Ditemukan 167353 dokumen yang sesuai dengan query
Rangkuti, Choirun Nisaa
"Kami melakukan perhitungan konduktivitas optis pada layered (perovskite) Pr0.5Ca1.5MnO4 untuk mengidentifikasi fenomena charge-ordering. Pemodelan melibatkan orbital Mn dan O yang berada pada bidang MnO2 dari layered Pr0.5Ca1.5MnO4. Interaksi yang diperhitungkan dalam pemodelan yaitu interaksi Coulomb inter-orbital dan intra-orbital, distorsi Jahn-Teller dan exchange interaction dengan menerapkan beberapa asumsi. Perhitungan dilakukan menggunakan Dynamical Mean Field Theory untuk mencapai self-consistency. Hasil perhitungan menunjukkan profile yang mendekati hasil eksperimen dengan puncak charge-ordering berada di bawah 1 eV dan puncak charge-transfer pada 3-3.7 eV. Di bawah temperatur TCO/OO (~325 K), puncak charge-ordering mengalami blue shift seiring dengan penurunan temperatur.
We calculate the optical conductivity of layered (perovskite) Pr0.5Ca1.5MnO4 to capture charge-ordering phenomena. The calculations are based on a model which considers Mn and O orbitals within the MnO2 plane of layered Pr0.5Ca1.5MnO4. Interaction terms included in the model with some assumptions are the inter-orbital and intra-orbital Coulomb repulsions, the static Jahn-Teller distortion and the exchange interaction. We calculate within Dynamical Mean Field Theory to achieve self-consistency. The result shows a profile similar to recent experimental data, where the charge-ordering peak appears below 1 eV and charge-transfer peak at 3-3.7 eV. For temperature lower than TCO/OO (~325 K), the charge-ordering peak undergoes a blue shift as the temperature is decreased.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52594
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rangkuti, Choirun Nisaa
"Kami melakukan perhitungan konduktivitas optis pada layered (perovskite) Pr0.5Ca1.5MnO4untuk mengidentifikasi fenomena charge-ordering. Pemodelan melibatkan orbital Mn dan O yang berada pada bidang MnO2 dari layered Pr0.5Ca1.5MnO4. Interaksi yang diperhitungkan dalam pemodelan yaitu interaksi Coulomb inter-orbital dan intra-orbital, distorsi Jahn-Teller dan exchange interaction dengan menerapkan beberapa asumsi. Perhitungan dilakukan menggunakan Dynamical Mean Field Theory untuk mencapai self-consistency. Hasil perhitungan menunjukkan profile yang mendekati hasil eksperimen dengan puncak charge-ordering berada di bawah 1 eV dan puncak charge-transfer pada 3-3.7 eV. Di bawah temperatur TCO=OO ( 325 K), puncak charge-ordering mengalami blue shift seiring dengan penurunan temperatur.
We calculate the optical conductivity of layered (perovskite) Pr0.5Ca1.5MnO4 to capture charge-ordering phenomena. The calculations are based on a model which considers Mn and O orbitals within the MnO2 plane of layered Pr0.5Ca1.5MnO4. Interaction terms included in the model with some assumptions are the inter-orbital and intra-orbital Coulomb repulsions, the static Jahn-Teller distortion and the exchange interaction. We calculate within Dynamical Mean Field Theory to achieve self-consistency. The result shows a profile similar to recent experimental data, where the charge-ordering peak appears below 1 eV and charge-transfer peak at 3-3.7 eV. For temperaturelower than TCO=OO ( 325 K), the charge-ordering peak undergoes a blue shift as the temperature is decreased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57092
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kier, Lemont B.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997
541.28 KIE t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Orlando: Academic Press, 1982
621.367 APP
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Streitwieser, Andrew
New York: John Wiley & Sons, 1961
547.122 STR m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Elly Nurlaily
"Limbah tahu (whey) yang difermentasi dengan bakteri Acetobacter xylinum menghasilkan membran selulosa Nata de Soya. Pendopingan membran selulosa Nata de Soya dengan beberapa variasi konsentrasi Kalium terbukti meningkatkan nilai konduktivitas listrik dari membran selulosa Nata de Soya. Hasil Uji XRD menunjukkan terjadinya perubahan jarak antar bidang kisi yang mengidentifikasi adanya penumbuhan kristal baru pada selulosa Nata de Soya yang telah didoping Kalium. Uji konduktivitas listrik dengan menggunakan listrik arus searah diperoleh karakteristik I-V yang menjelaskan selulosa Nata de Soya setelah didoping Kalium merupakan semikonduktor tipe-n. Penambahan konsentrasi Kalium paling baik terjadi pada 1,5% w/w, yang memperlihatkan kestabilan nilai konduktivitas listrik pada range 0.7 sampai 1.8 volt tegangan dc sebesar 4,7x10 -3 (Ohm.meter)-1 . Penggunaan listrik arus bolak-balik pada selulosa Nata de Soya setelah didoping Kalium menunjukkan hambatan listrik tidak begitu terpengaruh oleh frekuensi.
