Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulyawan Haditomo
"ABSTRACT
Rig mast structures in Indonesia are faced with a problem of aging. The current solution of detailed maintenance, inspection and load capacity rating assessment has been employed to ensure the safety of use and structural feasibility, however, taking into consideration of the service life of the equipment, a new method of assessment is needed to answer lingering time-driven questions such as how long the structure will last. The new solution to this problem is Remaining Life Assessment (RLA) based on fatigue and corrosion using SN-approach and API 510. The result of the remaining life assessment both by fatigue and corrosion analysis has proved that the structure is more than capable to be used for future operations under the current operational load condition. Two fatigue life prediction was given in this research denoted as normal and extreme prediction. The remaining life was estimated to be approximately 1265 years and 74 years respectively according to the current operational loading condition. Remaining life based on corrosion provides a shorter prediction with 23 years of remaining life and corrosion rate of 0,0119 mm/year. However, it was found during this research that due to various reasons, API 510 approach is not very suitable to be used to conduct remaining life assessment for onshore rig mast. Using trailing analysis for corrosion, it was found that the remaining life of the structure is 88 years. Furthermore, this research also proved that it is possible to conduct remaining life assessment using data obtained through inspection and other supporting documents owned by rig owner.

ABSTRACT
Dewasa ini, banyak struktur menara rig di Indonesia yang sedang mengalami penuaan. Metode-metode yang ada untuk saat ini seperti maintenance inspection, dan hanya dapat menjamin kelayakan struktur tanpa memberikan kepastian secara waktu. Oleh karena itu skripsi ini fokus terhadap menjawab pertanyaan tersebut dengan cara mengkaji sisa umur dari struktur menara rig (Remaining Life Assessment). Menurut hasil dari kajian sisa umur pakai berdasarkan kelelahan dan korosi, dapat disimpulkan bahwa struktur masih aman untuk dioperasikan di masa depan dengan kondisi pembebanan seperti saat ini. Dua prediksi kelelahan diberikan dalam skripsi ini yang dilambangkan sebagai prediksi normal dan ekstrem. Sisa umur dari struktur diperkirakan sekitar 1265 tahun dan 74 tahun berdasarkan prediksi normal dan ekstrem. Umur sisa berdasarkan korosi menghasilkan prediksi lebih singkat dengan hasil 23 tahun dan laju korosi 0,0119 mm/tahun. Namun, pendekatan menggunakan API 510 diputuskan tidak terlalu sesuai untuk digunakan sebagai metode memprediksi sisa umur terhadap menara rig dikarenakan berbagai alasan yang telah diutarakan. Metode trailing analysis juga turut digunakan untuk memprediksi umur struktur dimana hasil sisa umur adalah 88 tahun. Lebih dari itu, skripsi ini berhasil membuktikan bahwa pengkajian sisa umur menara rig dapat dilakukan menggunakan data hasil inspeksi dan dokumen menara rig lainnya."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefry Marihut Tandy
"Modifikasi dan konstruksi proyek EPC migas onshore brownfield melibatkan banyak komponen mulai dari engineering, material, sampai kepada metode konstruksi yang kritikal yang meningkatkan unsur risiko. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang terjadi dan pengaruh dominan terhadap kinerja waktu dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Studi ini juga memberikan peta alur risiko untuk variabel risiko dominan yang digunakan untuk menganalisis lebih jauh akar permasalahan dan dampaknya.
Hasil dari analisis ini menuntun kepada tindakan evaluasi terhadap kriteria kualifikasi tender EPC pada proyek migas yang memerlukan perbaikan pada kriteria manajemen proyek, project execution plan, kualifikasi personel dan pengalaman kontraktor dalam eksekusi proyek onshore.

Modification and constructing EPC oil & gas onshore brownfield comprises many components such as: engineering, materials, and critical construction methods which are certainly increasing risks during project execution. These study aims to investigate risks occur and dominant effect to project time performance using Structural Equation Modelling (SEM).
This paper shall provide risk path mapping for dominan risks which shall be used to identify root cause and the consequences.
The result of this analysis leads to improvement at criterion of EPC project tender qualification especially at project management, project execution plan, personnel qualification and contractor experiences for onshore project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T52657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarto
"

