Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Fatmah Azzuhra
"Diabetes Mellitus tipe 1 di anak merupakan salah satu penyakit metabolik endokrin tersering di dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini, angka insidensi anak yang mengalami diabetes mellitus tipe 1 terus bertambah. Dengan fasilitas dan pengobatan yang kurang memadai di Indonesia, hal ini dapat memperburuk efek kadar gula darah yang tinggi dan menimbulkan beberapa komplikasi termasuk penurunan kecerdasan. Riset ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak dengan diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol diindikasikan dengan tingkat HbA1c memiliki hubungan dengan penurunan kecerdasan.
Dengan menggunakan metode cross sectional, data dalam riset ini diambil dari questionnaire dan juga medical record pasien yang mengikut sertakan anak diabetes mellitus tipe 1 berumur 5-18 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan Brawijaya Clinic pada periode Juni-Juli 2016. Sebelum melakukan pengukuran kecerdasan mengunakan metode CCIDD, semua subjek harus melakukan pemeriksaan tingkat HbA1c maximal 3 bulan sebelumnya. Seluruh data subjek akan di deskripsikan ke dalam tabel. Sedangkan untuk mengetahui hubungan anatara HbA1c dan tingkat kecerdasan anak, peneliti menggunakan simple correlation test dan juga uni-variable non parametric for independent samples of Mann-Whitney. Kemudian dari pada itu linear regression, juga digunakan untuk mementukan risk factor yang berhubungan dengan fungsi kecerdasaan anak diabetes mellitus tipe 1.
Terdapat 50 subjek yang berhasil di analisa pada penilitian ini. Sebagain besar anak DM berumur >12-18 tahun dengan ratio perempuan lebih besar. Nilai tengah dari umur saat terdiagnosa 8.4(1.1-14.3) tahun dan menderita diabetes selama 2.8(0.1-13.9) tahun. Rerata HbA1c 9.3(1.94)% dengan sebagian besar pernah mengalami 1 kali DKA. Untuk hubungan antara tingkat HbA1c dan tingkat kecerdasan, ditemukan korelasi lemah (r = -.182) dengan p-value >0.05 yang dapat diartikan tidak adanya hubungan yang signifikan anatara dua variable tersebut. Namun didalam variable risk factors, ditemukan hubungan antara status sosial ekonomi anak DM-1 dengan fungsi kecerdasannya (p<0.05).
Tingkat HbA1c yang tinggi tidak memiliki hubungan dengan penurunan kecerdasan pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1. Namun, tingkat status sosial ekonomi anak DM-1 dapat menjadi faktor resiko terhadap fungsi kecerdasan anak tersebut. Penilitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui apakah anak dengan kasus yang lebih berat dikarenakan tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol memiliki hubungan dengan tingkat kecerdasan anak dengan diabetes melitus tipe 1.

Type 1 diabetes mellitus in children is one of the most prevalent metabolic endocrine disease including in Indonesia. It is known that the number of incidences is increasing for a past couple of years. With inadequate management and facilities in Indonesia, it makes high blood glucose in children with T1D can lead to serious complication such as cognitive dysfunction. This research aim is to know whether the uncontrolled T1D in which indicated by HbA1c is associated with decreased cognitive function.
This research is a cross-sectional study where the data is gathered by questionnaire alongside with medical record which involves type 1 diabetic children aged 5-18 years old from Cipto Mangunkusumo Hospital and Brawijaya Clinic in June-July 2016 period. Prior to the cognitive test using CCIDD method, all the subject must have a record of HbA1c measurement 3 months before. Following that, all subject characteristics are described in baseline data. In addition, a simple correlation test and non-parametric for uni-variable independent samples of Mann-Whitney were used to compare the HbA1c and cognitive function. Moreover, linear regression was also used to know the risk factor for cognitive function in children with type 1 diabetes mellitus.
There were 50 subjects which were analyzed in this research. The majority is children whose age from >12-18 with a larger ratio of female subjects. The median value for the age of onset 8.4(1.1-14.3) years and duration of disease of 2.8(0.1-13.9) years. The mean HbA1c was 9.3(1.94)% with the majority of subject experienced one episode of DKA. Furthermore, HbA1c and cognitive function showed a very weak negative correlation (r=.182) with p-value >0.05 indicates that there is no significant association between these two variables. However, within the risk factor variable, it showed that socioeconomic of the subject was associated with cognitive function (p<0.05).
