Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157520 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwi Putri Setyaningsih
"Brazilin merupakan komponen utama yang terdapat pada kayu secang (Caesalpinia sappan) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar brazilin dan efektivitas penghambatan DPP-IV nya dengan mengaplikasikan metode ekstraksi ionic liquid-MAE. Ionic-liquid merupakan cairan pelarut yang dapat diaplikasikan pada proses pemisahan karena memiliki sifat fisika kimia yang baik. Microwave assisted extraction (MAE) merupakan metode ekstraksi yang dapat digunakan sebagai metode alternatif terhadap metode ekstraksi konvensional karena proses ekstraksi berjalan lebih singkat dan menggunakan pelarut yang lebih sedikit.
Hasil pre optimasi diperoleh faktor ekstraksi konsentrasi pelarut 0,5, 1, 1,5 mol/L, rasio solid/liquid 1:10, 1:15, 1:20, dan waktu ekstraksi 5, 7, dan 9 menit. Respon surface methodology dengan desain Box-Behnken terhadap tiga faktor digunakan untuk menentukan kondisi ekstraksi yang optimum terhadap tiga respon (rendemen, kadar brazilin, dan aktivitas inhibisi). Pemilihan jenis pelarut ionic-liquid dan garam penarik brazilin dari larutan ionic-liquid dilakukan untuk menentukan pelarut yang cocok dan garam yang paling optimum dalam menarik brazilin.
Hasil optimasi ekstraksi yaitu konsentrasi pelarut (Bmim)Br 1 mol/L, rasio solid/liquid 1:20g/mL, dan waktu ekstraksi 9 menit. Rendemen ekstrak berkisar antara 0,1 - 0,9%. Analisis HPLC pada ekstrak secang menunjukkan kadar brazilin yang berkisar antara 807,56 - 948,12 mg/g ekstrak. Ekstrak secang memberikan nilai penghambatan aktivitas DPP-IV secara in vitro >90%. Nilai IC50 sitagliptin sebesar 9,37 µg/mL, nilai IC50 standar brazilin 11,7 µg/mL, nilai IC50 sampel sebesar 16,35 µg/mL, dan nilai IC50 sampel yang telah dilakukan eliminasi tannin sebesar 22,15 µg/mL. Metode ekstraksi ionic liquid-MAE terbukti dapat meningkatkan kadar brazilin dan efektivitas penghambatan enzim DPP-IV.

Brazilin is the main component found in secang wood (Caesalpinia sappan) and have known to have antidiabetic activity. This study aimed to increased brazilin level and effectivity of DPP-IV inhibition by applying ionic liquid extraction method. Microwave assisted extraction (MAE) is an extraction method that can be used as an alternative method of conventional extraction methods because with the MAE method the extraction process runs shorter and uses fewer solvents.
Pre optimation resulted extraction factor solvent concentration 0,5, 1, 1,5 mol/L, solid/liquid ratio 1:10, 1:15, 1:20, and extraction time 5, 7, dan 9 minute. The response surface methodology with the Box-Behnken design for three factors is used to determine the optimum extraction conditions for the three responses (yield, brazilin level, and inhibitory activity). The selection of ionic-liquid solvents and brazilin withdrawal salts from ionic-liquid solutions is carried out to determine the suitable solvent and the most optimum salt in attracting brazilin.
