Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Fatwa Dzikrullah
"Proses identifikasi dalam kegiatan eksplorasi Geotermal menjadi salah satu upaya dalam meminimalisasi risiko ketidaksuksesan. Pemanfaatan suatu lapangan Geotermal  seperti pada lapangan X memiliki proses yang panjang dan berisiko tinggi. Setelah diidentifikasi dengan baik pada kasus-kasus ketidaksuksesan eksplorasi, kualitas data, dan tipe sistem Geotermal, selanjutnya hasil identifikasi tersebut diaplikasikan dalam proses pengolahan data Magnetotellurik (MT) pada lapangan X.
Hasil yang diperoleh ialah lapangan X teridentifikasi sebagai lapangan Geotermal bersistem Hidrotermal Temperatur Tinggi Natural-2 Fase, dengan estimasi suhu reservoir 245o C dan estimasi energi 238 MW. Hal tersebut menggambarkan bahwa lapangan X dapat dikembangkan lebih lanjut, salah satunya dengan proses pengeboran sumur eksplorasi dengan rekomendasi titik pada koordinat 11400.00 m N dan 63100.00 m E sekitar 4 km dari puncak gunung L.

The identification process in geothermal exploration activities is an effort to minimize the risk of unsuccessfulness. The use of a Geotermal field such as in field X has a long and high-risk process. After being well identified in cases of exploratory success, data quality, and geothermal system type, the identification results were then applied in the Magnetotelluric (MT) data processing on the X field.
The results obtained were that the X field was identified as a Hydrothermal Geothermal field High Temperature Natural-2 Phase, with an estimated reservoir temperature of 245 oC and an estimated energy of 238 MW. This illustrates that the X field can be further developed, one of which is the process of drilling exploration wells with recommendations for points at coordinates 11400.00 m N and 63100.00 m E about 4 km from the peak of Mount L.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Firdaus Angkasa
"Pada tahun 2025 pemerintah menargetkan peran energi baru terbarukan (EBT) minimal 23% dari bauran energi nasional ketenagalistrikan. Salah satu jenis EBT adalah panas bumi yang menjadi salah satu potensi yang besar. Berdasakan data Kementiran ESDM, potensi energi panas bumi sebesar 28.579 MWe yang terdiri dari sumber daya sebesar 11.073 MWe dan cadangan sebesar 17.506 MWe. Selain itu berdasarkan RUPTL 2019-2028, komposisi bauran energi listrik regional Sumatera akan mencapai 38,5% bersumber EBT atau mencapai total 2647,1 MW yang terdiri dari air sebesar 20,1%, panas bumi sebesar 19,5%, dan sumber EBT lainnya sebesar 1,9%. Pada tahun 2019-2023, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang direncanakan akan memasuki sistem interkoneksi Sumatera Utara pada dengan total kapasitas 240 MW. Oleh karena itu, studi interkoneksi dibutuhkan untuk mengetahui efek dari pembangkit terhadap jaringan interkoneksi dan kesesuaian dengan standar yang ada. Studi interkoneksi yang dilakukan terdiri dari studi aliran daya, studi stabilitas sistem tenaga listrik, dan studi hubung singkat menggunakan perangkat lunak DIgSILENT Power Factory 2019 SP 4. Hasil dari studi aliran daya menunjukan level tegangan pada pembangkit dan dua Gardu Induk (GI) terdekat sesuai dengan aturan yang berlaku pada Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sumatera 2007 2.1.b yang menyebutkan standar tegangan pada jaringan interkoneksi 150 kV harus selalu diantara 135 kV dan 165 kV (±10% tegangan nominal). Selain itu, stabilitas sistem tenaga listrik dilihat dari parameter tegangan, frekuensi dan sudut rotor. Jaringan interkoneksi tetap stabil ketika ada gangguan di salah satu generator pembangkit, gangguan di satu atau dua saluran antara pembangkit dan GI terdekat, dan pelepasan beban di salah satu GI. Ketidakstabilan terjadi ketika dua GI terdekat terisolasi dengan jaringan interkoneksi Sumatera yang menghasilkan pemadaman total. Sementara itu, penambahan kapasitas pembangkit pada sistem interkoneksi 150 kV Sumatera Utara menyebabkan nilai arus hubung singkat di GI meningkat. Seluruh nilai arus hubung singkat masih memenuhi standar IEEE Std C37.06-2009.

