Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maudina Aisya
"Pada tanggal 4 Juni 1942, Angkatan Laut Jepang mengalami kekalahan atas Amerika Serikat dalam pertempuran di Pulau Midway, Hawaii, Samudra Pasifik. Pertempuran Midway merupakan titik balik Perang Pasifik. Dalam pertempuran Midway, Angkatan Laut Jepang kehilangan empat kapal tempur mereka yaitu Akagi, Kaga, Hiryu, dan Soryu. Kekalahan Jepang diakibatkan oleh berhasilnya intelijen Amerika dalam memecahkan informasi rahasia Angkatan Laut Jepang, sehingga pihak Amerika dapat mengantisipasi serangan dan menyerang kembali pihak Jepang. Keberhasilan intelijen Amerika memecahkan informasi rahasia adalah kegagalan besar bagi pihak intelijen Angkatan Laut Jepang. Kegagalan tersebut disebabkan oleh; (1) pihak Angkatan Laut Jepang yang mengesampingkan faktor intelijen dalam setiap operasi pertempuran, (2) terdapat kendala bahasa karena pihak intelijen Angkatan Laut Jepang tidak memiliki staf yang fasih berbahasa Inggris, (3) arogansi Angkatan laut Jepang yang didasarkan oleh kemenangan sebelumnya dalam Penyerangan Pearl Harbour, sehingga Angkatan Laut Jepang kurang waspada dalam persiapan operasi penyerangan Midway.

On June 4th, 1942 Japanese Navy was defeated by the United States in Midway Atoll, Hawaii, Pacific. The Battle of Midway was a Pacific War turning point. In the Battle of Midway, Japan lost her four battleship Akagi, Kaga, Hiryu, and Soryu. The loss was caused by United States Intelligence s success in breaking the Japanese Navy secret code. Hence, the United States Navy managed to surmount strike and did counterattacks against the Japanese Navy. The United States Intelligence s success in breaking the code is a big loss for Japanese Intelligence. The cause of the failures are; (1) the Japanese Navy underestimated their own intelligence in every battle operation, (2) there were language barriers because Japanese Navy intelligence did not have any staff who is fluent in English, (3) Japanese Navy was arrogant after their previous victories in Pearl Harbor attack, so the Japanese Navy was not vigilant in preparing for the Midway attack operation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Hayati
"ABSTRAK
Militer Jepang adalah sebuah kekuatan besar yang sangat sulit ditandingi pada masa awal Perang Dunia II. Persenjataan militer Jepang yang lengkap dan kuat, menjadikan Jepang berani menyerang pangkalan armada Amerika di Pearl Harbor. Serangan Pearl Harbor yang terjadi pada 7 Desember 1941, menandai pecahnya Perang Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II. Penelitian ini membahas tentang awal kekalahan militer Jepang yang terjadi dalam pertempuran Midway yang berlangsung pada 4-7 Juni 1942. Pertempuran Midway adalah sebuah pertempuran dalam Perang Pasifik yang menandai titik balik atau awal kekalahan militer Jepang saat terjadinya Perang Pasifik. Ekspansi yang dilakukan militer Jepang ke berbagai wilayah di Asia Pasifik terus mengalami kemenangan yang gemilang pada paruh awal tahun 1942, namun mengalami kekalahan telak untuk pertama kalinya pada pertempuran Midway. Setelah kekalahan dalam pertempuran Midway, kekuatan armada militer Jepang semakin lemah, kemudian disusul dengan banyak kekalahan yang membawa kehancuran di Pihak Jepang hingga akhirnya menyerah pada tahun 1945.

