Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satria Dipo Putra A.
"Rinoplasti adalah prosedur estetik yang banyak diminati di seluruh dunia dan merupakan prosedur menantang bagi seorang ahli bedah estetik karena memiliki satu tujuan yaitu kepuasan. Kepuasan ini tidak hanya untuk pasien, tapi juga bagi ahli bedah yang terlibat. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu kepuasan. Kepuasan yang ingin dicapai dapat dilihat dari segi estetik tanpa melupakan fungsinya. Penelitian ini menggunakan kuesioner rhinoplasty outcomes evaluation untuk menilai tingkat kepuasan pasien setelah menjalani prosedur rinoplasti. Segala jenis prosedur operasi, kususnya dibidang estetik, kunci keberhasilan adalah ketepatan pemilihan pasien, sehingga mengetahui psikologi pasien dapat menjadi garis depan dalam pengambilan keputusan pemilihan pasien. Prosedur ini memiliki risiko potensial tinggi terutama pada pasien dengan gangguan psikopatologi, sehingga penilaian psikologi pasien perlu dilakukan, dimana digunakan penilaian dengan skala kecemasan pada penelitian ini untuk mengetahui hal tersebut. Hal lain yang dapat mengurangi tingkat kepuasan pasien adalah keluhan sumbatan hidung setelah operasi, oleh karena itu penilaian aliran udara hidung sebelum dan sesudah operasi perlu dilakukan untuk memaksimalkan target kepuasan yang ingin dicapai. Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan kuesioner NOSE dan ESS, serta pemeriksaan PNIF untuk menilai aliran udara hidung sebelum dan sesudah operasi.

Rhinoplasty is an aesthetic procedure that is in great demand throughout the world and is a challenging procedure for an aesthetic surgeon because it has one goal, satisfaction. This satisfaction is not only for patients, but also for the surgeons involved. Many factors can influence satisfaction. Satisfaction to be achieved can be seen in terms of aesthetics without forgetting its function. This study used a rhinoplasty outcomes evaluation questionnaire to assess the level of patient satisfaction after undergoing a rhinoplasty procedure. All types of surgical procedures, especially in the aesthetic field, the key to success is the accuracy of patient selection, so knowing the psychology of patients can be the front line in making patient selection decisions. This procedure has a high potential risk especially in patients with psychopathological disorders, so assessment of patient psychology needs to be done, which is used to assess the neurotic scale in this study to find out this. Another thing that can reduce the level of patient satisfaction is a complaint of nasal obstruction after surgery, therefore an assessment of nasal air flow before and after surgery needs to be done to maximize the target of satisfaction to be achieved. Therefore in this study using the NOSE and ESS questionnaire, and PNIF examination to assess nasal air flow before and after surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anindhawati
"Latar belakang: Tujuan studi ini adalah untuk menilai persepsi masyarakat terhadap hasil operasi hidung pada pasien cleft menggunakan tehnik semi-open modified Tajima. Mengingat banyak tehnik operasi yang digunakan dengan berbagai kelebihan masing - masing, kami ingin mengetahui apakah tehnik yang sederhana, mudah dikerjakan dengan morbiditas yg rendah hasilnya akan mendapatkan apresiasi yang berbeda oleh orang tua dan para profesional medis.
Metode: Studi cross sectional menggunakan questionnaire dengan menilai 25 foto dari hasil operasi hidung pada pasien cleft dengan tehnik semi-open modified Tajima. Duapuluh lima orang tua dan 25 orang pelaku medis dalam hal ini residen bedah plastik akan di perlihatkan foto, dan kemudian mereka akan menilai hasil operasi tersebut dengan menggunakan VAS score, yaitu berupa tanda disepanjang garis berukuran 100 mm. Data kemudian dianalisa dengan tes Chi-square. Dan korelasi antara profesional medis dan orang tua akan dianalisa menggunakan Spearman correlation.
