Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Mubarak
"Latar Belakang: Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang dilakukan oleh jemaah haji terdiri dari aktivitas berjalan minimal sejauh 12 kilometer untuk melakukan kegiatan rukun haji dan kegiatan diluar rukun haji. Ibadah haji memerlukan kapasitas fungsional dan keseimbangan yang baik sebagai syarat istitaah kesehatan untuk mencegah terjadinya kelelahan. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai efek latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.
Metode: Sebanyak 38 calon jemaah haji dewasa sehat dilakukan uji jalan 6 menit menggunakan rumus Nury prediksi VO2 maks dan uji timed up and go (TUG). Dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30 menit dengan intensitas sedang sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8 minggu. Kelompok kontrol hanya diminta mencatat jumlah langkah per hari tanpa peresepan latihan. Pada akhir penelitian dilakukan kembali uji jalan 6 menit rumus Nury dan uji TUG, serta dilakukan analisis data.
Hasil: Kedua kelompok mengalami peningkatan prediksi VO2 maks namun tidak mengalami peningkatan nilai TUG pada akhir penelitian. Peningkatan prediksi VO2 maks pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,007).
Kesimpulan: Latihan berjalan dapat meningkatkan kapasitas fungsional pada calon jemaah haji usia dewasa sehat, namun tidak memberikan efek peningkatan fungsi keseimbangan.

Background: Hajj pilgrim is physical worship performed by pilgrims consist of walking at least 12 kilometer to complete the hajj principle and related activity. Hajj pilgrim needs good functional capacity and balance as a prerequisite of health to prevent fatigue. The aim of this study is to evaluate the effectivity of walking exercise on functional capacity and balance function for healthy adult pilgrim candidates.
Method: 6 minutes walk test (6MWT) and Timed Up and Go (TUG) test was done on 38 healthy adult hajj pilgrim candidate. VO2max was predicted using Nury Formula. The candidate was randomized into intervention and control group. Intervention group was given walking exercise, minimum of 6000 steps each day for 30 minutes, moderate intensity, 3-5 times a week for 8 weeks. The control group was not prescribed exercise, only asked to record the amount of steps taken each day. At the end of the study, 6MWT and TUG was reevaluated.
Results: At the end of the study, both groups show improvement  on predicted VO2max but no improvement  on TUG time. Predicted VO2max improvement are higher on intervention group compared to control (p=0.007).
Conclusion: Walking exercise might increase functional capacity on healthy adult hajj pilgrim candidate, but has no effect on balance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farif Miharto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keikutsertaan pekerja pada kegiatan senam pagi rutin yang dilaksanakan di PT. Astra Daihatsu Motor. Dari observasi, banyak pekerja tidak melaksanakan senam pagi rutin dengan sungguh-sungguh. Penelitian dilakukan pada 255 responden yang dipilih secara random pada karayawan dengan status karyawan tetap. Dua tujuan utama adalah untuk melihat bagaimana persepsi pekerja terhadap kegiatan senam pagi dan melihat posisi kegiatan senam pagi rutin menurut pekerja itu sendiri dan juga organisasi (manajemen). Terkait dengan persepsi pekerja terhadap kegiatan senam pagi rutin digunakan Paradigma Psikometri dan Health Belief Model (HBM), sedangkan dari sisi manajemen atau organisasi digunakan metode wawancara.
Dari hasil analisa berdasarkan paradigma psikometri dan HBM didapatkan bahwa banyak pekerja yang menganggap kegiatan senam pagi sebagai sesuatu yang tidak memberikan keuntungan atau manfaat bagi mereka. Sedangkan dari sisi manajemen menganggap kegiatan senam pagi merupakan kegiatan regular yang juga tidak mempunyai nilai tambah yang bisa diambil oleh perusahaan, sehingga kegiatan tersebut berjalan begitu saja dan tidak perlu untuk dievaluasi atau diperbaiki. Secara garis besar, kegiatan senam pagi rutin belum menjadi budaya dalam kehidupan perusahaan.

