Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhifa Putri
"Latar Belakang: Pasta gigi berfungsi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Propolis adalah salah satu bahan herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut. Propolis memiliki sifat anti bakteria, antifungal, anti viral, anti protozoa, anti inflamasi dan anti oksidan. Karies merupakan salah satu akibat dari terjading penurunan pH mulut yang menjadi asam. Candida albicans dapat memfermentasi glukosa dan maltosa sehingga akan menghasilkan asam dan gas. Maka dari itu Candida albicans bersifat acidogenic dan dapat membentuk biofilm dalam rongga mulut.
Tujuan: Mengetahui efek pasta gigi ekstrak propolis terhadap pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231 secara in vitro.
Metode: Pemaparan pasta gigi ekstrak propolis pada biofilm Candida albicans ATCC 10231 diinkubasi selama 3 jam dan 18 jam, perlakuan dengan pasta gigi tanpa propolis dan juga kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding. Pewarnaan dengan kristal violet dilakukan untuk mengukur nilai optical density yang merefleksikan kuantitas biomassa dari Candida albicans ATCC 10231.
Hasil: Nilai absorbansi dari Candida albicans ATCC 10231 setelah pemaparan pasta gigi ekstrak propolis, pasta gigi tanpa propolis, dan kelompok kontrol dengan lama waktu inkubasi 3 jam secara berturut-turut yaitu sebesar 0,345; 0,337; 0,634. Pada inkubasi selama 18 jam yaitu sebesar 0,302; 0,243; 0,392. Persentase biomassa yang didapatkan pada lama waktu inkubasi selama 3 jam dari pasta gigi propolis, pasta gigi tanpa propolis, dan kelompok kontrol secara berturut-turut adalah 46% dan 47%. Pada waktu inkubasi selama 18 jam yaitu sebesar 23% dan 38%.
Kesimpulan: Pasta gigi ekstrak propolis mampu menurunkan biomassa dari Candida albicans ATCC 10231 seiring dengan lamanya waktu inkubasi.

Background: Toothpaste helps in maintaining the health of oral cavity. Propolis is one of the herbal ingredients which is often used to cure dental and oral health problems. Propolis has anti-bacterial, antifungal, anti-viral, anti-protozoa, anti-inflammatory and anti-oxidant properties. Caries is a result of the condition of the oral cavity that is too acidic. Candida albicans can ferment glucose and maltose which will produce acid and gas. Therefore Candida albicans is acidogenic and can make biofilms in the oral cavity.
Objective: Determined the effect of propolis extract toothpaste on biofilm formation of Candida albicans ATCC 10231.
Method: The exposure of propolis extract toothpaste on biofilm of Candida albicans ATCC 10231 incubated for 3 hours and 18 hours, the treatment with toothpaste without propolis and also the control group was used as a comparison. Crystal violet staining method is used to see the value of light absorbance or optical density so that the biomass of Candida albicans ATCC 10231 is known.
Result: The absorbance value of Candida albicans ATCC 10231 as a result of exposure to propolis extract toothpaste, toothpaste without propolis, and the control group at 3 hours of exposure time respectively is 0,345; 0.337; 0.634. At an exposure time of 18 hours which is equal to 0.302; 0.243; 0.392. The percentage of biomass obtained at 3 hours exposure from propolis toothpaste, toothpaste without propolis, and control groups was 46% and 47% respectively. At 18 hours time exposure was 23% and 38%.
Conclusion: Propolis extract toothpaste was able to reduce the biomass of Candida albicans ATCC 10231 along with the length of time of incubation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatul Firdaus Ramadhan
"Latar belakang: Permen hisap propolis madu (buatan Universitas Indonesia) diduga dapat mempengaruhi pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231.
Tujuan: Menganalisis Efek permen propolis madu terhadap viabilitas biofilm Candida albicans ATCC 10231.
Metode: Candida albicans ATCC 10231 dikultur pada 96-wellplate yang sebelumnya diberikan coating saliva dan coating serum pada masing-masing wellplate. Kemudian pada kelompok perlakuan diberikan larutan permen propolis madu, permen X dan permen madu dengan konsentrasi larutan permen 50%. Wellplate diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam lalu diuji dengan MTT Assay.
Hasil: Pada coating saliva maupun coating serum, kelompok permen X menunjukkan peningkatan pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231 terhadap kelompok kontrol (P,0.05). Tidak ada perbedaan bermakna pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231 antara kelompok permen propolis madu dan permen madu terhadap kelompok kontrol baik pada coating saliva maupun coating serum.
