Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asri Mutiara Putri
"ABSTRACT
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 22 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 menurut ASEAN, meski mengalami penurunan tetapi masih termasuk kedalam lima negara dengan AKB tertinggi di antara negara-negara ASEAN pada tahun 2015. Hal ini menunjukan bahwa AKB di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu untuk diperhatikan agar dapat menekan AKB yang tinggi. Menurut Prichett dan Summers, kegiatan pencegahan dan pengobatan pada pelayanan kesehatan terkait kematian bayi dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan kelangsungan hidup bayi menurut teori Mosley dan Chen yaitu daerah tempat tinggal, status ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Salah satu faktor yang berperan dalam kelangsungan hidup bayi yaitu daerah tempat tinggal ibu yang mana merupakan lingkungan terdekat suatu individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan daerah tempat tinggal ibu dengan kematian bayi di Indonesia tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan desain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh bayi lahir hidup tunggal dalam 5 tahun (2013-2017), yang dilahirkan oleh wanita usia 15-49 tahun yang menetap di Indonesia sebanyak 14.211. Hasil dari penelitian menunjukan daerah tempat tinggal ibu berdasarkan kota desa tidak berhubungan dengan kematian bayi setelah variabel perancu dikendalikan,

ABSTRACT
The Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is 22 per 1000 live births in 2015 according to ASEAN, although it has decreased but it is still included in the five countries with the highest IMR among ASEAN countries in 2015. This shows that the IMR in Indonesia is still a problem that need to be considered in order to be able to suppress a high IMR. According to Prichett and Summers, prevention and treatment activities in health services regarding infant mortality is influenced by socio-economic factors. Socio-economic factors related to the survival of infants according to Mosley and Chens theory are the area of residence, economic status, education, and others. One of the factors that play a role in the survival of the infant is the area where the mother lives, which is the closest environment to an individual. This study aims to determine the relationship between maternal residential area and infant mortality in Indonesia in 2017. This study uses secondary data from the Indonesian Health Demographic Survey in 2017 with a cross sectional study design. The sample in this study was all single-born infants in 5 years (2013-2017), who were born to women aged 15-49 years who lived in Indonesia as many as 14,211. The results of the study showed that the maternal residential area based on the urban rural was not related to infant mortality after confounding variables were controlled."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Azizah
"Kematian bayi merupakan hal yang penting. Meksi begitu, AKB di Indonesia belum turun sesuai potensi idealnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun (SDKI) 2017 dengan populasi penelitian yaitu Wanita Usia Subur (WUS) 15 – 49 tahun. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kematian bayi dan variabel independent dalam penelitian ini yaitu pendidikan ibu, pekerjaan ibu, indeks kekayaan rumah tangga, karakteristik wilayah, kawasan daerah, inisiasi menyusui dini (IMD), layanan antenatal, layanan pos natal, tempat persalinan, penolong persalinan, usia ibu melahirkan, status kehamilan, paritas, interval kehamilan, jenis kelamin, berat lahir bayi, komplikasi kehamilan, dan komplikasi persalinan. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor risiko paling dominan adalah pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja 2,2 kali lebih tinggi berisiko mengalami kejadian kematian bayi dibanding yang tidak bekerja. Untuk itu, ibu yang mengalami kehamilan wajib memperhatikan dan melakukan layanan antenatal. Jika terdapat penyulit kehamilan, sebisa mungkin tidak melakukan pekerjaan dengan aktifitas berat agar berat. Serta melakukan layanan pos natal jika bayi yang lahir <2500 gram atau >3500 gram.