In 2025 the government is targeting the renewable energy at least 23% of the national electricity energy mix. One type of renewable energy is geothermal which has a great potential. Based on the Ministry of Energy and Mineral Resources Republic of Indonesia data, the potential for geothermal energy is 28,579 MWe consisting of resources 11,073 MWe and reserves 17,506 MWe. Further based on 2019-2028 RUPTL, the composition of Sumatra's regional electric energy mix will reach 38.5% from renewable sources or reach a total of 2647.1 MW consisting of water 20.1%r, geothermal 19.5%, and other renewable sources by 1.9%. In 2019-2023, there is a Geothermal Power Plant which is planned to enter the North Sumatra interconnection system with a total capacity of 240 MW. Therefore, an interconnection study is needed to determine the effect of the new power plant on the interconnection grid and compliance with the standards. Interconnection studies carried out consist of power flow, stability, and short circuit study using the DIgSILENT Power Factory 2019 SP 4 software. The results of the power flow study show that the voltage level at the power plant and the two closest substations is in accordance with the Grid code Electricity System Power System 2007 2.1.b which states the voltage standard on the 150 kV interconnection grid must always be between 135 kV and 165 kV (± 10% nominal voltage). In addition, the stability of the electric power system can be seen from the voltage, frequency and rotor angle parameters. The grid remains stable when there is a disturbance in one of the power plant generators, disturbance in one or two cables between power plant and the nearest substation, and the release of load in one of the substations. Instability occurs when it is isolated with the Sumatra interconnection grid which results in total blackouts. Meanwhile, the addition of generating capacity through PLTP in the 150 kV North Sumatra interconnection system causes the value of short circuit current in substations increase. All short circuit current still meets IEEE Std C37.06-2009 standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wicitra Diwasasri
"Penelitian kualitatif ini membahas mengenai hambatan pengembangan energi terbarukan panas bumi di Indonesia dalam kurun waktu 2010-2017. Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah 'Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab hambatan pengembangan energi terbarukan geothermal panas bumi di Indonesia tahun 2010-2017?'. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut penulis menggunakan teori utama yakni barrier renewable energy penetration serta dibantu dua konsep Multi-Level Governance MLG dan Central-Local Relation, dimana Barrier renewable energy penetration dan MLG lebih banyak digunakan untuk melihat permasalahan institusional yang menjadi kendala bagi pengembangan energi panas bumi di tingkat pusat, sementara central-local relation akan lebih ditekankan untuk menganalisis pengaruh desentralisasi dalam menghambat pengembangan energi terbarukan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang dominan menjadi penyebab hambatan pengembangan energi terbarukan panas bumi yakni institusional, posisi ekonomi energi terbarukan yang marjinal, kebutuhan jangka pendek yang mendesak dari proyek listrik nasional dan desentralisasi menjadi faktor yang menghambat energi terbarukan panas bumi dalam kurun waktu 2010-2017.

This qualitative research discusses challenges implementation of geothermal energy 2010 2017. The main question which is raised in this research is what are the factors which obstacled the implementation of geothermal energy in Indonesia 2010 2017. To answer this question, renewable energy penetration theory is used. Another framework which is used in this research are Multi Level Governance and Central Local relation. Barrier to renewable energy penetration and MLG are mostly focused to see the institutional problem of geothermal in the central government, while central local relation discusses how decentralization detain the implementation of renewable energy.
This research concluded that there are four main factors which detained the implementation of geothermal as renewable energy in Indonesia in 2010 2017, formal institution, marginal economy needs, electrification government program and decentralization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Maulana
"Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Dalam hal ini beberapa sumber daya alam tersebut dapat dijadikan sebagai sumber energi terbarukan. Pengelolaan sumber daya alam terbarukan tersebut membutuhkan penunjang infrastruktur pabrik yang efektif dan efisien. Melalui analisis metode yang tepat akan menghasilkan konstruksi bangunan pabrik yang efektif dan efisien, diantaranya analisis metode konvensional dan analisa metode bangunan pra rekayasa.
