Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunasti Pratiwi Nur Malitasari
"ABSTRAK
Gerakan perempuan di Korea Selatan dipicu sejak Korea berada di bawah penjajahan Jepang. Noh Cheon-myeong adalah seorang perempuan penulis asal Korea yang aktif pada era tersebut. Dalam karya-karya Noh, terdapat unsur-unsur eksistensialisme. Tulisan ini menganalisis anasir-anasir eksistensialisme feminis yang terdapat dalam puisi Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo karya Noh menggunakan teori eksistensialisme dan konstruksi sosial dari feminisme. Sosok perempuan yang ada di dalam puisi Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo, yang berarti Perempuan Tak Bernama, memiliki keinginan untuk menjadi sesosok perempuan tanpa memiliki nama. Tujuan dari tulisan ini adalah memahami sosok perempuan dalam puisi tersebut sebagai ikon eksistensialisme feminis melalui anasir-anasir eksistensialisme feminis yang penulis temukan pada diri sosok tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sosok perempuan tersebut merupakan benar ikon eksistensialisme feminis pada puisi Noh dan Noh Cheon-myeong terbukti sebagai seorang feminis beraliran eksistensialis.

ABSTRACT
Women s movements in South Korea have been thriving since Korea was under Japanese colonisation. Noh Cheon-myeong is a Korean female writer who was active in that era. In Noh s works, there are elements of existentialism. This paper analyses the elements of feminist existentialism found in Noh s poetry titled Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo using the theory of existentialism and social constructs of feminism. The female figure in the Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo poetry, which means Nameless Woman, has the desire to become a woman with no name. The purpose of this paper is to understand the female figure in the poetry as an icon of feminist existentialism through the elements of feminist existentialism that the writer finds within the figure. The results of this study indicates that the female figure is truly an icon of feminist existentialism in Noh s poetry and Noh Cheon-myeong herself has been proven to be an existentialist feminist."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Puspitasari
"ABSTRAK
Keragaman syair dan bait-bait puisi Arab dapat dikaji dengan cara menggali makna dibalik keindahan puisi yang ada. Pada kesempatan ini penulis menuliskan jurnal yang memaparkan tentang analisis dari sebuah puisi yang berjudul Anaa karya Naazik al-Malaaikat. Tujuan penulisan jurnal ini adalah mengetahui hal-hal tersirat dalam puisi Anaa karya Naazik dengan cara menganalisis setiap larik dari puisi ini menggunakan berbagai aspek seperti analisis struktur puisi dan analisis intrinsik puisi. Metode yang digunakan dalam membuat jurnal ini adalah metode analisis dan studi pustaka. Karena sebelum menganalisis, penulis terlebih dahulu mengumpulkan data mengenai ilmu dari aspek-aspek puisi yang akan digunakan dalam analisis puisi ini. Setelah puisi dianalisis, dapat disimpulkan bahwa tema dari puisi Anaa adalah kesedihan, hal tersebut ditentukan dari isotopi dan motif yang terdapat pada puisi ini. Jumlah ilmu balaagat yang digunakan pada puisi ini antara ketiga ilmu yaitu ilmu bayaan, ilmu ma rsquo;aaniy, dan ilmu badii rsquo; hampir sama. Terdapat satu unsur ilmu badii rsquo; yang menonjol pada puisi ini, yaitu unsur mu?assinaat al-laf?iyat saj rsquo;un yang digunakan pada setiap larik puisi yang akhiran hurufnya sama. Sebenarnya hal tersebut sudah dapat terlihat dari banyaknya rima yang ada pada puisi ini. Setelah dianalaisis dengan berbagai sudut ilmu, ternyata kesimpulan pada puisi ini berkaitan dengan aliran eksistensialisme.

