Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199486 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prisilia Oktaviyani
"

ABSTRAK

Nama : Prisilia Oktaviyani
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Analisis Tren Spasial-Temporal Kejadian Malaria berdasarkan Faktor
Lingkungan dan Kependudukan di Kabupaten Kapuas tahun 2013-2017
Pembimbing : Dr. Budi Hartono, S.Si., MKM
xviii + 127 halaman + 16 tabel + 15 gambar + 4 lampiran
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite Plasmodium dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
Indonesia dan dunia. Sehingga upaya pemberantasan malaria masuk dalam salah satu
tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan faktor lingkungan dan kependudukan terhadap kejadian malaria di
Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan metode ekologi yang dilakukan pada 17
kecamatan di Kabupaten Kapuas tahun 2013 – 2017. Data yang digunakan pada penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu Dinas Kesehatan
Kabupaten Kapuas, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas dan BMKG Palangkaraya.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah topografi, curah hujan, luas perairan,
distribusi kelambu, dan kepadatan penduduk. Untuk variabel dependen adalah kejadian
malaria. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel lingkungan yaitu topografi, curah
hujan, luas perairan, dan distribusi penduduk serta variabel kependudukan yaitu
kepadatan penduduk berhubungan secara signifikan dengan kejadian malaria di
Kabupaten Kapuas tahun 2013-2017 (nilai p < 0,1). Hasil analisis juga menunjukkan
hubungan posistif antara variabel topografi, laus perairan, dan distribusi kelambu dengan
kejadian malaria. Sedangkan variabel curah hujan dan kepadatan penduduk menunjukkan
hubungan yang negative terhadap kejadian malaria. Perlu dilakukan usaha preventif
untuk mencegah kejadian malaria di Kabupaten Kapuas seperti memaksimalkan
distribusi kelambu melakukan penyemprotan di rumah transmigran, menyediakan
larvasida serta memperkuat data dasar malaria dengan pemetaan.
Kata kunci: Malaria, Faktor Lingkungan, Faktor Kependudukan


ABSTRACT

Name : Prisilia Oktaviyani
Study Program : Public Health
Title : Spatial-Temporal Trend Analysis of Malaria Cases Based on
Environmental and Demography Factors in Kapuas Regency
2013-2017
Counsellor : Dr. Budi Hartono, S.Si., MKM
xviii + 127 pages + 16 tables + 15 figures + 4 attachments
Malaria is a disease caused by the Plasmodium parasite and is transmitted by the
Anopheles mosquito. Malaria is one of the health problems faced by Indonesia and the
world. So that efforts to eradicate malaria are included in one of the goals of the
Sustainable Development Goals (SDGs). This study aims to determine the relationship of
environmental and population factors to the incidence of malaria in Kapuas District. This
study used ecological methods carried out in 17 sub-districts in Kapuas District in 2013 -
2017. The data used in this study were secondary data obtained from relevant agencies,
namely the Kapuas District Health Office, Kapuas Regency Central Bureau of Statistics
and BMKG Palangkaraya. The independent variables in this study were topography,
rainfall, water area, distribution of bed nets, and population density. For the dependent
variable is the incidence of malaria. The results of the analysis show that environmental
variables, namely topography, rainfall, water area, and population distribution and
population variables, namely population density are significantly associated with malaria
incidence in Kapuas District in 2013-2017 (p value <0.1). The results of the analysis also
showed positive relationships between the topographic, water, and netting distributions
with the incidence of malaria. While the rainfall and population density variables showed
a negative relationship to the incidence of malaria. Preventive efforts need to be made to
prevent the incidence of malaria in the Kapuas Regency, such as maximizing the
distribution of mosquito nets to spray in transmigrant homes, providing larvacides and
strengthening malaria baseline data by mapping.
Key words: Malaria, Environmental Factors, Demography Factor