Waste tofu (whey) is fermented with the Acetobacter Xylinum bacteria produces a Nata de Soya cellulose membrane. The doping of the cellulose membrane with various concentration of potassium proves that potassium could increase the electrical conductivity of the Nata de Soya cellulose membrane. XRD results showed a change in distance between lattice which means new crystal after potassium doping. Electrical conductivity test using direct current (DC) shows characteristics of I-V that explains a post potassium doped Nata de Soya resulted in a n-type semiconductor. The addition of potassium concentration was best happened to 1.5% w/w, that showed the stability the value of electrical conductivity in range 0.7 -1.8 Volt of 4,7x10-3 (Ohm.meter)-1. The use of alternating current (AC) on the Nata de Soya cellulose after potassium doping shows that electrical resistance is not dependent of frequency."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S29399
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sion Hadad Halim
"
ABSTRACTThe complex and fascinating properties of a material often arises due to interactions among electrons as well as between electrons and other constituents of the material. A common model to describe the strongly correlated electronic system with strong on site Coulomb interaction is Hubbard model. It is usually aimed to theoretically address physical properties resulting from the strong correlations in the system. As Hubbard model generally cannot be solved exactly, one very powerful approximation method having been widely used over the last few decades is Dynamical Mean Field Theory DMFT . The theory maps the original lattice problem into an effective single impurity problem embedded in a self consistent bath. Apart from the many variants of the implementation of the method, it relies on using an impurity solver as part of its algorithm. In this work, rather than solving a Hubbard model, we aim to explore the impurity solver itself for solving a problem of metallic host doped with correlated elements which is described with Anderson Impurity Model AIM . In particular, we use the stochastic distributional exact diagonalization method. Here we try to understand more about how the metal insulator transition MIT in the system occurs, and how the MIT phenomenon reflects in its optical conductivity for various physical parameters.
ABSTRAKProperti dari sebuah material yang begitu kompleks sering muncul karena interaksi antar elektron atau juga antara elektron dengan komponen pengganti lain dari material. Suatu model umum untuk menjelaskan sistem elektronik terkorelasi kuat dengan interaksi Coulomb dalam situs elektron yang kuat adalah model Hubbard. Model ini biasanya ditujukan untuk secara teori menunjukkan properti fisis yang dihasilkan dari korelasi kuat di dalam sistem. Karena model Hubbard secara umum tak dapat diselesaikan secara eksak, ada satu metode pendekatan yang sangat baik yang dipakai beberapa dekade belakangan yaitu Dynamical Mean-Field Theory DMFT . Teori ini memetakan problem kisi asli menjadi problem impuritas tunggal efektif yang tertanam dalam suatu bath yang konsisten pada dirinya sendiri. Terlepas dari adanya berbagai varian dari implementasinya, metode ini bergantung pada penggunaan impurity solver sebagai bagian dari algoritmanya. Pada penelitian ini kami tidak bertujuan menyelesaikan model Hubbard. Yang kami ingin capai dalam penelitian ini adalah mengeksplorasi impurity solver itu sendiri untuk menyelesaikan problem dari suatu host metallic yang di-doped dengan elemen-elemen terkorelasi yang dideskripsikan dengan Anderson Impurity Model AIM . Secara khusus, kami menggunakan metode stochastic distributional exact diagonallization. Di sini kami mencoba untuk memahami lebih lanjut bagaimana metal-insulator transition MIT terjadi di dalam sistem, dan bagaimana fenomena MIT tercermin dalam konduktivitas optisnya untuk berbagai macam parameter fisis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35808
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Manurung, August E.