Adapun metode yang mampu menjawab solusi untuk pengurangan biaya adalah metode bangunan pra rekayasa yang mampu mereduksi penggunaan baja sebesar 31%, sedangkan metode yang mampu menjawab solusi untuk pekerjaan yang ringkas adalah metode konvensional dengan fabrikasi dilakukan di area sekitar proyek. Pada proyek ini ditetapkan penggunaan metode bangunan pra rekayasa untuk memangkas biaya yang signifikan.
Progres pekerjaan saat ini kurang lebih berada di 92,43%, dimana proyek akan diperkirakan selesai pada minggu ketiga Desember 2023, sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati antara Klien dan Kontraktor. Seluruh pekerjaan telah diselesaikan secara professional dan menjalankan prinsip dasar kode etik keinsinyuran, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap konstruksi. Pekerjaan yang sedang berjalan juga memperhatilan unsur K3L yang signifikan sesuai dengan aturan – aturan yang berdasar pada Rencana Kerja Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan Kerja.

Indonesia is a country with very abundant natural resources. In this case, some of these natural resources can be used as renewable energy sources. The management of these renewable natural resources requires an efficient and efficient factory infrastructure. Through the analysis of proper methods will result in effective and efficient construction of factory buildings, including analysis of conventional methods and analysis of pre-engineering building methods.
As for the method that can respond to the solution for cost reduction is the method of pre engineering building that can reduce the use of steel by 31%, whereas the method capable of responding to solutions for simple work is conventional with manufacturing carried out in the area around the project.
The current work progress is roughly 92.43%, with the project expected to be completed in the third week of December 2023, in accordance with the agreement reached between the Client and the Contractor. All the work has been done professionally and followed the basic principles of the code of ethics of engineering, both at the planning stage and at the construction stage. The ongoing work also takes into account the important elements of Safety, Health, Safety and Environment in accordance with the rules - rules based on the Health and Safety Work Plan and the Environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dandi Baskoro Soebakir
"Keberadaan struktur geologi merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan zona permeabel pada suatu sistem geotermal. Penelitian ini dilakukan di salah satu area prospek geotermal di zona Sistem Sesar Sumatera (GSF) yang termasuk dalam segmen Angkola dan Barumun yang bertujuan untuk mengidentifikasi kemenerusan fitur permukaan hingga bawah permukaan terutama struktur geologi yang berkaitan erat dengan zona permeabel dengan mengintegrasikan data geologi, geokimia, dan geofisika. Teknologi remote sensing digunakan untuk mengidentifikasi struktur geologi yang terobservasi di permukaan yang dikorelasikan dengan persebaran manifestasi permukaan. Namun, tidak semua struktur geologi yang terobservasi di permukaan dapat diamati dan kemenerusannya dari permukaan hingga bawah permukaan dilakukan dengan pendekatan geofisika menggunakan data magnetotelurik (MT) dan gravitasi. Interpretasi struktur geologi permukaan berdasarkan analisis remote sensing dan persebaran manifestasi permukaan memiliki korelasi yang positif dengan hasil gravitasi adanya struktur graben dari zona GSF yang memiliki orientasi baratlaut-tenggara. Kelurusan dan karakteristik (arah dan kemiringan) struktur ditandai dengan adanya kontras nilai gravitasi, nilai Horizontal Gradient Magnitude (HGM) maksimum, dan nilai zero Second Vertical Derivative (SVD) serta analisis Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD). Hasil interpretasi struktur bawah permukaan gravitasi berkorelasi positif dengan analisis parameter MT (splitting curve MT) yang dapat mengindikasi zona struktur bawah permukaan. Gabungan interpretasi struktur permukaan dan bawah permukaan teridentifikasi adanya 5 struktur (F1, F2, F3, F4, dan F5) yang diklasifikasikan sebagai Struktur Pasti (F1, F2, F3, dan F4) dan Struktur Diperkirakan (F5) yang memiliki orientasi baratlaut-tenggara. Struktur F3 yang berorientasi baratlaut-tenggara merupakan struktur utama yang berperan sebagai fluid conduit (zona permeabel) yang dibuktikan dengan adanya manifestasi mata airpanas bertipe klorida. Berdasarkan hasil pemodelan inversi 3-D MT dan pemodelan kedepan 2-D gravitasi dapat mendelineasi zona reservoir pada kedalaman 1500 – 2000-meter yang dikontrol oleh struktur F3 dan zona reservoir berasosiasi dengan batuan metasediment yang nantinya dapat menentukan lokasi sumur pengeboran. Untuk memvisualisasikan sistem geotermal secara komprehensif, maka dikembangkan model konseptual dengan mengintegrasikan model geofisika yang memiliki kualitas data optimum dengan data geologi dan geokimia yang saling berkorelasi, sehingga dapat dijadikan dasar dan acuan dalam menentukan lokasi pengembangan sumur produksi dan reinjeksi dan menurunkan resiko kegagalan dalam well targeting.