High level of HbA1c was not associated with a declined performance of children with type 1 diabetes mellitus. However, socioeconomic status of the T1D children was the risk factors to their cognitive performance. Further investigation of this cross-sectional study can be done to analyze the further association between an uncontrolled glycemic state of children with type 1 diabetes mellitus and cognitive function.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Mulyasari
" ABSTRAK
Anak dengan diabetes mellitus tipe-1 sepanjang hidupnya dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan gejala penyakit, pengobatan dan perawatan diri. Agar kualitas hidupnya tetap optimal, anak harus mampu beradaptasi dengan berbagai permasalahan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jenis strategi koping yang digunakan anak dengan kualitas hidupnya. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan teknik consecutive sampling terhadap 39 anak diabetes mellitus tipe-1 usia 13-18 tahun. Data diperoleh dari isian kuesioner CODI untuk koping dan PedsQLTM 3.2 untuk kualitas hidup. Analisis data menggunakan pearson atau spearman, sesuai jenis data. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara koping emotional reactions P = 0,009, r = -0,413 dan acceptance P=0,049. r = 0,317 dengan kualitas hidup anak diabetes mellitus tipe-1. Empat jenis strategi koping lainnya pada penelitian ini tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kualitas hidup, yaitu Avoidance P = 0,339, r = -0,157 , Cognitive Palliative P = 0,826, r = 0,036 , Whisful Thinking P = 0,516, r = 0,107 dan Distance P = 0,622, r = 0,082 . Hasil penelitian ini memberikan dasar ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak diabetes mellitus tipe-1, bahwa koping emotional reactions harus diperbaiki dan koping acceptance harus didukung agar anak mendapatkan kualitas hidup yang baik.Kata Kunci : Diabetes tipe-1, Kualitas hidup, strategi koping

ABSTRACT<>br>
Children with type 1 diabetes mellitus will face problems related to symptoms, treatment and self care all their lives. To have optimal quality of life, the children must be able to adapt with these problems. This study aimed to determine the correlation between types of coping strategy used by children and their quality of life. This research is cross sectional study design with consecutive sampling technique on 39 children with type 1 diabetes mellitus aged 13 18 years old. Data was collected from CODI questionnaire for coping and PedsQLTM 3.2 for quality of life and than analyzed by pearson or spearman depend on types of data. The result showed that there was significant correlation between emotional reactions P 0,009, r 0,413 and acceptance P 0,049. r 0,317 . Four other types of coping in this study didn rsquo t have any significant correlation with quality of life. They were avoidance P 0,339, r 0,157 , cognitive palliative P 0,826, r 0,036 , wishful thinking P 0,516, r 0,107 and distance P 0,622, r 0,082 . The research result provides a scientific basis in providing nursing care for children with type 1 diabetes mellitus, that emotional reactions coping should be improved and acceptance coping should be supported to give the children good quality of life.Keywords coping strategy, Quality of Life, Type 1 diabetes"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Septrilina
"ABSTRACT
Diabetes Melitus Tipe 1 merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang anak dan remaja. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian insulin, pengaturan makan yang tepat, dan olahraga. Dampak yang akan ditimbulkan jika pengaturan makan tidak lakukan adalah komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang menghitung karbohidrat dengan status glukosa darah pada anak Diabetes Melitus Tipe 1. Desain penelitian menggunakan studi cross-sectional dengan melibatkan 46 responden yaitu orang tua yang memiliki anak dengan DM Tipe 1 yang diambil melalui teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen PedCarbQuiz PCQ dan dianalisis menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dalam menghitung karbohidrat dengan status glukosa darah pada anak Diabetes Melitus Tipe 1 p =0,629, ? = 0,05 namun kecenderungan tingkat pengetahuan yang baik akan meningkatkan status glukosa darah anak. Hasil penelitian merekomendasikan untuk dilakukan pengecekan status HbA1c dalam melihat status glukosa darah anak.