Dalam sepuluh tahun terakhir, penelitian di Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan dalam bidang metodologi penilaian umur pakai untuk memprediksi waktu kerusakan komponen penting. Tujuan utama asesmen ini adalah untuk meningkatkan keselamatan, mengurangi risiko cedera, mengatasi kesulitan sosial, dan mengurangi kerugian ekonomi yang terkait dengan kegagalan komponen dalam industri pembangkit listrik. Selain teknik kalkulasi, evaluasi tak rusak juga merupakan fokus utama penelitian. Metode ini melibatkan penggunaan teknologi non-destruktif (NDT), seperti ultrasonik, radiografi, termografi, dan inspeksi visual, serta teknik metalografi untuk memeriksa kondisi internal dan eksternal komponen tanpa merusaknya. Dengan menggunakan teknik ini, para peneliti dapat mendeteksi cacat, keretakan, atau penurunan kualitas yang dapat menyebabkan kegagalan komponen. Data yang diperoleh dari evaluasi tak rusak ini kemudian digunakan dalam analisis untuk memperkirakan umur sisa pakai komponen teknik dengan lebih akurat. Pengujian merusak (DT) juga menjadi bagian penting dalam asessmen ini. Sampel komponen yang diambil dari instalasi yang ada dapat diuji secara langsung dalam kondisi ekstrim untuk menilai batas kinerja dan waktu kerusakan. Hasil asesmen umur sisa pakai (Remaining Life Assessment) pada casing turbin unit pembangkit listrik, disimpulkan bahwa prediksi umur sisa pakai berdasarkan metalografi insitu terlihat bahwa tingkat kerusakan creep komponen casing turbin berada pada kelas B (20 % kerusakan & 80% sisa umur pakai nya) yang mengindikasikan bahwa umur sisa pakai setelah 29 tahun pemakaian diperoleh kira-kira 23,2 tahun. Sedangkan berdasarkan metoda simulasi berdasarkan uji kekerasan dan parameter operasi pembangkit listrik maka hasil perhitungan umur sisa pakainya sekitar 23,4 tahun.


In the last ten years, research in Indonesia has experienced significant improvement in the field of service life assessment methodologies for predicting the failure time of critical components. The main objective of this research is to improve safety, reduce the risk of injury, overcome social difficulties, and reduce economic losses associated with component failure in the power generation industries. Apart from calculation techniques, nondestructive evaluation is also a major focus of assessment. This method involves using non-destructive technology (NDT), such as ultrasound, radiography, thermography, and visual inspection, metallography technique to check the internal and external condition of components without damaging them. Using this techniques, investigator can detect defects, cracks, or deterioration that can lead to component failure. The data obtained from this nondestructive evaluation is then used in the analysis to more accurately estimate the remaining life of the engineering components. Destructive testing (DT) is also an important part of this research. Component samples taken from existing installations can be tested under extreme conditions to assess performance limits and downtime.The results of the Remaining Life Assessment on the turbine casing of the power plant unit, it is concluded that the prediction of the remaining life based on in-situ metallography shows that the level of creep damage to the turbine casing components is in class B (20% damage & 80% remaining life). ) which indicates that the remaining service life after 29 years of use is obtained to be approximately 23.2 years. While based on the simulation method based on hardness test and power plant operation parameters, the results of the calculation of the remaining useful life are around 23.4 years.

 

"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Primaperkasa
"Studi Remaining Life Assessment (RLA) dilakukan untuk dapat membantu manajemen industri dalam menentukan rencana kerja ke depan yang ekonomis, setelah Rotating Equipments beroperasi selama bertahun-tahun. Studi ini telah dilakukan dengan contoh kasus Loading Arm pada salah satu mesin produksi perusahaan minyak dan gas bumi (oil & gas). Melalui tinjauan berbagai literatur, lapangan, test dan inspeksi, dipilih metode metallography untuk dapat menemukan nilai martensite. Perbedaan nilai martensite selama kurun waktu 27 tahun ( pemakaian 2,068 kali ) adalah 10.7% . Dan perbedaan nilai martensite selama pemakaian 2,068 kali sampai ke pemakaian 2,098 kali adalah 0.76%. Trend peningkatan nilai martensite yang didapat dan ditunjukkan dalam grafik seharusnya dapat dipakai untuk menghitung umur sisa. Studi ini telah berhasil diimplementasikan, namun belum mendapatkan hasil umur sisa secara kuantitatif karena kelengkapan data sangat menentukan hasil prediksi.

