Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leo Ericton
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kekerasan rasial di Jerman yang dilakukan oleh skinhead. Pasca unifikasi, Jerman dihadapkan dengan masalah baru, yaitu masuknya imigran yang secara perlahan tapi pasti meningkat. Peningkatan jumlah imigran menyebabkan terjadinya gesekan sosial antara imigran dan warga asli Jerman yang secara tidak langsung meningkatkan ultranasionalis di Jerman, salah satunya adalah skinhead. Munculnya skinhead dan peningkatan jumlah imigran di Jerman ternyata berdampak kepada sering terjadinya kekerasan rasial terhadap imigran. Penelitian ini akan menganlisis mengenai kebangkitan ultranasionalis Jerman dan kekerasan rasial terhadap imigran pada masa kepemimpinan Kanselir Angela Merkel dengan menggunakan konsep ultranasionalis, konsep kekerasan rasial, dan teori intergovermentalisme. Ternyata Jerman telah memiliki regulasi yang dibuat berdasarkan sejarah masa lalu mengenai pelarangan dan penyebaran tindakan yang merujuk kepada ideologi Nazi dan rasisme, termasuk juga pelarangan terhadap tindakan kekerasan rasial terhadap imigran dan etnis minoritas. Tetapi sayangnya walaupun regulasi terkait dengan pelarangan hal tersebut sudah dibuat, kekerasan rasial terhadap imigran masih tetap terjadi.

ABSTRACT
This study analyze the racist violence in Germany by skinheads. After the unification, Germany face a new problem, namely the entry of immigrants who slowly but steadily increased. The increasing number of immigrants turned out a social friction between immigrants and native Germans. The friction that occurred between immigrants and native Germans indirectly increased ultranationalists in Germany, one of which was skinheads. The emergence of skinheads and the increase in the number of immigrants in Germany turned out to have an impact on the frequent occurrence of racial violence against immigrants. This article analyse the rise of German ultranationalist and racial violence against immigrants during Chancellor Angela Merkel reign using ultranationalist concept, racist violence concept and intergovernmentalism theory. It is found that it turns out that Germany has regulations made based on past history regarding the prohibition of dissemination and actions that refer to Nazi idealism and racism, including the prohibition of racial violence against immigrants and ethnic minorities. But it is unfortunate that even though regulations regarding this matter have been made, racial violence against immigrant in Germany is still happening"
2019
T51671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Btary Annisa Widyastuti
"Penelitian ini membahas fungsi apelatif teks yang terdapat pada naskah pidato Kanselir Jerman Angela Merkel tanggal 18 Maret 2020 yang bertemakan pandemi Covid-19 di negara Jerman. Penelitian ini menggunakan landasan teori fungsi apelatif teks dari Klaus Brinker. Teori tersebut digunakan untuk mengklasifikasi indikator-indikator gramatik dalam data yang mengandung fungsi apelatif. Penelitian ini meninjau struktur-struktur kalimat pada naskah pidato Kanselir Angela Merkel yang memiliki indikator gramatik fungsi apelatif. Pembahasan dilakukan melalui pendekatan sintaksis, yakni menganalisis tiap kata dalam kalimat yang menjalani fungsi apelatif sesuai dengan kelas kata dan fungsi sintaksisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 11 dari 17 kalimat yang dianalisis memiliki pola indikator gramatik Modalverben+infinitif sebagai upaya untuk menyampaikan imbauan atau perintah kepada penerima. Selain itu, Angela Merkel juga menggunakan pronomina orang pertama majemuk atau wir dan uns dalam menyampaikan pesannya. Penggunaan pronomina tersebut dipilih sebagai bentuk solidaritas antara penerima dan pengirim pesan karena menempatkan pengirim pesan sebagai salah satu dari komunitas yang ia tuju.