This study aims to analyze the participation of workers on a routine morning exercise activities which conducted at PT. Astra Daihatsu Motor. From observation, many workers do not carry out the morning exercise routine earnestly. The study was conducted on 255 respondents chosen randomly on permanent employees. Two main purposes are to see the perception of workers to routine morning exercise activities and also the the posisiton of those program in organization (management). Workers perception of routine morning exercise activities evaluated using Psychometric Paradigm and Health Belief Model (HBM), while in terms of management or the organization used interview method.
From the analysis by the psychometric paradigm and HBM found that many workers consider that morning exercise activities as something that does not provides advantages for them. In terms of the management considers routine morning exercise activities is an activity that does not have added value that can be taken by the company, so that the activity runs away and does not need to be evaluated or iproved. Broadly speaking, a regular morning exercise activities is not a culture of corporate life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldawati
"Latihan kekuatan otot preoperasi bertujuan untuk mencegah atropi otot, memelihara kekuatan otot sebelum operasi dan mempersiapkan ambulasi dini pasca operasi. Disain penelitian adalah quasi eksperimen dengan post test only (quasi experiment with control) terhadap 28 responden dengan 14 responden kelompok intervensi dan 14 responden kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan kekuatan otot sebelum operasi selama ± 1 minggu. Setiap hari pasien dilakukan latihan kekuatan otot 3 kali dalam sehari, selama ± 5 - 10 menit. Penilaian terhadap kemampuan ambulasi dengan alat ukur skala ILOA, dilakukan setelah responden dioperasi, baik terhadap kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Hasil uji t- test independent, diperoleh ada perbedaan yang bermakna rata - rata kemampuan ambulasi pada kelompok intervensi lebih baik dari pada kelompok kontrol dengan nilai p 0.017 (𝛼 < 0.05). Rekomendasi penelitian ini latihan kekuatan otot preoperasi dapat menjadi standar operasional prosedur tindakan keperawatan di rumah sakit pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah.

Muscle strength preoperative exercise aims to prevent muscle atrophy, maintains muscle strength before surgery and prepare early postoperative ambulation. Is a quasi-experimental research design with post test only (quasi-experiment with control) of 28 respondents with 14 respondents intervention group and 14 control group respondents. The intervention group strength training is given before surgery for ± 1 week. Every day patients do strength training 3 times a day, for ± 5 -10 minutes. Assessment of the ability to ambulate with a measuring instrument ILOA scale, respondents performed after surgery, either to the intervention group and control group.
The results of independent t-test, there were significant differences obtained mean of ability ambulation between the intervention group and control group with p value of 0.017 (α <0.05). Recommendations of this study is an exercise in muscle strength preoperative can become standard operating procedure in a hospital nursing actions in patients post-operative fracture of the lower extremities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Pratiwi
"Pengukuran VO2max secara langsung merupakan pengukuran terbaik kebugaran kardiorespiratori tetapi metode ini tidak efisien, perlu keakhlian dan ruang laboratorium khusus, serta melelahkan. Pengukuran VO2max submaksimal dinilai lebih mudah, sederhana, tidak melelahkan, dan tanpa risiko. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengukuran lain yang lebih sederhana namun akurat dalam mengukur VO2max dengan Bruce Treadmill Test sebagai acuan. Dilaksanakan pada bulan April 2019 dengan responden 32 mahasiswi tingkat 1 Program Studi S1 Gizi Universitas Indonesia, penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Variabel dependen yang diukur adalah VO2maxBruce, sementara variabel independen meliputi VO2maxQCST, VO2maxRFWTKline, dan VO2maxRFWTDolgener. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VO2maxQCST, VO2maxRFWTDolgener, VO2maxRFWTKline berturut-turut memiliki nilai koefisien validitas (-0,15), (0,17) dan (0,19). VO2maxQCST yang tidak valid dapat disebabkan karena ketidaksesuaian tinggi balok kayu dengan panjang tungkai orang Indonesia. Hasil lain, VO2maxRFWTDolgener memiliki selisih rata-rata dengan VO2maxBruce lebih sedikit dibandingkan dengan VO2maxRFWTKline.

