Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Nariswari Nayadheyu
"ABSTRAK

Tesis ini membahas objektifikasi dan normalisasi tubuh perempuan yang terjadi pada media sosial, khususnya akun Instagram @dramaojol.id. Akun ini tidak hanya dimanfaatkan untuk pembagian informasi terkait dengan transportasi online, namun juga sebagai tempat hiburan dimana tubuh perempuan seringkali diobjektifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Teori objektifikasi Fredickson & Roberts dan teori kekuasaan Foucault digunakan untuk melihat objektifikasi dan normalisasi tersebut. Data dianalisis melalui semiotika sosial Theo van Leeuwen melalui 3 tahap, yakni metafungsi representasi, interaksi, dan komposisi. Hasil yang ditemukan adalah pada metafungsi representasi, perempuan selalu ditempatkan sebagai tujuan (goal), metafungsi interaksi menunjukkan bahwa perempuan ditampilkan kepada khalayak sebagai penawaran (offer), dan metafungsi komposisi perempuan selalu ditempatkan ditengah sebagai fokus utama. Objektifikasi yang sering ditemukan pada akun ini adalah fungibility, penyamaan tubuh dengan obyek lain. Normalisasi dilakukan melalui wacana humor dengan karakteristik oposisi seksual dan non-seksual serta penggunaan teks maskulin melalui naming and androcentrism, double entendres, dan euphemism and taboo.


ABSTRACT

The focus of this study is objectification and normalization of woman's body that happen in social media, particularly @dramaojol.id's Instagram account. This account is not only used as a place to share information regarding to online transportation, but also as a place for recreation where women's body is often objectified. This research is a qualitative research using critical paradigm. Fredickson & Roberts' objectification theory and Foucault's power theory is used to explain the process of objectification and normalization. The data is analysed by using Theo van Leeuwen's social semiotics through 3 steps of analysis, namely metafunction of representation, interaction and composition. The findings are, at the level of representation woman is always placed as a goal. At the level of interaction, woman is presented as an offer to the followers and at composition woman's body is always placed as a focus to be objectified. It is also found that objectification that often happen in @dramaojol.id Instagram account is fungibility, treating the person as interchangeable with objects. Furthermore, normalization is done through humor with characteristics of sexual and non-sexual opposition whereas masculinity is portrayed by naming and androcentrism, double entendres and euphemism and taboo.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Issantia Retno Sulistiawati
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti bagaimana perempuan dalam usaha daring dalam media sosial mampu memenuhi kebutuhan gender praktis dan strategis. Penelitian ini menggunakan studi kasus feminis dengan mengambil 5 subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui metode purposive sampling. Untuk menangkap fenomena perempuan daring, saya menggunakan kerangka teori feminis Catherine MacKinnon untuk membongkar fenomena subordinasi dan dominasi yang terjadi dalam usaha daring perempuan dan melalui perbedaan kelas teori feminis Allison Jagar. Untuk menerjemahkan dan mengukur pemberdayaan ekonomi perempuan, saya menganalisis tema-tema yang muncul menggunakan pemberdayaan ekonomi dengan 2 variabel Moser yaitu kebutuhan gender praktis dan gender strategis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 subjek, 1 subjek yang memenuhi kebutuhan gender praktis dan 4 subjek tidak dapat memenuhi kebutuhan gender praktis karena terhambat pelebaran media sosial, pengetahuan dan posisi tawar perempuan dalam ranah domestik. Sementara itu, dalam pemenuhan gender strategis, kelima subjek tidak berhasil mencapai pemenuhan gender strategis karena tidak adanya dukungan aturan pemerintah dan bantuan usaha dari pemerintah. Selain itu, perempuan mengalami dilema yang terbentuk karena adanya penghasilan ternyata tidak membuat subjek terlepas dari urusan domestik. Temuan lain juga menunjukkan bahwa subjek memiliki strategi ?melawan? dan ?bertahan? sebagai taktik untuk melangsungkan usaha daring perempuan. Pemerintah juga memberi andil dalam mendomestifikasi subjek perempuan karena usaha daring perempuan yang memberikan penghasilan padanya tidak dihargai.

