Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Rozi Yuliandi
"ABSTRAK
Latar Belakang. Perbaikan fungsi sosial adalah salah satu tujuan tatalaksana skizofrenia. Beberapa studi menunjukkan fungsi sosial dipengaruhi oleh gejala positif, gejala negatif, dan gangguan neurokognitif. Tatalaksana secara farmakologis memiliki manfaat yang efektif untuk mengatasi gejala positif seperti halusinasi dan waham,
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap fungsi sosial. Demikian juga, rehabilitasi kognitif memiliki manfaat terbatas untuk meningkatkan fungsi sosial. Studi terbaru menunjukkan bahwa kognisi sosial menjadi salah satu faktor yang memengaruhi fungsi sosial. Pada pasien skizofrenia, terjadi penurunan beberada domain kognisi sosial.
Terdapat berbagai metode untuk meningkatkan kognisi sosial, salah satunya adalah Social Cognition and Interaction Training (SCIT). Modul SCIT menargetkan tiga domain kognisi sosial pada skizofrenia, yaitu : emotional processing, theory of mind, dan bias atribusi. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk menilai keandalan antar penilai Modul SCIT untuk skizofrenia versi Indonesia.
Metode. Studi ini merupakan uji keandalan antar penilai modul SCIT untuk skizofrenia versi Indonesia terhadap implementasi aktivitas dalam setiap sesi yang dilakukan oleh peneliti di modul SCIT pada kelompok sehat. Besar sampel ditetapkan berdasarkan jumlah orang dalam satu kelompok berdasarkan ketentuan dari modul yaitu 7 orang.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Intraclass Correlation Cofficient (ICC) dengan total nilai tiap sesi modul dibandingkan antar penilai.
Hasil. Keandalan antar penilai pada modul SCIT versi Indonesia ini sangat baik, dengan nilai Intraclass Correlation Cofficient (ICC) sebesar 0.985.
Kesimpulan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi modul SCIT versi Indonesia memperlihatkan bahwa konsistensi antar penilai yang sangat baik. Modul pelatihan ini bisa diterapkan dengan menyesuaikan situasi dan budaya di Indonesia.

ABSTRACT
Background. One of the goals of schizophrenia treatment is to improve the patient`s social functioning. Some studies show social function is influenced by positive symptoms, negative symptoms and neurocognitive disorders. Pharmacological treatment has effective benefits for dealing with positive symptoms such as hallucinations and delusions, but does not have a significant effect on social functioning. Likewise, cognitive rehabilitation has limited benefits for improving social functioning. Recent studies have shown that social cognition is one of the factors that influence social functioning. In schizophrenia patients, there are decrease some domain of social cognition. There are various methods to improve social cognition, one of which is Social Cognition and Interaction Training (SCIT). The SCIT module targets
three domains of social cognition in schizophrenia, emotional processing, theory of mind, and attribution bias. This research is a preliminary study to assess the inter-rater reliability of SCIT module for schizophrenia in Indonesian version.
Method. This study is an inter-rater reliability of SCIT module for schizophrenia in Indonesian version on the implementation of activities in each session conducted by researcher in SCIT module in healthy groups. The sample size is determined based on the number of people in one group based on the provisions of the module which is 7 people. Measurements were made using the Intraclass Correlation Cofficient (ICC) with the total value of each module session compared between raters.
Results. The inter-rater reliability of SCIT module for schizophrenia in Indonesian version is very good, with the Intraclass Correlation Cofficient (ICC) value is 0.985.
Conclusion. In this study, can be concluded that the implementation of the Indonesian version of SCIT module shows that the consistency among raters is very good. So that this training module can be implemented by adjusting to the situation and culture in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Sanjaya
"Latar Belakang: Gangguan psikologis pada pekerja dapat berdampak pada gangguan kesehatan fisik, penurunan produktivitas kerja hingga kecelakaan kerja. Kuesioner yang digunakan di beberapa dunia untuk menilai gangguan psikologis adalah kuesioner Brief Symptom Rating Scale-5 (BSRS-5). Namun kuesioner tersebut masih belum ada versi Bahasa Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan validitas transkultural (adaptasi lintas budaya), uji validitas dan reliabilitas agar kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen penilaian gangguan psikologis pada pekerja di Indonesia.