Results: Dari penelitian didapatkan perbedaan yang significant dari persepsi orangtua mengenai hasil operasi dengan professional medis sebesar -0.38 yang berarti persepsi mereka cenderung bertolak belakang. Dan terdapat korelasi lemah antara orangtua dan medis sebesar 0. 045(lebih rendah dari 0.05).
Kesimpulan: Persepsi estetik antara profesional medis dan orangtua ternyata berbeda. Dan korelasi antara persepsi yang satu dengan yang lainnya ternyata lemah. Sebagai orang terdekat dan yang bertanggung jawab terhadap pasien, memang sudah sewajarnya kita mendengarkan dan menelaah apa sebenarnya keinginan dan harapan mereka."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Nolli Iskandar
"Latar belakang : Deformitas nasal pada pasien dengan celah bibir disebabkan oleh deviasi septum nasal, distorsi tulang rawan alar, dan ketidaksejajaran maksila dan tulang alveolar yang disebabkan oleh bidang palatum yang melebar. Penambahan rinoplasti pada teknik labioplasti menjadi solusi pada pengelolaan pasien UCLP dengan tujuan untuk mendapatkan kesimetrisan nostril. Penelitian ini bertujuan membandingkan ukuran dan kesimetrisan nostril sisi celah dan non celah pasca kombinasi Labioplasti teknik Cronin dengan Rinoplasti teknik Tajima.
Metode : Penilaian kesimetrisan nostril berdasarkan skala antropometri dari data fotograf wajah, yaitu ukuran tinggi nostril, lebar nostril, tinggi ¼ medial nostril, dan luas nostril pada 35 pasien UCLP pasca kombinasi Labioplasti teknik Cronin dengan Rinoplasti teknik Tajima.
Hasil : Dari hasil statistik didapatkan P<0,05 pada lebar dan tinggi ¼ medial nostril. Sedangkan pada tinggi dan luas nostril didapatkan P>0,05 . Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada tinggi dan luas nostril antara sisi non celah dengan sisi celah pada pasien pasca labioplasti Teknik Cronin dan Rinoplasti teknik Tajima, sedangkan pada lebar dan tinggi ¼ medial nostril terdapat perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan pada tinggi dan luas nostril pasca labioplasti teknik Cronin dan rinoplasti teknik Tajima pada pasien UCLP. Sedangkan pada lebar dan tinggi ¼ medial nostril terdapat perbedaan antara sisi celah dan non celah.

Background: Nasal Deformity in cleft lip patient is caused by nasal septum deviation, alar cartilage distortion, and unparallel maxilla and alveolar bone which caused by widening of palate. Additional rhinoplasty in labioplasty method becomes a solution in management of UCLP patient in order to achieve nostril symmetrically. The aim of this experiment is to compare nostril size and symmetry between cleft side with non cleft side post labioplasty Cronin method and Rhinoplasty Tajima method.
Methods: Evaluation of Nostril symmetrical according to anthropometry scale from profile photograph, which are nostril height, nostril width, ¼ medial nostril height, and nostril area in 35 UCLP patients post labioplasty with combination of Cronin and rhinoplasty method.
Result: Based on statistic, the result showed P<0,05 within width and ¼ medial nostril height. On the other side, height and nostril area result showed p>0,05. This shows that there is no significant difference between height and nostril area between non cleft side with cleft side in patient post labioplasty Cronin method and Tajima method Rhinoplasty. On the other side, there is significant different between width and ¼ medial nostril height.