ABSTRACT
This thesis examines how women in online business is able to meet the practical and strategic gender needs. This study uses 5 subject from feminist related case studies. Data was collected by purposive sampling method. To capture the phenomenon of women in online bussines, I used the theoretical framework of feminist Catherine MacKinnon to dismantle the phenomenon of subordination and domination that occurs in women in online bussines through Allison Jagar feminist theory of class distinctions. To transform those theory in a practical way, I analyze the themes that emerged using economic empowerment with two variables, namely Moser practical gender needs and strategic gender needs. The results showed that of the five subjects, one subject meets practical gender needs, while the other 4 subjects did not meet the practical gender needs because it is hampered by the role of social media, knowledge and bargaining power of women within the domestic market. Furthermore, in the fulfillment of strategic gender, the five subjects did not achieve the fulfillment of strategic gender due to the absence of government regulation and lack of effort from the government to support online businesses run by women. In addition, it was found that women have experienced a dilemma because the fact that they now have income does not make them free from their domestic responsibility. Other findings also indicate that the subject has a ?fight" and "survive" strategy as a ploy to perpetuate women in online bussines. The government may also contribute in domesticating female subjects as shown by the lack of appretiations towards women with online business and stream of income."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalita Amelia Nugrahaningsih
"Maraknya hijaber yang bermunculan menciptakan sebuah fenomena yang unik, seperti hijaber syar rsquo;i dan modis. Di satu sisi, dapat mengajak perempuan untuk mengenakan hijab, akan tetapi di sisi lain juga melakukan tindakan-tindakan yang memberikan keuntungan ekonomi pada beberapa pihak. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi nilai-nilai muslimah dalam media sosial. Metode yang digunakan adalah analisis semiotika Barthes.
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat mitos kecantikan, tubuh ideal, dan peran-peran domestik pad perempuan, bentuk komodifikasi agama antara hijaber syar rsquo;i dan modis dilakukan dengan cara yang berbeda satu sama lain, serta penggunaan agama sebagai alat untuk memudahkan komodifikasi.

The rise of emerging hijabers creates a unique phenomenon, such as the hijaber syar 39 i and fashionable. On the other hand, it can invite women to wear hijab, but on the other hand also perform actions that provide economic benefits to some people. This research will discuss about how the forms of commodification of muslimah values in social media.
Using Barthes semiotics analysis, this study know that there are beauty myths, ideal bodies, and domestic roles in women, the form of religious commodification between hijaber syar 39 i and fashion is done in different ways from each other, and the use of religion as a means to facilitate commodification.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mei, Liu Xiang
"Penelitian ini membahas tentang perbedaan representasi objektifikasi perempuan dalam humor seksual antara Tiongkok dan Indonesia, serta implikasinya terhadap persepsi sosial. Dengan menggunakan analisis kualitatif, studi ini membandingkan konten humor dari kedua negara, mengidentifikasi cara-cara perempuan diobjektifikasi dalam konteks budaya dan sosial yang berbeda. Di Indonesia, humor cenderung menggambarkan perempuan dalam peran domestik dan tradisional, sementara di Tiongkok, objektifikasi lebih eksplisit dan berfokus pada aspek seksual dan transaksional. Metodologi penelitian melibatkan analisis konten terhadap humor dalam media massa dan digital, dengan teori Avner Ziv tentang humor, teori objektifikasi Nussbaum dan Langton, dan perspektif feminisme serta teori kritis media sebagai kerangka teori. Hasil studi ini menyoroti bagaimana norma sosial dan nilai budaya mempengaruhi representasi objektifikasi perempuan dalam humor, serta dampaknya terhadap pandangan masyarakat terhadap perempuan, menunjukkan perlunya pemahaman kritis terhadap humor dalam konteks sosial dan gender yang lebih luas.