The results of extraction optimization were solvent concentration (Bmim)Br 1 mol / L, solvent / powder ratio of 1:20 g / mL, and 9 minutes extraction time. HPLC analysis on secang extract shows brazilin levels of 807,56 - 948,12 mg/g extract. Secang extract gives the in vitro inhibitory value of DPP-IV activity>90%. The IC50 value of sitagliptin is 9,37 µg/mL, IC50 of brazilin standar is 11,7 µg/mL, IC50 value of sample is 16,35 µg/mL, and IC50 value of removal tannin's sample is 22,15 µg/mL. Ionic liquid - MAE extraction method have been proved can increase brazilin level and DPP-IV inhibitory enzyme activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Japaries, Willie
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
615.321 WIL f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ivanna Listy Angela
"Substituen utama dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.), yaitu brazilin, memiliki berbagai aktivitas farmakologis, salah satunya adalah aktivitas hipoglikemik dengan menghambat aktivitas DPP IV. Pelarut ekstraksi ramah lingkungan, Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), banyak digunakan untuk menggantikan pelarut organik. Dalam studi ini, NADES diuji sebagai pelarut untuk ekstraksi brazilin dari kayu sappan menggunakan Ultrasound-Assisted Extraction (UEA) dan Response Surface Metodologi (RSM) sebagai desain eksperimental. Komponen NADES terdiri dari betain sebagai akseptor ikatan hidrogen (HBA) dengan asam laktat, asam malat, dan asam sitrat sebagai donor ikatan hidrogen (HBD). Faktor-faktor yang diuji adalah% penambahan air dan waktu ekstraksi. Analisis hasil ekstraksi dilakukan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Ekstrak pada kondisi ekstraksi optimal diuji untuk menghambat aktivitas DPP IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen asam betaine-laktat menghasilkan kandungan brazilin tertinggi dibandingkan komponen NADES lainnya yang digunakan. Kondisi ekstraksi brazilin yang optimal adalah penambahan air 60% dengan waktu ekstraksi 30 menit, dan perolehan kadar brazilin 111.632 mg / gram. Pelarut NADES memberikan penghambatan aktivitas DPP IV, sehingga menimbulkan bias dalam pengujian ekstrak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa komponen pelarut NADES dari asam betaine-lactic dapat menarik brazilin dari kayu sappan, tetapi tingkat yang diperoleh masih lebih rendah dari maserasi.

The main substituent of sappan wood (Caesalpinia sappan L.), namely brazilin, has a variety of pharmacological activities, one of which is hypoglycemic activity by inhibiting DPP IV activity. The environmentally friendly extraction solvent, Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), is widely used to replace organic solvents. In this study, NADES was tested as a solvent for brazilin extraction from sappan wood using Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) and Response Surface Methodology (RSM) as an experimental design. The NADES component consists of betaine as a hydrogen bond acceptor (HBA) with lactic acid, malic acid, and citric acid as a hydrogen bond donor (HBD). The factors tested were% water addition and extraction time. Analysis of the extraction results was carried out using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Extracts at optimal extraction conditions were tested to inhibit DPP IV activity. The results showed that the component of betaine-lactic acid produced the highest brazilin content compared to other NADES components used. Optimal brazilin extraction conditions are the addition of 60% water with extraction time of 30 minutes, and the acquisition of brazilin content of 111,632 mg / gram. The NADES solvent provides inhibitory activity of DPP IV, giving rise to a bias in extract testing. The conclusion from this study is that the NADES solvent component of betaine-lactic acid can attract brazilin from sappan wood, but the level obtained is still lower than maceration."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofiati Wijaya
"Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut alternatif untuk menggantikan pelarut organik yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini NADES digunakan untuk mengekstrak brazilin dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan penghambatan aktivitas DPP IV. Komposisi NADES yang dipilih adalah kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dan gliserol, sorbitol, juga xylitol sebagai donor ikatan hidrogen. Optimalisasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor yang dioptimalkan untuk kondisi ekstraksi termasuk persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan NADES dilakukan oleh Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dan kadar brazilin diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Choline chloride-gliserol adalah NADES terbaik untuk mengekstraksi brazilin dibandingkan dengan jenis NADES lainnya. Kondisi optimal untuk memperoleh brazilin dengan level tertinggi adalah 50% dari penambahan air dan 50 menit waktu ekstraksi dengan level brazilin 114,04 mg / g. Tingkat Brazilin dari ekstrak kayu sappan (NADES-UAE) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tingkat brazilin dari refluks (116,70 mg / g). Ekstrak kayu sappan yang diekstraksi menggunakan NADES-UAE dengan konsentrasi 50 ppm memiliki penghambatan lebih tinggi terhadap aktivitas DPP IV dengan nilai penghambatan 84,24%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-gliserol dapat mengekstraksi brazilin dari kayu sappan dan ekstrak kayu sappan yang diperoleh dengan menggunakan NADES sebagai pelarut dapat menghambat aktivitas DPP IV.

Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut alternatif untuk menggantikan pelarut organik yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini NADES digunakan untuk mengekstrak brazilin dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan penghambatan aktivitas DPP IV. Komposisi NADES yang dipilih adalah kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dan gliserol, sorbitol, dan xylitol sebagai donor ikatan hidrogen. Optimalisasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor-faktor yang dioptimalkan untuk kondisi ekstraksi termasuk persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan NADES dilakukan oleh Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dan kadar brazilin diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Choline chloride-gliserol adalah NADES terbaik untuk mengekstraksi brazilin dibandingkan dengan jenis NADES lainnya. Kondisi optimal untuk memperoleh brazilin dengan tingkat tertinggi adalah 50% dari penambahan air dan 50 menit waktu ekstraksi dengan tingkat brazilin 114,04 mg / g. Tingkat Brazilin dari ekstrak kayu sappan (NADES-UEA) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tingkat brazilin dari refluks (116,70 mg / g). Ekstrak kayu safan yang diekstraksi menggunakan NADES-UEA dengan konsentrasi 50 ppm memiliki penghambatan aktivitas DPP IV yang lebih tinggi dengan nilai penghambatan 84,24%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-gliserol dapat mengekstraksi brazilin dari kayu sappan dan ekstrak kayu sappan yang diperoleh dengan menggunakan NADES sebagai pelarut dapat menghambat aktivitas DPP IV."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Robbani
"Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan global yang tumbuh paling cepat di abad ke-21. Obat antidiabetes dengan berbagai mekanisme kerja telah banyak di produksi. Namun, sebagian besar penderita diabetes menggunakan tanaman untuk pengobatan alternatif karena merasa efek sampingnya lebih kecil dibandingkan obat antidiabetes. Tanaman yang telah terbukti berpotensi sebagai antidiabetes diantaranya adalah Caesalpinia sappan (secang), Andrographis paniculata (sambiloto), dan Syzygium cumini (jamblang). Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes dari kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto, daun jamblang, dan kayu secang secara in vitro dengan penghambatan enzim alfa-glukosidase dan DPP-IV (Dipeptidil-peptidase IV). Kombinasi ketiga ekstrak dibuat dalam bentuk granul dan sediaan akhir berupa kapsul. Formula terbaik dilanjutkan untuk pengujian stabilitas selama 3 bulan. Caesalpinia sappan menunjukkan aktivitas paling kuat dalam menghambat enzim alfa-glukosidase dan DPP-IV dengan nilai masing-masing sebesar IC50 9,60 ± 1,05 µg/mL dan 59,98 ± 6,84%. Sementara, ekstrak kombinasi menghasilkan IC50 64,21 ± 1,37 µg/mL terhadap penghambatan alfa-glukosidase dan 45,14 ± 12,71% untuk penghambatan DPP-IV. Formulasi paling efisien adalah F1 yang menggunakan Avicel PH 101 dengan komposisi paling rendah. F1 memperoleh carr’s index 14,40 ± 1,38% dan hausner’s ratio 1,17 ± 0,02. Setelah penyimpanan tiga bulan, adanya perbedaan fisik. Kadar senyawa penanda turun setelah penyimpanan dua minggu. Namun, terjadi kenaikan setelahnya untuk brazilin dan andrografolid. Aktivitas penghambatan alfa-glukosidase berlangsung fluktuatif selama masa penyimpanan, namun mengarah pada peningkatan IC50. Caesalpinia sappan memiliki aktivitas paling kuat terhadap penghambatan alfa-glukosidase dan DPP-IV serta sediaan kapsul cenderung stabil selama penyimpanan 3 bulan. 