Infant mortality is important. However, IMR in Indonesia has not decreased according to its ideal potential. This study uses secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) with the study population, women of reproductive age (WUS) 15 - 49 years. The dependent variable in this study was infant mortality and the independent variables in this study were maternal education, maternal occupation, household wealth index, regional characteristics, regional area, early breastfeeding initiation, antenatal services, post-natal services, place of delivery, delivery helper, maternal age, pregnancy status, parity, pregnancy interval, gender, birth weight, pregnancy complications, and delivery complications. The result of multivariate analysis showed that the most dominant risk factors were maternal occupation. Working mothers are 2.2 times higher risk experiencing infant mortality than those who do not work. For this reason, mothers who are experiencing pregnancy are obliged looking for antenatal services. If there is pregnancy complication, better do not do heavy work. As well as carrying out a pos natal service if the baby is born <2500 grams or> 3500 grams."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Rahayu
"Pendahuluan : Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sudah mengalami penurunan dalam lima belas tahun terakhir, namun belum mencapai target Rencana Kerja Pemerintah 2019. Salah satu upaya penurunan AKB adalah pemeriksaan antenatal lengkap, namun keterbatasan sumber daya menyebabkan terjadinya kesenjangan cakupan pemeriksaan antenatal di daerah rural dan urban. Tujuan : Mempelajari pengaruh pemeriksaan antenatal dengan kematian bayi pada daerah rural di Indonesia. Metode : Penelitian menggunakan desain studi cross sectional pada bayi lahir hidup yang dilahirkan oleh wanita usia produktif pada tahun 2007-2012 yang bertempat tinggal di daerah rural. Peneliti menggunakan pemodelan multivariat dengan regresi logistik ganda untuk menentukan pengaruh pemeriksaan antenatal dengan kematian bayi pada daerah rural di Indonesia. Hasil : Pemeriksaan antenatal memberikan proteksi pada kejadian kematian bayi. Ada beda pengaruh pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal dan tidak melakukan antenatal terhadap kematian bayi. Ibu yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal berisiko 2,15 kali untuk mengalami kematian bayi. Tidak ada interaksi dan variabel confounder dalam model tersebut. Simpulan & Saran : Pemeriksaan antenatal lengkap pada ibu hamil merupakan upaya penting dalam menurunkan kematian bayi di Indonesia. Dibutuhkan pemaksimalan peran kader dan bidan desa serta pengintegrasian program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).

Background : Infant mortality rate in Indonesia has decreased in the last fifteen years, but the target of the 2019 Government Work Plan has not accomplished yet. One of the efforts to reduce infant mortality rate is antenatal care, but because some limitations, there are disparity of antenatal care coverage between rural and urban area. Objective : To determine the effect of antenatal care on infant mortality in rural areas in Indonesia. Method : The study used cross sectional design and multivariable analysis with logistic regression is used to analyze most recently born infant in five years from women of childbearing age whose live in rural areas. Result : Antenatal care reduce risk on infant mortality. Mothers who did not have adequate antenatal care had the tendency to have infant mortality 2,15 times higher compared to mothers who utilize adequate antenatal care. There are no interaction and confounding found in this model. Conclusion : Adequate antenatal care on pregnant women gives important role in reducing infant mortality in Indonesia. Special efforts such as maximization on community health workers and midwives, and health program integration are needed so that every pregnant women receive adequate antenatal care."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyanti
"Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tetap tinggi, yaitu sekitar 305 per 100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). AKI adalah indikator kesehatan ibu, terutama risiko kematian ibu saat hamil dan melahirkan. McCarthy dan Maine menunjukkan tiga faktor yang memengaruhi kematian ibu, yaitu determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Kabupaten Serang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki angka kematian ibu masih tinggi, sehingga perlu dikaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian ibu di kabupaten tersebut. Tujuan : Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian ibu, yang terdiri dari determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Metode : Jenis penelitian adalah observasional dengan studi kasus kontrol, dilengkapi dengan kajian kualitatif mengenai kejadian kematian ibu serta upaya penurunan angka kematian ibu di kabupaten Serang. Jumlah sampel 58 kasus dan 116 kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test, multivariat dengan metode regresi logistik ganda. Kajian kualitatif dilakukan dengan metode indept/focused interview dan dilakukan analisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk narasi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal berdasarkan analisis multivariat adalah pemeriksaan antenatal (OR = 0,152; 95% CI : 0,031-0,744; p = 0,020), penolong ANC/persalinan (OR = 3,184; 95% CI : 1,010- 10,037; p = 0,048), jumlah pendapatan keluarga (OR = 342,67; 95% CI : 58,15-2019,18; p = 0,000).Hasil kajian kualitatif menunjukkan bahwa kematian maternal dipengaruhi berbagai faktor seperti keterlambatan rujukan, terutama keterlambatan pertama, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pendapatan keluarga dan belum dapat dilaksanakannya Gerakan Sayang Ibu (GSI) secara optimal di seluruh wilayah kecamatan sebagai upaya pemerintah dalam menurunkan kematian ibu. Saran : perlu pengenalan dini tanda – tanda komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas, persiapan rujukan, perencanaan kehamilan, pelaksanaan GSI secara optimal.