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwono
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) yang lazim ditemukan pada populasi Asia Tenggara, merupakan polimorfisme yang terbentuk akibat delesi 27 pb pada gen AEI/hilangnya 9 asam amino pada protein pita 3. Delesi 9 asam amino ini menyebabkan gangguan gerak protein pita 3 dan protein rangka membran, membran menjadi kaku dan bentuk eritrosit berubah menjadi oval. Perubahan morfologi ini memberi keuntungan karena sel darah merah dengan SAO menjadi resisten terhadap malaria. Mekanisme serta berbagai faktor yang berhubungan dengan resistensi ini, sampai kini masih banyak diperdebatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variasi resistensi tersebut dengan etnis dan geografis. Pendekatan yang dilakukan yaitu studi epidemiologi molekul untuk mengetahui frekuensi ovalositosis pada penderita malaria dan pada individu sehat pada dua populasi yang berbeda etnis dan letak geografisnya (Alor dan Bangka), uji invasi in vitro untuk melihat apakah ovalositosis resisten terhadap invasi P. falciparum. Pada penelitian ini juga dilakukan pendeteksian faktor perancu pada ovalositosis dan perbandingan metode deteksi ovalositosis berdasarkan gambaran morfologi sel darah merah dan berdasarkan metode polymerase chain reaction (PCR).
Hasil dan Kesimpulan:
Frekuensi, ovalositosis pada penderita malaria dibandingkan pada individu sehat di Alor adalah 3.1% (2164) : 13.5% (13/96) (p< 0.05) dan di Bangka 0% (01164) : 8.1% (131156) (p< 0.01). Uji chi square menunjukkan bahwa frekuensi ovalositosis pada penderita malaria di kedua pulau berbeda bermakna (p< 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa individu dengan ovalositosis di Bangka memiliki resiko lebih rendah untuk terinfeksi malaria dibanding individu dengan ovalositosis di Alor. Hasil studi pada populasi ini diperkuat dengan hasil studi invasi yang menunjukkan bahwa parasitemia pada sel darah merah ovalositosis 10 kali lebih rendah dibanding pada sel darah merah normal dan terjadi hambatan perkembangan parasit intraovalositosis. Thalasemia β kemungkinan bukan merupakan faktor perancu pada ovalositosis. Diagnosis ovalositosis berdasarkan metode PCR lebih handal (sensitifitas dan spesifitas 100%) dibandingkan diagnosis berdasarkan gambaran morfologi sel darah merah (sensitifitas 73-84%, spesifitas 97-99%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T10345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Pekey
"ABSTRAK
Latar Belakang : Infeksi malaria menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan pada semua usia terutama kelompok berisiko tinggi. Golongan darah ABO dikatakan dapat mempengaruhi berat ringannya malaria namun pada etnik dan geografis tertentu dapat berbeda. Meskipun beberapa penelitian terakhir mengatakan terdapat hubungan namun terdapat beberapa penelitian yang tidak menemukan hubungan tersebut termasuk di Papua New Guinea yang memiliki karakteristik etnik dan alam yang mirip dengan Papua. Selain itu pada beberapa studi sebelumnya jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit, terdapat hasil statistik yang tidak bermakna, melibatkan sampel anak serta beberapa hanya dilakukan berbasis laboratorium Laboratory base . Pada penelitian ini kami menggunakan sampel yang lebih banyak, tidak melibatkan sampel anak dan penelitian dilakukan berbasis rumah sakit Hospital base . Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RSUD Dok II Jayapura Indonesia dari September hingga November 2016. Sebanyak 210 subjek malaria yang memenuhi kriteria dikategorikan menjadi golongan darah O dan Non O serta malaria berat dan malaria ringan berdasarkan kriteria WHO. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS versi 17 dengan melakukan analisis statistik kai-kuadrat dan menghitung rasio prevalensi serta interval kepercayaan. Hasil Penelitian : Dari 210 pasien, golongan darah non-O 80 pasien 38,2 dan golongan darah O 130 pasien 61,9 . Malaria berat pada golongan darah Non O sebanyak 13 kasus 16,3 dan Golongan darah O sebanyak 9 kasus 6,9 . Terdapat perbedaan prevalensi kejadian malaria berat yang bermakna antara kedua golongan darah p = 0,032 dengan Prevalensi rasio PR 2,4 IK95 : 1,06-6,42 . Golongan darah B terbanyak mengalami malaria berat p = 0,038 dan IK95 1,06-6,42 . Prevalensi malaria berat golongan darah non O pada kedua etnik lebih tinggi terutama pada etnik non Papua non Papua, PR 3,8 IK95 0,84-17,9, p=0,143 dibandingkan Papua, PR 1,83 IK 95 0,56-5,9, p=0,356 . Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna golongan darah ABO dengan berat ringanya malaria. Malaria berat lebih banyak terjadi pada Golongan darah Non O terutama golongan darah B.