This research discusses the differences in the representation of women's objectification in sexual humor between China and Indonesia, and its implications on social perceptions. Utilizing qualitative analysis, the study compares humor content from both countries, identifying how women are objectified within different cultural and social contexts. In Indonesia, humor tends to depict women in domestic and traditional roles, whereas in Tiongkok, objectification is more explicit and focuses on sexual and transactional aspects. The research methodology involves content analysis of humor in mass media and digital platforms, employing Avner Ziv’s theory of humor, Nussbaum and Langton's objectification theory, and perspectives from feminism and critical media theory as the theoretical framework. The findings highlight how social norms and cultural values influence the representation of women's objectification in humor, and its impact on societal views of women, indicating the need for a critical understanding of humor within broader social and gender contexts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desvita Tria Ningrum
"Penelitian ini ingin mengeksplorasi pemahaman dan pemaknaan perempuan akan pengalamannya terhadap kekerasan berbasis gender online (KBGO) dalam bentuk surveillance (pengawasan) di media sosial. Pengawasan dalam studi terdahulu lebih banyak ditemukan dalam praktik yang melibatkan negara/komersial dan masyarakat. Penelitian ini mencoba menggunakan logika pengawasan yang sama dengan berfokus pada bentuk pengawasan terhadap sesama online user di media sosial, yakni oleh laki-laki terhadap perempuan di suatu hubungan intim/romantis. Perempuan cenderung sulit melihat pengawasan yang dilakukan oleh laki-laki di dalam hubungan interpersonal sebagai bagian dari situasi KBGO yang menindas. Hal ini terjadi karena relasi kuasa dalam hubungan membuat laki-laki kerap mendistorsi cara pandang perempuan akan kekerasan melalui tindakan kontrol yang bersifat memaksa dan kontrol yang berbasis rasa kasih sayang (benevolent sexism). Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif secara spesifik dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada perempuan yang pernah mengalami KBGO dalam bentuk pengawasan. Analisis berfokus pada temuan dengan mengandalkan kerangka teoretis utama, yakni kontrak seksual oleh Carole Pateman dan pengawasan lateral oleh Andrejevic. Penelitian ini menemukan bahwa KBGO dalam bentuk pengawasan melibatkan kontrol dan penyalahgunaan hak privasi perempuan yang berhubungan dengan kerentanan data digital perempuan. Perempuan yang terjebak di situasi KBGO dalam bentuk pengawasan mengaku mengalami peretasan data pribadi, yang tidak hanya digunakan untuk mengawasi dirinya secara online, tetapi juga berpotensi berujung pada pengawasan fisik secara langsung. Selain itu, dengan menggunakan kerangka teoretis subjektivitas individu oleh Lacan dan taktik serta strategi sebagai praktik sehari-hari oleh Michel de Certeau, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa perempuan memiliki agensi yang mampu menyadari penindasan dan bertindak melawan kontrol laki-laki. Perempuan mempelajari celah-celah dalam struktur penindasan dan melakukan tindakan untuk melepaskan dirinya keluar dari situasi KBGO yang menindas.

This study aims to explore women's understanding and interpretation of their experiences with online gender-based violence (KBGO) in the form of surveillance on social media. Surveillance in previous studies was mostly found in practices involving the state, commercial entities, and society. This research attempts to apply the same surveillance logic by focusing on the form of surveillance among online users on social media, specifically by men over women in intimate/romantic relationships. Women tend to find it difficult to see surveillance by men in interpersonal relationships as part of an oppressive KBGO situation. This occurs because power dynamics in relationships often lead men to distort women's perspectives on violence through coercive control and control based on benevolent sexism. This study was conducted using qualitative methods, specifically through in-depth interviews with women who have experienced KBGO in the form of surveillance. The analysis focuses on the findings by relying on the main theoretical frameworks, namely the sexual contract by Carole Pateman and lateral surveillance by Andrejevic. The study found that KBGO in the form of surveillance involves the control and abuse of women's privacy rights related to the vulnerability of their digital data. Women in a surveillance situation reported experiencing personal data hacking, which is not only used to monitor them online but also has the potential to lead to direct physical surveillance. Additionally, using the theoretical frameworks of individual subjectivity by Lacan and tactics and strategies as everyday practices by Michel de Certeau, this study also shows that women possess agency that enables them to recognize oppression and act against male control. Women learn to identify gaps within the oppressive structure and take actions to free themselves from the oppressive KBGO situation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fathurrizki Budiman
"Penelitian ini mengkaji tentang humor yang ada pada media sosial TikTok. Fokus utama penelitian ini terletak pada humor alih bahasa Indonesia-Jepang dan bagaimana penciptaan humor tersebut terjadi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penerjemahan dari Newmark (1998), teori penerjemahan humor dari Jeroen Vandaele (2010) yang berkaitan dengan sosiokultural, dan 45 teknik pembentukan humor oleh Arthur Asa Berger (1997). Penelitian dilakukan dengan mencatat, meneliti, dan melakukan tabulasi pada 30 video TikTok oleh akun @heyekgenki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data dari tuturan tokoh yang mengandung humor dapat diklasifikasi menjadi enam bagian, yaitu idiom, nama anggota tubuh, negasi, repetisi, nama binatang, dan data lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, teori 45 Teknik Pembentukan Humor dari Arthur Asa Berger (1997) pada kategori Language (kebahasaan) yang memuat 15 teknik, seyogyanya dapat ditambahkan satu teknik tambahan. Teknik tersebut adalah teknik alih bahasa yang menjadi teknik ke-16. Teknik alih bahasa mencirikan fitur penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan pada bahasa yang dituju, sering kali menggunakan penerjemahan literal, dan cenderung mempertahankan pola pemikiran yang melekat pada bahasa sumber. Dengan demikian, berdasarkan data yang telah dianalisis, teknik alih bahasa ini dapat menjadi pelengkap pada teori teknik pembentukan humor Berger, sehingga membuat total keseluruhan teori tersebut berjumlah 46.