The existence of geological structures is one of the important parameters in determining the permeability zone in a geothermal system. This study was conducted in one of the geothermal prospect areas in the Sumatera Fault System (GSF) zone included in the Angkola and Barumun segments which aims to identify the continuity of surface to subsurface features, especially geological structures that are closely related to permeability zones by integrating geological, geochemical, and geophysical data. Remote sensing technology is used to identify geological structures observed at the surface that are correlated with the distribution of surface manifestations. However, not all surface-observed geological structures can be observed and their continuity from the surface to the subsurface is done with a geophysical approach using magnetotelluric (MT) and gravity data. Interpretation of surface geological structures based on remote sensing analysis and the distribution of surface manifestations has a positive correlation with the gravity results of the graben structure of the GSF zone which has a northwest-southeast orientation. The alignment and characteristics (direction and slope) of the structure are characterized by the contrast of gravity values, maximum Horizontal Gradient Magnitude (HGM) values, and zero Second Vertical Derivative (SVD) values as well as Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD) analysis. The results of gravity subsurface structure interpretation are positively correlated with MT parameter analysis (splitting curve) which can indicate subsurface structure zones. The combined interpretation of surface and subsurface structures identified 5 structures (F1, F2, F3, F4, and F5) classified as Certain Structures (F1, F2, F3, and F4) and Estimated Structure (F5) that have a northwest-southeast orientation. The northwest-southeast oriented F3 structure is the main structure that acts as a fluid conduit (permeability zone) as evidenced by the manifestation of chloride-type hot springs. Based on the results of 3-D MT inversion modeling and 2-D gravity forward modeling, it can delineate the reservoir zone at a depth of 1500 - 200 meters controlled by the F3 structure and the reservoir zone is associated with metasedimentary rocks which can later determine the location of drilling wells. To visualize the geothermal system comprehensively, a conceptual model was developed by integrating geophysical models that have optimum data quality with geological and geochemical data that are correlated, so that it can be used as a basis and guide in determining the location of production well development and reinjection and reduce the risk of failure in drilling targets."
Jakarta: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Zakaria Kapa
"Pemanfaatan sumber energi terbarukan sebagai energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil atau somber energi tak terbarukan memberikan harapan yang cerah di mass sekarang maupun yang akan datang. Namun hal ini masih menemui kendala-kendala antara lain biaya investasi dan biaya tahunan yang mahal. Dalam skripsi ini dibahas mengenai minimalisasi biaya tahunan total dengan memperhatikan besamya kebutuhan energi dan ketersediaan sumber energi terbarukan di suatu lokasi terutama di daerah terpencil dengan mendesian suatu Sistem Energi Terbarukan Terpadu (SETT). SETT adalah suatu sistem yang menggunakan dua atau lebih sumber energi terbarukan seperti energi matahari, energi angin, energi air dan energi biogas untuk memenuhi satu set kebutuhan energi. Lokasi yang menjadi pilihan adalah di Mali Alor, NTT karena merupakan daerah yang cocok untuk menerapkan SETT dalam hat ini yang dimanfaatkan adalah energi matahari dan energi angin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Maulana Yunus
"Wilayah geothermal Tulehu ditandai oleh kemunculan manifestasi permukaan. Tidak ada manifestasi yang mengindikasikan zona upflow. Survei geosains telah dilakukan dan diikuti oleh pengeboran 4 sumur eksplorasi. Namun, penggambaran zona upflow suhu tinggi yang terkait dengan sumber panas masih sulit. Hal ini karena area survei geosains yang dilakukan belum mencakup keseluruhan sistem geotermal (daerah upflow dan outflow). Dugaan keberadaan sumber panas kemungkinan menuju G. Eriwakang seperti yang ditunjukkan oleh distribusi temperatur dari data sumur. Berdasarkan studi data geosains yang tersedia, diintegrasikan dengan data sumur yang ada, maka dibuat model konseptual yang mencakup kemungkinan keberadaan sumber panas (zona upflow) di sekitar G. Eriwakang dan kemunculan manifestasi permukaan sebagai zona outflow. Untuk menyelidiki kemungkinan lokasi sumber panas sistem geotermal Tulehu, maka simulasi reservoir dilakukan berdasarkan model konseptual yang telah dibuat dengan menggunakan simulator TOUGH2/iTOUGH2. Hasil simulasi setelah mencapai kondisi natural state menunjukkan bahwa sumber panas dimungkinkan berada di bawah G. Eriwakang. Hal ini ditunjukkan dengan kesesuaian kurva temperatur vs kedalaman antara hasil simulasi dengan data sumur. Untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini, maka direkomendasikan untuk dilakukan survei geosains lebih lanjut.