The direct measurement method of VO2max is the best one of cardiorespiratory fitness, but the method is inefficient, tiring subject, requires an expertise and a special laboratory space. Other method, a submaximal one, is considered easier, simpler, not tiring, and without risk. This study aims to prove the existence of other measurements that are simpler but still accurate in measuring VO2max with Bruce Treadmill Test as a reference. Conducted in April 2019 with respondents of 32 freshmen female students of the Undergraduate Program in Nutrition of Universitas Indonesia, this study used a cross sectional study design. The dependent variable measured was VO2maxBruce, while the independent variables included were VO2maxQCST, VO2maxRFWTKline, and VO2maxRFWTDolgener. The results showed that VO2maxQCST, VO2maxRFWTDolgener, and VO2maxRFWTKline respectively had validity coefficient values (-0.15), (0.17), and (0.19). Invalid VO2maxQCST can be due to incompatibility between height of wooden block and Indonesian limb length. Another result, VO2maxRFWTDolgener has smaller mean difference with VO2maxBruce compared to VO2maxRFWTKline."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Sisilia
"Kebugaran merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik. Tingkat kebugaran yang rendah pada remaja berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi perbedaan tingkat kebugaran pada siswa SMA Budi Mulia Kota Bogor Tahun 2016 yang diukur menggunakan 20-m shuttle run test. Status kebugaran didapatkan dengan mengklasifikasikan nilai estimasi VO2max dengan menggunakan persamaan Matsuzaka, jenis kelamin dengan menggunakan kuesioner, status gizi diukur menggunakan pengukuran antropometri, data asupan menggunakan kuesioner 2x24 food recall, aktivitas fisik didapatkan menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnare for Adolescent (PAQ-A), durasi tidur dan kebiasaan sarapan menggunakan angket. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan pada 117 siswa kelas X dan XI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 56,4% siswa yang tidak bugar. Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat kebugaran berdasarkan jenis kelamin (p value = 0,015), IMT/U (p value = 0,001), dan aktivitas fisik (p value = 0,017). Faktor dominan terhadap tingkat kebugaran siswa SMA Budi Mulia Bogor adalah aktivitas fisik setelah dikontrol dengan variabel jenis kelamin, IMT/U, lingkar pinggang, asupan protein, asupan karbohidrat dan asupan zat besi. Peneliti menyarankan siswa agar dapat meningkatkan aktivitas fisik.

Physical fitness is a person?s ability to do physical activity. Low level of physical fitness in adolescents associated with high risk of cardiovascular disease. The purpose of this study was to determine the dominant factor of physical fitness level among students at Budi Mulia High School that were measured using 20-m shuttle run test. Physical fitness level was determined by grouping the value of estimated VO2max using Matsuzaka formula. Gender using questionnaires, nutritional status were measured using anthropometric measurements, nutrition intake were measured using 2x24 hours food recall , physical activity measured using Physical Activity Quistionnaire for Adolescents (PAQ-A), sleep duration and breakfast consumption were measured using questionnaire. This study used cross sectional design which was conducted on 117 students of 10th and 11th grader. The results shows that 56,4% students are unfit. There are significant diffrences between the fitness level based on sex (p value= 0,015), IMTU (pvalue = 0,001) and physical activity (p vaue= 0,017). The dominant factor of physical fitness level of Budi Mulia high School Students is physical activity after being controlled by gender, IMT/U, waist circumference, protein intake, carbohydrate intake and iron intake. The author suggest that students should increase the physical avtivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gilang Pamungkas
"Pendahuluan: Pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) dapat mengalami penurunan kapasitas fungsional dan produktivitas. Hal ini dikarenakan adanya penurunan curah jantung dan penghancuran protein otot (aktin dan miosin). Latihan berjalan dilakukan untuk meningkatkan pompa jantung dan keseimbangan metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan produktivitas ada pasien pasca BPAK.
Metode: Penelitian ini menggunakan Randomized Controlled Trial (RCT) dengan single blind pada outcome assessor. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 42 orang yang dibagi menjadi 21 orang di kelompok intervensi maupun kontrol.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil adanya pengaruh yang bermakna antara latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional (0,008<0,05), gangguan dalam bekerja (0,011<0,05), dan gangguan aktivitas(0,044<0,05). Hasil juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara latihan berjalan terhadap kehilangan waktu kerja (0,967>0,05) dan gangguan pekerjaan keseluruhan (0,696).
Diskusi: Latihan berjalan meningkatkan pompa jantung dan metabolisme. hal tersebut meningkatkan pengeluaran Adenosine Triphospat (ATP) sehingga meningkatkan kapasitas fungsional dan produktivitas pada pasien.
Kesimpulan: Latihan berjalan meningkatkan kapasitas fungsional dan produktivitas pada pasien pasca BPAK.

