Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pungky Octa Wijaya
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan pengaruh klientelisme terhadap kebijakan publik. Suatu kebijakan
tidak dapat dipisahkan dari proses strategi politik masa kampanye pemilu, hal tersebut
menjadi konsekuensi atas transaksi yang dilakukan antara kandidat dan voters. Dalam riset
ini menjelaskan hubungan klientelisme Anies Baswedan dan PKL Jatibaru Raya yang
dihubungkan Haji Lulung serta pengaruhnya terhadap kebijakan penataan kawasan Tanah
Abang. Keluarnya Instruksi Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 tentang kebijakan penataan
kawasan Tanah Abang merupakan manifestasi atas transaksi politik saat pilkada, kebijakan
tersebut berupa menata PKL dengan menutup dan memfasilitasi pedagang kaki lima (PKL)
berjualan di badan Jalan Jatibaru Raya. Konsep demikian merupakan usul dari Haji Lulung
sebagai tokoh masyarakat Tanah Abang pada saat Anies Baswedan baru saja duduk di kursi
jabatan gubernur pada Oktober 2017. Kebijakan ini terdapat beberapa mal administrasi dan
berjalan parsial, serta identik dengan bias partisan. Dalam pemenangan pilkada Haji Lulung
memiliki peran menggerakkan jaringan organisasi PPM sebagai mesin politik pemenangan
Anies Baswedan di kawasan Jatibaru Tanah Abang. Organisasi PPM ini melakukan
sosialisasi dari PKL Jatibaru dan warga ke warga untuk memenangkan Anies. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa klientelisme dapat bersifat abu-abu karena transaksi yang dilakukan
termanifestasi dalam program dan tidak selalu ditunaikan dalam masa kampanye, dalam
kebijakan ini pula sumber daya yang di diberikan adalah kesempatan berdagang yaitu dengan
memfasilitasi pedagang kaki lima (PKL) berjualan di badan jalan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam.

ABSTRACT
This research explains about the influence of clientelism on public policy. A public policy
cannot be separated from political strategy during the election campaign, it becomes a
consequence of transaction during election between candidate and voters. This research
explains about clientelism relationship between Anies Baswedan and PKL Jatibaru, also Haji
Lulung as a broker also its implication on the arrangement of Jatibaru Tanah Abang. Instruksi
Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 is manifestation of political transactions during the
elections, the policy is about arranged street vendors (PKL) on the Jatibaru Raya street by
closed it from vehicles. This concept of public policy proposed by Haji Lulung as a Tanah
Abangs public figure community leader when Anies Baswedan in office October 2017. This
policy has some maladministration, partial and partisan bias. At campaign phase, Haji lulung
has mobilize his network, such as PPM Organization as the political machine to winning
Anies Baswedan in the Jatibaru area of Tanah Abang. this research reveals that clientelism
can be on the grey spectrum because transaction carried out is manifested in the program and
not always executed during the campaign period, in this policy, also the resource for the
voters by providing street vendors (PKL) opportunities for trade in Jatibaru Raya street. This
study uses qualitative methods with in-depth interview techniques"
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Namirah Zahra
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas bagaimana kajian spasial pejalan kaki terhadap kontestasi maknajalan dan fungsi ruang jalan dengan melihat konteks ruang jalan di Tanah Abang.Memahami realita kota Jakarta, khususnya Tanah Abang dengan pendekatan messyurbanism, bahwa kondisi kota dan masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan kota GlobalSouth dimana salahsatu kararkteristiknya ruang jalan tidak hanya digunakan untukkendaraan tetapi juga fungsi lain yang melibatkan aktor informal. Jalan Jatibaru menjadiruang pertemuan beragam aktor/kepentingan/pengguna diantaranya; pejalan kaki dari/keStasiun Transit Tanah Abang; PKL; mikrolet. Pergerakan barang, orang dan kendaraanmemberikan kontestasi pemaknaan dan fungsi jalan antar pengguna didukung denganmelihat sejarah jalan sebagai ruang sosial dengan beragam aktor menggunakan ruangjalan. Pembahasan mencakup tentang ruang sosial, messy urbanism, traffic evaporation,jalan sebagai ruang publik, persaingan pejalan kaki dan automobile terhadap ruang jalanpublik. Metode yang digunakan diantaranya etnografi spasial, metode pendekatan emik,dan pemetaan ruang dan waktu serta foto untuk menelusuri praktik spasial penggunaterhadap kontestasi makna dan fungsi ruang Jalan Jatibaru melalui pemetaan penggunadan narasi spasial pejalan kaki. Kepentingan/pengguna yang menjadi fokus pemetaanadalah pejalan kaki, mikrolet, PKL, dan pemerintah.