Kesimpulan: Permen hisap propolis madu (buatan Universitas Indonesia) memiliki kecenderungan menurunkan pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Priska Melinda
"Latar belakang: Propolis memiliki efek antifungal. Universitas Indonesia sedang mengembangkan permen mengandung propolis yang diduga dapat menghambat pertumbuhan C.albicans.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak propolis dan permen propolis terhadap pertumbuhan C.albicans.
Metode: Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak propolis diuji menggunakan metode spektrofotometri serta jumlah koloni C.albicans pasca pemaparan ekstrak dan permen propolis dihitung secara langsung.
Hasil: Nilai KHM dicapai pada konsentrasi 10%, nilai KBM dicapai pada konsentrasi 15%; serta terdapat penurunan jumlah koloni jamur pasca pemaparan ekstrak dan permen propolis.
Kesimpulan: Ekstrak dan permen propolis terbukti efektif menghambat pertumbuhan C.albicans.

Background: Propolis has antifungal effect. Universitas Indonesia has been developing propolis candy which can inhibit C.albicans growth.
Objective: This research was aimed to analyze effect of propolis extract and candies to C.albicans growth.
Methods: After C.albicans were exposed to propolis extract and candies, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) were determined by spectrophotometry and post-exposure colonies of C.albicans were counted.
Result: MIC of propolis extract against C.albicans were determined at 10% and MBC at 15%, also the amount of C.albicans colonies were decreased after propolis extract and candies exposure.
Conclusion : Propolis extract and candies were effective to inhibit C.albicans growth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andin Rahmania Putri
"Latar Belakang: Penggabungan antara bahan aktif alami propolis sebagai agen antibakteri dan pasta gigi sebagai agen pembersih plak gigi merupakan suatu inovasi dalam upaya pengendalian kebersihan dan kesehatan gigi. Namun efek pasta gigi yang mengandung ekstrak propolis terhadap pembentukan bakteri Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri pionir dan berperan penting dalam kolonisasi bakteri pada proses pembentukan biofilm oral atau plak gigi masih belum diketahui.
Tujuan: Menganalisis efek pasta gigi dengan kandungan ekstrak propolis 5% terhadap biomassa Streptococcus sanguinis pada model biofilm, dibandingkan dengan pasta gigi tanpa ekstrak propolis.
Metode: Streptococcus sanguinis dalam media BHI dengan konsentrasi 1x108 dipaparkan pasta gigi yang mengandung ekstrak propolis 5% kemudian diinkubasi selama 3 dan 18 jam. Biomassa yang terbentuk diberi pewarnaan kristal violet dan dianalisis menggunakan metode spektrofotometri serta penghitungan koloni bakteri secara manual. Gambaran biomassa yang terbentuk diamati di bawah mikroskop cahaya dan diinterpretasi dengan perangkat lunak OpenCFU.
Hasil: Pasta gigi dengan kandungan ekstrak propolis 5% dapat menurunkan persentase biomassa bakteri dan dapat menekan penambahan jumlah koloni Streptococcus sanguinis dibandingkan dengan pasta gigi tanpa ekstrak propolis dan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Pasta gigi dengan kandungan ekstrak propolis dapat menghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis ATCC 10566 secara in vitro.

Background: The combination of the natural active ingredients of propolis as an antibacterial agent and toothpaste as a dental plaque cleaning agent is an innovation to control dental hygiene and dental health. However, the effects of toothpaste containing propolis extract on the formation of Streptococcus sanguinis as pioneer bacteria which plays an important role in bacterial colonization in the process of oral biofilm formation or dental plaque is still remain unknown.
Aim: To analyze the effect of toothpaste containing 5% propolis extract on Streptococcus sanguinis biomass on biofilm models, compared to toothpaste without propolis extract.
Methods: Streptococcus sanguinis in BHI suspension media with 1x108 concentration was exposed to toothpaste containing 5% propolis extract and then incubated for 3 and 18 hours. The formed biomass was given crystal violet staining and analyzed using spectrophotometric methods and manual counting of bacterial colonies. Biomass visualization is carried out under a light microscope and interpreted with the OpenCFU software.
Results: Toothpaste containing 5% of propolis extract can reduce the percentage of bacterial biomass and also can reduce the addition of Streptococcus sanguinis colonies compared to toothpaste without propolis extract and control group.