Conclusion: There is no significant different between height and nostril area post labioplasty Cronin method and Tajima method Rhinoplasty in UCLP patient. On the other side, there is significant difference between width and ¼ medial nostril height between cleft side and noncleft side.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winna Andarini
"Penelitian ini berfokus pada kepuasan pasien di Unit Rawat Jalan RS XYZ dalam rangka mengcmbangkan dan mempertahankan image sebagai Rumah Sakit Pusat Kesehatan Respirasi Nasional dan menjawab persaingan global, maka manajemen berusaha untuk melakukan survei kepuasan konsumen untuk mendapatkan gambaran kcpuasan pasicn di Unit Rawat Jalan THT RS XYZ. Kepuasan konsumen disini terdiri dari lima dimcnsi yaitu langibleness, reliahili1y, responsiveness, assurance, dan empathy. Metode penelitian menggunakan metode kuantitaf melalui survei kepuasan konsumen menggunakan kuesioner SERVQUAL yang terdiri dari skala harapan dan skala kenyataan. Pcngumpulan data dilakukan tcrhadap pasicn Unit Rawat Jalan THT SR XYZ. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa : 1) terdapat kesenjangan antara harapan pasien dengan kenyataan yang dirasakan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang ada di Unit Rawat Jalan THT RS XYZ; 2) nilai kesenjangan tertinggi terdapat pada dimensi responsiveness dan nilai kcscnjangan terendah terdapat pada dimensi empathy; 3) penilaian terhadap Unit Rawat Jalan THT RS XYZ dari sebagian besar pasien juga terbilang cukup memuaskan; 4) sebagian besar pasien berharap agar pihak rumah sakit dapat lebih memperhatikan hal-hal yang terkait dengan waktu tunggu pasien, kedisiplinan dalam hal waktu kerja, penambahan jumlah SDM dan ruang pemeriksaan serta mcmberikan perhatian dalam hal koordinasi administrasi; 5) usulan untuk mengurangi kesenjangan pada dimensi responsiveness adalah dengan meninjau kembali kebijakan-kebijakan pelayanan, membuat program penghargaan seperti bonus, serta mengadakan forum diskusi atau briefing 6) usulan lain yang dapat dilakukan adalah dengan ikut serta dalam pelatihan-pelatihan.

This research is focus at patients satisfaction in ENT Depzirtment at XYZ Hospital. The reason is because they want to develop and sustain their image as respiratory center hospital in Indonesia, and being the number one in health service industry. The consumer satisfaction in this research is devidc in to five dimentions which is tangibleness, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. This quantitative research is using SERVQUAL, with patients at ENT Department at XYZ Hospital as the respondent. SPSS programme is used for analysing the data.
The conclutions are : 1) ther is gap between patient’s expectation and perception in services that provide by ENT Department at XYZ Hospital; 2) the biggest gap is in responsiveness dimention and the lowest is in empathy; 3) Most of respondents evaluated that services provided by ENT Department at XYZ Hospital quite Satisfact; 6) Most ofthe patients hoping that the hospital can give more attention for time schedule aitd provide more staff and examination room. Beside that, hospital can also give more attention for administration process; 7) suggestions to minimalyze the gap in responsiveness dimention are reviewing service policy, making reward programme such as bonus, and set up discussion forum or monthly meeting 8) another suggestion that can coverage most of the service dimentions are conducting training and workshop.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34034
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karenna
"Nanoemulsi donepezil yang dihantarkan dari hidung ke otak dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan akumulasi donepezil di otak dan menghindari efek samping di saluran cerna. Namun, penelitian sebelumnya masih menggunakan konsentrasi surfaktan yang dapat menimbulkan sitotoksisitas. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan nanoemulsi donepezil dengan droplet berukuran di bawah 200 nm, nilai potensial zeta lebih besar dari 30 mV, indeks polidispersitas kurang dari 0,3, pH mendekati pH fisiologis nasal, serta fluks permeasi in vitro yang lebih tinggi dari kontrol. Nanoemulsi m/a yang mengandung donepezil, asam oleat, Tween 80, PEG 400, BHT, dan air demineralisata dibentuk dengan metode homogenisasi kecepatan tinggi dan ultrasonikasi. Parameter organoleptis, ukuran, indeks polidispersitas, potensial zeta, pH, permeasi in vitro melalui mukosa nasal kambing, dan stabilitas tiga formula nanoemulsi yang mengandung 3%, 4%, dan 5% surfaktan dinilai dan dibandingkan. Ketiga nanoemulsi memiliki ukuran droplet di bawah 110 nm, potensial zeta mencapai -29,77 mV, indeks polidispersitas kurang dari 0,3, pH masih ditoleransi mukosa nasal, dan stabil dalam penyimpanan pada suhu 30 ± 2 °C maupun 5 ± 2 °C selama sebulan. Melalui studi ini disimpulkan bahwa nanoemulsi F2 memiliki karakteristik fisik yang baik dan fluks permeasi terbaik (9,51 ± 2,64¼g/cm2.jam) sehingga berpotensi digunakan untuk meningkatkan akumulasi donepezil di otak.