ABSTRACT
Type 1 Diabetes Mellitus is a disease that occurs children and adolescents. Management should be instituted by insulin therapy, proper eating management, and exercise. The impact will be appears if management isn rsquo t appropriate, there are short term and long term complications. This study aimed to determine the correlation between parent knowledge about carbohydrate counting and blood glucose level in children with type 1 diabetes. This research used cross sectional study design which involved 46 parents who have children with type 1 diabetes used purposive sampling technique. The research instrument used the PedCarbQuiz PCQ and analysed by Chi Square test. The conclusions of this study was there is no correlation between parent carbohydrate counting knowledge and blood glucose level in children with type 1 diabetis p 0.629, 0,05 but the tendency of good knowledge level will improve blood glucose level of children. This research recommends to check the status of HbA1c to see the blood glucose level of children."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dewi Ariyanti
"Latar Belakang: Self-efficacy dan pengetahuan merupakan faktor terpenting dalam proses terapi insulin pada anak dengan diabetes melitus tipe 1 (DMT1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan dan self-efficacy pada anak DMT1 setelah diberikan intervensi aplikasi CICO Count. Metode: Jenis penelitian quasi experiment pre-post control group design. Sampel penelitian merupakan penyandang DMT-1 dengan usia 7-18 tahun yang tergabung dalam IKADAR Jabodetabek yang berjumlah 30 anak dengan rincian 15 anak kelompok kontrol dan 15 anak kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi diberikan tindakan penggunaan aplikasi CICO Count, sementara kelompok kontrol diberikan edukasi menggunakan leaflet. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pretest dan post-test yang diberikan sebelum dan setelah diberikan edukasi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada tingkat pengetahuan (p<0,001) dan self-efficacy (p=0,000) pada kelompok intervensi. Kesimpulan: Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan aplikasi CICO Count mampu meningkatkan pengetahuan dan self-efficacy pada anak dengan DMT-1.Latar Belakang: Self-efficacy dan pengetahuan merupakan faktor terpenting dalam proses terapi insulin pada anak dengan diabetes melitus tipe 1 (DMT1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan dan self-efficacy pada anak DMT1 setelah diberikan intervensi aplikasi CICO Count. Metode: Jenis penelitian quasi experiment pre-post control group design. Sampel penelitian merupakan penyandang DMT-1 dengan usia 7-18 tahun yang tergabung dalam IKADAR Jabodetabek yang berjumlah 30 anak dengan rincian 15 anak kelompok kontrol dan 15 anak kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi diberikan tindakan penggunaan aplikasi CICO Count, sementara kelompok kontrol diberikan edukasi menggunakan leaflet. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pretest dan post-test yang diberikan sebelum dan setelah diberikan edukasi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada tingkat pengetahuan (p<0,001) dan self-efficacy (p=0,000) pada kelompok intervensi. Kesimpulan: Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan aplikasi CICO Count mampu meningkatkan pengetahuan dan self-efficacy pada anak dengan DMT-1.Latar Belakang: Self-efficacy dan pengetahuan merupakan faktor terpenting dalam proses terapi insulin pada anak dengan diabetes melitus tipe 1 (DMT1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan dan self-efficacy pada anak DMT1 setelah diberikan intervensi aplikasi CICO Count. Metode: Jenis penelitian quasi experiment pre-post control group design. Sampel penelitian merupakan penyandang DMT-1 dengan usia 7-18 tahun yang tergabung dalam IKADAR Jabodetabek yang berjumlah 30 anak dengan rincian 15 anak kelompok kontrol dan 15 anak kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi diberikan tindakan penggunaan aplikasi CICO Count, sementara kelompok kontrol diberikan edukasi menggunakan leaflet. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pretest dan post-test yang diberikan sebelum dan setelah diberikan edukasi. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada tingkat pengetahuan (p<0,001) dan self-efficacy (p=0,000) pada kelompok intervensi. Kesimpulan: Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan aplikasi CICO Count mampu meningkatkan pengetahuan dan self-efficacy pada anak dengan DMT-1.