Metode: Penelitian ini diawali dengan penerjemahan dan penyesuaian kultural dari kuesioner asli. Tim peneliti melakukan modifikasi kuesioner asli yang berbahasa asing diterjemahkan ke Bahasa Indonesia agar kuesioner dapat digunakan di lingkungan kerja. Penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data menggunakkan kuesioner BSRS-5 versi Bahasa Indonesia yang sudah melewati validitas transkultural kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji validitas konstruk, validitas eksternal dengan Depression, Anxiety dan Stress Scale-21 (DASS-21), analisa faktor dan uji reliabilitas.
Hasil: Kuesioner BRS-5 dihasilkan dari validasi transkultural dengan metode ISPOR. Hasil dari uji validitas konstruk semua pertanyaan (0.634-0.781) dengan tingkat signifikansi < 0.05. Kemudian dilakukan analisa faktor semua pernyataan > 0.3 dan didapatkan kelima item dengan nilai Eigenvalue 1. Cronbach's Alpha adalah 0.770. Nilai Corrected Item Total Correlation semua pernyataan antara 0.634-0.781. Hasil uji validitas eskternal dengan DASS-21 didapatkan BSRS-5 berkolerasi dengan DASS-21 dimensi depresi dan dimensi stres dengan nilai korelasi 0.397 dan 0.399. Sedangkan untuk BSRS-5 dengan DASS-21 dimensi anxiety menunjukkan tidak adanya korelasi dengan nilai korelasi 0.237. Oleh karena itu, diperlukan penilaian kuesioner gold standard lainnya apabila terbukti mengalami gangguan psikologis dari setiap komponen yang terdapat di BSRS-5.
Kesimpulan: Penelitian menghasilkan kuesioner Brief Symptom Rating Scale-5 (BSRS-5) yang valid dan reliable untuk digunakan oleh pekerja khususnya tenaga medis umum di Indonesia. Namun, untuk menindaklanjuti gangguan psikologis yang didapat setelah mengisi kuesioner BRSS-5 versi Bahasa Indonesia diperlukan gold standard kuesioner lain atau bantuan profesional untuk evaluasi lebih lanjut.

Background: Psychological distress in workers is associated with physical health problems and decreased work productivity costing the impact of workplace accidents. One of the questionnaires used in several countries to assess psychological distress is the Brief Symptom Rating Scale - 5 (BSRS-5). However, the BSRS-5 is not available in the Indonesian version. In this study, researchers do transcultural (cross-cultural adaptation), construct validity, external validity and reliability tests. To make BSRS-5 provide an instrument for assessing psychological distress for workers in Indonesia. Methods: This study started with the cultural adaptation of the original questionnaire. The research team modified the original questionnaire in a foreign language and translated it into Indonesian language so that the questionnaire could use in the work environment. The study continued with data collection using the Indonesian version of the BSRS-5 questionnaire, which had passed transcultural validity. Then it continued with construct validity tests, factor analysis, external validity with Depression, Anxiety and Stress Scale-21 (DASS-21), and reliability testing. Results: The BSRS-5 questionnaire was produced from transcultural validation using the ISPOR method. The results of the construct validity test for all questions between (0.634-0.781) with a significance level < 0.05. The factor analysis values for all statements > 0.3 were all items having Eigenvalues > 1. The Corrected Item Total Correlation value for all statements is between 0.634-0.781. Cronbach's Alpha score is 0.770. The external validity test results with DASS-21 showed that BSRS-5 correlated with the DASS-21 dimensions of depression and stress with correlation values of 0.397 and 0.399. In opposition to correlated BSRS-5 with the dimension of anxiety in DASS-21 showed no correlation with a correlation value of 0.237. Therefore, another standard gold questionnaire is required to evaluate physiological distress based on each item in BSRS-5. Conclusion: The absence of correlation with anxiety in this assessment tool need another gold standard questionnaire or professional assistance is required for further evaluation to follow up on psychological disorders. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Josh Tindo
"Latar Belakang Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berat seperti skizofrenia dan skizoafektif sering berada pada rentang usia produktif. Gangguan jiwa tersebut dapat berdampak pada tingginya beban biaya dan munculnya disabilitas, yang dapat lebih besar bila dibandingkan dengan beban biaya dan disabilitas yang disebabkan oleh keganasan dan Human Immunodeficiency Virus. Hal tersebut mendorong peneliti dan klinisi berupaya untuk dapat mengukur disabilitas pada ODGJ secara objektif agar dapat mengelola kasus secara lebih spesifik, termasuk dalam penentuan kebijakan secara luas. UCSD Performance-Based Skills Assesment (UPSA) II merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur disabilitas fungsional pada ODGJ berdasarkan performa. Penelitian ini bertujuan mendapatkan instrumen UPSA II versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal untuk menilai disabilitas fungsional pada ODGJ di Indonesia.
