Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dany Fauzan
"Kualitas udara mikrobiologis pada lingkungan proses pembelajaran perlu diperhatikan terkait dengan risiko kesehatan dan tingkat produktivitas terutama untuk mahasiswa yang melakukan kegiatan dalam waktu yang lama di dalam ruangan kelas. Oleh karena itu penting untuk melakukan penelitian mengenai udara mikrobiologis di dalam ruang kelas. Penelitian ini dilakukan di Gedung K Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu: 1.) Mengetahui intensitas cahaya di dalam ruang kelas di Gedung K FTUI 2.) Mengetahui konsentrasi udara mikrobiologis di dalam ruangan dengan parameter konsentrasi bakteri dan jamur 3.) Menganalisis perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruangan-ruangan yang memiliki intensitas cahaya yang berbeda 4.) Menganalisis pengaruh faktor lingkungan terhadap konsentrasi mikrobiologis bakteri dan jamur di udara dalam ruangan. Sampel udara diambil dengan metode impaction dengan alat EMS impactor single stage type Viable Andersen Cascade Impactor dan metode enumerasinya TPC. Parameter lingkungan dan fisik yang diukur pada saat pengambilan sampel di lokasi adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan nilai pertukaran udara dengan rentang pengukuran 20-28°C, 41,9-84,6%, 103-279 lux dan 1-8-h.
Hasil enumerasi pada penelitian menunjukan kisaran konsentrasi mikrobiologis sebesar 30-3188 CFU/m3 untuk bakteri dan 47-1869 CFU/m3 untuk jamur. Hasil penelitian menghasilkan Intensitas cahaya pada Gedung K FTUI tidak ada yang memenuhi baku mutu dengan angka 250 lux. Konsentrasi bioaerosol pada 3 kelas tidak memenuhi baku mutu bakteri yaitu 700 CFU/m3 untuk jamur tidak ada yang melebihi baku mutu 1000 CFU/m3.
Uji Anova pada ruang yang memiliki perbedaan intensitas cahaya ditemukan adanya perbedaan konsentrasi bioaerosol dengan nilai Fhitung ­8,553 dan 11,015 untuk bakteri dan jamur. Berdasarkan nilai korelasi, faktor lingkungan yang dominan dalam mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur pada Gedung K FTUI adalah jumlah orang (0,538 dan 0,433) dan nilai pertukaran udara (-0,452 dan -0,489), sementara suhu (0,146 dan 0,192) dan kelembaban (0,171 dan 0,003) tidak berpengaruh secara signifikan.

