Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sandra Mumpuni Winali
"ABSTRAK Dalam pendidikan, anak perempuan berbakat harus berjuang melewati berbagai tantangan untuk bisa mengembangkan potensi terbaiknya. Untuk itu mereka harus memiliki ketangguhan agar terus dapat maju mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tesis ini membahas mengenai pengaruh gender practice guru dan pola asuh orang tua sebagai tantangan-tantangan yang dihadapi anak perempuan berbakat, serta pengaruhnya pada ketangguhan anak perempuan berbakat. Penelitian dilakukan pada 64 anak perempuan berbakat SMP. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dengan pola asuh authoritarian (Sig. = 0.028) mempengaruhi adversity quotient anak perempuan berbakat. Sedangkan pola asuh authoritative, pola asuh permissive, dan gender practice guru tidak mempengaruhi adversity anak perempuan berbakat.
ABSTRACT Gifted girls must struggle through various challenges to develop their best potential in education. For this reason, they must have the strength to continue to get what they want. This thesis discusses the influence of teacher gender practice and parenting as challenges faced by gifted girls, and their influence on the resilience of gifted girls. The study was conducted on gifted girls (n=64) in junior high school. This research is a quantitative research with correlational studies. The results of the study show that parents with authoritarian parenting (Sig. = 0.028) have influence to gifted girls adversity quotient. Whereas authoritative parenting, permissive parenting, and gender teacher practice do not affect gifted girls adversity.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Zahdi Sjaaf
Depok: Universitas Indonesia, 1980
S2086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fivianty Wijaya
"ABSTRAK
Perhatian pada sumber daya manusia mendukung dan mendorong diberikannya
perhatian khusus bagi anak-anak yang berbakat. Anak berbakat adalah mereka yang
karena kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi.
Namun tidak semua anak berbakat dapat berprestasi setara dengan potensinya. Mereka
disebut anak berbakat yang berprestasi kurang (ABPK) atau underachiever, yaitu
seseorang yang berprestasi dibawah taraf kemampuannya. Bahkan di antara mereka
ada yang putus sekolah.
Faktor-faktor penyebab seseorang menjadi ABPK dapat ditinjau dari keadaan
kelas di sekolah, latar belakang lingkungan keluarga, dan kepribadiannya. Pada
karakteristik kepribadiannya, yang paling sering ditemukan adalah anak yang
mempunyai harga diri (self-esteem) yang rendah (Fine & Pitts, 1980, Rimm, 1983,
Whitmore, 1980 dalam Davis & Rimm, 1985). ABPK tidak percaya bahwa dirinya
mampu melaksanakan apa yang diharapkan orang tua dau guru mereka. Berkaitan
dengan hal ini, mereka mempunyai kontrol terhadap diri yang rendah. Bila gagal,
mereka akan menyalahkan kurangnya kemampuan mereka., dan bila berhasil mereka
akan mengatribusikannya sebagai keberuntungan. Berbeda dengan anak berbakat yang
berprestasi (ABP), mereka mempunyai kontrol terhadap diri secara internal. Mereka merasa bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan mereka dan merasa
mampu mengontrol nasib sendiri (Milgrain & Milgram, 1976; Weiner, 1980 dalam
Utami Munandar, 1995).
Weiner dkk (1979) menjelaskan adanya tiga dimensi atribusi kausal yaitu
dimensi fokus (internal-eksternal), dimensi stabilitas (stabil-tidak stabil) dan dimensi
kontrolabilitas (terkontrol-tidak terkontrol). Ia juga menyatakan bahwa harapan
seseorang tentang keadaan yang akan datang dapat ditentukan oleh bagaimana
kestabilan dari atribusi kausal seseorang. Misalnya seseorang gagal dalam suatu ujian.
Bila ia mengatribusikan kegagalannya stabil, maka untuk ujian berikutnya ia akan
memperkirakan gagal lagi. Tetapi bila ia mengatribusikannya kegagalannya tidak stabil,
maka untuk ujian berikutnya ia akan mengharapkan berhasil.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah ?Bagaimana gambaran atribusi kausal
atas keberhasilan dan kegagalan dari anak berbakat yang berprestasi (ABP) dan yang
berprestasi kurang (ABPK) pada SMU Unggulan?"
Dari penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
permasalahan yaitu Gambaran atribusi kausal atas keberhasilan dari ABP adalah
internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi kausal atas keberhasilan dari
ABPK adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi kausal atas
kegagalan dari ABP adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi
kausal atas kegagalan dari ABPK adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Bila
dilihat kemungkinan penyebab yang dikemukakan Weiner, adalah usaha yang
dilakukan untuk tugas-tugas tertentu. Misalnya, tugas untuk nilai rapor, guru yang
memberi tugas pemarah, ada hukuman yang diberikan dan sebagainya."