ABSTRACT
This thesis discusses how pedestrian defines contestation meaning of street and itspurpose by experiencing it in Tanah Abang. Understanding the realities of Jakarta,particularly Tanah Abang by using messy urbanism approach, that city and its people arenot distant from Global South cities where one of the characteristics is street space notonly used for the automobile but also another function involve informal actor. Jatibarustreet becomes a meeting space by diverse actors user pedestrian from to Tanah Abangtransit station hawkers mikrolet. The movement of goods, people, and vehicle give themeaning and purpose between street user supported by seeing street history as socialspace with diverse actors are using its space. The discussion over social space, messyurbanism, traffic evaporation, street as public space, contestation between pedestrian andautomobile to a public street. Methods are used through spatial ethnography, emicapproach, space time mapping also taking photos for investigating user rsquo s spatial practiceof contesting meaning and function of Jatibaru street through user mapping andpedestrian rsquo s spatial narrative. The interest of objective observation is pedestrian, mikrolet,hawkers, and government authority."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistya Indriani
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Skripsi ini membahas bagaimana sebuah sidewalk sebagai jalur pejalan kaki yang digunakan dari dan menuju sebuah destiasi yang dapat menghasilkan a self-reinforcing process berupa aktivitas-aktivitas dalam waktu tertentu. Hal tersebut dipicu oleh kehadiran dan persepi para pengguna yang beragam berdasarkan konteks dari sidewalk tersebut. Fenomena tersebut dapat diamati dari sepanjang jalur pejalan kaki di area Pasar Tanah Abang. Konteks dari Sidewalk Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang yang berada di area transit dekat Stasiun Tanah Abang dan area komersial dekat Pasar Tanah Abang memengaruhi beragam aktivitas pada sidewalk. Sehingga aktivitasnya tak hanya berjalan kaki melainkan transaksi jual-beli dan menunggu. Pengamatan ini berupa deskripsi analisis yang mengungkap bahwa lingkungan fisik merupakan faktor utama pengumpul manusia. Kemudian pejalan kaki menjadi sumber referensi utama untuk aktor-aktor lain datang dan beraktivitas pada sidewalk Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang. Sumber referensi untuk aktor tersebut termasuk ke dalam a self-reinforcing process. Proses tersebut terjadi ketika seseorang memulai untuk melakukan sesuatu, maka ada kecenderungan yang jelas untuk lainnya bergabung di dalamnya, baik dengan berpartisipasi di dalamnya ataupun hanya mengalami atau melihat apa yang dilakukan oleh orang lain. Keterhubungan antar aktor tersebut tak terlepas dari faktor aktivitas, ruang dan waktu. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan bahwa waktu hadir sebagai pemberi performa pada aktor nonmanusia dan manusia, serta sebagai penonaktifan peraturan yang berlaku pada sidewalk.

ABSTRACT
The focus of this study analyzes a sidewalk as a pedestrian path which is used from and towards a destination which can produce a self reinforcing process as activities in a certain time. These activities are certainly triggered by the presence and perceptions of various users based on the sidewalk context. The phenomenon can be seen along the pedestrian area in Tanah Abang Market area. The context of sidewalk Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang which is in a transit area near Tanah Abang Station and commercial area near Tanah Abang Market certainly influences the activities that are in sidewalk. So the activities in the sidewalk are not just for walking but also for selling, buying and waiting. This observation is an analysis description which reveals that physical environment is a main factor of human gatherers. Then, pedestrians become a main reference for other actors to come and do activities on sidewalk Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang. The reference of actor is included in a self reinforcing process. This process happens whereby a person starts doing something, thus there is a leaning of someone else for participating, experiencing or seeing in it. The interconnection between the actors is inseparable from activity, space and time. This matter is based on a result of observation that time as a giver of human and nonhuman performance, as well as deactivation that applies to the sidewalk. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahnafian Hafidh
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai asas kepentingan umum atas kebijakan penataan pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru, Tanah Abang. Selain itu membahas pula mengenai pertentangan antar peraturan perundang-undangan terkait kebijakan penutupan Jalan Jatibaru tersebut dan teori-teori yang mendukung mengenai kepentingan umum. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah telah gagal dalam memenuhi asas kepentingan umum dalam kebijakan penataan pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru, Tanah Abang.