ABSTRACT
The diversity of poems and verses of Arabic poetry can be studied by exploring the meaning behind the beauty of poetry. On this occasion the author wrote a journal describing the analysis of a poem entitled Anaa by Naazik al Malaaikat. The purpose of writing this journal is to know the things implied in the poetry of Anaa 39 s Naazik works by analyzing each array of these poems using various aspects such as the analysis of poetic structure and intrinsic analysis of poetry. The method used in making this journal is the method of analysis and literature study. Because before analyzing, the author first collects data on the science of the aspects of poetry that will be used in the analysis of this poem. After the poems are analyzed, it can be concluded that the theme of Anaa 39 s poetry is sadness, it is determined from the isotopia and motifs contained in this poem. The amount of science balaagat used in this poem between the three sciences is bayaan, ma 39 aaniy, and badii rsquo 39 almost the same. There is one element of badii rsquo that stands out in this poem, the element of mu assinaat al laf iyat which is used in every line of poetry with the same lettering suffix. Actually it can already be seen from the many rhymes that exist in this poem. After being analyzed with various angles of science, it turns out the conclusion on this poem related to the flow of existentialism.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adli Muaddib Aminan
"Penelitian ini membahas puisi karya Rasul Gamzatov "Dagestan" yang ditulis pada tahun 1951. Penelitian ini menganalisis penerjemahan lintas-budaya dalam puisi tersebut. Puisi ini terdiri dari delapan bait dan diterjemahkan oleh Ladinata Jabarti. Teori yang digunakan adalah Teori Puisi (Eliot,1986) dan Teori Penerjemahan Lintas Budaya (Bassnett, 2011). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif (Ritchie dan Lewis, 2004). Puisi ini mencerminkan kecintaan Gamzatov terhadap Dagestan, negara bagian multietnis di Rusia. Penerjemahan puisi ini memuat konteks Dagestan terkait alam dan budayanya. Penerjemahan puisi dilakukan dengan melibatkan dua bahasa yaitu bahasa Rusia dan bahasa Indonesia. Pembahasan penerjemahan ini dilakukan perbait dan meliputi lintas-budaya antara Rusia dan Indonesia. Empat hasil penelitian terkait lintas-budaya didapatkan dalam penelitian ini, yaitu rantau, cinta tanah air, patriarki, dan agraris.

This research discusses the poetry by Rasul Gamzatov "Dagestan" which was written in 1951. This research analyzes the cross-cultural translation of the poem. This poem consists of eight verses and was translated by Ladinata Jabarti. There are two theories used: Poetry Theory (Eliot, 1986) and Cross-Cultural Translation Theory (Bassnett, 2011). The method used is descriptive-qualitative method (Ritchie and Lewis, 2004). This poem reflects Gamzatov's love for Dagestan, a multi-ethnic state in Russia. The translation of this poem contains the context of Dagestan regarding its natures and cultures. The translation of the poem involves two languages, namely Russian and Indonesian. The discussions on this translation are carried out for each verse and cover cross-cultural relations between Russia and Indonesia. Four research results related to cross-culture are obtained in this research, namely wandering, love of homeland, patriarchy, and agrarian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elvita Wiasih
"Drama noh berkembang sekitar pertengahan abad ke-14 dipelopori oleh Kan'ami. Kan'ami dan Zeami, dianggap paling berjasa dalam pembentukan drama noh yang dikenal pada saat ini. Hasil pemikiran Kan'ami dan Zeami kemudian dijadikan konvensi dalam perkembangan drama noh selanjutnya.Salah satu konvensi dalam drama noh adalah mengenai penulisan lakon noh. Unsur intrinsik terpenting dalam lakon noh adalah tokoh dan alur. Penekanan tokoh dalam drama noh terdapat pada fungsi tokoh dalam cerita bukan perwatakan.
Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam lakon noh terdiri dari shite (tokoh utama), wake (tokoh utama yang menjadi pengamat shite), tsure (tokoh bawahan yang mengikuti shite atau wake), dan ai-kyOgen (tokoh bawahan).Alur dalam sebuah lakon noh tersusun dalam pola jo (pengenalan), ha (penggawatan), dan kyu (leraian). Ha dibagi lagi menjadi ha 1, ha 2, dan ha 3. Penyusunan lakon-lakon noh berikutnya biasanya mengikuti konvensi tersebut. Akan tetapi dalam lakon noh Kanawa ternyata ditemukan pergeseran dari konvensi tersebut.