Introduction: Patients after coronary artery bypass graft (CABG) may experience reduced functional capacity and productivity. This is due to decreased cardiac output and destruction of muscle proteins (actin and myosin). Walking exercise is performed to improve cardiac pump and metabolic balance. This study aims to assess the effect of walking training on functional capacity and productivity in patients after BPAK.
Methods: This study used a Randomized Controlled Trial (RCT) with a single blind on the outcome assessor. The number of respondents in this study amounted to 42 people who were divided into 21 people in the intervention and control groups.
Results: This study showed a significant effect of walking training on functional capacity(0,008<0,05), work interference(0,011<0,05), and activity interference(0,044<0,05). The results also showed no significant difference between walking training on lost work time (0,967>0,05)and overall work interference(0,696>0,05).
Discussion: Walking exercise improves cardiac pump and metabolism, which increases Adenosine Triphosphate (ATP) expenditure, thereby improving functional capacity and productivity in patients.
Conclusion: Walking exercise improves functional capacity and productivity in patients after BPAK.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Febrina
"Kebugaran kardiorespiratori yang rendah dapat mempengaruhi terjadinya penurunan performa kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan persen lemak tubuh, aktivitas fisik, status merokok, tingkat stres, asupan zat gizi makro, dan asupan zat gizi mikro pada Pamasis STHM Ditkumad tahun 2017. Desain studi yang digunakan untuk penelitian ini adalah cross sectional dengan total sampel 70 responden. Nilai VO2max yang menentukan status kebugaran kardiorespiratori diukur dengan two-mile run test. Dengan menggunakan tes tersebut didapatkan sebanyak 60 Pamasis STHM memiliki status tidak bugar. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan adanya perbedaan status kebugaran kardiorespiratori berdasarkan persen lemak tubuh p-value < 0,05.

Low cardiorespiratory fitness related to decreased work performance. This study aims to examine the differences of cardiorespiratory fitness based on body fat percentage, physical activity, smoking status, stress level, macronutrients and micronutrients intake among military students of SHTM Ditkumad. This study used cross sectional design and participated in 70 samples. VO2max was used to determine cardiorespiratory fitness using two mile run test. The result of this study shows that 60 military students are unfit. Chi square result is showing that cardiorespiratory fitness statistically different based on body fat percentage p value 0,05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Mailani
"Kebugaran kardiorespirasi yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kebugaran kardiorespirasi berdasarkan status gizi (IMT), persentase lemak tubuh, aktivitas fisik, konsumsi sarapan pagi, asupan gizi dan gizi mikro pada siswa SMAN 39 Jakarta sebelum dan sesudah dikontrol berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sebanyak 131 responden dari SMAN 39 Jakarta dari kelas 10 dan 11 dilibatkan dalam penelitian ini. Asupan makanan diukur menggunakan penarikan makanan 1x24 jam, aktivitas fisik menggunakan PAQ-A, status gizi (BMI) diukur menggunakan BIA dan konsumsi sarapan diukur dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,8% siswa tidak layak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara status gizi (BMI), persentase lemak tubuh dan aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada status kebugaran kardiorespirasi pada siswa SMAN 39 Jakarta. Sementara itu, ada juga perbedaan dalam status kebugaran kardiorespirasi berdasarkan asupan Vitamin B2 pada siswa SMAN 39 Jakarta.