ABSTRACT
The focus of this study is to discusses and criticize about the principle of public interest on the policy of structuring street vendors on Jalan Jatibaru, Tanah Abang. Other than that, this study also discusses the contradictions between legislation related to Jalan Jatibaru closing policy and the theories that support and discusses the public interest. The method uses in this study is normative judicial research. The results of this study show that the Government has failed in fulfilling the principle of public interest in the policy of structuring street vendors in Jalan Jatibaru, Tanah Abang."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Sukmara Christian Permadi
"Pengelolaan Pasar Tanah Abang selalu menjadi permasalahan krusial sejak masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso (1997) hingga Gubernur Anies (2018), yaitu mengenai kehadiran pedagang kaki lima (PKL) dan kemacetan. Dalam 100 hari kepemimpinannya Gubernur Anies mengeluarkan kebijakan penutupan salah satu ruas jalan untuk area berjualan PKL sehingga menimbulkan pro dan kontra. Permasalahan tersebut dalam penelitian ini dikaji menggunakan model inkremental dari teori kebijakan publik dan model eksternalitas dari teori ekonomi neo-klasik.
Model inkremental merupakan suatu model yang memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya, dengan hanya melakukan perubahan-perubahan seharusnya. Sedangkan, model eksternalitas adalah model yang memandang dampak (dari transaksi) terhadap pihak ketiga (yang tidak ikut transaksi) dalam suatu kesepakatan yang dibuat antara pihak pertama dan pihak kedua.
Penelitian ini hendak menjawab mengenai alasan mengapa Gubernur Anies mengeluarkan kebijakan pengelolaan Blok G Pasar Tanah Abang dengan menutup salah satu ruas Jalan Jatibaru Raya serta siapa yang menerima manfaat dari kebijakan pengelolaan Blok G Pasar Tanah Abang dan pihak-pihak mana saja yang dirugikan atas diterapkannya kebijakan tersebut. Dalam menetapkan kebijakan tersebut Gubernur Anies beralasan untuk mengakomodasi para PKL.
Penelitian ini menemukan dugaan bahwa kebijakan penutupan jalan tersebut dilakukan untuk mengakomodasi janji politik Gubernur Anies saat Pilkada DKI 2017 terhadap masyarakat Tanah Abang, sehingga sangat diduga beberapa pihak yang menerima manfaat dari diberlakukannya kebijakan tersebut adalah para PKL, Haji Lulung, dan Anak Wilayah (Komunitas Pemuda Tanah Abang di bawah binaan Haji Lulung). Selain itu, pihak-pihak yang dirugikan dari kebijakan tersebut adalah Pedagang Blok G, pejalan kaki, dan supir Angkot.
Penerapan kebijakan tersebut pada akhirnya membuat Gubernur Anies dinilai melakukan maladministrasi oleh Ombudsman, salah satunya dengan melanggar Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sehingga Ombudsman memunculkan rekomendasi penon-aktifan jabatan Anies sebagai gubernur kepada Kementerian Dalam Negeri.

The management of the Tanah Abang Market has always been a crucial problem since the leadership of Governor Sutiyoso (1997) to Governor Anies (2018), namely regarding the presence of street vendors (PKL) and congestion. In his 100 days of leadership, Governor Anies issued a policy of closing one of the road segments for selling street vendors, which gave rise to pros and cons. These problems in this study were examined using incremental models of public policy theory and externality models of neo-classical economic theory.
The incremental model is a model that views public policy as a continuation of activities that have been carried out by the previous government, only by making changes it should. Whereas, the externality model is a model that views the impact (of transactions) on a third party (who does not participate in a transaction) in an agreement made between the first party and the second party.
This research is about to answer the reasons why Governor Anies issued a policy on managing the Blok G Tanah Abang Market by closing one of the Jatibaru Raya Road segments and who benefited from the management policy of the Blok G Tanah Abang Market and which parties were disadvantaged for the implementation of the policy. In establishing the policy, Governor Anies reasoned to accommodate the street vendors.
This study found the allegation that the road closure policy was carried out to accommodate Governor Anies political promises during the 2017 DKI Pilkada to the people of Tanah Abang, so it was highly suspected that some parties who benefited from the enactment of these policies were street vendors, Haji Lulung and Regional Children (Youth Community Tanah Abang under the guidance of Haji Lulung). In addition, the aggrieved parties of the policy are Block G Traders, pedestrians, and public transportation drivers.
The implementation of this policy ultimately made Governor Anies considered maladministration by the Ombudsman, one of which was by violating Law No. 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation so that the Ombudsman raises recommendations for the deactivation of Anies position as governor to the Ministry of Home Affairs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T52521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Dwi Indriyani
"Kebijakan integrasi moda transportasi publik merupakan upaya penting dalam pelaksanaan transportasi publik khususnya di Jakarta. Pasalnya kebutuhan transportasi publik di Jakarta tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat Jakarta saja namun berkaitan juga dengan masyarakat Jabodetabek. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan integrasi moda transportasi publik juga melibatkan antar aktor dan antar level dalam pemerintah serta non-pemerintah. Salah satu upaya dari integrasi moda transportasi yakni dengan adanya kebijakan penataan stasiun, salah satunya Stasiun Tanah Abang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi multi-level governance dalam penataan stasiun serta faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan post positivist dengan tujuan deskriptif melalui teknik pengumpulan data wawancara mendalam serta studi literatur. Hasil penelitian ini menganalisis bahwa implementasi multi-level governance dalam penataan Stasiun Tanah Abang merupakan hal yang kompleks karena berkaitan dengan banyak aspek seperti kebijakan tata kota, tata kelola antar level dengan koordinasi pada berbagai pihak, hingga partisipasi masyarakat. Meskipun implementasi multi-level governance dalam penataan stasiun terdapat tantangan yang perlu kembali disepakati yakni terkait regulasi serta partisipasi publik sebagai perwujudan multi-level governance dalam integrasi transportasi Jakarta dan sekitarnya. 