Conclusion: Toothpaste containing propolis extract can inhibit the formation of Streptococcus sanguinis ATCC 10566 biofilm in vitro.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiandra Putri Haditya
"Latar Belakang: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman berkhasiat obat asli Indonesia yang telah dilaporkan mampu menginhibisi dan mengeradikasi setiap fase biofilm Candida albicans. Faktor virulensi dari Candida albicans adalah pembentukan biofilm dan sekresi enzim proteinase. Tujuan: Mengetahui efek inhibisi dan eradikasi ekstrak etanol temulawak terhadap setiap fase biofilm Candida albicans berdasarkan aktivitas enzim proteinase. Metode: Membuat biofilm yang akan diinhibisi dengan menginkubasi Candida albicans selama 90 menit kemudian dipaparkan ekstrak etanol temulawak dan diinkubasi sesuai dengan fase pembentukan biofilm (6 jam, 24 jam, dan 48 jam). Membuat biofilm yang akan dieradikasi dengan menginkubasi Candida albicans sesuai dengan fase pembentukan biofilm (6 jam, 24 jam, dan 48 jam) kemudian dipaparkan ekstrak etanol temulawak selama 24 jam. Setelah dipaparkan oleh ekstrak etanol temulawak Candida albicans dipindahkan pada media uji aktivitas enzim proteinase berupa BSAA. Menganalisis aktivitas enzim proteinase dengan cara mengukur zona proteolysis
yang terbentuk disekitar koloni. Hasil: Pada setiap fase biofilm Candida albicans yang terinhibisi maupun tereradikasi oleh EET memiliki nilai Prz yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol negatif dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik. Kesimpulan: Adanya penurunan aktivitas enzim pada setiap fase biofilm yang terinhibisi maupun tereradikasi oleh EET dan teruji secara statistik.

Background: Java Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb) is an medicinal plant from Indonesia that has been reported having inhibition and eradication effect to every phase biofilm formation of Candida albicans. Virulence factor of Candida albicans are biofilm formation and proteinase enzyme secretion. Objective: Knowing inhibition and eradication effect by Java Tumeric Ethanol Extract to every phase biofilm formation of Candida
albicans based on proteinase enzyme activity. Method: Biofilm that will be inhibited, incubating Candida albicans for 90 minutes then expose with Java Tumeric Ethanol Extract and further incubation to reach phase of biofilm formation (6 hours, 24 hours, and 48 hours). Biofilm that will be eradicated, incubation Candida albicans according to phase of biofilm
formation (6 hours, 24 hours, and 48 hours) then exposed with Java Tumeric Ethanol Extract and further incubation for 24 hours. After that, biofilm of Candida albicans moved to BSAA medium for proteinase enzyme activity assay. Analysing proteinase enzyme activity by measuring proteolysis zone seen around the colony of Candida albicans. Result: Every phase biofilm of Candida albicans that had been inhibited and eradicated by Java Tumeric Ethanol Extract has higher Prz score than negative control and statistically meaningful. Conclusion: There are reduction of proteinase enzyme activity on every phase biofilm of Candida albicans that had been inhibited and eradicated by Java Tumeric Ethanol Extract and statistically tested.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Febrina
"Manifestasi kandidiasis oral berhubungan dengan pembentukan biofilm pada permukaan mukosa. Candida albicans merupakan jamur penyebab utama kandidiasis oral. Propolis dilaporkan berpengaruh terhadap pembentukan biofilm C.albicans. Tujuan: Menilai efektifitas permen dengan kandungan propolis terhadap pembentukan biofilm C.albicans dibandingkan dengan permen madu. Metode: C. albicans dipaparkan dengan larutan permen X, permen propolis madu, dan permen madu 50% pada 96-well plate yang sudah dicoating saliva dan serum. Untuk menganalisis pembentukan biofilm C. albicans dilakukan uji dengan MTT assay. Data dianalisis dengan uji one-way ANOVA. Hasil: Terdapat peningkatan yang signifikan pada perlakuan dengan permen X baik dengan coating saliva (p=0.000) maupun serum (p=0.000). Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada pembentukan biofilm C. albicans yang ditambahkan permen propolis madu dengan coating saliva (p=0.187) maupun serum (p=0.386) serta permen madu dengan coating saliva (p=0.062) maupun serum (p=0.396). Simpulan: Pemberian larutan permen X bermakna dalam meningkatkan pembentukan biofilm C.albicans. Pemberian larutan permen propolis madu dan permen madu tidak mempengaruhi pembentukan biofilm C.albicans.