Donepezil nanoemulsion delivered via the nose to brain route can be an alternative to increase donepezil accumulation in the brain and avoid gastrointestinal side effects. However, previous study still used high surfactant concentrations which can cause cytotoxicity. This study aims to produce donepezil nanoemulsions with droplet sizes below 200 nm, zeta potential values greater than 30 mV, polydispersity index less than 0.3, pH nearing nasal physiological pH, and higher in vitro permeation compared to control. An o/w nanoemulsion comprising of donepezil base, oleic acid, Tween 80, PEG 400, BHT, and demineralized water was formed by high-speed homogenization and ultrasonication. Organoleptic, size, polydispersity index, zeta potential, pH, in vitro permeation through goat nasal mucosa, and the stability of three formulas containing 3%, 4%, and 5% surfactant were compared. All three nanoemulsions had droplet sizes below 110 nm, zeta potential up to -29.77 mV, polydispersity index less than 0.3, pH tolerated by nasal mucosa, and stable in storage at 30 ± 2 °C and 5 ± 2 °C for a month. This study concludes that the F2 nanoemulsion had good physical characteristics and the best permeation flux (9,51 ± 2,64¼g/cm2.hour), thus having potential to increase donepezil accumulation in the brain."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Vidya Destiani
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran evaluasi anatomis serta fungsional pasien pasca neovagina dengan graft membran amnion. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang deskriptif. Didapatkan 11 subyek dengan nilai minimum dan maksimum panjang vagina yaitu 7 dan 8 cm. Nilai minimum dan maksimum diameter vagina yaitu 3.5 dan 4.0 cm. Seluruh subyek mempunyai epitelisasi lengkap dan hasil histopatologi sesuai dengan epitel vagina serta tidak didapatkannya komplikasi. Total skor FSFI menunjukkan nilai minimum dan maksimum skor 27.2 dan 31.7, menunjukkan tidak didapatkan disfungsi seksual.

This study aims to provide an overview of anatomical and functional evaluation of patients post neovagina with amniotic membrane graft. This study was conducted with a descriptive cross-sectional design. Obtained 11 subjects with a minimum and maximum length of the vagina are 7 and 8 cm. The minimum and maximum diameter of the vagina are 3.5 and 4 cm. All subject had complete epithelialization, vaginal epithelium as histopathological result and no complications. Total FSFI score showed the minimum and a maximum score of 27.2 and 31.7, shows no sexual dysfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Paramita Sakti
"Salah satu masalah yang sering dijumpai pada obesitas adalah Nyeri Punggung Bawah (NPB) mekanik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas program standar dengan Proper Body Mechanics Terprogram terhadap nyeri dan fungsi fungsional pada pasien obesitas dengan NPB mekanik. Studi single blind, randomized controlled trial ini dilakukan tiga kali seminggu selama enam minggu. Skor nyeri diukur dengan Visual Analogue Scale (VAS) dan fungsi fungsional dengan Oswestry Disability Index (ODI). Pengukuran outcome dilakukan sebelum penelitian, minggu pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam untuk VAS dan sebelum penelitian, minggu ketiga dan keenam untuk ODI. Total 30 subjek dibagi menjadi dua kelompok, 14 kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat Diet, TENS, Aerobic Exercise, William Flexion Exercise dengan Proper Body Mechanics Terprogram sedangkan kelompok kontrol tanpa Proper Body Mechanics Terprogram. Kedua kelompok melakukan latihan dengan supervisi. Kelompok perlakuan diberikan logbook latihan Proper Body Mechanics di rumah. Hasil penelitian terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada skor VAS dan fungsi fungsional