Metode Desain pada penelitian ini adalah uji kesahihan isi dan keandalan konsitensi internal instrumen, dengan populasi target pasien skizofrenia dan skizoafektif berusia 18-59 tahun yang mengalami remisi.
Hasil Pada uji kesahihan isi didapatkan nilai I-CVI 1,0 dan S-CVI 1,0 untuk semua ranah. Pada uji keandalan didapatkan nilai koefisien Cronbach’s Alpha 0,707 untuk skor total, dan kisaran 0,628-0,852 pada setiap subskala. Pada subjek penelitian dengan remisi parsial didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,686 sedangkan pada subjek penelitian dengan remisi total didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,755. Hasil nilai cronbach alpha yang didapat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Spanyol (α=0.9), Portugal (α=0.8) dan Brazil (α=0.8), dan hal tersebut dapat disebabkan status remisi dan tingkat pendidikan yang berbeda dengan subyek pada penelitian ini. Pada Uji T tingkat pendidikan rendah-menengah memiliki rerata yang lebih rendah (67.03 ±22.66) dibandingkan tingkat pendidikan tinggi (78.74 ±19.93), t(98)=-2.268, p=0.026.
Kesimpulan Instrumen UPSA II versi Bahasa Indonesia merupakan alat yang sahih dan andal untuk mengukur disabilitas fungsional pada ODGJ.

Introduction People with severe mental disorders such as schizophrenia and schizoaffective are often in the productive age range. Mental disorders can have an impact on the high cost burden and the emergence of disability, which can be greater when compared to the burden of costs disabilities caused by malignancy and the Human Immunodeficiency Virus. This encourages researchers and clinicians to strive to be able to objectively measure disability in ODGJ in order to manage cases more specifically, including in broad policy decisions. UCSD Performance-Based Skills Assessment (UPSA) II is an instrument used to measure functional disability in severe mental disorder patient based on performance. This study aims to obtain a valid and reliable Indonesian version of the UPSA II instrument to assess functional disability in people with severe mental disorder in Indonesia.
Method The design in this study was to test the content validity and the instrument's internal consistency reliability, with a target population of schizophrenic and schizoaffective patients aged 18-59 years who had remission.
Results Content validity test obtained I-CVI 1.0 and S-CVI 1.0 for all domains. In the reliability test, the Cronbach's Alpha coefficient value is 0.707 for the total score, and the range is 0.628-0.852 on each subscale. In subjects with partial remission Cronbach's Alpha values were 0.686 while subjects with total remission Cronbachs Alpha values were 0.755. The results of the Cronbach alpha values obtained differ from studies conducted in Spain (α = 0.9), Portugal (α = 0.8) and Brazil (α = 0.8), and this can be due to remission status and different educational levels with subjects in this study . In the T-Test the low-secondary education level has a lower mean (67.03 ±22.66) than the level of higher education (78.74 ± 19.93), t (98) = - 2.268, p = 0.026.