This research aims to examines humor on the social media platform TikTok. The primary focus of this research is on Indonesian-Japanese language translation humor and the mechanisms through which this humor is created. The theoretical framework utilized in this study includes Newmark's (1998) translation methods, Jeroen Vandaele's (2010) theory on the translation of humor and its sociocultural implications, and Arthur Asa Berger's (1997) 45 techniques of humor creation. The research was conducted by recording, analyzing, and tabulating data from 30 TikTok videos by the account @heyekgenki. The findings of this study reveal that the humorous utterances can be classified into six categories: idioms, body part names, negations, repetitions, animal names, and other miscellaneous data. Based on these findings, it is proposed that Arthur Asa Berger's (1997) theory of 45 Humor Creation Techniques in the Language category, which currently encompasses 15 techniques, should include an additional technique. This technique, referred to as the translation technique, would become the 16th technique. The translation technique is characterized by the translation of content from one language to another in a manner that deviates from the target language's linguistic norms, often employing literal translation and retaining the thought patterns inherent in the source language. Thus, based on the analyzed data, the translation technique can complement Berger's humor creation techniques, increasing the total number of techniques to 46."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Kanina
"ABSTRAK
Studi ini memperhatikan pentingnya keterlibatan Instagram terhadap wanita muda berusia 18 hingga 23 tahun di Indonesia. Menggunakan purposif teoretis sampling, penelitian ini menyampel orang-orang berdasarkan potensi mereka untuk mengetahui bagaimana penggunaan Instagram di Indonesia berdampak terhadap persepsi citra tubuh wanita muda saat ini. Dengan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa pengguna Instagram wanita muda di Indonesia telah terikat pada platform karena fenomena influencer dan koneksi teman sebaya. Instagram telah mendukung perubahan perilaku pada generasi wanita muda, termasuk mempromosikan rasa tidak aman pada diri sendiri dan kekecewaan terhadap tubuh mereka sendiri.

ABSTRACT
The study pays attention to the importance of Instagram engagement towards the young women of 18 to 23 years old in Indonesia. Using purposive theoretical sampling, this research samples related people on the basis of their potential to know how Instagram usage in Indonesia make impact toward the perception of young women s body image nowadays. By this research, it was agreed that young women Instagram users in Indonesia are attached to the platform due to the phenomenon of influencers and peer connections. Instagram has support the changing behaviors on the young women generation, including promoting insecurities and disappointment toward their own bodies."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Amira Eri
"Media sosial dan influencer memainkan peran besar dalam membentuk konsep kecantikan. Akibatnya, media sosial, citra tubuh, dan cara wanita memandang kecantikan menjadi tak terpisahkan. Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana Kim Kardashian sebagai influencer memanfaatkan Instagram-nya, serta pengaruhnya terhadap persepsi audiens tentang standar kecantikan dan pandangan terhadap citra tubuh. Desain penelitian kualitatif dilakukan untuk penelitian ini, dan pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, pengumpulan informasi dari berbagai sumber, serta melalui analisis halaman Instagram Kim Kardashian. Penelitian telah menemukan bahwa Kim Kardashian menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis di Instagram-nya melalui kulit dan sosoknya yang selalu sempurna. Akibatnya, orang cenderung membandingkan diri mereka dengan Kim Kardashian dan karenanya merasa tidak puas dengan tubuh mereka sendiri.