Diabetes is one of the fastest growing global health problems of the 21st century. Antidiabetic drugs with various mechanisms of action have been produced. However, most diabetics use plants as alternative medicine because its side effects are lower than antidiabetic drugs. Plants that have been shown to have potential as antidiabetic are Caesalpinia sappan, Andrographis paniculata, and Syzygium cumin. This study aims to examine the antidiabetic activity in vitro of the combination of ethanol extract of those three plants by inhibiting alpha-glucosidase and DPP-IV enzymes. The combination of the three extracts was made in the form of granules in capsule. The best formula was continued for stability testing for 3 months. Caesalpinia sappan showed the strongest activity in inhibiting alpha-glucosidase and DPP-IV enzymes with IC50 values of 9.60±1.05 µg/mL and 59.98±6.84%, respectively. Meanwhile, the combined extract obtained an IC50 of 64.21±1.37 µg/mL for alpha-glucosidase inhibition and 45.14±12.71% for DPP-IV inhibition. The most efficient formulation was F1 which use Avicel PH 101 with the lowest composition. F1 obtained a carr's index of 14.40±1.38% and a hausner's ratio of 1.17±0.02. After three months of storage, there was changed in physical appearance. The content of marker compounds decreased after two weeks of storage. However, there was a subsequent increase for brazilin and andrographolide. The alpha-glucosidase inhibitory activity fluctuated during storage but led to an increasing in IC50. Caesalpinia sappan extract has the strongest activity against alpha-glucosidase and DPP-IV inhibition and capsule tend to be stable for 3 months of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nela Rohmah
"Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) merupakan pelarut yang dapat digunakan sebagai pengganti pelarut organik untuk mengekstrak senyawa alami. Brazilin merupakan senyawa utama dalam kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, anti inflamasi, dan antidiabetes. Aktivitas antidiabetes kayu secang terkait dengan penghambatan DPP IV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi NADES-UAE yang optimum dalam ekstraksi brazilin dan membandingkan hasil kadar brazilin yang diperoleh dengan ekstrak maserasi etanol 80%, serta untuk mengetahui penghambatan aktivitas DPP IV pada ekstrak NADES kayu secang. Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology (RSM) untuk analisis optimasi ekstraksi NADES-UAE. Penentuan kadar brazilin dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). NADES berbasis kolin klorida dipasangkan dengan asam laktat, asam malat, dan asam sitrat. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu ekstraksi 10, 30, 50 menit dan penambahan air 20%, 40%, 60%. Berdasarkan hasil penelitian, rendemen kandungan brazilin tertinggi pada ekstrak NADES-UAE terdapat pada kombinasi kolin klorida-asam laktat (Chcl-LA) dengan waktu ekstraksi 30 menit dan penambahan air 40% yaitu 104,81 mg / g. Pengujian daya hambat DPP IV dilakukan pada ekstrak NADES dengan konsentrasi 20, 40, dan 50 ppm. Ekstrak kayu secang NADES pada konsentrasi 50 ppm memberikan penghambatan aktivitas DPP IV tertinggi yaitu sebesar 97,99% dengan nilai penghambatan NADES sebesar 92,27%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa NADES berbasis kolin klorida dengan asam laktat dapat menarik senyawa brazilin dari kayu secang dengan kadar yang lebih rendah dari maserasi yaitu 114,49 dan ekstrak kayu secang NADES dapat memberikan penghambatan enzim DPP IV.

Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) are solvents that can be used as a substitute for organic solvents to extract natural compounds. Brazilin is the main compound in secang wood (Caesalpinia sappan L.) which has antioxidant, antibacterial, anti-inflammatory, and anti-diabetic activities. The antidiabetic activity of secang wood was associated with DPP IV inhibition. This study aims to determine the optimum combination of NADES-UAE in brazilin extraction and to compare the results of brazilin levels obtained with 80% ethanol maceration extract, and to determine the inhibition of DPP IV activity in the NADES extract of secang wood. This study used the Response Surface Methodology (RSM) for the optimization analysis of the NADES-UAE extraction. Determination of brazilin levels was carried out by High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Choline chloride-based NADES is paired with lactic acid, malic acid, and citric acid. The factors used in this study were 10, 30, 50 minutes extraction time and the addition of 20%, 40%, 60% water. Based on the results of the study, the highest yield of brazilin content in the NADES-UAE extract was found in the combination of choline chloride-lactic acid (Chcl-LA) with an extraction time of 30 minutes and the addition of 40% water, namely 104.81 mg / g. DPP IV inhibition test was carried out on NADES extracts with concentrations of 20, 40, and 50 ppm. Secang NADES wood extract at a concentration of 50 ppm provided the highest DPP IV activity inhibition, which was 97.99% with a NADES inhibition value of 92.27%. Based on the results of the study, it can be concluded that NADES based on choline chloride with lactic acid can attract brazilin compounds from secang wood with lower levels of maceration, namely 114.49 and secang NADES wood extract can provide inhibition of the DPP IV enzyme."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dia Septiani
"Brazilin sebagai salah satu komponen aktif dalam kayu secang memiliki beragam kegunaan dan khasiat, yakni sebagai pewarna tekstil, pewarna alami makanan, dan media pengobatan herbal. Telah dikembangkan metode ekstraksi ramah lingkungan pada kayu secang sebagai alternatif penggunaan pelarut organic. Salah satunya adalah dengan penambahan enzim dalam proses ekstraksi yaitu dengan metode ekstraksi berbantu enzim (enzyme assisted-extraction/ EAE). Tujuan penelitian adalah meningkatkan kadar brazilin dan memperoleh kondisi optimum untuk ekstraksi brazilin dari kayu secang dengan enzim selulase kapang yang dibandingkan dengan metode refluks. Kandidat enzim selulase aktivitas tertinggi diproduksi dengan membandingkan hasil selulase kultivasi kapang Aspergillus niger UICC371, Trichoderma reesei IPBCC, dan campuran kedua isolat (1:1) dalam medium carboxymethyl cellulose cair. Serbuk kayu secang diekstraksi dengan enzim selulase hasil kultur cair dan selulase komersial masing-masing ditambahkan ke dalam pelarut akuabides pada variasi kondisi ekstraksi: konsentrasi enzim (2,0; 4,0; 6,0%); suhu ekstraksi (45, 50, 55℃); dan waktu esktraksi (1, 2, 3 jam). Desain variasi optimasi menggunakan respon permukaan (RSM)- BoxBehnken menghasilkan 15 kondisi perlakuan. Analisis brazilin menggunakan Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak asetonitril : 0,3% asam asetat dalam air (14,5 : 85,5) selama 13 menit pada panjang gelombang 280 nm. Selulase kapang Aspergillus niger UICC371 aktivitas tertinggi (0,467 U/mL) dan selulase Aspergillus niger komersial dalam metode EAE menghasilkan kondisi optimum ekstraksi pada konsentrasi enzim 6,0% dan suhu 50℃. Penambahan selulase dalam ektraksi mampu meningkatkan kadar brazilin mencapai 5,014% dibandingkan metode refluks. Kondisi optimum berdasarkan anlisis RSM untuk konsentrasi enzim adalah 6,0%, suhu ekstraksi 50℃, dan waktu ekstraksi 1 jam.

Brazilin has been known as one of active phytoconstituent from sappanwood that mainly present as textile colouring agent, food colouring, and herbal medicine purposes. Further extraction method in brazilin has been developed due to obtain maximum level of brazilin in sappanwood (Caesalpinia sappan L.) without organic solvent. Enzyme-assisted extraction (EAE) methods are currently one of the few types of methods in order to achieving that outcome. The following study aims to enhance brazilin level in sappanwood by achieving an EAE optimum condition by addition fungi cellulase compare to reflux extraction method. The cellulase candidates with highest activity are produced by compare the monoculture of fungi cellulase of Aspergillus niger UICC371, Trichoderma reesei IPBCC, and mixedculture (1:1) in carboxymethyl cellulose broth media. Sappanwood are extracted with fungi cellulase from submerged-fermentations production and commercial enzymes in aquabidest through multiple variation