Manifestations of oral candidiasis related with biofilm formation on mucosal sufaces. Candida albicans is the main microbial culprit in oral candidiasis. Propolis is reported to have an effect on biofilm formation of C.albicans. Objective: To evaluate effect of candy that contains propolis on in-vitro biofilm formation of C.albicans compared with honey candy. Methods: C. albicans was exposed with 50% X candy solutions, propolis honey candy solutions, and honey in 96-well plate that had been coated with saliva and serum. To analyze formation of C. albicans biofilm MTT assay was used. Data was analyzed with one-way ANOVA. Result: There were significant increases on biofilm formation of C.albicans with X candy treatment either coated with saliva (p=0.000) or serum (p=0.000). There were no significant differences of C. albicans biofilm formation with addition of propolis honey candy either coated with saliva (p=0.187) or serum (p=0.386) and honey candy either coated with saliva (p=0.062) or serum (p=0.396). Conclusion: Treatment with propolis honey candy and honey candy solutions has no significant effect for biofilm formation of C.albicans. Effect of treatment with X candy solution was significant in increasing C.albicans biofilm formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofwan Ardiansyah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang diketahui memiliki efek antijamur. Infeksi jamur yang paling umum terjadi di rongga mulut yaitu kandidiasis oral sering disebabkan oleh jamur Candida albicans. Salah satu faktor virulensi C. albicans yaitu kemampuannya untuk membentuk biofilm. Pada biofilm C. albicans fase menengah terjadi perubahan bentuk dari ragi menjadi hifa muda dengan matriks ekstraseluler yang dapat meningkatkan resistensi agen antijamur. Tujuan: Menganalisis efek ekstrak etanol temulawak dalam menghambat pertumbuhan fase menengah biofilm C. albicans. Metode: Pemaparan ekstrak etanol temulawak pada biofilm C. albicans strain klinis dan ATCC 10231 usia 1.5 jam selama 24 jam untuk mencapai biofilm fase menengah. MTT assay digunakan untuk menguji viabilitas biofilm C. albicans. Hasil: Ekstrak etanol temulawak memiliki nilai Konsentrasi Hambat Biofilm Minimal KHBM50 untuk biofilm C. albicans strain klinis dan ATCC 10231 pada fase menengah berturut-turut sebesar 30 dan 35 . Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak berpotensi dalam menghambat pertumbuhan fase menengah biofilm C. albicans.

ABSTRACT
Background Javanese turmeric Curcuma xanthorrhiza Roxb. is an Indonesian rsquo s native medicinal plant which is known to have antifungal effect. The most common fungal infection occurs in the oral cavity is oral candidiasis caused by Candida albicans. One of the virulence factors of C. albicans is the ability to form biofilm. In intermediate phase of biofilm, C. albicans may change forms from yeast into hyphae with extracellular matrix which can inhibit the penetration of antifungal agent. Objective To invesitigate the inhibitory effect of Javanese turmeric ethanol extract againts C. albicans biofilm in intermediate phase. Method Javanese Turmeric ethanol extract was exposed to 1.5 hours aged of C. albicans clinical strain and C. albicans ATCC 10231 biofilm for 24 hours to achieve intermediate phase. MTT assay was used to asses the viability of C. albicans biofilm. Result The Minimum Biofilm Inhibitory Concentrations MBIC50 of Javanese turmeric ethanol extract for C. albicans clinical strain and ATCC 10231 in intermediate phase were 30 and 35 , respectively. Conclusion Javanese turmeric ethanol extract had potential to inhibit the the growth of Candida albicans biofilm in intermediate phase."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Siti Samiyah
