dari operasi histerosalpingoovorektomi disertai limfadenektomi kasus karsinoma ovarium di RSCM periode Januari 2016 sampai Desember 2020. Pada seluruh blok parafin berisi kelenjar getah bening negatif berukuran >1 cm dilakukan potong dalam dua kali untuk masing-masing dipulas hematoksilin-eosin dan imunohistokimia sitokeratin AE1/AE3. Data imunoekspresi AE1/AE3 dianalisis untuk menentukan mikrometastasis/isolated tumor cells, dan mengetahui hubungannya dengan tipe histologik serosum.
Hasil: Dari 57 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan rerata usia 49,5 tahun. Tipe histopatologik terbanyak (40,3%) adalah karsinoma sel jernih, 66,7% kasus memiliki tumor high grade, dan 57,9% kasus terdiagnosis pada stadium dini. Occult metastasis didapatkan pada 1 (1,75%) kasus dari seluruh sampel. Tidak ditemukan perbedaan kejadian occult metastasis pada kelompok karsinoma serosum dan non-serosum (p=1).
Kesimpulan: Insidensi occult metastasis kelenjar getah bening sebesar 1,75% dari seluruh kasus karsinoma ovarium dalam penelitian ini. Tidak ditemukan perbedaan kejadian occult metastasis pada kelompok karsinoma serosum dan non-serosum.

Background: Ovarian carcinoma is the most lethal gynecologic malignant tumor. Lymph node metastases were found in 78% of advanced stage cases that underwent lymph node dissection. These metastases were also found in cases with clinical stage I and II. Risk factors for lymph node metastasis in ovarian carcinoma include serous histologic type, high grade tumor, and high serum CA125 level at diagnosis. Reexamination of negative lymph nodes in cases of other gynecologic malignancies shows micrometastases in up to 8%-14%.
Aim: This study was conducted to determine the incidence of occult metastases, either in the form of micrometastases or isolated tumor cells, in negative lymph nodes by using cytokeratin AE1/AE3 immunohistochemistry in ovarian carcinomas of various histologic types.
Method: A retrospective study with a cross-sectional design on negative lymph node preparations from hysterosalpingoovorectomy surgery accompanied by lymphadenectomy for ovarian carcinoma cases at RSCM January 2016-December 2020. All paraffin blocks containing negative lymph nodes measuring >1 cm were cut in two sections and stained with hematoxylin-eosin and cytokeratin AE1/AE3. AE1/AE3 immunoexpression data were analyzed to determine micrometastases/isolated tumor cells, and their relationship with serous histological type.
Result: Of the 57 samples that met the inclusion and exclusion criteria, the mean age was 49.5 years. The most histopathological types (40.3%) were clear cell carcinomas, 66.7% cases had high grade tumors, and 57.9% cases were diagnosed at an early stage. Occult metastases were found in 1 (1.75%) cases of the entire sample. There was no difference in the incidence of occult metastases in the serous and non-serous carcinoma groups (p=1).