Self-efficacy in children with type 1 diabetes mellitus (T1DM) focused on children's beliefs about their abilities to manage, plan, modify behavior so as to achieve a better quality of life. In the process of modifying behavior, knowledge is needed as a means that can help children in understanding T1DM. The purpose of the study was to identify differences in knowledge and self-efficacy in T1DM children after being given the CICO Count application intervention. This type of research is a quasi-experimental pre-post control group design. The research sample is children with T1DM aged 7-18 years who are members of the Jabodetabek IKADAR totaling 30 children, 15 children in the control group and 15 children in the intervention group. The results of this study indicate that there is a significant increase in the level of knowledge (p<0, 006) and self-efficacy (p=0.000). However, there was no significant difference between the intervention group and the control group on the results of self-efficacy (p=0.096). SuggestionIt is hoped that further research with different methodologies related to the level of knowledge and self-efficacy in children with T1DM can be carried out."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avie Saptarini
"Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 mengalami peningkatan risiko kanker yang diduga diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan inflamasi. Ketiga faktor tersebut dapat menginduksi proses tumorigenesis melalui jalur glukotoksisitas, lipotoksisitas, dan stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan membandingkan mutan p53 sebagai tumor marker pada pasien DM tipe 2 dan pasien DM tipe 2 yang menderita kanker, mengukur dan membandingkan HbA1c pada kedua kelompok, serta melihat korelasi mutan p53 dengan HbA1c pada kedua kelompok. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Kelompok yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 (n = 51) dan pasien DM tipe 2 yang menderita kanker (n = 51). Analisis mutan p53 pada serum sampel dilakukan menggunakan ELISA, sedangkan pengukuran HbA1c dilakukan dengan Afinion Analyzer.
Pada penelitian ini kadar serum mutan p53 pada kelompok pasien DM tipe 2 (1,62 ± 0,08 ng/ml) tidak berbeda bermakna dengan kelompok pasien DM tipe 2 yang menderita kanker (1,64 ± 0,09 ng/ml) (p = 0,774). Sementara itu, HbA1c pada kelompok DM tipe 2 (8,42 ± 0,25 %) berbeda bermakna dengan kelompok DM tipe 2 yang menderita kanker (7,02 ± 0,20 %) (p < 0,001). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar mutan p53 dengan HbA1c, baik pada kelompok DM tipe 2 (r = 0,083; p = 0,561), maupun kelompok DM tipe 2 yang menderita kanker (r = 0,072; p = 0,617). Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar mutan p53 pada kelompok DM tipe 2 dan DM tipe 2 yang menderita kanker tidak berbeda bermakna, namun HbA1c pada kedua kelompok berbeda bermakna. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar mutan p53 dengan HbA1c pada kedua kelompok.

Type 2 Diabetes Mellitus has been found to increase the risk of cancer which is caused by conditions of hyperglycemia, hyperinsulinemia, and inflammation. These three factors are able to induce tumorigenesis through mechanisms of glucotoxicity, lipotoxicity, and oxidative stress. This study aimed to measure and compare mutant p53 as tumor marker in Type 2 Diabetes Mellitus patients and Type 2 Diabetes Mellitus patients with cancer, to measure and compare HbA1c level in both groups, and to analyze the correlation between mutant p53 and HbA1c level in both groups. This study was a cross-sectional study with consecutive sampling technique in which two groups were involved, namely type 2 diabetes mellitus patients (n = 51) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (n = 51). Serological level of mutant p53 protein was analyzed using ELISA and HbA1c was measured with HbA1c Afinion Analyzer.
The serological level of mutant p53 in the type 2 diabetes mellitus patients (1.62 ± 0.08 ng/ml) showed no significant difference compared with type 2 diabetes mellitus patients with cancer (1.64 ± 0.09 ng/ml) (p = 0.774). Meanwhile, HbA1c level showed significant difference between type 2 diabetes mellitus patients (8.42 ± 0.25 %) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (7.02 ± 0.20 %) (p < 0.001). Mild correlations between mutant p53 and HbA1c level were found in both type 2 diabetes mellitus patients (r = 0.083; p = 0.561) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (r = 0.072; p = 0.617). Based on the result, there was no significant difference between mutant p53 in type 2 diabetes mellitus patients with and without cancer. HbA1c level was found to be significantly different in both groups. Meanwhile, there was no significant correlation between mutant p53 and HbA1c in both groups.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safaruddin