"Latar Belakang: Candida albicans merupakan flora komensal yang dapat berubah menjadi virulen pada keadaan tertentu yang dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan virulensi. Salah satu faktor virulensi C. albicans  adalah kemampuan membentuk biofilm dengan gambaran morfologi yang berubah pada setiap fasenya. Pembentukan biofilm dapat meningkatkan resistensi terhadap agen antijamur. Temulawak merupakan tanaman obat unggulan Indonesia yang diketahui memiliki khasiat antijamur. Tujuan: Mengetahui perkembangan berbagai fase biofilm C. albicans ATCC 10231 setelah paparan ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Metode: Uji MTT-assay digunakan untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak etanol temulawak dalam menghambat pembentukan biofilm C. albicans (KHBM50). Gambaran mikroskopis perkembangan biofilm C. albicans diobservasi dengan menggunakan  Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil: Nilai Konsentrasi Inhibisi Biofim Minimal (KHBM50) ekstrak etanol temulawak terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231 pada fase awal (adhesi dan proliferasi), fase menengah, dan fase maturasi berturut turut adalah 25%, 35%, dan 40%. Kemampuan ekstrak etanol temulawak dalam menghambat perkembangan biofilm C. albicans  menurun seiring dengan peningkatan fase biofilm.  Pada fase adhesi, morfologi C. albicans ATCC 10231 yang dipaparkan ekstrak etanol temulawak dan nystatin masih berbentuk blastospora, berbeda dengan kontrol negatif yang sudah menunjukkan germinasi. Pada fase proliferasi, menengah, dan maturasi C. albicans ATCC 10231 yang dipaparkan temulawak maupun nystatin menunjukkan adanya pertumbuhan hifa yang lebih pendek namun dengan jumlah dan densitas yang jauh lebih sedikit jika dibanding dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak mempengaruhi viabilitas C. albicans ATCC 10231 dan menghambat perkembangan biofilm C. albicans ATCC 10231 dengan cara menghambat pertumbuhan hypha serta menurunkan densitas biofilm. Semakin meningkat fase perkembangan biofilm, dibutuhkan konsentrasi ekstrak etanol temulawak yang lebih tinggi.

Background: Candida albicans is a commensal flora that can turn into virulent in certain circumstances that are influenced by predisposing and virulence factors. One of the virulence factors of C. albicans is the ability to form biofilm with morphologic changes in every phase. Biofilm formation can increase resistance towards antifungal agents. Javanese turmeric is an Indonesian medical plant that is reported to have antifungal effect which can inhibit the development of C. albicans biofilm. Objective: To observe the development of Candida albicans ATCC 10231 biofilm formation after exposed to Javanese turmeric ethanol extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Method: MTT-assay was used to measure the minimum inhibitory concentration of Javanese turmeric ethanol extract in inhibiting C. albicans ATCC 10231 biofilm formation (MBIC50). The morphological changes of the various stages of C. albicans biofilm were observed using Scanning Electron Microscope (SEM). Results: The Minimum Biofilm Inhibitory Concentration (MBIC50) of Javanese turmeric ethanol extract towards formation of C. albicans biofilm ATCC 10231 in the early phase (adhesion and proliferation), intermediate phase, and maturation phase as follows; were 25%,  35%, and 40% respectively. In the adhesion phase, the morphology of C. albicans ATCC 10231 exposed javanese turmeric ethanol extract and nystatin is still in the form of blastospores, unlike negative controls that have shown germination. In the proliferation, intermediate, and maturation phase C. albicans ATCC 10231 exposed to Javanese turmeric ethanol extract and nystatin showed the growth of shorther hyphae and slightly lesser amounts and densities compared negative controls. The ability of javanese turmeric ethanol extract in inhibiting the development of C. albicans biofilm decreased along with the increased of biofilm phase. Conclusion:  Javanese turmeric ethanol extract affected the viability of C. albicans cells and inhibit the development of C. albicans biofilm by inhibiting the hyphal formation and decreasing the biofilm density.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemmy
"Latar Belakang: Pasta gigi merupakan bahan semi-aqueous yang digunakan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Pada umumnya, zat aktif yang dikandung dalam pasta gigi terbuat dari bahan sintetik. Namun, bahan tersebut dapat menimbulkan efek samping sehingga dibutuhkan bahan dengan efek samping yang lebih sedikit. Propolis merupakan suatu substansi resin yang memiliki sifat antibakterial dan aman terhadap tubuh sehingga dapat digunakan sebagai pengganti bahan sintetik yang dapat meminimalkan efek samping yang terjadi.
Tujuan Penelitian: Menganalisis pengaruh paparan pasta gigi ekstrak propolis dan pasta gigi non-propolis terhadap pertumbuhan biofilm S. mutans ATCC 25175.