Conclusion: The incidence of occult lymph node metastases was 1.75% of all ovarian carcinoma cases in this study. There was no difference in the incidence of occult metastases in the serous and non-serous carcinoma groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa (KSS) lidah merupakan kanker rongga mulut (KRM) yang paling banyak ditemukan. Diseksi leher dikerjakan bersamaan dengan eksisi luas tumor karena tingginya angka occult metastasis yaitu sebesar 30% pada kelenjar getah bening (KGB) leher yang secara yang klinis tidak teraba (N0). Berdasarkan penelitian sebelumnya penanda epitelial E-cadherin dan penanda sel punca kanker CD44 dapat digunakan sebagai alat diagnostik prabedah untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami metastasis KGB sehingga dapat menjadi salah satu modalitas yang membantu ahli bedah dalam mengambil keputusan tipe diseksi leher yang akan dikerjakan agar memberikan manfaat terbaik bagi pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi E-cadherin dan CD44 dengan metastasis KGB leher pada KSS lidah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KSS lidah tanpa metastasis jauh, dilakukan operasi eksisi luas tumor dan diseksi KGB leher, dan blok parafin yang layak diperiksa. Data sosiodemografi dan klinikopatologis diambil dari rekam medis. Pewarnaan imunohistokimia dengan E-cadherin dan CD44 dilakukan pada jaringan KSS lidah yang sudah terdapat di blok parafin tersimpan kemudian tingkat ekspresi E-cadherin dan CD44 dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah sesuai kepustakaan. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS 24.0. Hasil: Didapatkan 30 dengan 15 subjek KSS lidah dengan metastasis KGB dan 15 subjek tanpa metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi E-cadherin dengan metastasis KGB (p=0.000) dan terdapat hubungan yang bermakna antara CD44 dengan metastasis KGB (p=0.003). Kesimpulan: Ekspresi E-cadherin yang rendah dan CD44 yang tinggi memiliki hubungan bermakna dengan metastasis KGB pada KSS lidah.

Background: Squamous cell carcinoma (SCC) of the tongue is the most common oral cavity cancer. Neck dissection was done simultaneously with wide excision of the tumor because of occult metastases high rate (about 30%) in clinically non-palpable neck lymph nodes (N0). Based on previous research, the epithelial marker E-cadherin and cancer stem cell marker CD44 could be used as pre-surgical diagnostic tools to identify patients who have lymph node metastases so that it could be a modality that helps surgeons in making decisions about neck dissection type to be performed to provide the best benefit for patients. Objective: To evaluate the association between E-cadherin and CD44 expressions and neck lymph node metastasis in SCC of the tongue. Methods: This research was an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were patients with SCC of the tongue without distant metastases, post wide excision of the tumor with neck lymph node dissection, and eligible paraffin block for examination. Sociodemographic and clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed with E-cadherin and CD44 from stored paraffin blocks, then the expression levels of E-cadherin and CD44 were grouped into high and low according to the literature. Statistical analysis was conducted with SPSS 24.0. Results: Thirty samples of SCC of tongue were collected, consist of 15 subject with neck lymph node metastasis tongue and 15 subject without neck lymph node metastasis. From data analysis, a significant difference was found between E-cadherin and CD44 expressions with neck lymph node metastasis (p value was 0.000 and 0.003, respectively). Conclusion: Low expression of E-cadherin and high expression of CD44 was significantly associated with the occurence of neck lymph node metastasis in SCC of the tongue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisda Tenka
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Telah dilakukan studi retrospektif terhadap 20 karsinoma adenoid kistik hasil operasi dari Bagian Patologi Anatomik FKUI / RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama 8 tahun (1991-1998) dengan melihat tipe histologik, derajat histologik dan invasi perineural serta melakukan penghitungan AgNOR. Selanjutnya dicari hubungan antara AgNOR dengan tipe histologik, derajat histologik dan invasi perineural karsinoma adenoid kistik kelenjar liur mayor dan minor. Hasil dan kesimpulan : Dari 20 kasus karsinoma adenoid kistik kelenjar liur mayor dan minor, diperoleh 4 kasus dengan satu tipe histologik (20%) dan 16 kasus dengan tipe campuran (80%). Berdasarkan kriteria derajat histologik menurut Szanto dkk didapatkan 6 kasus dengan tumor derajat I (30%), 10 kasus dengan tumor derajat II (50%) dan 4 kasus dengan tumor derajat III (20%). Invasi perineural ditemukan 11 kasus (55%). Nilai AgNOR meningkat berurutan pada tipe tubular, kribriform dan solid. Nilai AgNOR juga meningkat berurutan pada KAK derajat I, Il dan III. Nilai AgNOR menunjukkan perbedaan bermakna antara KAK derajat IIl dengan derajat I dan II. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara nilai AgNOR dengan lokasi tumor (kelenjar liur mayor dan minor) atau ada tidaknya invasi perineural. Dari penelitian retrospektif ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan bermakna jumlah AgNOR antara tumor derajat III dengan derajat I dan II, sehingga dengan demikian nilai AgNOR dapat digunakan dalam meramalkan prognosis KAK kelenjar liur mayor dan minor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Mayella Vianney
"Latar belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan tersering di regio kepala leher. Terapi utama KNF adalah radiasi karena sifatnya yang radiosensitif, namun rekurensi lokal dan metastasis banyak terjadi. Cancer stem cell (CSC) diduga sebagai salah satu penyebabnya. Octamer binding transcription factor 4 (OCT4) merupakan salah satu penanda sel punca embrionik yang penting dalam progresi keganasan berbagai organ, termasuk nasofaring. Namun peran OCT4 sebagai prediktor respons terapi KNF masih menjadi perdebatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Sampel berjumlah 41 kasus di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM periode Januari 2014 sampai Desember 2016. Dilakukan pulasan imunohistokimia OCT4 dan penilaian terhadap perbedaan rerata proporsi ekspresi positif kuat dan sedang OCT4 pada kelompok respons dan non-respons.