Dalam skripsi ini penulis akan menganalisis mengenai pergeseran yang terjadi dalam struktur alur dan tokoh lakon noh Kanawa. Selain untuk memperkenalkan drama noh, khususnya struktur alur dan tokoh dalam lakon noh yang tipikal, analisis dalam skripsi ini dilakukan untuk mengungkapkan pergeseran yang terjadi dalam lakon noh Kanawa.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa pergeseran dalam alur terjadi pada bagian jo, ha 1, dan ha 2, sedangkan pergeseran fungsi tokoh terjadi pada tokoh arkyagen, wakizure, dan waki.Ditinjau dari cerita dalam lakon noh Kanawa, disimpulkan bahwa pergeseran terjadi karena adanya kebutuhan untuk membangun cerita yang dramatis. Dengan demikian, aturan mengenai alur dan tokoh dalam lakon noh tidak mutlak harus diikuti jika pergeseran tersebut dibutuhkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nosa Rufaidah
"ABSTRAK
Jurnal ini menganalisis tiga puisi yang berjudul ldquo;Jeolmeunideulege ?????? rdquo;, ldquo;Gunsinsong ??? rdquo;, dan ldquo;Singapur Hamnak ??? ?? rdquo; karya Noh Cheon Myeong, seorang penyair Korea yang pernah masuk ke dalam golongan pro-Jepang. Karya-karyanya tersebut berisi propaganda yang menunjukkan kelebihan bangsa Jepang kepada masyarakat Korea. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui isi puisi pro-Jepang dan teknik-teknik propaganda salah satu penyair pro-Jepang. Jurnal ini menggunakan metode analisis teks. Setelah dianalisis, tidak semua teknik propaganda ditemukan dalam puisi-puisi tersebut. Dari ketiga puisi, hanya ditemukan enam teknik dari tiga belas teknik propaganda yang ada. Keenam teknik propaganda tersebut adalah teknik propaganda name calling, glittering generalities, plain folks appeal, argumentum ad populum, faulty cause and effect, dan card stacking. Dari segi isi, ditemukan adanya pesan tersirat tentang ajakan untuk mendukung Jepang.

ABSTRACT
This journal is an analysis of three poems entitled ldquo Jeolmeunideulege rdquo , ldquo Gunsinsong rdquo , dan ldquo Singapur Hamnak rdquo by Noh Cheon Myeong, a Korean poet who once entered the pro Japanese group. Her works contain propaganda that shows the greatness of Japan to the Korean society. This journal aims to find out the contents of pro Japannese poetry as well as the use of propaganda techniques. This research uses text analysis method. Based on the analysis result, it was found that, not all of the propaganda techniques are used in the poems. From three poems that were analyzed, there are only six propaganda technique used out of thirteen propaganda techniques that exist. Those six techniques are name calling, glittering generalities, plain folks appeal, argumentum ad populum, faulty cause and effect, and card stacking. From the contens, it was found that there are implied message about supporting Japan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Martha Andyani
"Intertekstualitas adalah hubungan yang muncul antara teks-teks berbeda, khususnya teks sastra. Intertekstualitas juga dapat dimaknai sebagai pengacuan dalam satu teks dengan teks yang lain. Intertekstual dalam sebuah teks sastra dapat berbentuk ekspansi dan konversi. Dalam tulisan ini, peneliti menganalisis hubungan intertekstual antara puisi Kkot karya Kim Chun-su yang merupakan puisi hipogram dan puisi Kkot-eui Paerodi karya O Gyu-won. Tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu perbedaan dan persamaan antara teks hipogram dan teks transformasi sebagai parodinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan intertekstual. Dari hasil analisis ditemukan adanya perbedaan dan persamaan dalam unsur intrinsik kedua puisi berupa ekspansi bentuk berupa penambahan larik dan bait dan perubahan rima serta irama, ekspansi ekspresi berupa perubahan penggunaan kalimat, bahasa kiasan, simbol, citra dan ironi, serta perubahan pemaknaan konsep secara umum yang menjadi inti utama masing-masing puisi. Selain berbentuk ekspansi, terdapat juga konversi berupa pengubahan objek serta penambahan sudut pandang pada teks transformasi. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran makna eksistensialisme dari puisi aslinya. Teks trasnformasi juga tidak meneruskan konvensi teks hipogram sehingga terjadi perubahan bentuk yang signifikan yang menghilangkan kekhasan teks hipogram yang dapat terlihat dari irama dan rima yang digunakan.