The policy of integrating public transportation modes is an important effort in the implementation of public transportation, especially in Jakarta. This is because the need for public transportation in Jakarta is not only the needs of the people of Jakarta, but is also related to the people of around Jakarta. Therefore, the implementation of the integration of public transportation modes also involves between actors and between levels within the government and non-government. One of the efforts to integrate transportation modes is the existence of a station arrangement policy, one of which is Tanah Abang Station. This study aims to analyze the implementation of multi-level governance in station arrangement and the factors that influence the policy. This research was conducted with a post-positivist approach with descriptive objectives through in-depth interview data collection techniques and literature studies. The results of this study analyze that the implementation of multi-level governance in the arrangement of Tanah Abang Station is complex because it relates to many aspects such as urban planning policies, multi-level governance with coordination of various parties, and public participation. Although the implementation of multi-level governance in structuring stations, there are challenges that need to be re-agreed, namely related to regulations and public participation as a manifestation of multi-level governance in the integration of transportation in Jakarta and its surroundings."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro Ary Sutio
"Dengan bertambahnya umur bangunan, naiknya standar desain, meningkatnya kebutuhan akan faktor keamanan dan kemungkinan terjadinya perbedaan antara hasil perencanaan dan pelaksanaan dilapangan, menyebabkan suatu struktur beton bangunan fasilitas umum perlu diadakan analisa kelayakan struktur. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan adalah pertama mengambil sampel beton dan sampel tulangan dilapangan untuk mengetahui mutu beton dan tulangan yang terpasang, selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium struktur dan material Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok. Kedua melakukan pengukuran dilapangan untuk mengetahui ukuran existing dari elemen bangunan sebenarnya dan mengambil gambar kondisi gedung. Ketiga menganalisa secara visual kondisi gedung. Keempat menghitung kapasitas penampang komponen struktur, kemudian dilakukan analisa kekuatan struktur bangunan fasilitas umum, dengan tahap perhitungan beban yang bekerja, analisa gaya-gaya dalam, dan melakukan evaluasi terhadap kolom, balok, dan plat hasil pengujian laboratorium. Bangunan fasilitas umum yang menjadi tinjauan adalah Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil suatu kesimpulan tentang kelayakan suatu bangunan fasilitas umum (Puskesmas Kecamatan Tanah Abang).

Increasing in building lifetime, design standard, requirement of security and safety factor, and also differences possibility between planning and executing in field, makes a public facility building that was made from concrete needs to get structure feasibility analysis. This feasibility analysis starts with the first step, taking samples from concrete and reinforced in field, so that the actual reinforced concrete quality can be obtain with several test in structural and material laboratory of civil engineering department in university of Indonesia at Depok. Second step is field measuring, to know the exact element size, in this step also include taking pictures about building condition. Third step is visual analyzing about building condition. Fourth is calculating the section capacity of structure component. Then structure strength analysis of public facility building with calculating sequences are measure loading then internal forces analysis and follow with evaluation to laboratory results from columns, beams and plates. Public facility building that becomes point of this review is Puskesmas in Tanah Abang district. From this analysis, conclusions can be obtains about public facility building (Puskesmas in Tanah Abang district)."
2009
S50568
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari
"Penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan untuk menegakkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 sebagai tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang adalah sosialisasi kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang, koordinasi antaraktor dalam implementasi kebijakan, ketersediaan sumber daya, ketersediaan fasilitas pasar, sikap resisten pedagang kaki lima, dukungan masyarakat, dan isi konten kebijakan.