Hasil: Terdapat 33 kasus (80,5%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 8 kasus (19,5%) dengan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan data klinik, 13 kasus (31,7%) berada dalam rentang usia 40-49 tahun, gejala terbanyak ditemukan berupa benjolan leher pada 31 kasus (75,6%) dan 18 kasus (43,9%) berada pada stadium IVA. Ditemukan perbedaan bermakna (p = 0,009) antara rerata proporsi ekspresi OCT4 positif kuat dan sedang kelompok respons (61,29%) dibandingkan kelompok non respons (37%).
Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini adalah ditemukan hubungan bermakna antara ekspresi OCT4 dengan respons kemoradiasi KNF tidak berkeratin tidak berdiferensiasi.

Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is the most common head and neck malignancy with high rate of resistance and recurrence. Cancer stem cells (CSC) is considered responsible for cancers relapse and metastasis because of its self-renewal capabilities. Expression of embryonic stem cells marker Octamer binding transcription factor 4 (OCT4) is crucial for progression of various human malignancies, including NPC. But the role of OCT4 as therapy response predictor is controversial.
Method: This study is using cross-sectional method. Sample consist of 41 undifferentiated non keratinizing NPC cases diagnosed in Anatomical Pathology Departement, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia-Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2014 until December 2016. OCT4 immunohistochemistry staining was performed then tumour cells with strongly and moderately positive OCT4 staining were counted. Mean difference between both groups is calculated.
Result: There were 33 male cases (80,5%) of 41 and 8 female cases (19,5%). 13 cases (31,7%) were age 40-49 years old. Neck mass was the most common symptom in 31 cases (75,6%) and 18 cases (43,9) were in stadium IVA. Mean difference of strongly and moderately positive OCT4 expression between responsive (61,29%) and non-responsive (37%) to chemoradiation therapy were statically significant (p=0.009).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Fossetta Manatar
"Latar Belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) adalah karsinoma yang berasal dari epitel permukaan nasofaring dengan angka insidensi yang tinggi di Tiongkok dan Asia Selatan. KNF masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan prognosisnya dilaporkan buruk terkait dengan penanganan yang sering tidak optimal karena kebanyakan (60-95%) pasien berobat dalam stadium lanjut. Saat ini berkembang penelitian terhadap tumor microenvironment yang dapat dinilai melalui tumor infiltrating lympochyte (TIL) yang berkaitan dengan respons terapi pada beberapa tumor, termasuk KNF. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa TIL salah satunya dapat dinilai dengan Foxp3. Foxp3 diketahui sebagai penanda sel T regulator (Treg) yang turut berperan dalam immunoregulator lingkungan sel-sel tumor dan dapat digunakan sebagai salah satu faktor prognosis. Hubungan antara ekspresi Foxp3 dengan respons terapi dapat dipertimbangkan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis KNF.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi Foxp3 dengan respons terapi karsinoma nasofaring.