Conclusion The Indonesian version of the UPSA II instrument is a valid and reliable tool for measuring functional disability in ODGJ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T58947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminah Ahmad Alaydrus
"Nyeri kronik seringkali menyebabkan penderitaan dan gangguan fungsi pada penderitanya dan menjadi faktor biopsikososial yang memengaruhi persepsi seseorang terhadap nyeri yang dialaminya. Keyakinan dan persepsi seseorang terhadap nyeri seringkali ditemukan dalam bentuk yang tidak adaptif seperti pemikiran katastrofik (pain catastrophizing). Pengalaman nyeri yang dialami oleh pasien dengan Artritis Reumatoid dihubungkan dengan adanya pemikiran katastrofik. Pain Catastrophizing Scale (PCS) adalah instrumen baku emas dalam mengidentifikasi pemikiran katastrofik pada pasien dengan nyeri hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan menguji kesahihan dan keandalan instrumen PCS versi Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara potong lintang di Poli Reumatologi RSCM pada bulan Juni hingga Agustus 2022 dengan metode consecutive sampling (N=286). Proses penerjemahan instrumen melewati tahapan forward translation, penyesuaian dengan pemahaman masyarakat Indonesia dan back translation kemudian dilakukan uji kesahihan isi, kesahihan konstruk dan keandalan internal pada instrumen PCS versi Bahasa Indonesia. Uji kesahihan isi dari PCS didapatkan hasil rata-rata I-CVI=1, S-CVI=0.93 dan CVR=1. Hasil dari Confirmatory Factor Analysis pada model akhir didapatkan CMIN/df 3.011, CFI 0.962, GFI 0.932, RMSEA 0.084 dan AIC 204.517 yaitu hasil yang baik. Nilai keandalan interna sebesar 0.94. PCS dapat digunakan sebagai alat yang baik untuk mendeteksi adanya pemikiran katastrofik terhadap nyeri pada pasien yang berpotensi meningkatkan kejadian nyeri kronik.

Chronic pain has caused suffering and disability and known as a biopychosocial factor affecting one’s pain perception. One’s beliefs and perception about pain mainly found in non-adaptive form such as pain catastrophizing and associated with Pain experience in arthritis Rheumatoid patients. Pain Catastrophizing Scale (PCS) is a gold standard to identify catastrophizing in patient experiencing pain. This study aims to test validity and reliability of PCS Indonesian Version. This is a cross-sectional study conducted in Rheumatology Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from June to August 2022 through consecutive sampling (N= 286). The instrumen was translated, adapted to Indonesian’s culture and back translated. The content validity, construct validity and reliabity test were done. Content validity of PCS shows I-CVI score 1, S-CVI score 0.93 and CVR score 1. CFA initial model was not fit and needed few modificiation. The final result shows CMIN/df, CFI, GFO, RMSEA and AIC score as follows, respectively, 3.011, 0.962, 0.932, 0.084 dan AIC 204.517 which concludes as great result. Internal reliability score is 0.94. Pain Catastrophizing Scale (PCS) instrument can be used as a valid and reliable intrument to detect catastrophizing in patient with pain which potentially increasing the risk of chronic pain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Hapsari Massarapa
"Latar Belakang. Frekuensi kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) cukup sering dijumpai, sehingga menimbulkan permasalahan baik saat mereka berada dalam perawatan di rumah sakit ataupun saat mereka kembali ke komunitas. Dengan adanya suatu instrumen yang dapat menilai faktor-faktor risiko terjadinya kekerasan di masa mendatang serta diberikannya manajemen risiko dan tata laksana yang adekuat dapat mengurangi timbulnya risiko perilaku kekerasan atau kebeberbahayaan, serta menimbulkan rasa aman dan nyaman baik bagi ODGJ itu sendiri, keluarga atau pelaku rawat, komunitas serta tenaga medis. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang sahih dan handal dalam menilai risiko kekerasan atau keberbahayaan di masa mendatang serta rencana tata laksananya terutama pada seting klinis, yakni Historical Clinical Risk Management Scale 20 Version 3 (HCR-20V3) versi Bahasa Indonesia. Metode. Penelitian ini melibatkan 103 pasien dengan riwayat perilaku kekerasan yang datang ke Poli Jiwa Dewasa dan Unit Rawat Inap Departemen Psikiatri RSCM sejak bulan November 2018 dan berusia 18-59 tahun. Uji kesahihan yang dilakukan antara lain uji kesahihan isi dengan meminta pendapat dari 10 orang pakar di bidang Ilmu Kesehatan Jiwa, serta uji kesahihan konkuren yang membandingkan skala klinis pada instrumen HCR-20V3 versi Bahasa Indonesia dengan instrumen standar yang telah divalidasi sebelumnya yakni PANSS dan OAS. Uji keandalan konsistensi internal dilakukan dengan melihat nilai Cronbach s Alpha. Hasil. Uji kesahihan isi menunjukkan nilai content validity index for items (I-CVI) sebesar 0.97 dan nilai content validity index for scales (S-CVI) sebesar 0.80 yang menunjukkan bahwa butir-butir pada instrumen HCR-20V3 versi Bahasa Indonesia memiliki relevansi terhadap penilaian risiko kekerasan/keberbahayaan pada seseorang. Uji kesahihan konkuren menunjukkan korelasi positif dan signifikan jika dibandingkan dengan instrumen PANSS dan OAS. Nilai koefisien Cronbach s Alpha diperoleh hasil sebesar 0.758 yang menunjukkan hasil baik pada uji keandalan konsistensi internal. Simpulan. Penelitian ini menghasilkan instrumen HCR-20V3 versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai risiko perilaku kekerasan atau keberbahayaan.