ABSTRACT
Japan 39 s military has such wide ranging powerful forces and thus were unattainable to be surpassed in the early period of World War II. The adequacy and complexity of Japanese military weaponry has roughly became the underlay in order to ambush the base of the American fleet at Pearl Harbor. The attack on Pearl Harbor which was occurred on December 7, 1941 has made the outbreak of Pacific War as a part of World War II. Therefore, this paper discusses the early segment of Japan 39 s military defeat that occurred in the Battle of Midway which took place on 4th to June 7th, 1942. The Battle of Midway has been determined as an inclusive battle of Pacific War that has been the turning point or the beginning of Japan 39 s defeat during the Pacific War. Expansion of Japanese military to various regions in Asia Pacific continues to gain complete victory in early half of 1942, but eventually suffered major breakdown for the first time at The Battle of Midway. On the aftermath, Japan 39 s enforcement was gradually getting overpowered, followed with any miscalculations that brought Japan into subjugation, until finally they were admitted defeat in 1945. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Putri Prawisyara
"Serangan Jepang terhadap Pangkalan Militer Amerika Serikat di Pearl Harbor bertujuan
untuk menghilangkan kekuatan Amerika Serikat di Pasifik. Setelah keberhasilannya dalam
serangan tersebut, Jepang berusaha untuk merebut pulau-pulau yang berada di bawah kuasa
Amerika Serikat. Selain itu, untuk menunjang kekuatan angkatan lautnya, Jepang
membangun sebuah lapangan udara di pulau Guadalkanal. Namun, pembangunan lapangan
udara ini diketahui oleh Amerika Serikat, sehingga Amerika Serikat mengirimkan
pasukannya untuk merebut lapangan udara tersebut. Keberhasilan Amerika Serikat dalam
merebut lapangan udara yang sedang dibangun Jepang dan usaha Jepang dalam merebut
kembali lapangan udara tersebut, mengakibatkan pecahnya Pertempuran Laut Guadalkanal.
Penelitian ini akan membahas mengenai strategi militer Jepang dalam Pertempuran Laut
Guadalkanal pada tahun 1942. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan tujuan untuk mendeskripsikan strategi militer yang digunakan Jepang dalam studi
kasus yang diambil. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Jepang memilih strategi
militer ofensif dalam melawan Amerika Serikat, walaupun pada akhirnya Jepang
mengalami kekalahan.

The Japanese attack on the United States Military Base at Pearl Harbor aims to eliminate
the power of the United States in the Pacific. After the success in their attack, Japan tried to
seize the islands that was under control of the United States. In addition, to support its
naval power, Japan built an airfield on Guadalcanal. However, the development of the
airfield is known by the United States, so the United States sends their troops to seize the
airfield. The success of the United States in seizing the airfield that was being built by
Japan and Japanese efforts to reclaim the airfield resulted in the outbreak of the Naval
Battle of Guadalcanal. This study discussed the Japanese military strategy in the Naval
Battle of Guadalcanal in 1942. This study used qualitative research methods in order to
describe the military strategy used by Japan in the case studies taken. The results of this
study indicates that Japan chose an offensive military strategy against the United States,
although suffered defeat in the end.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Allan Akbar
"Tesis ini membahas mengenai peranan Netherlands Forces Intelligence Service NEFIS sebagai dinas intelijen Belanda dalam upaya Belanda merebut kembali Indonesia. Setelah Perang Dunia II berakhir, Belanda sangat berkeinginan untuk kembali menegakkan kekuasaan kolonial di Indonesia. Selain menggunakan kekuatan militer, Belanda juga menggunakan NEFIS untuk membantu mewujudkan keinginan mereka tersebut. Tesis ini memperlihatkan peranan dan aktivitas NEFIS dalam periode Revolusi Indonesia. Bersama dengan dinas militer Belanda KNIL, NEFIS di Indonesia memegang peranan penting dalam upaya penegakan kembali kekuasaan kolonial di Indonesia. Keberhasilan atau kegagalan Belanda dalam menegakkan kembali kekuasaannya terletak pada keberhasilan NEFIS dalam menyediakan informasi intelijen aktual kepada pemerintah Belanda untuk kemudian dirumuskan suatu kebijakan terhadap Indonesia. Dari tesis ini terlihat bahwa NEFIS telah gagal dalam menjadi elemen penting Belanda untuk menegakkan kembali kekuasaan kolonial di Indonesia. Belanda harus merelakan Indonesia lepas dari tangan mereka.

This thesis discusses the role of Netherlands Forces Intelligence Service as the Dutch intelligence services in order to seize back Dutch power over Indonesia. After World War II, the Dutch are very eager to re enforce colonial rule in Indonesia. Besides using military force, the Dutch was also using NEFIS to help realize their wishes. This thesis shows the role and activities of NEFIS during Indonesian Revolution. Together with the Dutch military service KNIL , NEFIS in Indonesia played an important role in the re enforcement of colonial rule in Indonesia. The success or failure of the Dutch to re establish his power lies in the success of NEFIS in providing actual intelligence information to the Dutch government to formulate a policy towards Indonesia. This thesis shows that NEFIS had failed to become an important element for the Dutch to re establish colonial rule in Indonesia. The Dutch had to give Indonesia slipped from their hands."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlon Samuel Contantin Kansil
"Kegagalan Intelijen pada peristiwa 9/11 dan Yom Kippur dipengaruhi oleh beberapa faktor.Penelitian ini akan membuktikan teori Copeland yang mengatakan bahwa kegagalan intelijen tidak terlepas dari pengaruh faktor kepemimpinan dan kebijakan, birokrasi dan organisasi, peringatan dan informasi serta kemampuan analitikal. Metode yang dipakai adalah kualitatif, dengan rancangan riset studi dokumentasi secara tidak langsung melalui tinjauan pustaka, jurnal, buku, internet dan diskusi riset. Hasil penelitian menunjukan kegagalan intelijen pada 9/11 dan Yom Kippur bersifat esensi. Kemudian hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa timeline dan agregasi untuk melihat unsur-unsur pendukung yang berperan pada kegagalan. Hasil analisa menunjukan bahwa kegagalan intelijen pada kasus 9/11 disebabkan oleh kebijakan pemerintah, agensi intelijen, birokrasi dan kurangnya informasi. Pada kasus Yom Kippur dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan intelijen militer AMAN. Sekalipun kedua kasus ini memiliki persamaan namun ada perbedaan pada unsur-unsur pendukung faktor kegagalan.