Background : The maternal mortality ratio (MMR) in Indonesia remains high, i.e. approximately 305 per 100.000 live birth (SUPAS 2015). MMR is an indicator of mother’s health, especially the risk of being death for a mother while pregnant and delivery. McCarthy and Maine shows three factors that influence maternal mortality, i.e. proximate determinant, intermediate determinant and distant determinant. Serang district is one of district in the province of Banten which have maternal mortality case still high, so it is necessary to study the factors that related to maternal mortality in that district. Objective : The study was carried out to know the factors that related to maternal mortality, which consist of proximate determinant, intermediate determinant and distant determinant. Methods : This was an observational research using case control study, completed with qualitative study about the occurrence of maternal mortality and the effort to decrease MMR in Serang district. Number of samples was 58 cases and 116 controls. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square test, multivariate analysis with multiple logistic regression. Qualitative study was done by the method of indepth/focused interview and were analyzed by descriptive analysis and presented in narration. Result : The result showed that factors that related to maternal mortality according to multivariate analysis were antenatal care (OR = 0,152; 95% CI : 0,031-0,744; p = 0,020), antenatal/maternity helper (OR = 3,184; 95% CI : 1,010-10,037; p = 0,048), family income (OR = 342,67; 95% CI : 58,15-2019,18; p = 0,000). The result of qualitative study showed that many factors that related to maternal mortality like late referral, especially first late referral, low education of the mother, low of family income, and the GSI activities not well done yet in each subdistricts. Suggestion : This research recommended that it is necessary to detect signs of pregnancy complication, delivery complication, and post delivery complication early, referral preparation, pregnancy planning and optimizing GSI activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Uly Indrawaty
"Angka kematian bayi merupakan indikator sensitif untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara, bahkan untuk rnengukur suatu bangsa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola tingkat kematian bayi berdasarkan wilayah urban dan non urban Kota Bekasi serta hubungan indeks pendidikan, penderita kekurangan gizi, jurnlah keluarga miskin, dan fasilitas kesehatan dengan tingkat kematian bayi pada tahun 2008. Metode yang digunakan yaitu metode analisis keruangan (spatial) dan metode korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematian bayi tinggi sebagian besar terletak di wilayah urban, meliputi 7 kelurahan (12,50%), sedangkan pada Wilayah urban meliputi 4 kelurahan (7,14%). Berdasarkan perhitungan dengan rnenggunakan metode korelasi Pearson didapatkan hasil bahwa pada Wilayah urban di Kota Bekasi, tingkat kematian bayi memiliki hubungan negatif dengan jumlah keluarga miskin, artinya semakin tinggi jumlah keluarga miskin, maka tingkat kematian bayi akan semakin rendah. Sedangkan pada wilayah non urban, tingkat kematian bayi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak rnasuk dalam penelitian ini.

Infant mortality is a sensitive indicator for the degree of health of a country, even to measure a nation. Goal of this research is to know the pattern of infant mortality rate based on urban and non urban in Bekasi City, beside that this research is to know about the influence of relationship index of education, lack of nutrition, the number of poor families, and health facilities to the rate of infant mortality in the year 2008. This research use spatial analysis method, which is Pearson correlation method.
The results of research shows that high rate of infant mortality are mostly located in urban areas, covering 7 kelurahan (l2.50%), while in the non urban area covers 4 l"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Suryani
"ABSTRAK
Salah satu indikator derajat kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB). Saat ini AKB nasional adalah 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Berbagai upaya dilakukan Pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Bayi diantaranya program Desa Siaga. Penelitian ini adalah penelitian analitik non eksperiment dengan rancangan Cross sectional. Penelitian ini menganalisis hubungan tingkatan Desa Siaga dengan Angka kematian bayi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada tahun 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh desa yang ada di kabupaten Blitar dengan total sampel berjumlah 248 desa dan dianalisis dengan uji T-Independent. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata kematian bayi antar Tingkatan Desa Siaga. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkatan Desa Siaga dengan Angka Kematian Bayi. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya Angka Kematian bayi (AKB).