1996
S2562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gifted visual-spatial laearners is one of categories of gifted children that has been ovelooked and under diagnosed. Linda Kreger Silverman (1995;2002) defined Gifted Visual spatial learner as those highly intelligence children (gifted) with special developmental pattern and characteristics. Their strenghts are the visual - spatial ability and gestalt cognitive style. They learn better visually that auditory. They learn all-at-once, and when they got the concept, the learning is permanent. Gifted children with visual-spatial learning style often have asynchronous developmental pattern and tend to have speech and language expressive disorder, or more commonly known as a specific Language Impairment (SLI) or Pure Dysphasic Development. These unique developmental characteristic often cause problems generally worsen without proper assistance and strategies of intervention. They also often misdiagnosed under the label of high function autism, ADHD and / or learning disabilities. A collaborative diagnostic with a long term continual observation and special approach is needed to help this population."
150 PJIP 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sismai Herni
"Penelitian ini dilakukan berawal dari maraknya upaya pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia agar memperoleh manuasia yang unggul melalui sekolah unggulan yang hampir merata di setiap propinsi di Indonesia. Sementara itu negara kita sedang dilanda krisis moneter yang mengakibatkan banyak dari orang tua anak sekolah yang di PHK dan kehilangan pekerjaan, sehingga banyak diantara anak-anak mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan sewajarnya sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Repoblik Indonesia no 2 tahun 1989. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam Utami Munandar dan Conny Semiawan ( 1996) bahwa jumlah anak berbakat secara khusus tingkat pendidikan dasar adalah 2 % dari 30 juta anak ( 600.000) orang.
Anak-anak tersebut belum seluruhnya tertampung di kelas unggul/ sekolah unggul. Anak berbakat ini membutuhkan pelayanan pendidikan minimal sama dengan siswa unggul di SMU Unggulan. Disisi lain penulis melihat latar belakang orang tua ( ibu ) juga memberikan dukungan untuk menciptakan sumberdaya manusia yang unggul, terutama pada anak berbakat dikelas unggul tingkat SLTP. Faktor -- faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya dilihat dari budaya daerah, tingkat pendidikan ibu, status sosial ekonomi orang tua, peranan dan sikap orang tua terhadap pendidikan anak berbakat.
Penelitian ini diadakan di empat SLTP N Bukittinggi, sampel penelitian adalah anak berbakat di kelas dua unggul, dan orang tua mereka ( ibu). Anak berbakat dipilih dengan melakukan identifikasi anak berbakat dengan menggunakan tiga buah tes, TIKI - M Bentuk Pendek, TKV Paralel 1 dan Task Commitment. Siswa yang terpilih sebagai anak berbakat adalah yang memiliki IQ, CQ diatas rata-rata dan task Commitment tinggi. Pada anak berbakat juga diambil data pribadi melalui daftar isian, nilai rapor kelas I dan NEM ketika masuk SLIP.
Kemudian, kepada orang tua anak berbakat diberikan kuesioner Status Sosial Ekonomi, Skala peranan dan sikap orang tua, Daftar isian data orang tua. Sistem keluarga masyarakat di tempat penelitian ini , berbentuk matrilineal, dimana garis keturunan berdasarkan pada garis ibu, yang berbeda dengan suku lainnya di Indonesia dan satu - satunya sistem keluarga martrilineal yang ada di Indonesia. Keluarga di Bukitinggi (Minangkabau) ini sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dimana dalam kehidupannya berdasarkan " Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah " yang masih dianut sampai saat ini.
Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai. Analisis butir dilakukan dengan metode skala Likert. Reliabelitas dan validitas setiap item, digunakan rumus Cronbach's Alpha. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara latar belakang ibu dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul SLTP N Bikittinggi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran anak berbakat sesuat karakteristik keluarga anak berbakat; melihat gambaran umum oarang tua (ibu) anak berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; melihat hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi anak berbakat; melihat hubungan SES orang tua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul; melihat hubungan antara peranan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul,; melihat hubungan antara sikap ibu dengan prestasi belajar anak berbakat; melihat hubungan bersama antara pendidikan ibu, SES orang tua, peranan dan sikap ibu terhadap prestasi belajar anak berbakat; melihat sebereba besar sumbangan dari pendidikan ibu, SES orang tua, peranan dan sikap ibu pada prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, SES orang tua dan peranan orang tua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul. Tetapi sikap ibu tidak berhubungan dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul. Bila dilihat besar sumbangan dari keempat variabel, maka peranan ibu memeberikan sumbangan yang besar sekali pada prestasi belajar anak berbakat, kemudian SES orang tua dan pendidikan ibu memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat. Tetapi sikap ibu, tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat.