Background. The frequency of violence in people with mental disorders is quite common, causing problems when they are in hospital care or when they return to the community. An instrument that can assess risk factors for future violence and provide adequate risk management can reduce the risk of violence or dangerous behavior, and create a sense of security and comfort for people with mental disorder, their families, the community and medical personnel. Aim. This research was conducted to obtain a valid and reliable instrument, namely the Indonesian version of the Historical Clinical Risk Management Scale 20 Version 3 (HCR-20V3), in assessing the risk of future violence or harm and its management, especially in clinical settings. Methods. The study involved 103 patients with a history of violent behavior who had come to the Adult Psychiatry Outpatient Unit and RSCM Department of Psychiatric Inpatient Unit since November 2018 until March 2019 and aged 18-59 years. Validity tests included the content validity test by collecting the opinions of 10 experts in the field of Mental Health, as well as concurrent validity test that compare the clinical scale of the Indonesian version of the HCR-20V3 instrument with the previously validated standard instruments, Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) and Overt Agression Scale (OAS). Reliability testing of internal consistency was done by defining the value of Cronbach s Alpha. Results. The content validity index for items (I-CVI) was 0.97 and the content validity index for scales (S-CVI) value was 0.80, indicating that the items in the Indonesian version of the HCR-20V3 instrument are relevant for asssessing risk of violent behavior. Concurrent validity test showed a positive and significant correlation when compared with PANSS and OAS instruments. The Cronbach s Alpha coefficient value was 0.758 which showed good result on the internal consistency reliability test. Conclusion. The Indonesian version of HCR-20V3 is a valid and reliable instrument for assessing risk of violent or dangerous behavior."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhyi Fajrina
"Latar Belakang. Gangguan kognitif dapat terjadi pada multipel sklerosis MS dan berdampak menurunnya kualitas hidup. Brief International Cognitive Assessment for MS BICAMS merupakan instrumen untuk mendeteksi gangguan kognitif penyandang MS. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi instrumen BICAMS versi bahasa Indonesia BICAMS-INA .Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Mei-Juni 2018 pada kelompok MS dan kontrol. Pemeriksaan BICAMS yang terdiri dari; Symbol Digit Modalities Test SDMT , California Verbal Learning Test-II CVLT-II , dan Brief Visuospatial Memory Test Revised BVMTR dilakukan pada 23 kelompok MS dan 66 kelompok kontrol. Kemudian dilakukan retest pada 13 kelompok MS dan 23 kelompok kontrol.Hasil. Rerata SD hasil pemeriksaan BICAMS pada kelompok MS dan kontrol sebagai berikut: SDMT kelompok MS 41,4 15,1; kelompok kontrol 64,9 16,2 p

Background. Cognitive impairment can occur in multiple sclerosis MS and impact on decreased quality of life. Brief International Cognitive Assessment for MS BICAMS is an instrument to detect cognitive impairment in MS. This study aimed to validate the Indonesian version of BICAMS BICAMS INA .Methods. This cross sectional study was performed in Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, from May to June 2018 on MS and control group. Consisted of Symbol Digit Modalities Test SDMT , California Verbal Learning Test II CVLT II , and Brief Visuospatial Memory Test Revised BVMTR , this instrument was administered to 23 patients with MS and 66 healthy controls. Retest was performed on 13 patients with MS and 23 healthy controls.Result. The mean SD score of BICAMS in MS and control groups were as follows SDMT in MS vs control group 41.4 15.1 vs 64.9 16.2 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhyi Fajrina
"Latar Belakang: Gangguan kognitif dapat terjadi pada multipel sklerosis (MS) dan berdampak menurunnya kualitas hidup. Brief International Cognitive Assessment for MS (BICAMS) merupakan instrumen untuk mendeteksi gangguan kognitif penyandang MS. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi instrumen BICAMS versi bahasa Indonesia (BICAMS-INA).