ABSTRACT
One indicator of healthy level is the Infant Mortality Ratio (IMR). Currently, the national IMR was 34 deaths per 1,000 live births (SDKI 2007). There are many government efforts to reduce infant mortality, one of them is ?Desa Siaga? program. To determine the correlation of ?Desa Siaga? and Infant Mortality Ratio, We conducted research by analyzing the level of ?Desa Siaga? and Infant Mortality Ratio In Blitar, East Java in 2010. The population of this study are all villages in Blitar district total sample are 248 villages and analyzed by the Independent T-Test. This research is an analytic non experiment with cross sectional design. The results showed that there was no significant difference in average infant mortality among level of ?Desa Siaga.? Thus concluded that there was no relationship between levels of ?desa siaga? with Infant Mortality. This is caused by many factors that cause high or low Infant Mortality Ratio (IMR).
"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Hulwani
"Indonesia menempati peringkat ke-7 dengan jumlah kematian neonatal tertinggi di dunia. Sekitar 42% dari seluruh kematian neonatal terjadi pada hari pertama setelah lahir dan sekitar 75% terjadi dalam periode neonatal dini. Sebagian besar kematian neonatal dini dapat dicegah melalui akses ke pelayanan kesehatan, salah satunya kunjungan neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Kunjungan Neonatal Pertama (KN 1) dengan kematian neonatal dini di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi kasus-kontrol dengan menganalisis data sekunder SDKI tahun 2017. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan KN 1 dengan kematian neonatal dini [OR=8,23, 95% CI=2,76-24,55]. Risiko kematian neonatal dini ditemukan lebih tinggi pada wilayah tempat tinggal perdesaan, bayi berjenis kelamin laki-laki, urutan kelahiran 2-3 dan ≥4, jarak kelahiran <24 bulan dan >35 bulan serta anak tunggal, berat badan lahir <2500 gram, ibu berpendidikan rendah, melahirkan saat berusia <20 tahun dan >35 tahun, memanfaatkan perawatan antenatal <6 kali, tidak mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, dan tidak melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun ditemukan bahwa wilayah tempat tinggal, jenis kelamin, urutan kelahiran, berat badan lahir, usia saat melahirkan, imunisasi tetanus toksoid, dan tempat persalinan merupakan variabel perancu yang mempengaruhi hubungan antara pemanfaatan KN 1 dengan kematian neonatal dini.

Indonesia is ranked 7th with the highest number of neonatal deaths worldwide. About 75% of all neonatal deaths occur in the early neonatal period. Early neonatal deaths can be prevented through access to health services through neonatal visits. This study aims to determine the relationship between first neonatal visits and early neonatal mortality in Indonesia. This is a quantitative study using a case-control study design by analyzing secondary data from the 2017 IDHS. This study found a significant relationship between first neonatal visits and early neonatal mortality [OR=8.23, 95% CI=2.76- 24,55]. The risk of early neonatal mortality was found to be higher in rural areas; male babies; birth order 2-3 and ≥4; birth spacing <24 months and >35 months, and an only child; birth weight <2500 grams; mother low education; gave birth at <20 years and >35 years; used antenatal care <6 times; did not receive tetanus toxoid immunization; and did not give birth in a health care facility. It was found that place of residence, sex, birth order, birth weight, age at birth, tetanus toxoid immunization, and place of delivery were confounding variables that influenced the relationship between the use of first neonatal visits and early neonatal mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Syahrani
"Latar Belakang: Periode neonatal merupakan waktu yang rentan bagi bayi pada awal kehidupannya dan komplikasi perdarahan selama kehamilan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi. Saat ini, terdapat perbedaan pendapat terkait pengaruh komplikasi perdarahan selama kehamilan dengan kematian neonatal serta belum ditemukannya publikasi terkait komplikasi perdarahan selama kehamilan terhadap kematian neonatal di skala nasional Indonesia dengan data terbaru. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perdarahan selama kehamilan dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan desain studi cross-sectional. Analisis data dilakukan pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan bayi lahir hidup pada rentang tahun 2012-2017 dan merupakan anak terakhir tunggal yang terdata dalam SDKI 2017. Sebanyak 14.848 sampel didapatkan untuk dianalisis menggunakan complex survey dengan chi-square dan regresi logistik untuk memeriksa hubungan antara perdarahan selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal
Hasil: Prevalensi kematian neonatal pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan dalam rentang waktu 2012-2017 di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017 sebesar 0,7%. Selain itu, 48,4% dari total 14.848 responden mengalami perdarahan selama kehamilan. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol ukuran lahir bayi, jenis kelamin bayi, dan paritas ibu, tidak ditemukan asosiasi yang bermakna secara statistik antara perdarahan selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal (adjusted odds ratio 0,67; CI 95% 0,45-1,01).