"
ABSTRAK
Salah satu faktor pertimbangan dalam pemilihan material untuk keperluan teknik dan rekayasa adalah harga konduktivitas kalor. Konduktivitas kalor merupakan sifat iisik dari suatu zat yang menunjukkan kemampuan suatu zat untuk menghantarkan kalor.
Besarnya harga konduktivitas kalor sangat dipengaruhi oleh faktor internal (seperti : berat molekul dan komposisi), maupun faktor external yang meliputi proses pembuatan material (seperti heat treatment) dan kondisi pemakaian (seperti tekanan dan temperatur).
Dalam tugas ini dilakukan studi pustaka untuk mengetahui karakteristik konduktivitas kalor pada zat padat, cair dan gas. Pembahasan meliputi persamaan-persamaan untuk menentukan harga konduktivitas kalor, disamping itu juga mengulas beberapa penelitian dan dilengkapi dengan perangkat lunak database konduktivitas kalor. Untuk memperbandingkan beberapa persamaan konduktivitas kalor, dibuat contoh perhitungan dalam bentuk studi kasus.
"
1997
S36753
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tedjo Darmanto
"One way to model fractal object is by IFS (Iterated Function Systems) model based on affine trans-formation functions. Rotational effect of star-like object in IFS fractal model can be exhibited by means of metamorphical animation method instead of by the affine rotational operation of non meta-morphical animation method. The metamorphical version has an advantage over the non metamor-phical version in the independency of object?s relative position to the fixed point as an absolute cen-troid. Therefore, the rotational effect can be exhibited at any positions. In addition, it can be combined with rotational effect of the local centroid itself around the absolute centroid as a fixed point by the primitive rotational operation to form an interesting behaviour of orbital trajectory. So based on the hybrid of both animation methods, the animation simulation of orbital trajectory on a twin stars rota-ting to each other as a system can be done. Both objects are rotated in the same angular direction, but started in the opposite position around two closely different fixed points. So, the orbital trajectory yielded forms an elliptical path. The two similar objects can be created efficiently by cloning-scaling technique. In general, the animation method can be modeled as an animation framework.
Salah satu cara memodelkan objek fraktal adalah dengan model IFS (Iterated Function Systems) berdasarkan transformasi affine. Efek rotasi objek yang menyerupai bintang dari fraktal IFS dapat dijalankan melalui metoda animasi metamorfik sebagai pengganti operasi rotasi affine pada metoda animasi non metamorfik. Kelebihan metoda animasi yang metamorfik dibandingkan metoda animasi yang non metamorfik adalah dalam hal ketidakbergantungan posisi objek terhadap titik tetap sebagai titik pusat (centroid) absolut, sehingga efek rotasi dapat terjadi di manapun objek berada dan selain itu memungkinkan dikombinasikan dengan efek rotasi di seputar centroid lokal dengan efek rotasi operasi rotasi affine objek tersebut terhadap centroid absolut, sehingga menghasilkan hasil animasi berbentuk jejak orbit objek yang menarik untuk diobservasi. Jadi berdasarkan hibrida kedua metoda animasi, maka memungkinkan simulasi animasi yang menghasilkan jejak orbit sistem bintang ganda dapat dilakukan. Kedua objek bintang berotasi dengan arah rotasi yang sama tetapi berada pada posisi berlawanan seputar dua titik tetap berbeda, maka jejak orbit kedua objek tersebut berbentuk lonjong. Kedua objek dapat dikonstruksi secara efisien dengan teknik cloning-scaling. Secara umum hibrida metoda animasi dapat dimodelkan sebagai framework animasi."
Bandung: STMIK AMIK-Bandung, Department of Informatics, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library