Tulehu geothermal area is characterised by surface manifestations. Fumarole and other steam-type manifestations are absent. Geoscientific surveys covering thermal manifestations area have been conducted followed by exploration drillings. However, delineation of high temperature up-flow zone associated with heat source is still challenging, even drilling data from 4 wells could not answer the question yet. Possible existence of the heat source is likely toward Mt Eriwakang as indicated by temperature distribution from wells. Based on the geoscientitic data study, integrated with the existing well data, a conceptual model was developed that includes the possibility of the existence of a heat source (upflow zone) around G. Eriwakang and the appearance of surface manifestations as the outflow zones. To investigate the possible location of the heat source of the Tulehu geothermal system, reservoir simulations using TOUGH2/iTOUGH2 simulator were carried out based on the conceptual model that has been made. Simulation results, after achieving natural state conditions, indicate that the heat source is possibly located under Mt. Eriwakang. This is indicated by the suitability of the temperature vs. depth curve between the simulation results and the well data. Furthermore, to confirm the existence of the heat source, further geoscientific surveys are recommended to be carried out in this area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jul Rafli
"Daerah penelitian terletak di Muara Laboh, kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat dan secara tektonik terdapat pada ujung segmen Suliti yang berasosiasi dengan sesar geser menganan (dextral strike slip fault) Sesar Sumatera. Daerah penelitian merupakan sistem panasbumi dengan dua phase yaitu sistem dominasi uap yang memiliki lapisan reservoir dominasi uap setebal ±400 m di atas zona dominasi air.Zona Altereasi di daerah penelitian dibagi menjadi dua yaitu zona alterasi argillic yang di tandai dengan kehadiran mineral clay (smectite) betemperatur rendah dan lapisan ini digunakan sebagai lapisan penudung (cap rock) dan kedua adalah zona alterasi prophylitic yang di tandai dengan kehadiran mineral sekunder bertemperatur tinggi seperti epidote, kuarsa, calcite, chlorite dan lapisan ini digunakan sebagai zona resrvoir (zona produksi). Permeabilitas zona produktif di sumur-sumur produksi tidak hanya dikontrol oleh jenis litologi dan unit batuan tapi juga dikontrol oleh bidang-bidang patahan dan zona rekahan di sekitarnya. Puncak reservoir rata-rata berada pada elevasi 1000-1100 mdpl. Sedangkan brine level teramati pada elevasi 400-600 mdpl. Temperatur dan tekanan yang lebih rendah, serta kandungan gas yang lebih tinggi bukan disebabkan oleh kompartementasi reservoir, tapi lebih disebabkan oleh lokasi sumur yang berada di dekat margin reservoir. Sumur re-injeksi di margin reservoir dibutuhkan untuk mengatasi penurunan tekanan reservoir yang cepat. Salah satu alternatif lokasi sumur injeksi adalah di bagian timur dan utara dari sumur produksi, dimana sumur injeksi harus dibor hingga menembus reservoir dominasi air. Dari hasil tahapan eksplorasi daerah penelitian yang baik untuk di kembangkan adalah dibagian selatan.