ABSTRACT
Background Malaria infection has caused a significant morbidity and mortality in all ages, especially in high risk groups. Various factors, including ABO blood type, can influence the severity of malaria to certain ethnic group and location. In terms of ABO blood types, several studies showed their relationship with severity of malaria. Others, such as study on Papua New Guinea which has the same characteristic with Papua Province in Indonesia, showed a contrary result. However, these studies were considered invalid due to the usage of smaller samples, with no statistical differences results, only included children and laboratory based studies. In our study, we included more samples, not involving children and did a hospital based studies. Methods This was a cross sectional study in Dok II Jayapura Hospital, Indonesia, from September to November 2016. 210 subjects were diagnosed with malaria, clinically classified according to WHO criteria and underwent ABO blood type examination. Blood type was categorized into O and Non O groups. Malaria severity was classified into severe and mild malaria. Results Out of 210 patients, 80 38.2 and 130 61.9 were Non O and O blood types respectively. Severe malaria was commonly found in Non O compare to O blood type 16.3 vs 6.9 prevalence ratio PR 2.4 95 CI 1.06 6.42 p 0.032 . Moreover, group B blood type had the highest incidence of severe malaria p 0.038 95 CI 1.06 6.42 . In addition, Non O blood group in both Papuan and Non Papuan races had a greater prevalence of severe malaria Papuan, PR 1.83, 95 CI 0.56 5.9 p 0.356, compared with Non Papuan, PR 3.8, 95 CI 0.84 17.9, p 0.143 .Conclusion There is a significant relationship between ABO blood group and the severity of malaria in Papua. Severe malaria was more common in Non O, especially type B blood group. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulestari
"Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia masa mendatang. Pulau Jawa merupakan pusat industri dan pertumbuhan ekomoni di Indonesia, namun berdasarkan Riskesdas 2010 prevalensi stunting masih tergolong tinggi (31%). Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan faktor-faktor sosio-ekonomi dan lingkungan dengan kejadian stunting pada balita 10-59 bulan di Pulau Jawa Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010 dengan disain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 6.869 orang. Studi ini menggunakan uji statistik Chi-square dan Regresi Logistik sederhana.
Hasil penelitian ini menemukan prevalensi stunting pada balita 10-59 bulan sebesar 40,6% dengan hasil menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur ibu (OR=1.2; 95%CI:1,0-1,4), wilayah tempat tinggal (OR=1.3; 95%CI:1,2-1,4), pendidikan ibu (OR=1.6; 95%CI:1,5- 1,8), pengetahuan ibu (OR=1.2; 95%CI:1,1-1,3), status ekonomi (OR=1.5; 95% CI:1,3- 1,6), jarak kelahiran (OR=1.2; 95%CI:1,0-1,5), and sanitasi dasar (OR=1.3; 95%CI:1,1- 1,4) dengan kejadian stunting. Saran dari studi ini adalah memberikan intervensi berupa promosi kesehatan tentang pengetahuan tentang stunting dan faktor yang berhubunngan dengan melibatkan kader, ibu-ibu yang mempunyai balita dan tokoh masyarakat untuk menurunkan prevalensi stunting di masa mendatang.