This study discusses the appellative text function contained in the speech transcript of German Chancellor, Angela Merkel, on March 18th 2020 with the theme of Covid-19 pandemic in Germany. This study uses the theoretical basis of the text function theory from Klaus Brinker. The theory is used to classify grammatical indicators in the data that contain an appellative function. This study examines the sentence structures in Chancellor Angela Merkel's speech which has a grammatical indicator of an appellative function. The data were examined through a syntactic approach, which is to analyze each word in a sentence that has appellative function according to the word class and syntactic function. The results of this study indicate that 11 of the 17 sentences analyzed have a Modal verb+infinitive grammatical pattern as an attempt to convey an order to the recipient. In addition, Angela Merkel also uses plural first-person pronouns such as “wir” and “uns” in conveying her message. The use of those pronouns is chosen as a form of solidarity between the recipient and the sender of the message because it places the sender of the message as one of the communities she is targeting."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Lukas Ronggur Hasiholan
"Penelitia ini membahas mengenai peran Kanselir Angela Merkel dalam menangani krisis finansial Eropa melalui penerapan pengetatan anggaran di Uni Eropa. Krisis finansial Eropa yang terjadi sejak 2009 tidak hanya berpengaruh pada kondisi perekonomian negara-negara anggota, namun juga telah menyebabkan terganggunya proses integrasi kawasan tersebut. Sebagai kepala negara yang dapat bertahan dari goncangan krisis, Kanselir Merkel memiliki sentralitas dan peranan yang cukup vital dalam penanganan krisis. Sentralitas Kanselir Merkel terlihat dengan diterapkannya penerapan pengetatan anggaran di sejumlah negara meskipun mendapatkan penolakan, hujatan, bahkan memunculkan gerakan-gerakan masyarakat Eurosceptism.
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat karakteristik Kanselir Merkel yang menjadi kunci utama diberlakukannya pengetatan anggaran. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa setiap pemimpin negara seyogyanya melakukan konsiderasi yang mendalam, seperti dengan melakukan konsultasi, dan penjajakan terhadap konstituen, agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya terbatas pada keberhasilan mengatasi masalah namun juga dapat diterima oleh masyarakat.

This research will analyse about the role of Chancellor Angela Merkel to handle eurozone crisis through austerity measure in European Union. The crisis that emerged in Europe since 2009 not only crashed the finansial system, but also affected the integration process in that region. As a head of state that survive during the crisis, Chancellor Merkel have been acting as an important and prominent political leader. During the finansial crisis, Chanceloor Merkel has pushed the implementation of austerity measure although some harsh resistances occurred among the member states.
This research found that the characteristic of Angela Merkel as main feature that justify her decision to implement austerity measure to manage the eurozone crisis. Moreover, this research also suggests that it is important for every political leaders to take deeper consideration during decision making process. Thus the outcome will not just succesfully manage the crisis but also accepted by the peoples.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirmala Adisti Karunia
"Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor kemenangan yang dihadapi Angela Merkel dalam pemilihan Kanselir Jerman tahun 2005, berdasarkan studi tentang identitas marjinal dan identifikasi politik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan mengenai persoalan identitas dan identifikasi politik dalam proses Pemilu Jerman 2005. Identitas marjinal terkait dengan identitas Merkel sebagai perempuan dalam masyarakat Jerman yang Patriarkhis dan sebagai orang (bekas) Jerman Timur yang memiliki kesenjangan antar kelas sosial dengan masyarakat (bekas) Jerman Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan keberadaan masalah identitas marjinal Angela Merkel, sebagai kandidat, yang bertentangan dengan identifikasi identitas partai politiknya, CDU, dalam proses Pemilu. Sehingga penelitian ini menemukan faktor-faktor kemenangan dalam proses pencapaian kesuksesan Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman terpilih. Faktor-faktor kemenangan ini dibagi menjadi faktor-faktor internal dan eksternal.

This thesis discusses the marginal identity problem and winning factors which were encountered by Angela Merkel in Germany 2005 chancellor election, based on study about marginal identity and political identification. This study used qualitative research method to explain about the matter of political identity and identification in the Germany 2005 election. The marginal identity is associated with Merkel's identity as a woman in a patriarchal society and as an (former) East German which has a social class gap with the (former) West German. The result of this study indicates the existence of Angela Merkel?s (as a candidate) marginal identity problem, which was contrary to the identity identification of her political party, the CDU, in the election process. So this research found some winning factors in the process of achieving Angela Merkel?s success as elected chancellor. These winning factors are divided into internal and external factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Putri Permatasari
"Pidato adalah salah satu cara komunikasi untuk menyampaikan pemikiran, ide, gagasan, dan informasi dari pembicara. Pidato juga dapat didefinisikan sebagai cara untuk mengekspresikan emosi dan menyatakan isi pikiran dengan suara dan gerakan. Dalam tugas akhir ini, penulis menganalisis pidato Republik Federal Jerman, Angela Merkel yang berjudul Neujahrsansprache der Bundeskanzlerin Merkel für das Jahr 2021. Dalam pidato ini, diperlukan pragmatik untuk membantu proses penyampaian pesan oleh Angela Merkel agar dapat diterima dengan benar dan jelas oleh masyarakat Jerman. Penulis melakukan penelitian berdasarkan teori tindak tutur milik John Rogers Searle (1969) dan George Yule (1996) yang berfokus pada bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan deskriptif. Selanjutnya, tuturan yang ditemukan diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif. Dari temuan 46 ujaran terdapat 18 fungsi yaitu sebagai berikut: menginformasikan, memberitahukan, menyatakan, mengingatkan, menegaskan, mengklaim, menyangkal, menyimpulkan, menanyakan, memerintahkan, menyarankan, menjanjikan, mengajak, menyambut, mengucapkan terima kasih, mengucapkan belasungkawa, menyampaikan, harapan dan rasa syukur. Dari sekian banyak ujaran yang telah dianalisis, penulis menemukan tindak tutur ilokusi representatif dengan jumlah yang paling banyak dengan jumlah 46 ujaran dan fungsi menyatakan merupakan fungsi yang paling banyak jumlahnya yakni 18 ujaran.