Street Vendors regulation in Tanah Abang Market , Central Jakarta, is one of the policies which is implemented to enforce the Local Regulations No. 8 of 2007 about public order as the responsibility of local government DKI Jakarta. The research used qualitative approach through primary and secondary data collections. The result shows that the factors affects the implementation of street vendors regulation in Tanah Abang Market consists of socialization of street vendors regulation in Tanah Abang Market, coordination among actors in policy implementation, availability of resources, availability of market facilities, resistant attitude from street vendors, public support, and content of policy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muammarafi Thufail
"Pada masa pemerintahan Gubernur Basuki T. Purnama di Ibukota Khusus Wilayah Jakarta (DKI Jakarta), kebijakan penggusuran diberlakukan untuk mendorong pengembangan infrastruktur ke depan. Sayangnya, proses penggusuran itu sepihak, tidak termasuk dialog terbuka dengan komunitas miskin kota. Sebagai Hasilnya, kebijakan pengusiran telah menghilangkan peluang bagi kaum miskin kota untuk mendapatkan hak-hak mereka, tempat tinggal yang aman, serta manfaat sosial dan ekonomi sebagai warga negara. Untuk memberdayakan hak-hak kaum miskin kota, Urban Poor Network (JRMK) menyediakan advokasi untuk membuka peluang bagi kaum miskin kota berpartisipasi dalam perumusan dan implementasi kebijakan. Penelitian ini mempelajari bagaimana strategi serta pengaruh substantif dan institusional JRMK berperan dalam administrasi Gubernur Anies Baswedan. Ini penelitian menggunakan teori gerakan sosial dan politik Felix Kolb perubahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi dan proses advokasi yang dilakukan oleh JRMK berdampak pada pembentukan yang terintegrasi kebijakan wilayah pemukiman dan pengaturan masyarakat yang ditetapkan dalam Gubernur Keputusan No. 878 Tahun 2018 dan Peraturan Gubernur No. 90 Tahun 2018. Ini dampak tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor-faktor seperti kontrak politik dan momentum untuk melakukan transaksi politik, dukungan dari masyarakat sipil organisasi yang menyertai JRMK, dan kemampuan JRMK untuk berorganisasi kaum miskin kota.

During the reign of Governor Basuki T. Purnama in the Special Capital Region of Jakarta (DKI Jakarta), the eviction policy was implemented to encourage infrastructure development going forward. Unfortunately, the eviction process was one-sided, not including open dialogue with the urban poor communities. As a result, the eviction policy has eliminated opportunities for the urban poor to obtain their rights, safe housing, and social and economic benefits as citizens. To empower the rights of the urban poor, the Urban Poor Network (JRMK) provides advocacy to open opportunities for the urban poor to participate in the formulation and implementation of policies. This study studies how JRMK strategy and substantive and institutional influences play a role in the administration of Governor Anies Baswedan. This research uses the theory of social movements and political change Felix Kolb. This study uses qualitative methods with in-depth interviews. The results of this study indicate that the strategy and advocacy process
conducted by JRMK has an impact on the integrated formation of residential area policies and community arrangements stipulated in the Governor's Decree No. 878 2018 and Governor Regulation No. 90 of 2018. Here the impact cannot be separated from factors such as political contracts and momentum for political transactions, support from civil society organizations that accompany JRMK, and JRMK ability to organize the urban poor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Tri Purwarahayu
"ABSTRAK
Pengetahuan perpajakan merupakan salah satu indikator dalam kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini memiliki tujuan untuk analisis pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak pedagang Pasar Tanah Abang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik penarikan sampel menggunakan jenis nonprobability sampling dengan teknik accidental dengan 100 responden sebagai sampelnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara survey dengan menyebarkan kuesioner kepada pedagang Pasar Tanah Abang Blok A. Pengujian dilakukan dengan metode analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak pedagang Pasar Tanah Abang. Pengetahuan perpajakan mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak sebesar 28,5%, sedangkan sisanya sebesar 71,5% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

ABSTRACT
Tax knowledge is one of the indicators in tax compliance. This study aims to analyze the effect of tax knowledge to tax compliance on seller of Pasar Tanah Abang Block A. This study used a quantitative approach. The technique sampling using a type of nonprobability sampling with accidental technique with 100 respondents as sample. The data was collected of survey by distributing questionnaires to seller of Pasar Tanah Abang Block A. The testing performed by the method of simple regression analysis. The results of this study describe that there is significant effect of tax knowledge to tax compliance on seller of Pasar Tanah Abang Block A. Tax knowledge affects the tax compliance of 28.5%, while the remaining 71.5% can be affected by other factors.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>