Intelligence Failure on 9/ 11 and Yom Kippur is influenced by several factors. This research would prove that Copeland theory says that the failure of intelligence can not be separated from the influence of leadership and policy, bureaucracy and organization, warning and information and analytical callange. The method used is qualitative. This research was designed to study the documentation indirectly through literature review, journals, books, internet research and discussion. The results showed intelligence failures on 9/11 and Yom Kippur are the essence. Then the research results obtained were processed using timeline analysis and aggregation to see the supporting elements that contribute to the failure. The analysis shows that the intelligence failure in the case of 9/11 caused by government policy, intelligence agencies , the bureaucracy and the lack of information. In the case of Yom Kippur influenced by government policy and military intelligence (AMAN). Although these two cases have similarities but there are differences in the factors supporting elements of failure."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azalia Primadita Muchransyah
"Tesis ini membahas mengenai fenomena Keberhasilan Intelijen pada kasus Operation Neptune Spear yang merupakan operasi pengeksekusian Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan tersebut, dilakukan komparasi terhadap dua kasus kegagalan intelijen, yakni kegagalan intelijen negatif pada kasus 9/11 dan kegagalan intelijen positif pada kasus pencarian Weapons of Mass Destruction (WMD) di Irak. Indikator yang digunakan adalah empat kunci kegagalan menurut Thomas Copeland (2007), yakni: (1) Kegagalan Kepemimpinan dan Kebijakan, (2) Isu-isu Organisasi dan Birokrasi, (3) Masalah dengan Informasi Peringatan, dan (4) Tantangan-tantangan Analitis.

This thesis explores the phenomenon of Intelligence Success of Operation Neptune Spear, the operation to execute Osama bin Laden in Abbottabad, Pakistan, on May 2, 2011. The research is qualitative with descriptive design. To look at the factors causing intelligence success, a comparison is made of two cases of intelligence failure: negative intelligence failure of 9/11 and positive intelligence failure of finding Weapons of Mass Destruction (WMD) in Iraq. Thomas Copeland?s (2007) four failure keys are used as indicators. They are: (1) Leadership and Policy Failures, (2) Organizational and Bureaucratic Issues, (3) Problems with Warning Information, and (4) Analytical Challenges.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasani
"Tesis ini membahas kegagalan intelijen dalam penanganan TPPU di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan siklus intelijen di PPATK, faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan intelijen dan strategi yang dapat digunakan untuk menghindari kegagalan tersebut. Peneliti menggunakan tool fishbone untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kegagalan intelijen dan tool SWOT untuk menyusun strateginya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPATK mempunyai SOP dalam setiap tahapan siklus intelijen. Dalam pengumpulan data PPATK cenderung pasif dan produk intelijen yang disampaikan kepada penegak hukum berupa Laporan Hasil Analisis (LHA) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Dari penelitian ini diketahui penyebab kegagalan intelijen berdasarkan pendekatan pada konsep kegagalan intelijen menurut Thomas Copeland. Strategi yang dapat dilakukan PPATK untuk menghindari kegagalan intelijen dalam penanganan TPPU yakni dengan menggunakan kekuatan internal yang ada untuk memanfaatkan peluang dari lingkungan eskternal. Strategi tersebut adalah mengoptimalkan fungsi Komite TTPU dan Komite Intelijen, meningkatkan kuantitas pelapor dan kualitas laporannya, meningkatkan sinergi dengan penegak hukum dan mempercepat pembangunan training center.