The microbial air quality for an educational environment needs to have an assessment related to its health risk and productivity level spesifically for students whose activities were mostly spent indoor in a long period of time. Hence it is important to do research on microbial air inside a classroom. This research is done in Building K of Engineering Faculty of Universitas Indonesia.
This research has four goals which are: 1.) To determine the light intensity of the classrooms of Building K of Engineering Faculty of Universitas Indonesia 2.) To determine microbial concentration of the indoor air with bacteria and fungi as the parameters 3.) To analyze the difference of bacterial and fungal concentration on rooms with different light intensity 4.) To analyze the effect of environmental factors to indoor bacterial and fungal concentration. The air sample was taken with EMS impactor single stage type Viable Andersen Cascade Impactor. The environmental factors that were measured while the sampling was took place on set are temperatures, humidity, light intensity, and air change rate which have range of measurement 20-28°C, 41,9-84,6%, 103-279 lux, and 1-8-h respectively.
The result from the bacterial concentration enumeration is in range of 30-3188 CFU/m3 and for the fungal concentration rate is in range of 47-1869 CFU/m3. There were 3 rooms with bacterial concentration surpassed the level limit required which was 700 CFU/m3. The fungal concentration the limit was 1000 CFU/m3 and no rooms reached the concentration limit. The light intensity on the tested building were all on below 250 lux which was the requirement.
Through Anova test, with Fcalculation of 8,553 and 11,015 it was found that there was a difference level on the bacterial and fungal concentration on rooms with different light intensity. According to the Pearson correlation value from the correlation test environmental factors that were dominating on this research are human population (0,538 and 0,433) and air change rates (-0,452 and -0,489), while there is no significance correlation found on temperature (0,146 and 0,192) and humidity (0,171 and 0,003).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nafiza Reyhananda Setiawan
"Potensi energi terbarukan di Indonesia khususnya untuk bahan bakar alternatif semakin menjanjikan. Mikroalga merupakan jenis biomassa yang potensial sebagai bahan baku biofuel. Untuk memperbanyak mikroalga diperlukan proses kultivasi dengan metode tertutup yaitu menggunakan fotobioreaktor sehingga parameter hidrodinamika dan perpindahan massanya dapat terkontrol dengan baik khususnya biofiksasi CO2 dengan gelembung mikro. Parameter hidrodinamika seperti diameter gelembung, kecepatan gelembung, bilangan non dimensional dan terminal velocity sangat berpengaruh terhadap proses kultivasi mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bentuk aliran terosilasi pada Sweeping Jet Fluid Oscillator dengan 6 variasi kecepatan yaitu l-6 lpm serta mengetahui karakteristik gelembung mikro yang dihasilkan 3 metode aliran aerasi berbeda yaitu tanpa fluid oscillator, merged output fluid oscillator dan splited output fluid oscillator. Validasi aliran di dalam fluid oscillator dan fotobioreaktor dilakukan dengan simulasi menggunakan software ANSYS 2022R1. Hasil data berupa video direkam oleh High Speed Camera Phantom VEO 1310S yang nantinya akan diolah dengan menggunakan software image processing PIVlab dan ImageJ. Berdasarkan hasil analisis data, seiring meningkatnya debit aliran pada Sweeping Jet Fluid Oscillator, maka frekuensi osilasi akan semakin tingi dan aliran berubah dari aliran laminar menjadi transisi. Hasil validasi simulasi CFD dengan eksperimen untuk aliran di dalam sweeping jet fluid oscillator menunjukkan bahwa aliran terbukti berosilasi dan memiliki kecepatan aliran yang tidak jauh berbeda dengan error dibawah 6 %. Metode aliran Splitted Ouput Fluid Oscillator merupakan pilihan terbaik untuk menghasilkan diameter gelembung yang kecil (267.370 um), kecepatan gelembung yang kecil (0.050 m/s) dan distribusi gelembung yang lebih seragam. Sehingga metode ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya khususnya untuk aplikasi kultivasi mikroalga.

The potential of renewable energy in Indonesia, especially for alternative fuels, is increasingly promising. Microalgae is a type of biomass that has potential as a biofuel raw material. To cultivate and produce microalgae, a cultivation process with a closed method is needed, namely using a photobioreactor so that the hydrodynamics and mass transfer parameters can be well controlled, especially biofixation of CO2 with microbubbles. Hydrodynamic parameters such as bubble diameter, bubble velocity, non-dimensional number, and terminal velocity are very essential in the microalgae cultivation process. This study aims to determine the characteristics of the oscillating flow shape in the Sweeping Jet Fluid Oscillator with 6 velocity variations (l6 lpm), and to determine the characteristics of microbubbles produced by 3 different aeration flow methods, namely without fluid oscillator, merged output fluid oscillator and splited output fluid oscillator. Validation of the flow inside the fluid oscillator and photobioreactor is done by simulation using ANSYS 2022R1 software. Result data was obtained through video recorded by the High Speed Camera Phantom VEO 1310S which will be processed using image processing software PIVlab and ImageJ. Based on the results of the data analysis, as the flow rate increases in the Sweeping Jet Fluid Oscillator, the oscillation frequency will be higher, and the flow changes from laminar flow to transition flow. The validation results of CFD simulations with experiments for the flow inside the sweeping jet fluid oscillator show that the flow is proven to oscillate and has a flow velocity that is not much different with an error below 6%. The Splitted Output Fluid Oscillator flow method is the best choice to produce a smaller bubble diameter (267.370 um), smaller bubble velocity (0.050 m/s), and more uniform bubble distribution. So this method can be a reference for further research, especially for microalgae cultivation applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafa Febrianti Mutia Dewi
"