Metode: Penelitian analitik dengan desain potong lintang pada sediaan KNF tidak berkeratin di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM selama periode Januari 2018 hingga Desember 2020. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling dari kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai perhitungan besar sampel untuk masing-masing kelompok. Pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi primer monoklonal Foxp3. Data imunoekspresi dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan respons terapi karsinoma nasofaring.
Hasil: Dari 60 kasus yang terdiagnosis KNF, sebanyak 40 kasus (66,7%) berjenis kelamin laki-laki dan 20 kasus lainnya (33,3%) berjenis kelamin perempuan dengan rasio 2:1. Terdapat perbedaan bermakna ekspresi Foxp3 intratumoral dengan respons terapi (p=0,01). Tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi Foxp3 peritumoral dengan respons terapi (p=0,114).
Kesimpulan: Ekspresi Foxp3 mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan hasil evaluasi respons pasca kemoradiasi karsinoma nasofaring.

Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a carcinoma originating from the surface epithelium of the nasopharynx with a high incidence in Tiongkok and South Asia. NPC still become main health issue in Indonesia and the prognosis is reported to be poor due to suboptimal treatment because most of the patients (60-95%) are treated at an advanced stage. Currently, many research are developing on the tumor microenvironment that can be assessed by tumor infiltrating lymphochyte (TIL) which is associated with the treatment response in several tumors, including NPC. Some studies explore that TIL can be assessed with Foxp3. Foxp3 is known as a regulatory T cell (Treg) marker that plays a role in the immunoregulator environment of tumor cells and can be used as a prognostic factor. The relationship between Foxp3 expression and treatment response can be considered as one of the factors that influence the prognosis of NPC.
Aims: This study aims to determine the relationship between Foxp3 expression and treatment response of NPC.
Methods: An analytical study with a cross-sectional design on non-keratinizing NPC diagnosed at Anatomical Pathology Department of FKUI/RSCM during January 2018 until December 2020. The research sample was taken by consecutive sampling of cases that met the inclusion and did not include the exclusion criteria according to the calculation of the sample size for each group. Immunohistochemical examination using Foxp3 monoclonal antibody. Immunoexpression data were analyzed to determine its relationship with the treatment response of NPC.
Results: From 60 selected cases diagnosed with NPC, there were consisted of 40 male patients (66,7%) and 20 female patients (33,3%) with ratio 2:1. There was a significant difference in intratumoral Foxp3 expression with treatment response (p=0.01). There was no significant difference in peritumoral Foxp3 expression with treatment response (p=0.114).
Conclusion: Foxp3 expression had a statistically significant relationship with response therapy after chemoradiation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Matheus Jorizal
"ABSTRAK
Pada makalah ini akan dikemukakan pengobatan radiasi pada karsinoma prostat, dengan suatu laporan retrospektif pengeobatan radiasi pada pasien yang dikirim ke Unit Radioterapi RSCM/FKUI selama periode Januari 1982 sampai dengan Desember 1986.
Kesimpulannya adalah: (1). Penderita karsinoma prostat yang datang berobat ke Subbagian Radioterapi RSCM/FKUI pada umumnya sudah berada pada stadium lanjut, (2). Limfografi penting bukan saja untuk diagnostik tetapi juga dalam hal penanganan terapi, (3). Pengobatan radiasi yang diberikan pada karsinoma prostat umumnya merupakan radiasi pasca bedah, (3). Perlu disusun protokol pengobatan karsinoma prostat.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Incidences of pancreatic cancer worldwide have been known to be increased. It is the fifth leading cause of death in United State of America.Seventy percent accourts in the head of the pancreas...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ineke Anggreani
"Latar Belakang: Karsinoma payudara invasif adalah keganasan payudara yang berasal dari proliferasi epitel duktus/asinus payudara. Seiring berjalannya waktu terjadi perubahan molekular menjadi karakteristik yang lebih agresif dan menyebabkan kurang respons terhadap terapi. Kemoterapi berbasis anthracycline dan taxane umum digunakan pada tatalaksana karsinoma payudara invasif. Kemoterapi tersebut pada umumnya berfokus dalam menekan proliferasi. Kemampuan anti-apoptosis sel tumor membuat sel tumor sulit dieliminasi. NF-kB/p65 merupakan faktor transkripsi yang berperan dalam regulasi anti-apoptosis.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi NF-kB/p65 dengan respons terapi serta perbandingan ekspresi NF-kB/p65 sebelum dan sesudah kemoterapi neoadjuvan pada kasus karsinoma payudara invasif.
Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada kasus karsinoma payudara invasif yang mendapatkan kemoterapi berbasis anthracycline serta kombinasi anthracycline dan taxane dengan siklus kemoterapi lengkap di RSCM periode Januari 2015 sampai Desember 2021. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling pada blok parafin sediaan biopsi (sebelum kemoterapi neoadjuvan) yang berpasangan dengan sediaan operasi (sesudah kemoterapi neoadjuvan), kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia NF-kB/p65 dan dianalisis dengan uji Fisher’s exact.
Hasil: Dari 21 kasus, 4 kasus (19%) tidak respons terapi dan 17 kasus (81%) respons terapi. Pada 2 kasus respons komplet, 1 kasus NF-kB/p65 terekspresi dan 1 kasus lainnya NF-kB/p65 tidak terekspresi pada sediaan biopsi (sebelum kemoterapi neoadjuvant). Kedua kasus tersebut tidak mengekspresikan NF-kB/p65 pada sediaan operasi (sesudah kemoterapi neoadjuvan). NF-kB/p65 yang terekspresi menunjukkan pasien yang tidak respons terapi dan respons parsial, namun tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Hasil analisis ekspresi NFkB p65 sebelum dan sesudah kemoterapi tidak bermakna (p=0,095).
Kesimpulan: Terekspresinya NF-kB/p65 ditemukan pada respons terapi patologik yang tidak respons dan respons parsial. Ekspresi NF-kB/p65 sebelum dan sesudah kemoterapi menunjukkan ekspresi yang sama.

Background: Invasive breast carcinoma is a breast malignancy originating from proliferation of the ductal/acini epithelium of breast. Overtime, there are molecular changes that become more aggressive characteristics and cause less response to therapy. Anthracycline-based and taxane-based chemotherapy are commonly used in the treatment of breast carcinoma. Chemotherapy generally focuses on suppressing proliferation. The anti-apoptotic ability of tumour cells make it difficult to eliminate tumour cells. NF-kB/p65 is a transcription factor that plays a role in anti-apoptotic regulation.
Objectives: This study aims to determine the relationship between NF-kB/p65 expression and therapy response before and after neoadjuvant chemotherapy in invasive breast carcinoma cases.
Methods: An observational analytic study with a cross sectional design in invasive breast carcinoma’s specimens treated with anthracycline-based and combination with taxane chemotherapy at RSUPN Dr. dr. Cipto Mangunkusumo from January 2015 until December 2021. The study sample was taken by consecutive sampling from block paraffin biopsy preparation (before neoadjuvant chemotherapy) paired with surgical preparation (after neoadjuvant chemotherapy), then NF-kB/p65 immunohistochemistry examination was performed and analyzed by Fisher’s exact test.
Results: Of the 21 cases, 4 cases (19%) did not respond to therapy and 17 cases (81%) respond. In two cases of complete response, one case expressed NF-kB/p65 and other case was not expressed in biopsy specimen. Both cases did not expressed NF-kB/p65 in operation specimen. NF-kB/p65 expressed show in patients who did not respond to therapy and partial response, but not statistically significant (p>0.05). The result of analysis NF-kB/p65 expression before and after chemotherapy were not significant (p=0.095).