Intertextuality is the relationship that arises between different texts, especially literary texts. Intertextuality can also be interpreted as a reference in one text to another. Intertextual in a literary text can take the form of expansion and conversion. In this paper, the researcher analyzes the intertextual relationship between Kim Chun-su's Kkot poem which is a hypogram poem and O Gyu-won's Kkot-eui Paerodi poem. This paper aims to find out the differences and similarities between the hypogram text and the transformation text as a parody. The method used is descriptive qualitative method with an intertextual approach. From the results of the analysis, it was found that there were differences and similarities in the intrinsic elements of the two poems in the form of form expansion in the form of adding lines and stanzas and changes in rhyme and rhythm, expansion of expression in the form of changes in the use of sentences, figurative language, symbols, imagery and irony, as well as changes in the meaning of general concepts used. become the main core of each poem. In addition to the form of expansion, there are also conversions in the form of changing objects and adding a point of view to the transformation text. These changes caused a shift in the meaning of existentialism from the original poetry. The transformation text also does not continue the convention of the hypogram text so that there is a significant change in form that eliminates the uniqueness of the hypogram text which can be seen from the rhythm and rhyme used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zalva Abigail Kamilia
"Skripsi ini membahas eksistensialisme pada sepuluh buah puisi pilihan dalam buku Временное Место/Vremennoje Mesto/Persinggahan Sementara karya Aleksey Davidovich Alyokhin. Teori Eksistensialisme dan strukturalisme genetik digunakan untuk membuktikan adanya eksistensialisme melalui tema-tema puisi tersebut. Analisis dalam karya ilmiah akan dilakukan dengan melihat fakta kemanusiaan diluar struktur karya puisi untuk menemukan tema puisi dengan ide eksistensialisme. Hasil analisis membuktikan bahwa eksistensialisme tercermin di dalam karya-karya puisi Aleksey Davidovich Alyokhin dengan lima tema yaitu subjektivitas, kebebasan, kegagalan, keterasingan dan kematian.

This thesis discusses existentialism in ten selected poems in the book Временное Место/Vremennoje Mesto/A Temporary Sojourn by Alyokhin Aleksey Davidovich. Existentialism and structuralism genetic theories are used to prove the existence of existentialism through the themes of the poem. Analysis of the scientific work will be done by looking at the facts of humanity outside the structure of the poem with the idea of finding a theme of existentialism. The results of the analysis show that existentialism is reflected in the works of the poet Aleksey Davidovich Alyokhin with five themes, namely subjectivity, freedom, failure, alienation and death."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S62133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Nurcahyani
"Di dalam penelitian, penulis menemukan ada anasir-anasir feminisme dalam dua karya Pramoedya yakni, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Dan anasiranasir tersebut akan sangat jelas terlihat apabila menggunakan konsep-konsep mengenai perempuan dan perjuangan perempuan dari de Beauvoir. Konsep itu ialah tentang 'the other'. Penulis menemukan konsep 'The other' de Beauvoir dalam dua Novel Pramoedya, yakni Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, diantaranya melalui tokoh Surati yang dijual oleh ayahnya untuk dijadikan gundik. Annelies yang menjadi lemah akibat diperkosa oleh kakaknya sendiri, sehingga hidupnya selalu bergantung kepada orang lain terutama laki-laki. Istri Trunodongso yang tidak pernah bersekolah dan menjalani hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Menurut penulis, sosok perempuan yang ideal menurut Pramoedya itu ditemukan pada sosok Nyai Ontosoroh yang di ceritakan secara sempurna oleh Pramoedya dalam novelnya 'Bumi Manusia'. Nyai Ontosoroh dianggap bisa mewakili eksistensi perjuangan perempuan dalam keterpurukan dan ketertindasannya dalam dunia laki-laki, berani menolak tradisi yang ada di masyarakat serta bermetamorfosis dari seorang yang biasa-biasa saja