Speech is a way to convey a thought, idea, information, what the speaker implies and communicate. Speech can also be described as the ability to express emotions and express thoughts with sound and movement. In this final project, the author has analyzed the speech of the German Federal Chancellor, Angela Merkel, titled Neujahrsansprache der Bundeskanzlerin Merkel für das Jahr 2021. In this speech, Pragmatics is needed to assist the process of delivering messages by Angela Merkel so that they can be received correctly and clearly by the German people. The author conducted research based on the speech act theory of John Rogers Searle (1969) and George Yule (1996) which focused on the form and function of illocutionary speech acts. This research uses qualitative and descriptive research methods. Furthermore, the utterances found were classified into five categories, namely representative, directive, expressive, commissive, and declarative. From the findings of 46 utterances, there are 18 functions, namely as follows: informing, notifying, stating, reminding, affirming, claiming, denying, concluding, asking, ordering, suggesting, promising, inviting, welcoming, thanking, expressing condolences, conveying, hoping and gratitude. From the utterances that have been analyzed, the author finds the representative illocutionary speech act with the highest number of 46 utterances and the function of stating is the most numerous function, namely 18 utterances."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Graziani
"Penelitian ini membahas jenis-jenis reduksi yang dilakukan dalam takarir berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk teks sumber berbahasa Jerman dan menganalisis faktor linguistik yang menyebabkan perbedaan tingkat reduksi antara kedua takarir. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui studi pustaka dengan korpus data takarir bahasa Indonesia dan takarir bahasa Inggris dari Deutsche Welle untuk pidato Angela Merkel pada acara Haushaltsgesetz 2021 tentang pembatasan kegiatan masyarakat menjelang Natal 2020. Hasil penelitian menggunakan klasifikasi reduksi teks dalam takarir dari Díaz Cintas dan Remael (2020) menunjukkan bahwa terdapat jenis reduksi parsial dan total dalam level kata, frasa, klausa, dan kalimat yang ditemukan dalam kedua takarir dengan hasil perbandingan bahwa takarir bahasa Indonesia mengalami lebih banyak reduksi dibandingkan takarir bahasa Inggris. Secara linguistik, hal ini disebabkan oleh perbedaan tata bahasa dan leksikal antara bahasa Indonesia dan bahasa Jerman yang lebih distingtif dibandingkan dengan perbedaan tata bahasa dan leksikal antara bahasa Inggris dan bahasa Jerman.

This study discusses the types of reduction found in Indonesian and English subtitle for German source text and analyses linguistic factors that cause differences in the level of reduction between the two subtitles. The research was conducted using a qualitative method through literature study with a corpus of data on Indonesian subtitle and English subtitle produced by Deutsche Welle for Angela Merkel’s speech at the Haushaltsgesetz 2021 event regarding restrictions on community activities before Christmas 2020. Using text reduction classification in subtitles from D'az Cintas and Remael (2020), this study shows that there are types of partial and total reduction in word, phrase, clause, and sentence level found in the two subtitles, with the comparison result that the Indonesian subtitle has more reduction than English subtitle. Linguistically, this is caused by the grammatical and lexical differences between Indonesian and German that are more distinct than the grammatical and lexical differences between English and German."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adlia Nazila
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana döner kebab dapat membentuk wacana politik di Jerman dalam iklan kampanye Angela Merkel dan membentuk wacana gaya hidup di Jerman dalam iklan Dönerbox dan iklan Beauty Döner Kebap. Ketiga Iklan tersebut menampilkan döner kebab dan dipublikasi di Jerman. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan menggunakan teori wacana dari Michel Foucault.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga iklan yang menampilkan döner kebab membentuk wacana-wacana di dalam relasi kekuasaan, sehingga dapat membentuk wacana-wacana lain seperti wacana politik dan wacana gaya hidup.