pada masing-masing kelompok. Terdapat perbaikan dan secara statistik bermakna pada delta skor VAS antar kelompok (p= 0,011) setelah intervensi selama enam minggu. Tidak ditemukan perbedaan bermakna fungsi fungsional antar kelompok (p= 0,976). Kombinasi Program Standar dengan penambahan Proper Body Mechanics Terprogram dapat mengurangi nyeri secara signifikan setelah intervensi selama enam minggu. Meskipun perbaikan fungsi fungsional tidak signifikan antara kedua kelompok, namun perubahan perbaikan fungsi fungsional lebih besar pada kelompok Proper Body Mechanics Terprogram setelah intervensi selama enam minggu pada pasien obesitas dengan Nyeri Punggung Bawah Mekanik.

One of the most common problems with obesity is mechanical Low Back Pain (LBP). This study aims to determine the effectiveness of a standard program with Programmed Proper Body Mechanics on pain and functional function in obese patients with LBP mechanics. This single-blind, randomized controlled trial was conducted three times a week for six weeks. Pain score was measured by Visual Analogue Scale (VAS) and functional function by Oswestry Disability Index (ODI). Outcome measurements were carried out before the study, the first, second, third, fourth, fifth and sixth weeks for VAS and before the study, the third and sixth weeks for ODI. Total of 30 subjects were divided into two groups, 14 as the treatment groups and 16 as the control groups. The treatment group received Diet, TENS, Aerobic Exercise, and William Flexion Exercise, with Programmed Proper Body Mechanics, while the control group didn’t received Programmed Proper Body Mechanics. Both groups did the exercise under supervision. The treatment group was given Proper Body Mechanics exercise logbook at home. The results showed that there was a statistically significant difference in the VAS delta scores between groups (p=0.011) after 6 weeks of intervention. There was no significant difference in functional function between groups (p = 0.976). The VAS score and functional function in each group improved and were statistically significant. The combination of the Standard Program with the addition of Programmed Proper Body Mechanics resulted in significant pain reduction after six weeks of intervention. Although the improvement in functional function was not significant between the two groups, the change in functional function improvement was greater in the Proper Body Mechanics Programmed group after six weeks of intervention in obese patients with Mechanical Low Back Pain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Mubarak
"Latar Belakang: Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang dilakukan oleh jemaah haji terdiri dari aktivitas berjalan minimal sejauh 12 kilometer untuk melakukan kegiatan rukun haji dan kegiatan diluar rukun haji. Ibadah haji memerlukan kapasitas fungsional dan keseimbangan yang baik sebagai syarat istitaah kesehatan untuk mencegah terjadinya kelelahan. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai efek latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.
Metode: Sebanyak 38 calon jemaah haji dewasa sehat dilakukan uji jalan 6 menit menggunakan rumus Nury prediksi VO2 maks dan uji timed up and go (TUG). Dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30 menit dengan intensitas sedang sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8 minggu. Kelompok kontrol hanya diminta mencatat jumlah langkah per hari tanpa peresepan latihan. Pada akhir penelitian dilakukan kembali uji jalan 6 menit rumus Nury dan uji TUG, serta dilakukan analisis data.
Hasil: Kedua kelompok mengalami peningkatan prediksi VO2 maks namun tidak mengalami peningkatan nilai TUG pada akhir penelitian. Peningkatan prediksi VO2 maks pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,007).