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan berdampak terhadap lingkungan, termasuk dampak negatif seperti turunnya kualitas lingkungan karena pencemaran timbal. Timbal (Pb) merupakan unsur yang tidak esensial bagi tanaman, namun dapat terserap dan meracuni tanaman. Telah dilakukan penelitian mengenai dampak timbal terhadap profil metabolomik tanaman jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum.). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh timbal terhadap pertumbuhan dan profil metabolomik rimpang jahe merah. Perlakuan yang diberikan selama 1 bulan adalah PbCl2 50, 100, dan 150 ppm dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 ulangan. Analisis profil metabolomik dilakukan dengan metode HPLC. Analisis statistik menggunakan Principle Component Analysis (PCA) dan Hierarchical Cluster Analysis (HCA). Hasil penelitian menunjukkan pemberian PbCl2 100 ppm dan 150 ppm pada tanaman jahe merah menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan gejala toksisitas. Sedangkan perlakuan 50 ppm tidak memberikan pengaruh. Hal tersebut menunjukkan bahwa jahe merah memiliki toleransi terhadap PbCl2 hingga konsentrasi 50 ppm. Hasil PCA dan HCA berupa scatter plot dan dendrogram telah berhasil mengelompokkan tanaman kontrol dengan tanaman perlakuan 50 ppm ke dalam satu klaster, sementara perlakuan 100 ppm membentuk klaster dengan perlakuan 150 ppm. Pemberian PbCl2 lebih dari 100 ppm menghasilkan perbedaan terhadap profil metabolit jahe merah jika dibandingkan dengan kontrol.


Human activities meeting their daily needs will impact the environment, including negative impacts such as the decline in the quality of the environment due to lead pollution. Lead is an element that is not essential for plants but can be absorbed and poison plants. Research has been conducted on the impact of lead on the metabolomics profile of red ginger (Zingiber officinale var Rubrum.). This study aimed to determine the effect of lead on the growth and metabolism of red ginger. The treatments were PbCl2 50, 100, and 150 ppm with a Completely Randomized Design with six replications. Metabolic profile analysis was performed using HPLC method. Statistic analysis using multivariate Principle Component Analysis (PCA) and Hierarchical Cluster Analysis (HCA). The research showed that the treatment of 100 and 150 ppm PbCl2 in the sample resulted significant differences in plant height growth and toxicity symptoms. These results show that ginger has a tolerance of PbCl2 at a concentration of 50 ppm. PCA and HCA result have separated control with 50 ppm treatment into one cluster, while 100 ppm treatment forms another cluster with 150 ppm treatment. PbCl2 treatment higher than 100 ppm showed a different metabolite profile compared to the control.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almadinah Hakim
"

Hazard mikrobiologis, khusunya virus, memiliki kontribusi yang cukup besar pada penyakit, terlebih lagi dengan ukurannya yang mikroskopik. Penilaian risiko mikrobiologis merupakan cara untuk mengestimasi probabilitas suatu virus menyebabkan suatu efek pada manusia, dan sebagai rujukan untuk melakukan manajemen risiko yang sesuai dan tepat. Namun, pelaksanaan penilaian risiko mikrobiologi s lebih kompleks karena sifat mikroorganisme yang berbeda dengan hazard kimia. Kajian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mesintesis informasi terkait penilaian risiko mikrobiologis dengan menggunakan metode kajian kepustakaan naratif. Hasil kajian menunjukkan bahwa penilaian risiko dilakukan berdasar tujuan manajemennya. Penilaian risiko kualitatif dan semi-kuantitatif dapat dilakukan untuk sebagai awalan sebelum melakukan penilaian kuantitatif, karena pelaksanaannya yang cepat dan sederhana. Penilaian kuantitatif juga disesuaikan dengan konteks penelitian untuk perhitungan exposure assessment dan dose-response. Manejemen risiko dari hasil penilaian juga perlu diverifikasi dengan kembali melaksanakan penilaian risiko.