Conclusion: Expression of NF-kB/p65 was found in partial response and no response to chemotherapy neoadjuvant. Expression of NF-kB/p65 before and after chemotherapy neoadjuvant showed same expression.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Imelda Setiana
"Latar belakang: Karsinoma urotelial merupakan keganasan kandung kemih tersering pada laki-laki. Faktor risikonya adalah merokok, pajanan bahan kimia, radiasi, infeksi Schistosoma hematobium. Mutasi p53 merupakan mutasi tersering pada karsinoma urotelial kandung kemih yang menyebabkan akumulasi protein p53 di inti dan terlihat dengan imunohistokimia. Tujuan penelitian adalah untuk melihat perbedaan ekspresi p53 pada karsinoma urotelial kandung kemih derajat rendah dan derajat tinggi serta hubungan ekspresi p53 dengan: "stadium tumor. Bahan dan cara: Penelitian menggunakan desain potong lintang. Sampel terdiri atas 47 kasus yang terbagi menjadi 22 kasus karsinoma urotelial derajat rendah dan 25 kasus karsinoma urotelial derajat tinggi di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) tahun 2009-2017. Dilakukan pulasan imunohistokimia p53 dengan menggunakan cut off positif ≥ 20% berdasarkan penelitian Thakur et al, Ong et al, dan Saint et al. Hasil: Ekspresi p53 positif pada 33 sampel (70,21%), terbanyak pada karsinoma urotelial derajat tinggi 20 kasus (80%), sedangkan pada karsinoma urotelial derajat rendah terdapat 13 kasus (59,1%). Sebanyak 22 kasus (68,8%) Nonmuscle invasive bladder cancer dan 11 kasus (73,3%) Muscle invasive bladder cancer menunjukkan ekspresi positif. Ekspresi p53 cenderung lebih banyak ditemukan pada karsinoma urotelial derajat tinggi dan stadium tinggi. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan ekspresi p53 pada karsinoma urotelial kandung kemih derajat rendah dan derajat tinggi. Tidak ada hubungan antara ekspresi p53 dengan stadium tumor.
Kata kunci: Karsinoma urotelial, kandung kemih, p53, imunohistokimia.

Background : Urothelial carcinoma is the most common malignancy in the bladder and mainly occurs in older men. Risk factors for bladder cancer include smoking, exposure to chemicals, radiation and schistosoma hematobium infection. P53 is a tumor suppressor gene that is involved in the cell cycle and plays a role in the occurrence of apoptosis in response to DNA damage. P53 gene mutation is one of the most common genetic changes in urothelial bladder carcinoma. The p53 gene mutation will cause accumulation of p53 protein in the nuclei which can be detected through immunohistochemical examination. The aim of this study is to see differences of p53 expression in low grade and high grade urothelial carcinoma and to see the association of p53 expression with tumor stage. Material and method : This study uses a cross sectional study design. The sample consisted of 47 cases of urothelial bladder carcinoma divided into 22 cases of low grade urotelial carcinoma and 25 cases of high grade urotelial carcinoma originating from the archives of the Anatomical Pathology Department Faculty Medicine of Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital (FKUI/ RSCM) in 2009-2017. The study was carried out by p53 immunohistochemical examination and assessment of p53 expression using a percentage with a positive cut off value of ≥ 20%. Result : This study obtained positive p53 expression in 33 samples from 47 samples studied (70,21%). Most are found in high grade urothelial carcinoma as many as 20 cases (80%). Whereas in low grade urothelial carcinoma there are 13 cases (59,1%) with positive p53 expression. As many as 22 cases (68,8%) of Non muscle invasive bladder cancer (NMIBC) and 11 cases (73,3%) of Muscle invasive bladder cancer (MIBC) showed positive p53 expression. There was no difference between p53 expression in low grade and high grade bladder urothelial carcinoma (p=0,118). This study also showed no association between p53 expression with tumor stage (p=1,000). Conclusion : P53 expression was not significantly different with tumor grade. P53 expression was not significantly associated with the tumor stage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>