hingga menjadi seorang Nyai yang sukses dalam memimpin perusahaannya seorang diri, mandiri secara ekonomi, tidak pasif, berani, mempunyai pemikiran yang maju dan terbuka, kuat dan bijaksana pada anak-anaknya. Melalui tokoh Nyai Ontosoroh dalam cerita Bumi Manusia, kita dapat melihat seperti apa sosok perempuan yang ideal menurut de Beauvoir. Seorang perempuan yang menemukan kebebasan dirinya yang otentik ditengah-tengah tradisi jaman yang mengungkungnya begitu erat. de Beauvoir dengan konsep-konsepnya, dan Pramoedya di dalam dua Novel Tetraloginya, keduanya sama-sama mengusung konsep tentang perjuangan perempuan dalam kungkungan dunia patriarkat. Pramoedya percaya akan ide-ide perjuangan dan perubahan perempuan serta sosok perempuan yang ideal melalui tokoh Nyai Ontosoroh di dalam dua novel Tetraloginya. Ia pun percaya bahwa sosok ideal tersebut bisa direalisasikan dan mendapat tempat setara dengan laki-laki dalam realitasnya. Namun, Pramoedya akhirnya mengakui bahwa realitas yang menang. Karena pada kenyataannya, budaya patriarki ditambah kolonialisme yang terlalu kuat, sehingga menyebabkan perjuangan perempuan dalam kungkungan dunia patriarki itu kalah. Akan tetapi, de Beauvoir optimis konsep-konsepnya bisa menang dalam realitasnya. Menurutnya, perempuan yang ideal dan eksistensial dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. Hal tersebut tentunya tidak sejalan dengan Pramoedya. Karena bagaimana pun realitas yang akan menang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24282
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Li-li
Seoul: Gangnam, 2006
KOR 398.21 KIM n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Handoyo
"ean-Paul Sartre menyatakan kebebasan sebagai ciri manusia bereksistensi. Kebebasan manusia dicirikan melalui cara mengadanya. Meskipun ada kefaktaan-kefaktaan yang dapat mengurangi penghayatan kebebasannya, Sartre berpendapat bahwa manusia tetap dapat memilih untuk menghayati kebebasannya secara maksimal, tanpa menghiraukan kefaktaan-kefaktaan tersebut. Penyair Na Tae-ju melalui puisi “Pulkkot 1-2-3” mengajak para pembacanya untuk menghayati kebebasannya secara penuh tanpa memperhatikan kefaktaan-kefaktaan yang dihadapinya. Sehubungan dengan itu, penelitian ini berfokus pada analisis puisi “Pulkkot 1”, “Pulkkot 2”, dan “Pulkkot 3” yang diterbitkan pada kumpulan buku puisinya yang berjudul “Kkocheul Bodeut Neoreul Bonda”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna kebebasan dari ketiga puisi melalui teori eksistensialisme Jean Paul Sartre dengan pendekatan semiotik Michael Riffaterre. Penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif untuk mengumpulkan data dan menggunakan metode studi pustaka untuk menemukan referensi relevan guna mendukung penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya makna kebebasan Sartre pada puisi “Pulkkot 1-2-3” melalui ajakan tokoh aku kepada tokoh kamu untuk menghayati kebebasannya secara penuh dengan tidak menyerah pada hidupnya dan tidak menghiraukan kefaktaan yang mengikatnya.

Jean-Paul Sartre stated that freedom is a characteristic of existing humans. Human freedom is characterized by the way it creates itself. Even though there are facts, which can reduce the appreciation of freedom, Sartre argues that humans can still choose to live their freedom to the fullest regardless of these facts. The poet Na Tae-Ju through his poems “Pulkkot 1-2-3” invites his readers to experience freedom to the fullest regardless of the facts they face. This study focuses on analyzing the poetry of “Pulkkot 1, Pulkkot 2, and Pulkkot 3” published in his collection of poetry books entitled “Kkocheul Bodeut Neoreul Bonda”. This study aims to analyze the meaning of freedom in the three poems through the existentialism theory of Jean-Paul Sartre with Michael Riffaterre's semiotic approach. The author uses a descriptive qualitative method to collect data and the literature study method to find relevant references to support this research. The results of this study indicate that there's Sartre's meaning of freedom in “Pulkkot 1-2-3” poetry through the invitation of the 'I' character to the 'You' character to live his freedom to the fullest by not giving up on his life and ignoring the facts that bind him."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>