 


Microbiological hazard, particularly virus, contributing highly in disease, moreover with its microscopic size. Microbial risk assessment is a tool to estimate a probability of virus causing effect to human body, and as reference to generate appropriate and precise risk management. However, conducting microbial risk assessment is more complex because of its microorganism nature that is different from chemical hazard. This review aims to collect and synthesize information regarding microbial risk assessment using narrative literature review method. This review suggests that microbial risk assessment conducted based on its management purpose. Qualitative and semi-quantitative risk assessment can be performed for initial assessment before assessing quantitatively, due to its speed and simplicity. Quantitative assessment also executed based on its context for quantifying the exposure assessment and dose-response. Risk management from risk assessment result needs to be verified by reenacting risk assessment.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Fachri
"Keberadaan sumber cahaya yang sesuai adalah salah satu faktor terpenting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar yang nyaman di ruang kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengaudit sistem pencahayaan eksisting pada ruang kelas gedung EC FTUI, kemudian dilakukan penggantian lampu eksisting dengan lampu LED yang dapat memenuhi kebutuhan standar pencahayaan pada ruang kelas, sesuai pada SNI 03-6575-2001 yaitu 250 lux. Berdasarkan hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa pencahayaan alami dan buatan sudah memenuhi standar pencahayaan dengan kesesuaian 334,66%. Akan tetapi, pencahayaan dari sumber buatan saja masih belum memenuhi standar pencahayaan, di mana kesesuaian pencahayaan buatan dengan standar adalah 56,7%. Penggantian lampu akan dilakukan dengan dua skenario. Skenario pertama adalah skenario penggantian lampu tanpa mengubah titik lampu aktual, sedangkan skenario kedua adalah skenario penggantian lampu bersamaan dengan pengubahan titik lampu yang disesuaikan dengan dimensi ruangan. Hasil analisis menunjukkan rata-rata pencahayaan lampu pengganti skenario 1 sebesar 298,5 lux dan skenario 2 sebesar 309,4 lux. Penggantian lampu kedua skenario juga berdampak kepada konsumsi energi listrik per hari masing-masing sebesar 10,4192 kWh dan 10,8384 kWh. Berdasarkan analisis biaya, biaya penggantian lampu yang dibutuhkan pada skenario 1 dan skenario 2 masing-masing sebesar Rp60.953.114,08 dan Rp58.231.375,92. Selain itu, biaya operasional lampu penggantian skenario 1 dan skenario 2 masing-masing sebesar Rp2.408.416,03 dan Rp2.505.312,06 setiap tahunnya.