Kesimpulan: Latihan berjalan dapat meningkatkan kapasitas fungsional pada calon jemaah haji usia dewasa sehat, namun tidak memberikan efek peningkatan fungsi keseimbangan.

Background: Hajj pilgrim is physical worship performed by pilgrims consist of walking at least 12 kilometer to complete the hajj principle and related activity. Hajj pilgrim needs good functional capacity and balance as a prerequisite of health to prevent fatigue. The aim of this study is to evaluate the effectivity of walking exercise on functional capacity and balance function for healthy adult pilgrim candidates.
Method: 6 minutes walk test (6MWT) and Timed Up and Go (TUG) test was done on 38 healthy adult hajj pilgrim candidate. VO2max was predicted using Nury Formula. The candidate was randomized into intervention and control group. Intervention group was given walking exercise, minimum of 6000 steps each day for 30 minutes, moderate intensity, 3-5 times a week for 8 weeks. The control group was not prescribed exercise, only asked to record the amount of steps taken each day. At the end of the study, 6MWT and TUG was reevaluated.
Results: At the end of the study, both groups show improvement  on predicted VO2max but no improvement  on TUG time. Predicted VO2max improvement are higher on intervention group compared to control (p=0.007).
Conclusion: Walking exercise might increase functional capacity on healthy adult hajj pilgrim candidate, but has no effect on balance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Dany Afina
"Latar belakang: Pada penelitian terdahulu disebutkan bahwa pembedahan hidung dapat memperbaiki keluhan subjektif dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien sleep disordered breathing (SDB), namun secara objektif yang dinilai dengan polisomnografi masih terdapat kontroversi. Diperlukan suatu evaluasi lain yaitu dengan drug induced sleep endoscopy (DISE) yang dapat menilai sesuai patofisologi utama SDB yaitu adanya kolaps jalan napas pada saat tidur. Tujuan penelitian: untuk mengetahui efektivitas pembedahan hidung endoskopik pada pasien SDB yang disertai sumbatan hidung secara subjektif dengan menilai perbedaan skor Nasal Obstruction Symptom Evaluation (NOSE) dan Epworth Sleepiness Scale (ESS), secara objektif menilai perbedaan parameter polisomnografi (PSG) dan Drug Induce Sleep Endoscopy (DISE) dengan melihat perbedaan lokasi, konfigurasi dan derajat sumbatan jalan napas atas sebelum dan sesudah pembedahan hidung endoskopik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental jenis pre-post intervention pada subjek SDB dengan sumbatan hidung yang di dapat dengan total population sampling. Pengumpulan data sebelum pembedahan diperoleh secara sekunder (nilai kuesioner, PSG, video DISE) dan data evaluasi sesudah pembedahan diperoleh secara primer selama rentang waktu Agustus 2019 hingga Desember 2019. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada parameter subjektif menggunakan skor NOSE (p=0,005) dan ESS (p=0,003) dan objektif pada parameter PSG untuk sleep architechture yaitu REM sleep (p=0,020). Belum terdapat kemaknaan secara statistik untuk parameter respiratory disturbance index (RDI), respiratory effort related arousal (RERA),deep sleep, light sleep. Perbedaan secara statistik untuk parameter DISE belum dapat dibuktikan namun terdapat perbaikan secara klinis pada lokasi derajat dan konfigurasi kolaps pada beberapa subjek setelah pembedahan terutama pada level velum dan orofaring. Diperlukan penelitian lanjutan untuk parameter-parameter tersebut dengan jumlah sampel sesuai hasil akhir hitung ulang jumlah sampel pada penelitian ini.