Stunting is still a public health problem in Indonesia. Stunting in children under five can result in low productivity and the quality of Indonesian human resources in the future. Java is a center for industry and economy in Indonesia, however Riskesdas 2010 showed the prevalence of stunting still relatively high (31%). This study aims to determine the relationship of socio-economic factors and environmental events of stunting in Javanes children 10-59 months of aged in 2010. This study uses Riskesdas data 2010 with cross-sectional study design and sample size of 6.869. We used Chi- square and simple logistic regression.
This study shows the prevalence of stunting in children 10-59 months is 40.6% and presents a modest significant relationship between maternal age (OR=1.2; 95%CI:1,0-1,4), region of residence (OR=1.3; 95%CI:1,2-1,4), maternal education (OR=1.6; 95%CI:1,5-1,8), knowledge mother (OR=1.2; 95%CI:1,1- 1,3), economic status (OR=1.5; 95% CI:1,3-1,6), birth interval (OR=1.2; 95%CI:1,0- 1,5), and basic sanitation (OR=1.3; 95%CI:1,1-1,4) with the stunting. Providing sufficient and frequent interventions due to health promotion on increasing mathernal knowledge related to stunting and its factors by involving volunteers and community members children and leaders might decrease the prevalence of stunting in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Yuwarni
"Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, lingkungan fisik dan perilaku pencegahan dengan kejadian malaria di daerah endemis malaria di wilayah Indonesia Bagian Timur. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan besar sampel sebanyak 23.451 orang..Hubungan ditentukan dengan analisis multiple logistic regression.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kejadian malaria sebesar 11,7% (95% CI: 10,6-12,8), masyarakat di Papua berisiko mengalami kejadian malaria 4,21 kali (OR=4,21; 95%CI=3,47 ? 5,11), responden yang bertempat tinggal dekat peternakan hewan besar mempunyai risiko 1,87 kali lebih tinggi (OR=1,87; 95% CI=1,46 ? 2,40), laki-laki berisiko 1,22 kali (OR=1,22; 95%CI=1,10-1,36) dan tidur tidak menggunakan kelambu berisiko lebih kecil terhadap kejadian malaria ((OR = 0,71; 95%CI=0,60 ? 0,85). Perlu dilakukan pengendalian lingkungan.

A further analysis of Primary Health Research 2010. The objective was to know the correlation between malaria with Characteristics, Environment and Behaviour in Malaria-Endemic Areas in Eastern Indonesia Region. This study was a crosssectional study with 23, 451 responden as sample. Correlation was determined using multiple logistic regression.
The result of this study showed the proportion of malaria was 11.7% (95% CI: 10.6 - 12.8), variables was significantly associated with malaria were people who lived in Papua [OR = 4, 21; 95% CI= 3.48 - 5.11], close to large animal farms [OR = 1.87; 95% CI= 1.46 -2.40], male [OR = 1.22 ; 95% CI 1.10 - 1.36] and sleep without mosquito nets [OR = 0.71; 95% CI =0.60 -0,85]. Necessary to control the environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Ananda Prasetyo
"Kecamatan Tambun Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bekasi (BPS 2021). Salah satu faktor penyebab pertumbuhan penduduk adalah tingginya tingkat urbanisasi (Prayojana et al., 2020). Intensitas laju urbanisasi ini dapat dilihat dari seberapa banyak tutupan lahan terbangun yang berdiri di kawasan tersebut (Chen et al., 2021). Kemudian, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2011–2031 di Kecamatan Tambun Selatan direncanakan sebagai Kawasan Pengembangan I (WP I) yang diarahkan pada fungsi pokok pengembangan industri, perdagangan, jasa, perumahan, pemukiman, pariwisata dan kegiatan industri penunjang. Salah satu permasalahan yang akan terjadi adalah dapat meningkatkan suhu permukaan daratan pada daerah perubahan tutupan lahan, akibat pergeseran tutupan lahan dari belum terbangun menjadi terbangun. Suhu permukaan daratan perkotaan dapat dideteksi menggunakan penginderaan jauh. Analisis deteksi dilakukan pada citra Landsat-8 yang menggambarkan bentuk permukaan bumi. Perubahan ini memiliki hubungan dengan perubahan tutupan lahan yaitu kehijauan vegetasi dan kerapatan bangunan di Kecamatan Tambun Selatan, dengan uji korelasi linier untuk mendapatkan hasil bahwa kehijauan vegetasi berbanding terbalik dengan nilai permukaan tanah. suhu dan kepadatan bangunan berbanding lurus dengan suhu permukaan daratan,