The existence of an appropriate light source is one of the most important factors in supporting comfortable teaching and learning activities in the classroom. This study aims to audit the existing lighting system in the classrooms of the EC FTUI building, then replace the existing lamps with LED lamps that can meet the needs of lighting standards in classrooms, according to the SNI 03-6575-2001, which is 250 lux. Based on the measurement results, it can be seen that natural and artificial lighting has met the lighting standards with 334.66% suitability. However, lighting from artificial sources alone still does not meet lighting standards, where the suitability of artificial lighting with standards is 56,7%. Lamp replacement will be carried out in two scenarios. The first scenario is a lamp replacement scenario without changing the actual lamp point, while the second scenario is a lamp replacement scenario along with changing the lamp point according to the dimensions of the room. The results of the analysis show that the average replacement lamp lighting for scenario 1 is 298.5 lux and scenario 2 is 309.4 lux. The replacement of lamps in both scenarios also has an impact on electricity consumption per day by 10.4192 kWh and 10.8384 kWh, respectively. Based on the cost analysis, the cost of replacing the lamps required in scenario 1 and scenario 2 is Rp60,953,114.08 and Rp58,231,375.92, respectively. In addition, the operational costs for replacement lamps in scenario 1 and scenario 2 are Rp2,408,416.03 and Rp2,505,312.06, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawaddah Addini
"Sektor pasar halal tidak hanya fokus pada sektor makanan, tetapi juga mencakup segala hal yang dapat dikonsumsi oleh umat Islam seperti perlengkapan mandi, farmasi, kosmetik, dan sektor keuangan. Sektor kosmetik dan kecantikan merupakan salah satu sektor dalam pasar halal yang mengalami perkembangan pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penggunaan dan kepuasan dalam mengkonsumsi kosmetik halal pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Mahasiswa S1 FEB UI menjadi sumber data untuk penelitian ini. Dengan menggunakan model probit, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor religiusitas dan sikap pada label halal mempengaruhi mahasiswa FEB UI dalam menggunakan kosmetik halal dan meningkatkan kepuasan mahasiswa FEB UI dalam menggunakan kosmetik halal. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi produsen kosmetik, LPPOM MUI, dan Kementerian Perindustrian.

The halal market sector does not only focus on the food sector, but also includes everything that can be consumed by Muslims such as toiletries, pharmaceuticals, cosmetics, and the financial sector. The cosmetics and beauty sector is one of the sectors in the halal market which is experiencing rapid development. This study aims to determine the use and satisfaction factors in consuming halal cosmetics for students of the Faculty of Economics and Business, University of Indonesia. Undergraduate students of FEB UI are the source of data for this research. By using the probit model, the results showed that the factors of religiosity and attitudes on the halal label influenced FEB UI students in using halal cosmetics and increased FEB UI student satisfaction in using halal cosmetics. This study is expected to contribute to cosmetic producers, LPPOM MUI, and the Ministry of Industry."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chihiya Fitria Nurhayati
"Dengan tujuan untuk mengidentifikasi populasi mikroba sebagai indikator stabilitas dan kematangan kompos, perubahan yang terjadi selama proses pengomposan sampah makanan dan sampah daun dengan tiga variasi feedstock (rasio C/N sebesar 18, 20, dan 22) dipelajari. Pengomposan dilakukan dengan metode in vessel system dan selama studi dilakukan pemeriksaan berbagai parameter fisik-kimia serta populasi mikroba, yaitu bakteri mesofilik, termofilik dan bakteri patogen dengan indikator Fecal Coliform.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) perubahan populasi bakteri mesofilik dan termofilik pada ketiga komposter menunjukkan pola perubahan yang sama dengan hari ke-30 hingga hari ke-60 jumbah bakteri mulai stabil; (ii) proses pengomposan yang mencapai suhu termofilik (45-50oC) menyebabkan perubahan yang signifikan pada populasi bakteri patogen dengan indikator Fecal Coliform yang mengalami penurunan pada ketiga komposter dari 135.000-225.000 MPN/gram menjadi dibawah 1000 MPN/gram; (iii) pengomposan yang optimum terjadi pada perbandingan sampah makanan dan daun sebesar 1 : 1 dengan rasio C/N sebesar 20 yang ditandai dengan kondisi stabilitas dan kematangan yang paling memenuhi.