"Pendahuluan: Diabetes melitus (DM) adalah salah satu dari sepuluh penyebab kematian teratas di dunia termasuk didalamnya adalah lansia. Tingginya kasus DM pada lansia diakibatkan oleh pola hidup masyarakat yang kurang melakukan latihan fisik. mendorong upaya pengembangan intervensi non-farmakologi diantaranya dengan latihan fisik senam lansia. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh latihan fisik senam lansia terhadap kadar gula darah sewaktu pada lansia diabetes melitus tipe 2 di Kabupaten Maros. Metode: Disain quasi experiment dengan pendekatan pretest-posttest control group design dengan jumlah sampel 72 yang dibagi menjadi dua kelompok menggunakan teknik pengumpulan data nonprobability sampling yaitu purposive sampling, terbagi menjadi 36 responden kelompok intervensi dan 36 responden kelompok non intervensi. Penelitian ini dilakukan selama 16 hari sebanyak 6 sesi. Analisis Wilcoxon menunjukan ada pengaruh yang signifikan latihan senam lansia terhadap kadar gula darah sewaktu (p= 0.004). Kesimpulan: intervensi latihan fisik senam lansia dapat digunakan salah satu rujukan intervensi non-farmakologi pilihan dalam rencana asuhan keperawatan untuk mengendalikan lansia dengan DM dan mengurangi risiko komplikasi akibat tekanan DM. Rekomendasi: Intervensi ini disarankan untuk diterapkan pada lansia dengan DM sesuai dengan frekuensi dan waktu yang benar dengan harapan mendapatkan pengaruh yang maksima

Introduction: Diabetes mellitus (DM) is one of the top ten causes of death in the world including the elderly. The high number of DM cases in the elderly is caused by the lifestyle of people who do not practice physical exercise. encourage efforts to develop non-pharmacological interventions including physical exercise in elderly gymnastics. The purpose of this study was to determine the effect of physical exercise in elderly gymnastics on blood sugar levels while in the elderly with type 2 diabetes mellitus in Maros Regency. Method: Quasi-experimental design with a pretest-posttest control group design approach with a total sample of 72 divided into two groups using nonprobability sampling data collection techniques, namely purposive sampling, divided into 36 intervention group respondents and 36 non-intervention group respondents. This study was conducted for 16 days for 6 sessions. Wilcoxon's analysis showed there was a significant effect of elderly gymnastics exercise on blood sugar levels (p= 0.004). Conclusion: the elderly gymnastics physical exercise intervention can be used one of the references of non-pharmacological interventions of choice in the nursing care plan to control the elderly with DM and reduce the risk of complications due to dm pressure. Recommendations: This intervention is recommended to be applied to the elderly with DM according to the correct frequency and time in the hope of gaining maximum influence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Diabetes melitus tipe 1 merupakan diabetes yang paling sering ditemui pada anak dan remaja. Diabetes melitus dapat menimbulkan komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Salah satu komplikasi mikrovaskular dari diabetes melitus adalah retinopati diabetik. Sampai saat ini, belum ada data mengenai prevalens dan faktor yang berhubungan dengan retinopati diabetik di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang menggunakan data sekunder. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebesar 68 pasien dan data subjek didapatkan melalui arsip rekam medis pasien diabetes melitus tipe 1 di Poliklinik Endokrinologi Anak RSCM. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia awitan DM tipe 1, durasi DM tipe 1, riwayat ketoasidosis diabetik, regimen insulin, kontrol glikemik, indeks massa tubuh, dan pubertas, sementara variabel terikatnya adalah kejadian retinopati diabetik.
Hasil: Prevalens retinopati diabetik pada pasien anak dengan DM tipe 1 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 7,4%. Dari seluruh variabel bebas yang diteliti, hanya variabel durasi DM tipe 1 yang memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p=0,01).
Kesimpulan: Prevalens retinopati diabetik pada pasien anak dengan DM tipe 1 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah 7,4%. Faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian retinopati diabetik adalah durasi DM tipe 1.
Saran: Penelitian ini dapat menjadi pilot study untuk penelitian mengenai retinopati diabetik kedepannya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara kohort atau case control untuk memetakan faktor risiko retinopati diabetik secara jelas. Sistem pencatatan rekam medis harus terus diperbaiki untuk mendukung iklim penelitian di dunia kedokteran Indonesia, Background: Type 1 diabetes mellitus is the most common type of childhood and adolescent diabetes. There are several macrovascular and microvascular complications associated with diabetes mellitus. Diabetic retinopathy is one of the microvascular complications. Until now, there’s no information about prevalence and risk factor of diabetic retinopathy in Indonesia.