Studies Remaining Life Assessment (RLA) is done tobe able to assist management in determining the industry forward work plan economically, after Rotating Equipments operating formany years. This study was conducted using the example of Loading Armon one machine production of oil and gas companies (oil & gas). Through literatu rereview, field test and inspection, metallographic method chosen to find the value of martensite. Differences in the martensite during the period of 27 years (use 2.068 times) were 10.7%. And differences in the martensite during the use of 2.068 times to 2.098 times the usage were 0.76%. Trend increase in the value of martensite is obtained and shown in the graph should be used to calculate the age of the rest. This study has successfully implemented, but not getting the rest of life because of the completeness of the data quantitatively determines the predicted results.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S45698
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulil Amri Nizhamul
"Fluid Catalytic Cracking (FCC) merupakan tempat dilakukannya proses pemutusan rantai karbon dengan menggunakan katalis pembagi (id cracker). Adapun, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sisa umur pakai dan kelayakan operasi kekomponen tersebut, yang merupakan salah satu bagian dari program pemeliharaan PT. X. Dengan demikian, hasil ini dapat digunakan dalam merencanakan sistem evaluasi, inspeksi, proses perbaikan bahkan penggantian komponen tersebut kedepannya.
Hasil inspeksi pada Fluid Catalytic Cracking tersebut ditemukan adanya retak sebesar 12 mm pada bagian shell plenum Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU). Material dari shell plenum ini baja tahan karat austentitik 304H dengan spsesifikasi ASTM A-240 dan beroperasi pada temperatur 690°C. Dengan adanya retak tersebut maka akan dapat mempengaruhi kinerja dari komponen tersebut. Tercatat sebelum terjadi retak telah terjadi temperatur up-set sebesar 930°C selama 200 jam. Oleh karena itu selanjutnya akan dilakukan pengujian kelayakan operasi pada komponen tersebut, apakah dengan kondisi yang mengandung retak komponen masih dapat tetap dioperasikan. Pengujian kelayakan operasi ini dilakukan berdasarkan API 579 section 9. Selain itu dilakukan pula pengkajian umur sisa dari komponen tersebut berdasarkan kondisi yang telah terjadi, apakah kondisi yang telah dialami oleh komponen tersebut mempengaruhi umur sisa pakai komponen yang menyebabkan timbulnya retak pada komponen tersebut.
Setelah dilakukan analisa didapatkan bahwa dengan terjadinya up-set temperature menyebabkan habisnya umur pakai komponen RFCCU yang juga menyebabkan terjadinya retak. Selanjutnya pada pengkajian kelayakan operasi, ditemukan bahwa dengan kondisi adanya retak sebesar 12 mm, komponen RFCCU sudah tidak layak lagi untuk digunakan dalam operasi pada kondisi operasi normal.

Fluid Catalytic Cracking (FCC) is component that cracking the carbon chain with fluid cracker. Objective of this research is for assessing remaining life and fitness for service of the component, as a part of FCC maintenance program at PT. X. Thereby the results can be used in planning evaluation system, inspection, reconditioning even replacement program to that component in the future.
The inspection result of Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) found that there is a crack about 12 mm at the shell of plenum Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU). The material of this shell plenum is Austenitic Stainless Steel 304H with specification ASTM A-240 and operated at 690°C temperature. With existence of the crack, it can be influence performance of the component. It?s recorded, that before found of the crack there are up-set temperature about 930°C in 200 hours. Therefore, fitness for service assessment will be apply for the component, whether the component is acceptable or no to continue the operation. Fitness for Service assessment will be appropriate with API 579 section 9. Else, remaining life assessment also will apply for the component, to know if the condition that has been happened on the component influencing the remaining life of the component that causing the crack of the component.
After analyzing, it found that up-set temperature influence the remaining life the component, and causing the crack. Furthermore on the fitness for service assessment, existence of the 12 mm crack, make the RFCCU component are not acceptable to used on the operation on the normal operation condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yordi Subekti
"Dari sebuah Pembangkit Listrik diperoleh sebuah water wall tube dari ketel uap yang mengalami kegagalan berupa terkorosinya permukaan dalam dari tube hingga menyebabkan penipisan yang cukup signifikan. Analisis kegagalan dilakukan dengan beberapa pengujian antara lain pengujian komposisi kimia, pengujian tarik, pengujian kekerasan, pengujian XRD, pengamatan metalografi (makro dan mikro), dan pengamatan SEM yang disertai dengan pengujian EDX. Sementara itu pengkajian sisa umur pakai dilakukan dengan melakukan pengujian polarisasi dan pengukuran ketebalan dinding bagian dalam tube. Analisis yang dilakukan, meliputi analisis makrostruktur dan mikrostruktur, analisis komposisi logam dasar dan juga komposisi scale, hasil pengujian sifat mekanis material berupa kekuatan tarik dan kekerasan, dengan membandingkan pada standard dan literatur yang ada. Pengamatan metalografi menunjukkan bahwa telah terjadi speroidisasi yang disertai dengan pearlite breakdown dan intergranular crack pada mikrostrukturnya. Sementara hasil pengujian XRD dan EDX memberikan hasil bahwa terdapat deposit tembaga pada permukaan dalam tube yang bercampur dengan scale. Pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kekerasan di daerah gagal lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang tak mengalami kegagalan. Dari seluruh hasil yang didapat menjelaskan bahwa penyebab kegagalan water wall tube tersebut adalah karena terbentuknya deposit lokal yang menyebabkan terjadinya beberapa mekanisme degradasi seperti overheating, penipisan, korosi kaustik dan hydrogen damage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Dwi Saptioratri Budiono
"Pada pemasangan menara pengeboran minyak di darat (onshore rig) diperlukan tali baja (guyline) untuk menahan gaya horizontal yang berasal dari angin dan ketidakrataan tanah, untuk menjaga agar rig tidak jatuh dan untuk menambah kapasitas beban dari well yang bisa diangkat. Standar yang mengatur pemasangan guylines adalah 4G API, yang salah satunya mengatur tentang besarnya tegangan pemasangan tali baja yang bisa didapatkan dari suatu alat ukur. Alat ukur ini harus dapat membaca tegangan guyline secara aksial, akurat ,dan presisi. Pengembangan alat dilakukan dengan menggunakan empat strain gages sebagai tranducer yang ditempel pada sebuah dudukan logam agar sesuai dengan kondisi guyline dan keakuratan alat ukur.
Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian sebelumnya dengan melakukan pengembangan dan pembuatan model dudukan strain gage. Untuk lebih mendapatkan keakurasian model, pengembangan dilakukan dengan lebih mempertimbangkan posisi penempelan strain gage agar regangan kecil yang terjadi dapat terbaca, yaitu dengan menggunakan empat buah strain gages agar sensitivitasnya meningkat. Bentuk model dudukan strain gage harus mempunyai ketahanan yang baik dari beban bending dan buckling. Selain itu, model bentuk dudukan strain gage juga harus mempunyai sebaran tegangan yang merata. Hal ini disebabkan apabila sebaran tegangan tidak merata sampai pada posisi penempelan strain gage maka keakuratan hasil dari pembacaan strain gage akan berkurang.