This thesis discusses how döner kebab could forms the political discourse in Germany in Angela Merkel?s campaign advertising and forms the lifestyle discourses in Dönerbox advertising and Beauty Döner Kebap advertising. Those three advertises displayed döner kebab and were published in German. The literature based methodology was applied in this research, together with discourse analysis theory from Michel Foucault.
Results confirm that three advertises, which displayed döner kebab, form discourses on power relations, then they could form the other discourses such as political and lifestyle discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1877
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Praditia
"Sumber data yang berupa transkrip konferensi pers antara Presiden Republik Indonesia dan Kanselir Republik Federal Jerman ini diunduh dari http://www.bundeskanzlerin.de pada tanggal 11 Juli 2012, pukul 00:38 wib. Adapun tujuan penelitian dengan metode kuantitatif ini adalah untuk menganalisis dan mendapatkan intensitas dari daya ilokusi Searle, kepatuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan Leech dan prinsip kerja sama Grice dari petuturan yang disampaikan oleh Presiden RI, Kanselir Republik Federal Jerman dan para wartawan selama konferensi pers berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Presiden RI lebih banyak melakukan pelanggaraan pada prinsip kesantunan Leech dan prinsip kerja sama Grice, jika dibandingkan dengan para peserta tutur lainnya.

The transcription data of the press conference between the President of Republic of Indonesia and the Chancellor of the Federal Republic of Germany is downloaded from http://www.bundeskanzlerin.de on July 11, 2012, at 12:38 pm. The purpose of this quantitative-method research is to analyze and to get the intensity of the Searle’s illocutionary force, obedience and violation of both Leech’s politeness principle and Grice’s cooperation principle from the pronounciation delivered by the President of Republic of Indonesia, the Chancellor of the Federal Republic of Germany and the journalists during the press conference. The research results show that the President of Republic of Indonesia does more violation of both Leech’s politeness principle and Grice’s cooperation principle compared to the other participants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Razita Inayah Kiasatina
"Kehadiran imigran dimulai pada pasca Perang Dunia II karena Prancis sedang mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga merekrut banyak tenaga kerja asing. Mulai tahun 1940an, jumlah imigran terus meningkat dan kebanyakan dari mereka berasal dari negara Magribi dan eropa selatan. Masalah imigran baru disadari oleh Prancis pada tahun 1980an, pada saat itu François Mitterrand dipilih sebagai Presiden Sosialis yang memerintah Prancis untuk pertama kalinya selama dua periode, karena sebelumnya Prancis dipimpin oleh pemerintah kanan yang cenderung konservatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan migrasi pemerintahan François Mitterrand serta usaha pemerintah Mitterrand dalam proses integrasi imigran di Prancis. Melalui pemaparan tersebut, terlihat bahwa pemerintahan sosialis cenderung menoleransi imigran dibanding pemerintah kanan yang bertindak lebih tegas. Penelitian ini membuktikan bahwa pada masa pemerintahan François Mitterrand, imigran semakin sulit dikontrol sehingga proses integrasi antara kedua pihak sulit dilakukan. Sikap tokoh sosialis justru meningkatkan jumlah imigran ilegal yang masuk ke Prancis, sehingga memicu masalah sosial di Prancis yang terlihat melalui aspek ekonomi, pendidikan dan budaya. Dalam aspek ekonomi, banyak imigran Magribi yang memiliki pendidikan rendah sehingga meningkatkan jumlah pengangguran di Prancis dan dalam aspek budaya terdapat masalah diskriminasi dan islamofobia.

The presence of immigrants began after World War II when economic growth in France was increasing and need to recruit many foreign workers. Early 1940s, the number of immigrants continued to grow and many of them came from Magribi countries and southern Europe. The immigrants problem was recognised by France in the 1980s, when François Mitterrand was elected as the first Socialist President in France who lead for two periods, France was previously led by a right-wing government who is more conservatives. This research used a qualitative method which aims to find out the impact of the migration policy and the governments`s efforts to integrate immigrants in France. This research showed that socialist governments tend to tolerate immigrants compared to the right-wing government which acts more decisively. This research proves that during the reign of François Mitterrand, the
number of immigrants was increasing and difficult to control which made the integration between the two parties was difficult. The socialist politics figures who is actually responsible for the increasing number of illegal immigrants who enter France and later triggering social problems in France that were seen through economic, educational and cultural aspects. In the economic aspect, many Magribi immigrants who have low quality of education which increase the number of unemployed in France and in the cultural aspect there are problems like
discrimination and Islamophobia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>