Background : Previous studies mentioned that nasal surgery can improve subjective complaints and improve quality of life in patients with sleep disordered breathing (SDB), but objectively assessed by polysomnography there is still controversy. Another evaluation is needed, drug induced sleep endoscopy (DISE) is a tool that can evaluate according to the primary pathophysology of SDB, the presence of airway collapse during sleep. Objective : to find out the success rate of endoscopic nasal surgery in SDB patients with nasal obstruction by subjectively assessing differences in scores of Nasal Obstruction Symptom Evaluation (NOSE) and Epworth Sleepiness Scale (ESS), objectively assessing differences in polysomnographic parameters (PSG) and Drug Induce Sleep Endoscopy (DISE) by looking at differences in location, configuration and degree of upper airway obstruction before and after endoscopic nasal surgery. Method: This is pre-experimental study design type of pre-post intervention on SDB subjects with nasal obstructions obtained with total population sampling. Data collection before surgery was obtained secondary (questionnaire values, PSG, DISE video) and evaluation data after surgery were obtained primarily during the period of August 2019 to December 2019. Result : There were significant differences in subjective parameters using NOSE scores (p = 0.005) and ESS (p = 0.003) and objective in PSG parameters for sleep architechture, namely REM sleep (p = 0.020). There is no statistical significance for the respiratory disturbance index (RDI) parameters, respiratory related related arousal (RERA) parameters, deep sleep, light sleep. The statistical difference for DISE parameters has not been proven yet but there is a clinical improvement in the degree location and collapse configuration in some subjects after surgery, especially at the velum and oropharyngeal level. Further research is needed for these parameters with the number of samples in accordance with the final results recalculate the number of samples in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Waznan
"ABSTRAK
Dewasa ini, jumlah populasi usia lanjut di Indonesia semakin meningkat. Jumlah ini diiringi dengan semakin banyaknya masalah-masalah yang menyertai seseorang dengan usia lanjut, seperti menurunnya mobilitas fungsional. Penurunan mobilitas fungsional ini akan berpengaruh terhadap menurunnya pula kualitas hidup terkait kesehatan HRQoL . Belum ada penelitian yang mengetahui korelasi antara mobilitas fungsional dengan HRQoL, jika diukur menggunakan European Quality of Life-5 Dimension EQ-5D yang memiliki keunggulan. Sebanyak 70 pasien usia lanjut di Poliklinik Geriatri, RSCM dilakukan pengukuran TUGT mengukur mobilitas fungsional dan EQ-5D mengukur HRQoL . Didapatkan nilai median untuk TUGT adalah 12,335 7-30,9 detik, EQ-5D TTO 0,777 0,532-1 , dan EQ-5D VAS 70,0 30-100 . Dengan menggunakan analisis korelasi, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi negative antara TUGT dengan EQ-5D TTO p= 0,006; r= -0,324 dan EQ-5D VAS p= 0,037; r= -0,254 . Dari penelitian ini didapatkan bahwa TUGT orang usia lanjut di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan di negara lain. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian-penelitian terkait mobilitas fungsional dan HRQoL. Penelitian lanjutan tentang hubungan kausalitas kedua variabel perlu dilakukan.

ABSTRACT
Recently, total population of eldery in Indonesia is growing in number. This number accompanied by problems among elderly, as decrese in functional mobility. The decrease of functional mobility will affect to health related quality of life HRQoL . There is still no study knowing correlation between functional mobility and HRQoL, if assessed using European Quality of Life 5 Dimension EQ 5D which has its own excellence. As many as 70 elderly patients in Geriatric Policlinic was tested for timed up and go test TUGT for assessing functional mobility and EQ 5D for assessing HRQoL . The median of TUGT was 12,335 7 30,9 second, EQ 5D TTO was 0,777 0,532 1 , and EQ 5D VAS was 70,0 30 100 . From bivariate analysis, there was a correlation between TUGT with EQ 5D TTO p 0,006 r 0,324 and TUGT with EQ 5D VAS p 0,037 r 0,254 . From this study, it is known that TUGT of elderly patient in Indonesia is lower if compared to another counties rsquo references value. This study is also suit with another studies about functional mobility and HRQoL. Advanced study to know causality association between variables needs to be done. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>