Saran yang dikemukakan dalam penelitian lanjutan : Penempatan siswa di kelas unggul tingkat SLTP N, perlu diidentifikasikan dengan menggunakan tes TIKI-M, Betuk Pendek, TKV, dan Task Commitment, agar diperoleh anak-anak yang betul-betul berbakat / unggul ; Perlu memberikan informasi pada anak berbakat tentang keberbakatnya, agar mereka dapat mengembangkan motif intrinsik dan merealisasikan bakat mereka ; Para orang tua perlu diberitahukan tentang keberbakatan dan prestasi anak berbakat di sekolah agar mereka dapat memahami dan memberikan bimbingan untuk mengembangkan bakat dan prestasi anak berbakat. ;Antara ibu dan sekolah perlu menciptakan kerjasama yang baik untuk membantu perkembangan bakat dan prestasi anak berbakat; Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas tentang anak berbakat, untuk mengembangkan potensi anak berbakat agar berkembang secara maksimal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ahmad Fahrurrozi
"ABSTRAK
Remaja berbakat intelektual membutuhkan lingkungan yang tepat agar potensi keberbakatannya dapat berkembang dengan baik. Meskipun demikian, stigma keberbakatan dapat menjadi salah satu kendala bagi remaja berbakat intelektual untuk mencapai potensi keberbakatannya secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma keberbakatan yang dipersepsikan remaja berbakat intelektual dan teman sebaya, penyesuaian diri yang dipersepsikan remaja berbakat intelektual, strategi social coping yang digunakan remaja berbakat intelektual, dan karakteristik remaja berbakat intelektual apa saja yang diasosiasikan teman sebaya. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan menggunakan wawancara dan SCQ untuk memperoleh data kualitatif serta kuesioner persepsi remaja terhadap teman sebaya berbakat intelektual untuk memperoleh data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja berbakat intelektual memandang positif bakat intelektual yang mereka miliki dan 50 partisipan menganggap bakat intelektual yang dimiliki membuat mereka merasa berbeda dengan teman-teman di kelas reguler. Di sisi lain, teman sebaya menganggap mereka lebih pintar dari teman-teman yang berada di kelas reguler dan mereka mendapatkan panggilan berupa ldquo;anak aksel rdquo; dan ldquo;anak pintar rdquo;. Selain itu, sebagian besar remaja menganggap menyesuaikan diri dengan teman-teman merupakan hal yang penting. Ada pun Minimizing focus on popularity dan helping others merupakan strategi social coping yang digunakan oleh sebagian besar remaja berbakat intelektual yang mengikuti kelas akselerasi. Selain itu, terdapat 14 karakteristik remaja berbakat intelektual yang diasosiasikan oleh teman sebaya.Remaja berbakat intelektual membutuhkan lingkungan yang tepat agar potensi keberbakatannya dapat berkembang dengan baik. Meskipun demikian, stigma keberbakatan dapat menjadi salah satu kendala bagi remaja berbakat intelektual untuk mencapai potensi keberbakatannya secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma keberbakatan yang dipersepsikan remaja berbakat intelektual dan teman sebaya, penyesuaian diri yang dipersepsikan remaja berbakat intelektual, strategi social coping yang digunakan remaja berbakat intelektual, dan karakteristik remaja berbakat intelektual apa saja yang diasosiasikan teman sebaya. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan menggunakan wawancara dan SCQ untuk memperoleh data kualitatif serta kuesioner persepsi remaja terhadap teman sebaya berbakat intelektual untuk memperoleh data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja berbakat intelektual memandang positif bakat intelektual yang mereka miliki dan 50 partisipan menganggap bakat intelektual yang dimiliki membuat mereka merasa berbeda dengan teman-teman di kelas reguler. Di sisi lain, teman sebaya menganggap mereka lebih pintar dari teman-teman yang berada di kelas reguler dan mereka mendapatkan panggilan berupa ldquo;anak aksel rdquo; dan ldquo;anak pintar rdquo;. Selain itu, sebagian besar remaja menganggap menyesuaikan diri dengan teman-teman merupakan hal yang penting. Ada pun Minimizing focus on popularity dan helping others merupakan strategi social coping yang digunakan oleh sebagian besar remaja berbakat intelektual yang mengikuti kelas akselerasi. Selain itu, terdapat 14 karakteristik remaja berbakat intelektual yang diasosiasikan oleh teman sebaya.

ABSTRACT
Intellectually gifted adolescents need an appropriate environment in order to develop their potencies well. Nevertheless, stigma of giftedness may become an obstacle for intellectually gifted adolescents to gain optimal potencies. This study is aimed to understand stigma of giftedness perceived by intellectually gifted adolescents and their peers, conformity perceived by intellectually gifted adolescents, social coping strategies used by intellectually gifted adolescents, and intellectually gifted adolescents rsquo characteristics associated by peers. The study used mixed methods using interview and SCQ to get qualitative data and using questionnaire of adolescents rsquo perception on intellectually gifted peers to get quantitative data. The results show that intellectually gifted adolescents perceived their intellectual gifts positively and 50 from all participants perceived their intellectual gifts made them feel different from their peers in regular class. On the other side, peers perceived intellectually gifted adolescents smarter than them and intellectually gifted adolescents got calls such ldquo anak aksel rdquo and ldquo smart boy girl rdquo from their peers. Besides, most of intellectually gifted adolescents perceived conformity with their peers as an important thing. Moreover, minimizing focus on popularity and helping others are social coping strategies used by almost intellectually gifted adolescents who enrolled in acceleration program. Besides, there are 14 characteristics of intellectually gifted adolescents associated by their peers."
2017
T48769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trini S. Soemarko
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarni Catur Utami Munandar
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999
153.35 MUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>