Kesimpulan: Perdarahan selama kehamilan tidak terbukti berasosiasi dengan kematian neonatal. Hal ini mungkin terjadi akibat keterbatasan metode penelitian yang digunakan, tidak diketahui lebih lanjut kapan dan seberapa banyak perdarahan yang terjadi, dan cakupan ANC yang baik. Dari sisi klinis, terdapat perdarahan yang cukup sulit untuk dideteksi oleh tenaga kesehatan sehingga memungkinkan tidak terdatanya kasus. Selain itu, pada perdarahan yang berisiko, penanganan cepat akan dilakukan sehingga kesehatan bayi tidak akan berdampak pada masa neonatal.

Background: Neonatal period is a vulnerable time for infants and bleeding during pregnancy can affect the survival of the mother and baby. Research regarding association between bleeding during pregnancy and neonatal deaths using the Indonesia is still rarely carried out at this time and there’s a variety of opinion regarding this matter. Therefore, researchers conducted a study to determine the association between bleeding during pregnancy and neonatal mortality in Indonesia.
Method: This research is a quantitative study using secondary data from the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) with a cross-sectional study design. Data analysis was conducted on women of reproductive age (WRA) aged 15-49 years who gave birth to live infants between 2012 and 2017 and whose most recent singleton births were recorded in the 2017 IDHS. A total of 14,848 samples were obtained for analysis using complex survey methods with chi-square and logistic regression to examine the relationship between bleeding during pregnancy and neonatal mortality.
Results: The prevalence of neonatal mortality among women of reproductive age (WRA) aged 15-49 years who gave birth between 2012 and 2017 in Indonesia, based on the 2017 IDHS data, was 0.7%. Additionally, 48.4% of the total 14,848 respondents experienced bleeding during pregnancy. After conducting multivariate analysis while controlling with its confounders (perceived birth weight, sex of the baby, and maternal parity) no statistically significant association was found between bleeding during pregnancy and neonatal mortality (adjusted odds ratio 0.67; 95% CI 0.45-1.01).
Conclusion: Bleeding during pregnancy was not found to be associated with neonatal mortality. This may be due to limitations in the research methods used, the lack of detailed information on the timing and amount of bleeding, and good ANC coverage. Clinically, some bleeding may be difficult to detect, leading to potential underreporting of cases. Furthermore, in cases of high-risk bleeding, emergency management is likely to be implemented, preventing any impact on neonatal health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Syahrani
"Latar Belakang: Periode neonatal merupakan waktu yang rentan bagi bayi pada awal kehidupannya dan komplikasi perdarahan selama kehamilan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi. Saat ini, terdapat perbedaan pendapat terkait pengaruh komplikasi perdarahan selama kehamilan dengan kematian neonatal serta belum ditemukannya publikasi terkait komplikasi perdarahan selama kehamilan terhadap kematian neonatal di skala nasional Indonesia dengan data terbaru. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perdarahan selama kehamilan dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan desain studi cross-sectional. Analisis data dilakukan pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan bayi lahir hidup pada rentang tahun 2012-2017 dan merupakan anak terakhir tunggal yang terdata dalam SDKI 2017. Sebanyak 14.848 sampel didapatkan untuk dianalisis menggunakan complex survey dengan chi-square dan regresi logistik untuk memeriksa hubungan antara perdarahan selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal
Hasil: Prevalensi kematian neonatal pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan dalam rentang waktu 2012-2017 di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017 sebesar 0,7%. Selain itu, 48,4% dari total 14.848 responden mengalami perdarahan selama kehamilan. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol ukuran lahir bayi, jenis kelamin bayi, dan paritas ibu, tidak ditemukan asosiasi yang bermakna secara statistik antara perdarahan selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal (adjusted odds ratio 0,67; CI 95% 0,45-1,01).
Kesimpulan: Perdarahan selama kehamilan tidak terbukti berasosiasi dengan kematian neonatal. Hal ini mungkin terjadi akibat keterbatasan metode penelitian yang digunakan, tidak diketahui lebih lanjut kapan dan seberapa banyak perdarahan yang terjadi, dan cakupan ANC yang baik. Dari sisi klinis, terdapat perdarahan yang cukup sulit untuk dideteksi oleh tenaga kesehatan sehingga memungkinkan tidak terdatanya kasus. Selain itu, pada perdarahan yang berisiko, penanganan cepat akan dilakukan sehingga kesehatan bayi tidak akan berdampak pada masa neonatal.