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Mei-Juni 2018 pada kelompok MS dan kontrol. Pemeriksaan BICAMS yang terdiri dari; Symbol Digit Modalities Test (SDMT), California Verbal Learning Test-II (CVLT-II), dan Brief Visuospatial Memory Test Revised (BVMTR) dilakukan pada 23 kelompok MS dan 66 kelompok kontrol. Kemudian dilakukan retest pada 13 kelompok MS dan 23 kelompok kontrol.
Hasil: Rerata (±SD) hasil pemeriksaan BICAMS pada kelompok MS dan kontrol sebagai berikut: SDMT kelompok MS 41,4±15,1; kelompok kontrol 64,9+16,2 (p<0,001, r=0,55 dan cohen's d 1,50); CVLT-II kelompok kontrol MS 52,2+11,6; kelompok kontrol 61,5+9,7 (p=0,001, r=0,36 dan cohen's d 0,87); BVMTR kelompok MS 23,4+7,0; kontrol kontrol 29,3+5,6, (p<0,001, r=0,40 dan cohen's d 0,93). Didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok MS dan kontrol pada semua pemeriksaan.
Kesimpulan: Didapatkan suatu kuesioner BICAMS-INA yang valid dan reliabel dalam menilai fungsi kognitif penyandang MS.

Background: Cognitive impairment can occur in multiple sclerosis (MS) and impact on decreased quality of life. Brief International Cognitive Assessment for MS (BICAMS) is an instrument to detect cognitive impairment in MS. This study aimed to validate the Indonesian version of BICAMS (BICAMS-INA).
Methods: This cross-sectional study was performed in Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, from May to June 2018 on MS and control group. Consisted of Symbol Digit Modalities Test (SDMT), California Verbal Learning Test-II (CVLTII), and Brief Visuospatial Memory Test Revised (BVMTR), this instrument was administered to 23 patients with MS and 66 healthy controls. Retest was performed on 13 patients with MS and 23 healthy controls.
Result: The mean (±SD) score of BICAMS in MS and control groups were as follows: SDMT in MS vs control group 41.4±15.1 vs 64.9+16.2 (p<0.001, r=0.55 and cohen's d 1.50); CVLT-II in MS vs control group 52.2+11.6 vs 61.5+9.7 (p=0.001, r=0.36 and cohen's d 0.87); BVMTR in MS vs control group 23.4+7.0 vs 29.3+5.6 (p<0.001, r=0.40 and cohen's d 0.93). There were significant difference in all test scores between MS and control group.