Social media and influencers have a significant impact on the perception of beauty. As a result, social media, body image, and women's perceptions of beauty have become inextricably linked. This paper studies how Kim Kardashian as an influencer utilises her Instagram, and how it affects the audience’s perception about beauty standards and views on body image. A qualitative research design was done for this study, and the data collection was carried out by the study of literature, collecting information from various sources and also through analysis of Kim Kardashian’s Instagram page. The research has found that Kim Kardashian created unrealistic beauty standards in her Instagram through her constantly flawless skin and figure. As a result, people tend to compare themselves to Kim Kardashian and consequently feel dissatisfied with their own body."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Teresia Miranti Kesumastuti
"Konstruksi perempuan yang muncul dalam iklan, layar kaca, film maupun media lain menunjukkan salah satu karakter yang dimiliki oleh perempuan yang ideal adalah paras cantik atau menarik. Hal yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan konstruksi sosial kecantikan perempuan yang bekerja di industri media (di belakang layar), apakah sama? Penelitian ini menggunakan teori Konstruksi Sosial dari Berger dan Luckmann. Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme dan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pekerja perempuan khususnya mereka yang bekerja di belakang layar. Hasil penelitian menunjukkan Proses konstruksi sosial pada kecantikan perempuan yang bekerja di insitusi media terjadi melalui momen eksternalisasi, yaitu adanya anggapan bahwa bekerja di institusi media walaupun di belakang layar harus tetap memperhatikan penampilan wajah dan tubuh, lalu ada momen objektivasi yang terbagi dua yaitu karyawan perempuan merasa memang diperlukan untuk tampil menarik kapanpun itu dan sebaliknya merasa apabila tampilan menarik hanya diperlukan jika ada acara besar saja. Terakhir ada momen internalisasi yaitu proses sosialisasi melalui keluarga teman dan lingkunan sekitar yang terjadi pada setiap individu lalu kemudian hadir di momen eksternalisasi kembali.

The construction of women who appear in advertisements, television screens, films and other media shows that one of the characters possessed by the ideal woman is a beautiful or attractive face. The question is, what about the social construction of women's beauty working in the media industry (behind the scenes), is it the same? This study uses Social Construction theory from Berger and Luckmann. In this study the paradigm used is constructivism and using qualitative methods. Data collection was carried out by in-depth interviews with women workers, especially those who worked behind the scenes. The results showed that the social construction process on the beauty of women who work in media institutions occurs through moments of externalization, namely the assumption that working in a media institution even though behind the scenes must still pay attention to the appearance of the face and body, then there is a moment of objectivation divided into two, namely female employees feel it is necessary to look good whenever it is and vice versa feel that if an attractive appearance is only needed if there is a big event. Finally there is the moment of internalization, the process of socialization through family friends and the surrounding environment that occurs in each individual and then present at the moment of externalization again."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Yuliastuti
"Perempuan rentan mengalami kekerasan, baik di dunia nyata maupun dalam ruang siber (cyber space). Bahkan kekerasan yang terjadi di ruang fisik diungkapkan dalam ruang siber melalui media sosial, seperti disebarkannya video yang memperlihatkan peristiwa kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi sosial nonformal berupa komentar yang ditulis oleh pengguna media sosial pada video kekerasan terhadap perempuan di Cinere kota Depok. Komentar-komentar yang ditujukan pada video kekerasan terhadap perempuan dikaji dengan menggunakan konsep patriarki, kekerasan terhadap perempuan, viktimisasi serta juga memanfaatkan teori symbolic reality dan pemikiran feminis mengenai maskulinitas. Hasilnya diperoleh bahwa, berbagai komentar baik yang mendukung atau yang tidak mendukung korban merepresentasikan realitas sosial yang diyakini oleh pengguna media sosial. Banyak pula komentar yang berpihak pada korban, baik perempuan yang mendapatkan kekerasan maupun anak yang ada di samping korban. Selain itu, komentar yang menyalahkan korban (victim blaming) juga ditemukan. Perempuan yang menjadi korban kekerasan di dunia nyata masih mendapatkan kekerasan lagi di ruang siber melalui komentar yang diberikan oleh pengguna media sosial. Dapat disimpulkan dari total 399 komentar yang dianalisis, terdapat komentar yang mendukung dan yang tidak mendukung perempuan sebagai korban kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki. Perbedaan komentar yang terlihat pada unggahan video kekerasan tersebut didasarkan pada realitas simbolik yang diyakini berbagai macam.

Women are vulnerable to violence, both in the real world and in cyberspace. Even violence that occurs in the real world also emerges in cyberspace through social media, such as the dissemination of videos showing incidents of violence against women. This research is to see nonformal social reactions in the form of comments written by social media users on videos of violence against women in Cinere, Depok City. The comments expressed on videos of violence against women are studied using the concepts of patriarchy, violence against women, and victimization, and also utilizing the theory of symbolic reality and feminist thought about masculinity. The result obtained is that the various comments given by social media users on videos of violence against women represent the social reality believed by social media users. Many commenters sided with the victim, either the woman who was assaulted or the child who was next to the victim. Furthermore, comments blaming the victim are also still found on these violent video posts. Women who are victims of violence in the real world still get more violence in the virtual world through comments given by social media users. The different comments on the violent videos are based on the symbolic realities they believe. In conclusion, from the 399 comments that have been analyzed, there are comments that support and comments that do not support women as victims of violence. The different comments on the violent video are based on the symbolic reality they believe in."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>