Setting up onshore rig is needed a guylines to counter horizontal forces, because of wind and unflatness of soil, to hold rig do not fa ll and to add load capacity in carrying well. Guylines must be put based on authorized standard, called 4G API stndard, that control amount of stress in setting up guylines. In order to set the guylines according to standard, so measurement tool is needed to measure stresses on guylines. The designed of measurement tool uses strain gage as transducer that is attached on a mounting, designed to catch up the condition of guyline and increase the accuracy of the measurement tool.
This research is continuation of the research before and done with the Development model of strain gage mounting. It is to consider the position of attaching strain gage in order to be able to measure small strain, so that the accuracy of the measurement tool becomes high.strain gages, used to readthe sress, consist of four strain gages in order to increase strain gage sesitivity, so it will increase the accuracy of the measurement tool. The shape of strain gage mounting must have high durability on buckling and bending stresses. Beside that, shape of the strain gage mounting must have good stress distribution. Because, if the stress ditribution do not same to the strain gage attachment position, it will decrase the accuracy of measurement tool.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bukhori
"ABSTRAK
Aktivitas rig up lokasi well service PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Jatibarang dapat berpotensi terjadi kecelakaan berupa kerusakan peralatan rig,
maupun fatality pada manusia yang dilakukan oleh operator rig. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui probabilitas terjadinya human error dan
violation pada aktivitas rig up yang dilakukan oleh operator rig. Skill, rule dan
knowledge base error merupakan klasifikasi yang dipengaruhi oleh jenis
informasi yang terlibat dalam kegiatan industri yang dikembangkan oleh J
Rasmussen. Menurut Reason, terjadinya tindakan violation adalah keputusan
secara sadar, sedangkan error terjadi terlepas dari kehendak seseorang untuk
menghindari. Probabilitas terjadinya potensi human error dan violation yaitu
ketika operator rig melakukan tahapan task yang salah selain standard operating
procedure. Sekitar 63,9% probabilitas rule based error dari 111 tahapan task rig
up. Bagi perusahaan lakukan training, pengawasan, review standard operating
procedure, dan inspeksi. Bagi operator rig meningkatkan komunikasi dua arah
secara jelas antara operator rig dan sinyalman. Bagi peneliti lain sebagai referensi
melakukan kajian error dan violation pada rig pemboran.