With the aim to identify the microbial populations as indicators of compost stability and maturity, the changes that occur during the process of composting food waste and leaves waste with three variations of feedstock (C/N ratio of 18, 20, and 22) were studied. Composting is done by using in vessel system and during the study were monitored variety of physical-chemical parameters and microbial populations, namely mesophilic bacteria, thermophilic bacteria and pathogen with indicators Fecal Coliform.
The results showed that: (i) changes in mesophilic and thermophilic bacteria populations on all three composter showed the similar trend of changes, with in day 30 to 60, the number of bacteria have begun to stabilize; (ii) the composting process reached thermophilic temperatures (45-50oC) cause significant changes in populations of pathogenic bacteria with Fecal Coliform indicator that declined in the third composter from 135000- 225000 MPN/g to below 1000 MPN/g; (iii) the optimum composting occurred in a comparison food waste and leaves waste for 1:1 with C/N ratio of 20 which is characterized by the stability and maturity of the most fulfilling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Widyanareswari
"Jumlah mikroba di udara dalam ruangan merupakan salah satu indikator kualitas udara dalam ruangan. Kualitas udara dalam ruangan sering kali terabaikan, padahal manusia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan. Pentingnya menjaga kualitas udara dalam ruangan terkait dengan kenyamanan lingkungan kerja dan kesehatan pemakai ruangan. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara, seperti mata, kulit, hidung, saluran pernapasan. Adanya gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan akan berpengaruh terhadap kinerja dari tiap orang. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan yaitu faktor bangunan, pemilihan perabot yang digunakan dalam ruangan tersebut, peran manusia dan kondisi udara di sekitar bangunan. Penelitian dilakukan di gedung perkuliahan A dan K, FTUI. Pemilihan kedua gedung ini berdasarkan adanya perbedaan waktu pembangunan dan pengoperasian. Analisis dilakukan dengan melihat apakah ada perbedaan jumlah mikroba di udara dalam ruangan yang signifikan antara gedung perkuliahan A dan K, FTUI. Selain itu juga dilihat jumlah mikroba maksimum dan minimum di gedung tersebut serta perbandingan jumlah mikroba di udara dengan standard dan hasil penelitian lain. Dari hasil pengukuran jumlah mikroba di dalam ruang kelas, selanjutnya akan dilihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi udara di ruang tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu dan kelembaban, material dan furniture yang digunakan, ventilasi bangunan, perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan serta adanya pengaruh udara luar terhadap kualitas udara dalam ruangan. Perbaikan kualitas udara dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal pemeliharaan dan perawatan, pengecekan kebocoran pada sistem perpipaan dan air conditioner, serta pengaturan posisi kelas terhadap orientasi bangunan.

The number of microbes in the indoor air is one of indoor air quality indicators. Indoor air quality is often neglected, whereas human spend most of their time indoor. Importance of maintaining indoor air quality influenced the convenience of the user work environment and health of the room. Health problems can occur especially in the body or organs having direct contact with air, such as eyes, skin, nose, respiratory tract. The disruption of health and comfort of the environment will affect the performance of each person. There were four factors that need to be considered for maintaining indoor air quality such as building factor, the selection of furniture in the room, human influence and condition of the air around buildings. This research conducted in the campus building A and K, Engineering Faculty, University of Indonesia. The two building was selected because of the time difference in construction and operation. The analysis is done by observing whether there are significant differences in the number of microbes in indoor air between campus building A and K, University of Indonesia. In addition, maximum and minimum number of microbes found in the building and compared the number of microbes in the air with the standard and the results of other studies. From the number of microbes in the classroom, the factors that influence the air in that classroom will be analyzed. These factors are temperature and humidity, materials and furniture in the building, building ventilation, service and maintenance performed as well as the influence of outside air to indoor air quality. Indoor air quality improvements can be done by arranging maintenance schedules, checking leaks on piping systems and air conditioner, and redesigning the class position in the building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50480
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Valdo Karya
"Apakah manusia dikontrol oleh keadaan lingkungan di sekitarnya? Fenomena yang hadir sering membuat manusia tidak menyadari hadirnya intensionalitas. Intensionalitas membentuk pemahaman manusia terhadap sesuatu yang ada. Banyaknya informasi yang masuk ke dalam pikiran manusia membuat manusia tidak menyadari adanya tatanan yang mempengaruhi keberadaan manusia. Keberadaan manusia yang selalu terhubung dengan ruang akan membangun sebuah makna terhadap lingkungan. Tujuan penulisan ini memahami hubungan intensionalitas dengan tatanan struktur ruang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Dalam pembahasan skripsi, pengalaman arsitektural diceritakan menggunakan sudut pandang buku Human Space yang dituliskan oleh Otto Friedrich Bollnow. Pengalaman yang saya alami sebagai subjek dalam ruang koleksi buku di perpustakaan pusat Universitas Indonesia menjadi isi pembahasan. Penulisan ini menunjukkan intensionalitas saya terhadap tatanan struktur ruang yang terjadi di ruang koleksi buku. Hasil penelitian menyarankan, intensionalitas dalam ruang perpustakaan dapat dimulai dari karakter manusia yang mendiami ruang.