Low cardiorespiratory fitness is associated with an increased risk of cardiovascular disease. This study aims to examine the differences in cardiorespiratory fitness based on nutritional status (BMI), body fat percentage, physical activity, breakfast consumption, nutrient intake and micronutrients in students of SMAN 39 Jakarta before and after being controlled by sex. This study uses a cross sectional design. A total of 131 respondents from SMAN 39 Jakarta from grades 10 and 11 were included in this study. Food intake was measured using 1x24 hour food withdrawal, physical activity using PAQ-A, nutritional status (BMI) was measured using BIA and breakfast consumption was measured by questionnaire. The results showed that 61.8% of students were not eligible. The results of the bivariate analysis showed that there were significant differences between nutritional status (BMI), body fat percentage and physical activity based on sex in cardiorespiratory fitness status in students of SMAN 39 Jakarta. Meanwhile, there were also differences in cardiorespiratory fitness status based on Vitamin B2 intake in Jakarta 39 High School students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masruroh
"Latar Belakang: Jumlah usia lanjut (Usila) makin meningkat dan tumbuh cepat, yang membawa konsekuensi meningkatnya gangguan terkait usia, termasuk penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian aktivitas berjalan kaki terstruktur, yaitu minimal 6000 langkah/hari, terintegrasi dalam aktivitas sehari-hari dengan kecepatan yang nyaman selama 12 minggu, dalam memelihara fungsi kognitif pada usia lanjut dengan fungsi kognitif normal di komunitas.
Metode: Desain penelitian ini adalah studi ekperimental, berupa uji klinis acak tersamar tunggal. Subyek terdiri dari 20 orang Usila pada kelompok perlakuan yang diberikan aktivitas berjalan kaki terstruktur, dan 19 orang Usila pada kelompok kontrol yang beraktivitas sebagaimana biasanya, selama 12 minggu. Subyek dinilai fungsi kognitifnya menggunakan MoCA Ina pada awal dan akhir perlakuan. Aktivitas berjalan kaki diukur menggunakan pedometer.
Hasil: Aktivitas berjalan kaki terstruktur yang mampu dilakukan oleh kelompok perlakuan adalah 7531 langkah/hari, dan kelompok kontrol adalah 3527 langkah/hari (p=0,000). Pada akhir penelitian, skor total MoCA pada kelompok perlakuan (median=29) adalah lebih tinggi (p=0,022) dibandingkan kelompok kontrol (median=27), dan begitu pula untuk selisih skor MoCA antara awal dan akhir penelitian (rerata selisih pada kelompok perlakuan adalah 3,35; kelompok kontrol adalah 1,47; p=0,003). Efek perlakuan pada domain fungsi kognitif menunjukkan skor Visuospasial/Fungsi Eksekusi secara siknifikan (p=0,08) lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Selisih skor domain MoCA pada awal dan akhir penelitian ditemukan lebih besar pada kelompok perlakuan pada domain Visuospasial/Fungsi Eksekusi, Bahasa, dan Abstraksi.
Kesimpulan: Aktivitas berjalan kaki terstruktur 7500 langkah/hari memiliki efek positif dalam memelihara fungsi kognitif usia lanjut secara umum, dengan domain yang paling dipengaruhi adalah Visuospasial/Fungsi Eksekusi. Aktivitas ini juga memberikan peningkatan yang lebih besar pada fungsi kognitif secara umum dan pada domain Visuospasial/Fungsi Eksekusi, Bahasa, dan Abstraksi.

Background: Fast growing of elderly population increases disorders related to aging, including decreasing of cognitive function. The objective of this study is to evaluate the effect of structured walking activity, that characterized by minimally 6000 steps/day, integrated to daily activities, with comfortable pace, for 12 week, in maintaining cognitive function in elderly with normal cognitive function in community.
Method: This study design was experimental, single-blind randomized controlled trial. The subjects were 39 elderly, consist of 20 subjects in intervention group and 19 subject in control group. Intervention group were given structured walking activity, and control group did their usual activity, for 12 weeks. Cognitive function were assessed using MoCA Ina in the beginning and end of the study. Walking activity was measured using pedometer.
Results: Amount of walking activity that was able to do was 7531 steps/day in intervention group, and 3527 steps/day in control group (p=0,000). In the end of study, total MoCA score in intervention group (median=29) is significantly better (p=0,022) than control group (median=27), and so did the improvement of MoCA score in the end of study (mean of increasing score in intervention group was 3,35, and in control group was 1,47, p=0,003). Effect on domain of cognitive function showed Visuospatial/Executive function score in intervention group was signifantly better than control group. Improvement in Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains‟ score was also found larger in intervention group.
Conclusion: Structured walking activity, about 7500 steps/day had a positive effect in maintaining general cognitive function in elderly, and Visuospatial/Executive function was the most influenced domain. The effect of this activity also showed larger improvements in general cognitive function and Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hahn, Fredrick
"All parents want their children to be healthy, fit, and more active, but there is a pervasive myth that keeps many kids from reaching their full potential. A popular miscon cep - tion is that young athletes shouldn't engage in strength train ing because it is harmful. However, current research, including a recent study from the Mayo Clinic, indicates that nothing could be further from the truth. Strength training is the single most effective exercise method for reversing adolescent obesity and can dramatically alter and improve a child's body composition. With his blockbuster book The Slow Burn(t) Fitness Revolution, renowned personal trainer Fredrick Hahn revealed the secret to strengthening muscles, enhancing flexibility, burning fat and improving performance in just 30 minutes a week. Now, in Strong Kids, Healthy Kids, he shows parents, caregivers, teachers, and doctors how his fitness program can change the lives of children and teens everywhere, no matter what their athletic ability. Whether a child is inactive or a competitive athlete looking to take his performance to the next level, he can become much stronger and fitter. As the founder of the Mighty Tykes and Teens(t) program, Hahn is an expert on child fitness. With this proven program, all children can build their selfesteem, improve their performance, and lead healthier lives.
"
New York: American Management Association;, 2009
e20447895
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>