The study area is located in Muara Laboh, South Solok regency of West Sumatra and is tectonically located on the tip of Suliti segment associated with the fault shear are heading (dextral strike-slip fault) Fault Sumatra. The study area is a geothermal system with a two-phase vapor-dominated system that has a layer of thick steam reservoir dominance ± 400 m above zone air.Zona Altereasi dominance in the study area was divided into two argillic alteration zones are marked by the presence of clay minerals (smectite) betemperatur low and this layer is used as the covering layer (cap rock) and the second is prophylitic alteration zones are marked by the presence of secondary high-temperature minerals such as epidote, quartz, calcite, chlorite and this layer is used as resrvoir zone (zone of production). Permeability zone in the prolific production wells is not only controlled by the type of lithology and rock units but also controlled by fields of faults and fracture zones in the vicinity. Peak average reservoir located at an elevation of 1000-1100 meters above sea level. While the brine level observed at the elevation of 400-600 meters above sea level. Temperature and lower pressure, as well as higher gas content is not caused by kompartementasi reservoir, but more due to the location of the wells near the reservoir margins. Reinjection wells in the reservoir margin needed to overcome the reservoir pressure drops rapidly. One alternative is the location of injection wells in the east and north of the production wells, where injection wells should be drilled to penetrate the dominance of the water reservoir. From the results of the exploration stage is a good research area to be developed is in the south."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Sukaryadi
"ABSTRACT
Untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangan PLTP skala kecil telah dilakukan simulasi untuk sumur RD B1 dan RD B2 pada lapangan panas bumi Rantau Dedap untuk mengetahui kemampuan sumur dalam memasok uap. Proses simulasi sumuran dilakukan dengan menggunakan geo fluid software. Data sumur RD 2 digunakan sebagai validasi model sumur yang dikembangkan untuk perhitungan simulasi. Prinsip simulasi ini adalah menyelaraskan profil tekanan dan temperatur sumur antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan skenario pembangkit yang memiliki kapasitas penurunan tekanan reservoir 2 bar/tahun, diketahui sumur RD 1 mampu memasok uap selama 13 tahun untuk kepasitas pembangkit 3 MW. Sementara itu, sumur RD 2 dijadikan sebagai sumur injeksi.
"
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016
621 KLET 15:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Adolf Leopold S.M.
"ABSTRACT
Pembangkit listrik tenaga hidro (minihidro dan mikrohidro) memiliki peranan yang besar dalam bauran energi di Indonesia. Pembangunan pembangkit listrik tersebut meningkatkan penggunaan material dan energi yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi terhadap emisi karbondioksida (C02). Tujuan dari studi ini adalah menghitung intensitas energi dan C02 serta Energy Payback Time (EPBT) dari siklus hidup pembangkit listrik tenaga minihidro dan mikrohidro. Studi ini menggunakan metode Life Cycle Analysis (LCA) dengan lingkup analisis mulai dari tahapan konstruksi hingga operasional pembangkit. Unit fungsional yang digunakan adalah jumlah energi dan C02 yang dihasilkan dari setiap produksi listrik (MJ/kWh dan gram COz/kWh). Selain itu dilakukan analisis EPBT guna mendapatkan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh investasi energi selama siklus hidup pembangkit. Nilai intensitas energi untuk PLTM dan PLTMH berkisar antara 0,06 to 0,85 MJ/kWh atau 0,01to 0,1 kWhprim/kWh. Nilai intensitas emisi C02 untuk PLTM dan PLTMH berkisar antara 3,99 to 76,94 g COz/kWh dengan kontribusi terbesar berasal dari pekerjaan sipil yaitu minimal 90,72o o. Rentang nilai Primary Energy Payback T ime (PEPBT) untuk PLTM dan PLTMH adalah 0,07 to 1,74 tahun dengan nilai penghematan energi sebesar 4,42 to 331,68 GWh. Sedangkan rentang nilai untuk COEmisi C02 Payback T ime (COZPBT) untuk PLTM dan PLTMH adalah 0,112,09 tahun, dengan penghematan emisi C02 sebesar 1,78 x 106 115,76 x 106 kg C02 selama siklus hidup pembangkit."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016
621 KLET 15:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>