Metode Penelitian: Pembentukan biofilm dilakukan dengan kultur S. mutans ATCC 25175 ke dalam well yang telah berisi pelikel. Pasta gigi ekstrak propolis dan non-propolis dimasukkan ke dalam well, serta diinkubasi selama 3 jam dan 18 jam. Uji kristal violet dan uji OpenCFU dilakukan untuk mengevaluasi total biomassa.
Hasil Penelitian: Pada inkubasi 3 jam, tidak terlihat adanya penurunan biomassa baik pada pasta gigi ekstrak propolis maupun non-propolis. Namun, penurunan biomassa terlihat pada kedua jenis pasta gigi setelah inkubasi 18 jam.
Kesimpulan: Paparan pasta gigi ekstrak propolis dalam durasi yang lama mampu menurunkan biomassa S. mutans ATCC 25175 dan menghambat pembentukan biofilm.

Background: Toothpaste was a semi-aqueous material that is used to maintain dental and oral hygiene. Commonly, the active ingredients contained in toothpastes were made from synthetic ingredients. However, these ingredients may causes several adverse effect, therefore a biocompatible ingredient is required to minimize the adverse effect. Propolis is a resin substance that has antibacterial properties and non-toxic to the body. Thus, propolis can be used as an active substance in toothpaste to minimize the adverse effects caused by synthetic toothpaste.
Aim: To analyze the effect of propolis extract and nonpropolis toothpaste exposure toward S. mutans biofilm ATCC 25175 growth.
Method: S. mutans ATCC 25175 culture was added to the well that already contained pellicle to make biofilm. Both toothpaste was added into the well and incubated for 3 h and 18 h. Crystal violet and OpenCFU method was used to measure total biomass of S. mutans ATCC 25175 biofilm.
Result: After 3 hours incubation, there was no reduction in biomass in both toothpaste. However, biomass reduction was seen in both toothpaste after incubation of 18 hours.
Conclusion: Long duration of exposure to propolis extract toothpaste may reduce biomass of S. mutans ATCC 25175 and inhibit biofilm formation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulvi Alviani
"Latar Belakang: Kandidiasis Oral adalah infeksi pada rongga mulut yang terutama disebabkan oleh jamur C. albicans. C. albicans dalam bentuk biofilm bersifat virulen. Pembentukan biofilm C. albicans diawali dengan proses adhesi sel diikuti dengan proliferasi dan pembentukan biofilm. Temulawak Curcuma Xanthorrhiza Roxb. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang mengandung zat aktif xanthorrhizol yang memiliki efek antijamur.
Tujuan: Menganalisis efek hambat ekstrak etanol temulawak terhadap biofilm C. albicans pada fase awal.
Metode: Paparan ekstrak etanol temulawak diberikan pada kultur C. albicans isolate klinis dan ATCC 10231 usia 1.5 jam selama 6 jam untuk mencapai fase awal. Viabilitas C. albicans diuji dengan MTT assay.
Hasil: KHM Ekstrak etanol temulawak terhadap C. albicans isolat klinis dan ATCC 10231 secara berturut-turut adalah 15 dan 20 . KHBM50 ekstrak etanol temulawak terhadap biofilm C. albicans isolat klinis dan ATCC 10231 pada fase awal secara berturut-turut adalah 20 dan 25.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanol Temulawak dapat menghambat biofilm C. albicans pada fase awal.

Background: Oral Candidiasis is an oral cavity infection caused by C. albicans. C. albicans in the form of biofilm is virulent. C. albicans biofilm formation initially starts with the fungal cell adhesion followed by the proliferation and the formation of biofilm. Javanese Turmeric Curcuma Xanthorrhiza Roxb. is an Indonesian medicinal plant that contains xanthorrhizol as the active substance which has antifungal effects.
Objective: To investigate the inhibitory effect of Javanese turmeric ethanol extract on C. albicans biofilm in the initial phase.
Methods: exposing Javanese Turmeric ethanol extract was given to C. albicans culture aged 1.5 hours for 6 hours to achieve initial phase of biofilm. The viability of C. albicans was assesed by MTT assay.
Result: The MIC Minimum Inhibitory Concentration of Javanese turmeric ethanol extract against C. albicans clinical isolated and ATCC 10231 were 15 and 30 , respectively. The concentration of temulawak ethanol extract which had MBIC50 value on C. albicans clinical isolated and ATCC 10231 in the adhesion phase were 20 and 25, respectively.
Conclusion: The results showed Javanese turmeric ethanol extract could inhibit C. albicans biofilm in initial phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>