ABSTRACT
Rig up Activity on well service locations PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Jatibarang could potentially accident rig equipment damage, or fatality in humans
conducted by the rig operator. The purpose of this study is to investigate the
probability the potential of human error and violation rig up on the activities
carried out by the rig operator. Skill, rule and knowledge base classification error
is influenced by the type of information involved in industrial activities developed
by J. Rasmussen. According to Reason, the act of violation is a conscious
decision, while the error occurs regardless of the will of a person to avoid.
Probability the potential of human error and the potential violation is when the rig
operators did the wrong stage of the task in addition to standard operating
procedure. Approximately 63.9% chance of error of rule-based task rig up 111
steps. For companies doing training, supervision, review standard operating
procedure, and inspection / standardization. For rig operators improve two-way
communication between the operator clearly and signalman rig. As a reference for
other researchers to study error and violation on the drilling rig."
2012
T30932
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Pribadi
"Proses korosi yang terjadi pada tube Glycol Trim Cooler E-1302 dapat dicegah dengan mengurangi laju korosi menggunakan berbagai metode. Inspeksi dan perawatan Glycol Trim Cooler E-1302 dapat meminimalkan masalah korosi. Penelitian ini menganalisa korosi yang terjadi untuk memprediksi sisa umur pakai tube yang terbuat dari material ASTM A-179 yang digunakan untuk menurunkan suhu fluida yang mengandung tri ethylene glycol dan sedikit air, dari 194OF menjadi 130OF. Prediksi sisa umur pakai dilakukan dengan menggunakan metode Eddy Current Test dan menganalisa data kondisi operasi. Dari perhitungan data yang ada, didapatkan laju korosi tube sebesar 0,0127762 mm/tahun dan didapatkan perkiraan sisa umur pakai tube selama 78,627 tahun terhitung mulai Juni 2006. Dan dari hasil pengamatan visual memperlihatkan korosi merata pada permukaan tube Glycol Trim Cooler E-1302. Hal ini disebabkan karena lingkungan korosinya mempunyai akses yang sama ke semua bagian dari permukaan logam, dan logam tersebut mempunyai komposisi yang seragam.

Corrosion that happen in tube Glycol Trim Cooler E-1302 can be avoid with reducing corrosion rate with several methods. Inspection and maintenance Glycol Trim Cooler E-1302 can reduce corrosion problem. This research analyze the corrosion that happen in tube made of ASTM A-179. The tube is used for cooling down the fluid consist of tri ethylene glycol and some water, from 194_F to 130_F. Eddy Current method is used to create remaining life prediction of the tube considering the condition of operation. From the calculation, corrosion rate is 0,0127762 mm per year and remaining life is 78,627 years start from June 2006. From visual examination, there is uniform corrosion at the surface of tube Glycol Trim Cooler E-1302. This is because the environtment, tri ethylene glycol and water, have the same chance to attack all section of the surface of metal, that consist uniform composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Hasib
"Kebocoran atau kegagalan operasi pipa penyalur akan menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Kegagalan ini seringkali terjadi dibawah umur teknis yang direncanakan. Analisa sisa umur pakai pipa penyalur yang tepat akan membantu pengguna dalam membuat perencanaan inspeksi berikutnya. Pada penelitian ini, sisa umur pakai dianalisa dengan melakukan pengujian laboratorium dan pengkajian data lapangan. Sampel uji yang digunakan adalah material spesifikasi API 5L gr. B baru standar pabrik dan material pipa unknown spec, dengan pengaruh laju korosi pada lingkungan atmosfer dan air tanah.
Hasil pengujian lab dan pengkajian data lapangan menunjukkan bahwa sisa umur pakai terendah berturut-turut adalah 1,5 tahun dan 8,7 tahun. Berdasarkan regresi linier antara sisa umur pakai dan laju korosi pada pengujian lab dan pengkajian data lapangan menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan dengan koefisien korelasi (r) berturut-turut sebesar 0,93 dan 0,97.

Leakage or failure of the operation of the pipeline would pose a danger to humans and the surrounding environment. This failure often occurs under the thickness designed. A proper remaining life analysis of the pipeline will assist users in planning the next inspection. In this study, the remaining life analyzed by laboratory testing and assessment of field data. The sample used is a new API 5L gr. B material specification and unknown spec pipe material, with the effect of the corrosion rate in atmospheric environment and groundwater.
The test results and assessment of field data showed that the remaining life of the lowest row is 1.5 years and 8.7 years. Based on linear regression, remaining life and corrosion rate between lab testing and assessment of the field data show that both have a relationship with a correlation coefficient (r) respectively of 0.93 and 0.97.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>