South Tambun District is the sub-district with the largest population and the highest density in Bekasi Regency (BPS 2021). One of the factors causing population growth is the high rate of urbanization (Prayojana et al., 2020). The intensity of this urbanization rate can be seen from how much built-up land cover stands in the area (Chen et al., 2021). Then, in the Bekasi Regency Regional Regulation Number 12 of 2011 concerning the Bekasi Regency Spatial Plan for 2011–2031 in South Tambun District it is planned as Development Area I (WP I) which is directed to the main functions of developing industry, trade, services, housing, settlements , tourism and supporting industrial activities. One of the problems that will occur is that it can increase the surface temperature of the soil in areas of land cover change, due to a shift in land cover from undeveloped to built up. Urban ground surface temperature can be detected using remote sensing. Detection analysis was performed on Landsat-8 imagery which depicts the shape of the earth's surface. This change has a relationship with changes in land cover, namely the greenness of the vegetation and the density of buildings in Tambun Selatan District, with a linear correlation test to get the result that the Greenness of the Vegetation is inversely proportional to the value of the land surface. temperature and building density are directly proportional to ground surface temperature,"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Iskandar
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pemetaan faktor resiko agent, vektor dan tempat perindukan nyamuk malaria serta variabel spasial antara lain curah hujan, suhu, kelembaban, dan kondisi topografi yang berperan dalam penularan malaria serta bagaimana hubungan antara lingkungan dan faktor sosial terhadap malaria di kabupaten Sukabumi Tahun 2010. Sumber data berasal dari data sekunder Survey Kesehatan Daerah Tahun 2010, laporan program malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 dan data Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan disain Cross Sectional untuk menganalisa konstribusi faktor lingkungan dan sosial yang berpotensi menyebabkan kasus malaria pada masyarakat. Analisa dengan menggunakan chi square pada 5 variabel yaitu faktor lingkungan adalah keberadaan kandang ternak disekitar rumah dan topograpi wilayah dan untuk faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
Hasil analisis dengan jumlah sampel 1.303 sampel,untuk faktor lingkungan,keberadaan kandang ternak disekitar rumah (p value=0.00 OR=5.78 CI 95% = 3.33-10.05), dan kondisi topografi (p value=0.00 OR=0.537 CI 95% = 0.31-10.92) terbukti berhubungan dengan kejadian malaria. Faktor sosial yang berhubungan dengan kejadian malaria yaitu faktor pekerjaan responden (p value=0.035), dan tingkat pendidikan responden (p value=0.024).
This study aims to obtain information regarding risk factors mapping agent, vector and the malaria mosquito brood and spatial variables such as rainfall, temperature, humidity, and topographic conditions that play a role in transmission of malaria and how the relationship between environmental and social factors of malaria in the district Sukabumi Year 2010. The source data came from secondary data Regional Health Survey in 2010, reports of malaria programs Sukabumi District Health Office in 2010 and the Central Bureau of Statistics data Sukabumi.
This research is descriptive-analytic by using Cross Sectional design to analyze the contribution of environmental and social factors that could potentially cause malaria cases in the community. Analysis using chi square at 5 variables namely environmental factor is the presence of cattle sheds around the house and topograpi region and for social factors are age, educational and level type of job.
The results of the analysis of a sample of 1.303 samples, to environmental factors, the presence of cattle sheds around the house (p value = 0.00 OR = 5.78 CI 95% = 3:33 to 10:05), and topographic conditions (p value = 0.00 OR = 0.537 95% CI = 0.31 -10.92) shown to be associated with the incidence of malaria. Social factors associated with malaria incidence are occupational factors respondents (p value = 0.035), and education level of respondents (p value = 0024).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faidz Akbar Adzikra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan risiko perusahaan dan rasio Risk Based Capital (RBC) terhadap perubahan modal perusahaan asuransi umum di Indonesia pada periode 2013-2017. Observasi dilakukan terhadap 29 perusahaan asuransi umum di Indonesia. Asset Risk dan Product Risk digunakan sebagai proksi untuk mengukur risiko perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan risiko perusahaan dan rasio RBC di Indonesia memiliki pengaruh signifikan dalam mempengaruhi perubahan modal perusahaan asuransi umum di Indonesia pada periode 2013-2017. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dengan topik yang sama untuk perusahaan asuransi umum dan perbankan.
Pada penelitian ini, perubahan risiko perusahaan secara positif dan rasio RBC berpengaruh secara negatif terhadap perubahan modal perusahaan. Artinya, setiap adanya peningkatan risiko di perusahaan, perusahaan akan mengiringi peningkatan risiko tersebut dengan peningkatan modal sehingga perusahaan dapat mematuhi peraturan RBC dan mampu menanggulangi setiap risiko yang dimilikinya.