conditions: enzyme concentrations (2,0; 4,0; 6,0%); temperature (45, 50, 55℃); and time (1, 2, 3 hrs). The optimization are provided by response surface method-BoxBehnken design which form 15 different conditions. The brazilin level analysis carried out through High Performance Liquid Chromatography (HPLC) with asetonitril : 0,3% acetic acid in water (14,5 : 85,5) as eluents, for 13 mins in 280 nm wavelengths. The following study showed that cellulase from self-culture Aspergillus niger UICC371 are produced the highest activity (0,467 U/mL) and has been used in sappanwood-EAE method compare to commercial Aspergillus niger cellulase. The optimum condition of sappanwood-EAE methods were in 6,0% enzyme concentration and 50℃ temperature extraction which provide an increase in brazilin content up to 5,014% compare to reflux method. Response surface method for this EAE method were suggested in optimum condition by using 6,0% concentration enzyme at 50℃ for 1 hr time extraction.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Wijayanti
"Bromelain yang diisolasi dari nanas (Ananas comosus [L.] Merr) dapat menjadi agen fitoterapi yang sangat baik untuk pengobatan penyakit kardiovaskular karena dapat menghambat agregasi platelet. Namun jika digunakan secara oral, bromelain dapat dengan mudah terdegradasi dalam lingkungan pH asam. Ketidakstabilan dalam kondisi tertentu akan menurunkan aktivitas farmakologisnya dan menurunkan manfaatnya bagi kesehatan. Oleh karena itu, bromelain perlu dienkapsulasi dalam matriks seperti nanosfer alginat-karboksimetil selulosa (CMC) melalui metode gelasi ionik menggunakan ion kalsium sebagai agen pengikat silang. Formula nanosfer dievaluasi rasio swelling, ukuran partikel, dan efisiensi enkapsulasinya. Karakterisasi juga dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer infra merah (FTIR) dan mikroskop elektron (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula nanosfer terbaik (611,05 ± 0,35 nm) memiliki rasio swelling sebesar 177,27% dan 2119,17% pada pH 1,2 dan pH 7,4. Uji efisiensi enkapsulasi menunjukkan bahwa nanosfer Alginate-CMC dapat mengenkapsulasi bromelain sebesar 32,2%. Pelepasan bromelain dari nanosfer alginat-CMC diamati masing-masing 14,09% dan 31,14% di lingkungan lambung dan usus buatan setelah 8 jam. Bromelain dalam nanosfer alginat-CMC mempertahankan identitasnya seperti yang diamati dalam studi FTIR. Bromelain yang dienkapsulasi memiliki aktivitas proteolitik hingga 0,60 U/mL dan aktivitas antiplatelet sebesar 73,95%. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa nanosfer alginat-CMC berhasil melindungi bromelain dari lingkungan asam di lambung dan memiliki karakteristik lepas lambat di lingkungan usus buatan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa nanosfer alginat-CMC bisa menjadi sistem pengiriman yang menjanjikan untuk pengiriman enzim

Bromelain isolated from pineapple (Ananas comosus [L.] Merr) can be an excellent phytotherapeutic agent for cardiovascular treatment as it can inhibit platelet aggregation. However, if it is used orally, it can be easily degraded in the acidic pH environment due to enzymes secreted during the digestion process. Its instability under a certain condition will reduce its pharmacological activity and as a result, will reduce its health benefit. Therefore, bromelain needs to be encapsulated in a matrix such as alginate-carboxymethyl cellulose (CMC) nanospheres by ionic gelation method using calcium ion as a crosslinking agent. The alginate-CMC nanospheres were evaluated for their swelling ratio, particle size, and drug encapsulation efficiency. Characterization was also carried out using fourier transform infrared spectrophotometer (FTIR) and scanning electron microscope. The results showed that the best nanosphere (611.05±0,35 nm) has swelling ratios of 177.27% and 2119.17% at pH 1.2 and pH 7.4, respectively. The encapsulation test revealed that the Alginate-CMC nanospheres can encapsulate the bromelain with encapsulation efficiency of 32.2%. The release of bromelain from the nanospheres was observed 14.09% and 31.14% respectively in the artificial gastric and intestinal environment after 8 hours. Bromelain in the nanospheres retains its identity after nanospheres formation as observed in FTIR studies. The encapsulated bromelain has a proteolitic activity up to 0.60 U/mL and antiplatelet activity of 73.95%. From these studies, it can be concluded that the alginate-CMC nanospheres can successfully protect bromelain from the acidic environment in the stomach and have slow-release characteristics. These results also suggest that alginate-CMC nanospheres could be a promising delivery system for enzyme delivery"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Syarif
Depok: UI-Press, 2008
PGB 0056
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>