Methods: In this secondary data cross sectional study, we collected 68 subjects from Cipto Mangunkusmo Hospital. Subjects’ medical history is collected from Cipto Mangunkusumo Hospital patient’s medical record. Our independent variables are sex, age of DM onset, duration of DM, diabetic ketoacidosis history, insulin regiment, glycemic control, body mass index, and puberty, while the dependent variable is diabetic retinopathy.
Results: Prevalence of diabetic retinopathy among children with type 1 diabetes in Cipto Mangunkusumo Hospital is 7.4%. We found the factor associated with diabetic retinopathy in duration of DM (p=0,01).
Conclusion: Diabetic retinopathy affects about one tenth of type 1 DM patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. Duration of DM is associated with diabetic retinopathy in type 1 DM.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Muyassar
"Disparitas antara layanan kesehatan diabetes melitus antara kota dan kabupaten masih menjadi tantangan di Indonesia meskipun sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional. Akses ini menjadi penting karena pasien sangat bergantung terhadap manajemen diabetes melitus tipe 1 untuk menjaga kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran akses layanan kesehatan pada pasien diabetes melitus tipe 1 di Indonesia tahun 2015-2022 berdasarkan kabupaten/kota. Penelitian ini menggunakan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2022 dengan desain penelitian cross sectional. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk melihat proporsi pada setiap karakteristik pasien berdasarkan kabupaten/kota. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 3,8% pasien memiliki akses adekuat dengan mayoritas adalah laki-laki, berada dalam segmentasi PBI, berobat ke wilayah kota apabila tinggal di wilayah kabupaten, berobat ke wilayah kabupaten apabila tinggal di wilayah kota, dan memiliki komorbid hipertensi. Perluasan jaminan manfaat program Prolanis dan pedoman manajemen penyakit diabetes melitus tipe 1 menjadi hal yang penting untuk meningkatkan akses pada pasien.

Healthcare access disparity between cities and regencies in diabetes mellitus healthace is a challenging issue despite Indonesia already have National Health Insurance. This access become an important subject because type 1 diabetes mellitus patients depend on good management to maintain their quality of life. The aim of this study is to describe the healthcare access among type 1 diabetes mellitus patients based on regency-city status. This study used Indonesia National Health Insurance 2015-2022 Sample Data with cross sectional as its study design. The results showed that 3,8% type 1 diabetes mellitus in patients in Indonesia have adequate access with majority of them are men, in PBI scheme, seeking treatment in the city if they lived in the regency, seeking treatment in the regency if they lived in the city, and have hypertension as a comorbid. The expansion of Prolanis program and type 1 diabetes mellitus management guidelines are important to improve patients’ access to healthcare."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Setya Sari
"Penyakit Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 saat ini semakin banyak dialami oleh anak. Prinsip perawatan anak yang berfokus family centered care menuntut orang tua untuk aktif berperan serta dalam mengelola DM tipe 1 pada anak. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi pengalaman orang tua dalam merawat anak DM tipe 1. Desain penelitian menggunakan fenomenologi deskriptif yang melibatkan 7 orang tua sebagai partisipan.
Hasil eksplorasi didapatkan 8 tema, yaitu:
1) tiga fase perubahan respon orang tua,
2) dua fase perubahan respon anak yang dirasakan orang tua,
3) aktivitas orang tua dalam mengelola DM tipe 1 pada anak,
4) penilaian orang tua terhadap pengobatan dengan insulin dan herbal,
5) pola komunikasi dan ketrampilan yang ditunjukkan mempengaruhi persepsi orang tua terhadap tenaga kesehatan,
6) dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola DM tipe 1 pada anak,
7) perubahan yang dialami orang tua sebagai perawat utama anak, dan
8) harapan orang tua terhadap anak, dirinya sendiri dan tenaga kesehatan.
Kesimpulan yang didapatkan yaitu kemampuan orang tua dalam berespon adaptif berpengaruh terhadap pengelolaan DM tipe 1 secara efektif pada anak. Selanjutnya perlu dilakukan eksplorasi kemampuan anak dalam beradaptasi terhadap DM tipe 1 untuk memberikan pemahaman dari segi individu yang mengalami penyakit secara langsung.

Type 1 Diabetes Mellitus (DM) is now increasingly experienced by children. The principle of family centered care requires parents to actively participate in managing diabetes in children and the factors that influence it. Research conducted with the aim to explore the experience of parents in caring for children with type 1 DM. Descriptive phenomenology used in this research design by involving seven parents as participants.