This thesis discusses The intelligence failure in handling of money laundering in Indonesia. The purpose of this research was to investigate the implementation of intelligence cycle in PPATK, the factors that cause the failure of intelligence and strategies that can be used to avoid such failures. The researcher used fishbone tool to analyze the factors that cause the failure of intelligence and SWOT tool to compile the strategy.
The results showed that PPATK has SOP (Standard Operating Procedure) in every stage of the intelligence cycle. PPATK collected data passively and their intelligence products delivered to law enforcement agency in the form of LHA (Report of Analysis) and LHP (Report of Examination).
From this research known causes of intelligence failure approach based on the concept of intelligence failures by Thomas Copeland. Strategies that can be done of PPATK to avoid intelligence failure in the handling of TPPU by using the existing internal strength to take advantage of opportunities from the external environment. The strategy is to optimize function TTPU Committee and the Intelligence Committee, to improve the quantity and quality of the report, increase synergies with law enforcement agency and to speed up the construction of the training center."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karya-karya drama pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942?1945) pada umumnya sarat dengan propaganda
pemerintah militer Jepang yang berusaha mengajak masyarakat Indonesia untuk membantu peperangan melawan
Amerika dan Inggris dalam Perang Dunia II. Karya sastra dija
dikan alat propaganda yang tepat, terutama drama, karena
masyarakat dapat langsung menerima pesan-pesan dan menc
ontoh apa yang seharusnya dilakukan dalam masa perang
itu. Para seniman kemudian dihimpun oleh Kantor Dinas Propaganda (
Sendenbu) untuk bekerja dalam lapangan kesenian masing-masing untuk memberi semangat kepada rakyat Indonesia. Sejumlah penulis drama, antara lain seperti Usmar Ismail, El Hakim, Armijn Pane, Soetomo Djauhar Arifin, dan Merayu Sukma menyambut dengan semangat program pemerintah tersebut dengan menghasilkan karya-karya drama dan dimainkan oleh grup sandiwara yang juga
banyak bermunculan pada saat itu.

Abstract
Many plays in Japanese occupation period (1942?1945) were full of propaganda of Japanese Military Government that
tried to influence Indonesian people to assist Japanese tr
oops in fighting American army in World War II. Literature
was used as a proper propaganda tool,
especially plays, where people could ge
t the message directly about what they
should do in war situation. A lot of artists were gathered
by the Propaganda Service Office
(Sendenbu) to work on their
fields of creativity (music, sculpture, literature, drama, pain
ting) in order to encourage Indonesian people to participate
in the war. Some playwrights such as Usmar Ismail, El Hakim. Armijn Pane, Soetomo Djauhar Arifin, and Merayu
Sukma enthusiastically welcomed the program. They wrote many plays that were played by various drama groups that
sprang up in that period."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Karima Rakhma Putri
"Skripsi ini secara khusus membahas dan menganalisis tanda-tanda akan Jepang dalam film animasi era Perang Dunia II yang berjudul The Ducktator 1942 dan Tokio Jokio 1943 yang diproduksi oleh Looney Tunes. Tanda yang dianalisis dibagi menjadi tanda verbal dan tanda visual. Kerangka teori yang digunakan adalah teori semiotik Peirce dengan proses semiosisnya.
Analisis juga tidak terbatas dengan mengetahui makna dari tiap tanda yang muncul saja, tetapi juga mengaitkannya dengan konteks historis, sosial, dan budaya yang menyebabkan tanda tersebut muncul, yaitu Perang Dunia II, yang di dalamnya termasuk perang ras dan perang propaganda.
Hasil analisis keseluruhan dari tanda Jepang dalam kedua data film adalah meskipun berdasarkan pada latar belakang yang riil, karena konteks besar dibuatnya kedua data film adalah Perang Dunia II yang sedang berkecamuk, tanda Jepang yang muncul merupakan pesan propaganda Amerika Serikat mengenai gambaran Jepang, membentuk persepsi akan Jepang, dan mendorong untuk membenci Jepang kepada masyarakatnya pada saat itu.

This thesis is focusing to discuss and analyze the signs of Japan in the US World War II animation movies, The Ducktator 1942 and Tokio Jokio 1943 by Looney Tunes. The signs of Japan are divided into two categories there are verbal signs and visual signs. The frame of theories in this thesis is Peircean Semiotics with its semiosis process.
The analysis process in this thesis is not limited by only knowing the meaning of each signs, furthermore connect it within the historical, social, and cultural context of which those sign are arose. These contexts are the World War II with its race war and propaganda war included in it.
The whole result of the analysis process in the data movies is all the signs of Japan in the movies contains propaganda messages which gave the image of Japan, created perception of Japan, and encourage the US people at that time to hate Japan as the enemy, regardless all the real backgrounds because the war is the main event at that time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Soetanto
Jakarta: Prenada Media Group, 2010
940.53 HIM s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>