Conclusion: The BICAMS-INA questionnaire is valid and reliable in assessing cognitive function of MS patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kereh, Maria Ruth
"ABSTRAK
Fungsi eksekutif merupakan fungsi kognitif yang melibatkan pikiran dan perilaku yang kompleks. Defisit fungsi eksekutif menyebabkan terganggunya kemampuan untuk merencanakan, melakukan serta mengontrol tindakan. Wisconsin Card Sorting Test WCST merupakan tes neuropsikologi yang memiliki sejarah yang panjang sebagai pemeriksaan fungsi eksekutif. Penelitian ini bertujuan mendapatkan instrumen untuk menilai fungsi eksekutif yaitu WCST versi Bahasa Indonesia dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Penelitian dilakukan di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tanggal 27 Maret sampai 5 April 2018 terhadap 31 orang pasien skizofrenia dan 30 orang sehat, berusia 18 sampai 59 tahun dengan pendidikan minimum SMP, dengan sampling konsekutif setelah melalui tahap seleksi menggunakan Structured Clinical Inrterview and Diagnosis DSM IV SCID , tes Ishihara, tes Rosenbaum, uji pendengaran 5 kata, Wechsler Test of Adult Reading WTAR , PANSS Remisi, melakukan penerjemahan yang disesuaikan dengan Bahasa Indonesia, penerjemahan balik, uji validitas konstruksi, reliabilitas inter-rater dan reliabilitas internal instrumen WCST versi Bahasa Indonesia. Uji validitas konstruksi menggunakan analisis faktor mendapati adanya kesamaan hasil dengan uji validitas yang dilakukan oleh Bell dkk 1997 dan Sullivan dkk 1993 dengan meneliti 14 variabel dari WCST. Uji reliabilitas inter-rater menggunakan Interclass Correlation Coefficient ICC pada variabel respons perseveratif, kesalahan perseveratif, dan kesalahan nonperseveratif didapatkan nilai kesepakatan masing-masing 0.989, 0.984, 0.973; dan nilai konsistensi masing-masing 0.995, 0.993, 0.990 yang berarti hasil nilai ICC yang sangat baik. Uji reliabilitas konsistensi internal menunjukkan hasil Cronbach rsquo;s Alpha sebesar 0,730 pada kelompok pasien dan 0,819 pada kelompok sehat. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam penilaian WCST memiliki reliabilitas yang baik. Instrumen WCST versi Bahasa Indonesia terbukti sahih dan andal. Pada studi selanjutnya sebaiknya dikumpulkan juga data mengenai usia pertama kali mendapatkan pengobatan psikofarmaka yang digunakan sehingga dalam analisis dapat diperoleh data yang lebih komprehensif.
ABSTRACT
The executive function is a part of cognitive function involving complex thoughts and behaviors. The deficit of executive function leads to disruption of the ability to plan, perform, and control actions. Wisconsin Card Sorting Test WCST is a neuropsychological test that has a long history in the examination of executive function. This study aims to test the validity and reliability of WCST Indonesian version as an instrument to assess the executive function. The study was conducted at the Cipto Mangunkusumo National Hospital in Psychiatric Outpatient Unit from March to April 2018 on 31 schizophrenic and 30 healthy sample, age 18 to 59-year-old with a minimum of junior high school education, by means of consecutive sampling after using Structured Clinical Interview and Diagnosis DSM-IV Disorder SCID , Ishihara test, Rosenbaum test, 5-word hearing test, Wechsler Test of Adult Reading WTAR , PANSS Remission. The WCST Indonesian version has undergone translation and back-translation as well as construction validity test, inter-rater reliability test, and and internal reliability test. Test of construction validity by using factor analysis found a similar result to test conducted by Bell et al 1997 and Sullivan et al 1993 by examining 14 variables from WCST. Inter-rater reliability with Interclass Correlation Coefficient ICC on perseveration response, perseveration mistake, and nonperseveration mistake variables were 0.989, 0.984, and 0.973 consecutively; and consistency value was 0.995, 0.993 and 0.990 consecutively, which means the ICC was very good. The internal consistency reliability test showed Cronbach 39;s Alpha results of 0.730 in the patient group and 0.819 in the healthy group. This shows that the variables in the WCST assessment have good reliability. The Indonesian version of WCST Instrument is valid and reliable in measuring executive functions both in healthy groups and in schizophrenic patients. On following studies, it is recommended to include all data about the age at first treatment and the medication status so in analysis can obtain more comprehensive data. "
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>