The exploration resulted 8 themes, there are:
1) three-phases of parent?s response,
2) two-phases of children?s response perceived by parents,
3) the activity of parents in managing type 1 DM in children,
4) perception of parents to insulin and herbs,
5) communication patterns and skills shown affected the perception of parents towards health professionals,
6) social support as factor that influence the success in managing type 1 diabetes in children,
7) the changes of lifestyle which experienced by parents as primary caregivers of children, and
8) the expectations of parents of children, themselves and health professionals.
The conclusion is the ability of parents to respond adaptively influence the effectiveness of managing type 1 DM in children. Further exploration about children's adaption to type 1 DM is necessary to provide an understanding from the individual who experience it directly."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karla Carolina
"Beberapa studi epidemiologi dan meta analisis menunjukkan faktor risiko berhubungan dengan diabetes melitus dan kanker, diantaranya jenis kelamin, usia, hiperglikemia dan obesitas. Hiperinsulinemia, hiperglikemia dan inflamasi pada diabetes dapat menginduksi kerusakan sel yang bertransformasi  menjadi sel kanker. Kerusakan sel dapat berupa stress oksidatif, lipotoksisitas dan glukotoksisitas. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan non-parallel sampling design yang bertujuan untuk mengukur dan melihat hubungan antibodi anti-p53 dengan HbA1c pada dua kelompok. Kelompok pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 (n = 78) dan pasien diabetes melitus tipe 2 yang menderita kanker (n = 51). Analisis antibodi anti-p53 pada serum sampel dilakukan menggunakan ELISA, sedangkan pengukuran HbA1c dilakukan dengan Afinion Analyzer. Pada penelitian ini kadar serum antibodi anti-p53 pada kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 (0,25 ± 0,05 U/ml) berbeda bermakna dengan kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 yang menderita kanker (0,98 ± 0,32 Ug/ml) (p = 0,03). Sementara, HbA1c pada kelompok diabetes melitus tipe 2 (8,39 ± 0,23 %) berbeda bermakna dengan kelompok diabetes melitus tipe 2 yang menderita kanker (7,02 ± 0,20 %) (p < 0,001). Tidak ada korelasi antibodi anti-p53 dengan HbA1c pada kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 (r = -0,188,  p = 0,099).  Terdapat korelasi sedang antibodi anti-p53 dengan HbA1c pada kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 yang menderita kanker (r = -0,359, p = 0,01). Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antibodi anti-p53 dan HbA1c pada kedua kelompok. Terdapat hubungan negatif yang bermakna antara antibodi anti-p53 dengan HbA1c pada kelompok diabetes melitus tipe 2 yang menderita kanker.

Epidemiological studies and meta-analysis have shown risk factors are related with diebetes mellitus and cancer, they are such as gender, age, hyperglycemia and obesity. Hyperinsulinemia, hyperglycemia dan inflamation on diabetes can induce cell destruction that are transformed into cancer cells. Cell destruction form of oxidative stress, lipotoxicity and glucotoxicity. This study was a cross-sectional with  non-parallel sampling design which compares and analyzes the correlation between anti-p53 antibody with HbA1c in the group of type 2 diabetes mellitus and type 2 diabetes mellitus with cancer, namely type 2 diabetes mellitus patients (n = 78) and type 2 diabetes mellitus patients with cancer (n = 51). Analyze for anti-p53 antibody was using ELISA,while HbA1c was measured with HbA1c Afinion Analyzer. The serological level of anti-p53 antibody in the type 2 diabetes mellitus (0,25 ± 0,05 U/ml) significant diference between type 2 diabetes mellitus type 2 (0,98 ± 0,32 Ug/ml) (p = 0,03). HbA1c showed significant difference in the type 2 diabetes mellitus (8,39 ± 0,23 %) between type 2 diabetes mellitus type 2 (7,02 ± 0,20 %) (p < 0,001). There was no correlation between anti-p53 antibody with HbA1c in the group of type 2 diabetes mellitus (r=-0,188, p=0,099). There was moderate correlation between anti-p53 antibody with HbA1c in the group of type 2 diabetes mellitus with cancer (r = -0,359, p = 0,01).  Based on result showed there were significant difference between anti-p53 antibody with HbA1c in both groups. There was negative correlation anti-p53 antibody with HbA1c in the type 2 diabetes mellitus with cancer.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>