Background: Neonatal period is a vulnerable time for infants and bleeding during pregnancy can affect the survival of the mother and baby. Research regarding association between bleeding during pregnancy and neonatal deaths using the Indonesia is still rarely carried out at this time and there’s a variety of opinion regarding this matter. Therefore, researchers conducted a study to determine the association between bleeding during pregnancy and neonatal mortality in Indonesia.
Method: This research is a quantitative study using secondary data from the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) with a cross-sectional study design. Data analysis was conducted on women of reproductive age (WRA) aged 15-49 years who gave birth to live infants between 2012 and 2017 and whose most recent singleton births were recorded in the 2017 IDHS. A total of 14,848 samples were obtained for analysis using complex survey methods with chi-square and logistic regression to examine the relationship between bleeding during pregnancy and neonatal mortality.
Results: The prevalence of neonatal mortality among women of reproductive age (WRA) aged 15-49 years who gave birth between 2012 and 2017 in Indonesia, based on the 2017 IDHS data, was 0.7%. Additionally, 48.4% of the total 14,848 respondents experienced bleeding during pregnancy. After conducting multivariate analysis while controlling with its confounders (perceived birth weight, sex of the baby, and maternal parity) no statistically significant association was found between bleeding during pregnancy and neonatal mortality (adjusted odds ratio 0.67; 95% CI 0.45-1.01).
Conclusion: Bleeding during pregnancy was not found to be associated with neonatal mortality. This may be due to limitations in the research methods used, the lack of detailed information on the timing and amount of bleeding, and good ANC coverage. Clinically, some bleeding may be difficult to detect, leading to potential underreporting of cases. Furthermore, in cases of high-risk bleeding, emergency management is likely to be implemented, preventing any impact on neonatal health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Invinita Arga Putri
"Kematian perinatal masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2017, angka kematian perinatal di estimasikan sebesar 21 per 1000 kelahiran. Di sisi lain, ibu yang melaksanakan persalinan masih dibayangi oleh komplikasi, dimana partus lama merupakan salah satu bentuk komplikasi yang paling sering terjadi. Apabila tidak ditangani secara tepat, partus lama dapat mengakibatkan luaran buruk bagi bayi. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan partus lama dan kematian perinatal di Indonesia. Desain penelitian ini ialah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel merupakan wanita usia subur (WUS) yang melahirkan bayi lahir hidup dan lahir mati dengan usia kehamilan ≥7 bulan dan merupakan anak terakhir dalam periode 5 tahun sebelum survei. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi kematian perinatal sebesar 1,3%. Partus lama dialami oleh sebagian besar ibu bersalin (40,4%). Namun, hal tersebut belum berdampak terhadap kematian perinatal. Besar asosiasi partus lama terhadap kematian perinatal sebesar aPOR 1,151 kali (95% CI 0,818-1,842 dan p-value 0,559) setelah dikontrol confounding dan variabel kovariat. Dapat disimpulkan bahwa partus lama tidak memberikan efek yang cukup signifikan terhadap kematian perinatal. Upaya dalam menurunkan kematian perinatal masih sangat dibutuhkan, salah satunya dengan memperkuat program audit kematian perinatal; meningkatkan kualitas pemeriksaan antenatal; serta mengevaluasi secara berkala kualitas ketersediaan pelayanan kesehatan.

Perinatal mortality remains a public health issue In Indonesia. The perinatal death rate was predicted to be 21 per 1000 births in 2017. On the other hand, complication during childbirth still overshadowed mothers, with prolonged labor being one of the most types of. Prolonged labor might harm the infant if it is not handled carefully. The purpose of this study is to ascertain the association between prolonged labor and perinatal mortality in Indonesia. Utilizing secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey, this study's design was cross-sectional (IDHS). Women who delivered liveborn or stillborn children with a gestational age of 7 months and more and who had the last birth in the 5 year period of survey were included in the sample. The results showed proportion of perinatal mortality was 1,3%. Proportion of prolonged labor was 40,4%. The association between prolonged labor and perinatal mortality was aPOR 1,151 (95% CI 0,818-1,842 and p-value 0,559) after controlled by confounding and covariates. It can be conclude that there is no significant effect between prolonged labour and perinatal mortality. It is still urgently necessary to make efforts to lower perinatal mortality, including by strengthening the perinatal death audit program, expanding the quality of antenatal care and made routine assessments quality of health service that are available."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>