The main purpose of this research is to analyze the impact of change in companies risk and risk based capital (RBC) ratio on the change in capital in general insurance companies in Indonesia for the period 2013-2017. Observations were made on 31 general insurance companies in Indonesia. Asset Risk and Product Risk were used as a proxy to measure company risk.
The results of research shows that the companies risk and RBC ratio in Indonesia have a significant influence on the change in capital in general insurance companies in Indonesia for the period 2013-2017. These results agree with the previous research on the same topic for general insurance and banking companies.
In this study, change in companies risk has a positive influence and RBC ratio has a negative influence on changes in companies capital. That means, whenever there is an increase in risk in the company, the company will increase their capital so that the company can comply with RBC regulations and are able to cope with any risks they has.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malonda Maksud
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, perilaku, kondisi rumah dan lingkungan dengan kejadian malaria di Provinsi Sulawesi Tengah. Data diperoleh dari riset kesehatan dasar tahun 2010 dengan sampel sebanyak 3116 orang. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi malaria sebesar 4.4%. Analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah umur (p=0,009), plafon (p=0,008), perindukan nyamuk (p=0,004) dan keberadaan ternak (p=0,040)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Kurnia
"

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia maupun Indonesia. Tingginya kasus TB dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, di antaranya faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan meliputi cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, faktor perilaku meliputi cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, dan faktor pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan dan angka keberhasilan pengobatan TB (success rate) terhadap kejadian TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022. Penelitian ini memakai data sekunder selama lima tahun (2018-2022) yang berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan metode studi ekologi. Hasil dari penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif adalah variabel cakupan rumah sehat (r = -0,300), kepadatan penduduk (r = 0,343), dan fasilitas kesehatan (r = 0,302) dengan masing-masing keeratan hubungan sedang. Sementara itu, variabel cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dan angka keberhasilan pengobatan TB tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan prevalensi TB paru BTA positif. Variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022 adalah cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan fasilitas kesehatan. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk mengendalikan faktor risiko yang berhubungan seperti peningkatan kondisi rumah dan edukasi rumah sehat, perizinan pembangunan wilayah, dan pengkajian efektivitas fasilitas kesehatan.


Tuberculosis (TB) is an airborne disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis and is still a health problem in the world as well as Indonesia. The high incidence of TB is influenced by a variety of risk factors, including environmental factors, behavioral factors, and health care factors. The study aims to find out the relationship between environmental factors including healthy home coverage and population density, behavioral factors including coverage of families with clean and healthy living behavior, and health care factors including health facilities and the success rate of TB treatment against the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022. The research uses secondary data for five years (2018-2022) from the Central Statistical Agency of Surabaya and the Health Service of Surabaya with the method of ecological study. The results of the study showed that the variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis are the healthy home coverage variables (r = -0,300), population density (r =0,343), and health facilities (r = 0,302) with each of them having a moderate relationship. Meanwhile, the coverage of families with clean and healthy living behavior and the success rate of TB treatment, did not show a significant correlation with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis. Variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022 are the healthy home coverage variables, population density, and health facilities. Thus, efforts are needed to control associated risk factors such as improved housing conditions and healthy home education, territorial development permits, and evaluation of the effectiveness of health facilities.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>