Are human controlled by the circumstances surround us The phenomena that are present often make human unaware of intentionality. Intentionality shapes our understanding of being. A large amount of information that enters our minds makes us unaware of order that affects our existence. Human existence is always connected with the space that will help build a meaning to their environment. The purpose of this paper is to understand the relationship between intentionality and order in a structure of space. Method of this paper is qualitative study.
In this paper, the architectural experience is described using the book point of view entitled Human Space written by Otto Friedrich Bollnow. The experience that I perceived as the subject in the book collection space at Universitas Indonesia's central library will be elaborated in the content. This writing shows my intentionality towards order in a structure of space that occurs at book collection space. Study results suggest intentionality in library space should start with the human character that dwells in space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Akita Indianto
"Kebutuhan akan industri mikro semakin meningkat setiap tahunnya sehingga membutuhkan pengembangan dalam teknologi fabrikasinya,dengan biomachining menjadi salah satu alternatif yang low cost dan ramah lingkungan. Oksigen sangat berpengaruh terhadap metabolisme dari bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans sebagai cutting tool Biomachining. Pengaruhnya terlihat dari adanya perbedaan nilai material removal rate dalam setiap komposisi oksigen di setiap ketinggian penempatan sampel.
Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh tersebut dengan menyuplai udara dengan oksigen di dalamnya ke dalam proses dan melakukan karakterisasi terhadap proses biomachining dengan dan tanpa penambahan udara untuk melihat perbandingan pengaruhnya. Percobaan dilakukan dengan tiga ketinggian benda kerja yang berbeda dengan temperatur ruangan 23-25°C.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penambahan udara terhadap nilai MRR dengan kenaikan sebesar 350-400%. Selain itu ditemukan bahwa perbedaan ketinggian tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap perbedaan nilai MRR. Nilai Ra yang terukur dalam percobaan dengan penambahan udara memiliki nilai yang lebih tinggi dari nilai Ra tanpa penambahan udara dengan kecenderungan yang menurun seiring bertambahnya waktu pemesinan.

Needs of micro product industry is increasing every year so the fabrication technology will need to be increased too with biomachining is one of the alternative that is low cost and environtmentally friendly. Oxygen has a big effect for metabolism of Acidithiobacillus ferrooxidans as biomachining cutting tool. The effect is seen in the difference value of Material Removal Rate in the difference composition of oxygen within the height of work piece's placement.
So this research is done to see how significant that effect by supplying air, with oxygen as its composition, to the process and do the characterization of biomachining process with and without the added air to see the comparison of the effect. The experiment is done with three different heights of work piece's placement and in the room temperature of 23-25°C.
The result shows that there is an effect of adding air to the value of material removal rate with the rise of 350- 400%. The difference of the height of work piece's effect has shown unsignificant effect to the performance of the bacteria. The measured Ra number of added air biomachining has a higher value than the Ra number of non added air with the trend of decreasing along with the increasing of machining time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>