Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mulia
"Latar Belakang: Proktitis radiasi merupakan komplikasi yang sering dijumpai akibat terapi radiasi pada pasien keganasan pelvis. Berbeda dengan proktitis radiasi akut yang umumnya self-limiting, proktitis radiasi kronik (PRK) dapat berdampak pada menurunnya kualitas hidup dan meningkatnya biaya kesehatan, morbiditas, dan bahkan mortalitas pasien.
Tujuan: Mengevaluasi insidens dan faktor-faktor risiko terjadinya PRK pada pasien kanker leher rahim (KLR) yang mendapatkan terapi radiasi.
Metode: Dilakukan analisis retrospektif pada pasien-pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi di Departemen Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta selama kurun waktu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010. Data mengenai pasien, faktor yang berhubungan dengan terapi radiasi, dan PRK akibat komplikasi lanjut dari terapi radiasi dikumpulkan dari catatan medik pasien.
Hasil: Selama periode tersebut, terdapat 234 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan median follow-up selama 30 bulan, didapatkan 12 pasien [5,1% (IK 95% 2,28-7,92%)] mengalami PRK (6 proktitis, 6 proktosigmoiditis). PRK terjadi pada 7-29 bulan setelah terapi radiasi selesai (median 14,5 bulan) dan 87% dari seluruh PRK terjadi dalam 24 bulan pertama setelah terapi radiasi. Dengan analisis multivariat Cox regresi, didapatkan hubungan bermakna antara dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy (HR 7,96; IK 95% 2,30-27,50; p=0,001) dan usia ≥60 tahun (HR 5,42; IK 95% 1,65-17,86; p=0,005) dengan terjadinya PRK. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara teknik radiasi 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) (HR 1,36; IK 95% 0,41-4,51; p=0,616), riwayat histerektomi (HR 1,14; IK 95% 0,34-3,79; p=0,83), dan indeks massa tubuh (IMT) <18,5 kg/m2 (HR 2,34; IK 95% 0,51-10,70; p=0,265) dengan terjadinya PRK.
Simpulan: Insidens kumulatif PRK selama 3 tahun pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi adalah 5,1% (IK 95% 2,28-7,92%). Dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy dan usia ≥60 tahun merupakan faktor risiko potensial terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi. Teknik radiasi 2D-XRT, riwayat histerektomi, dan IMT <18,5 kg/m2 belum dapat dibuktikan sebagai faktor risiko terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi.

Background: Radiation proctitis is frequently occured as a complication of radiotherapy for pelvic malignancies. Unlike acute radiation proctitis that is usually self-limiting, chronic radiation proctitis (CRP) can impact on quality of life and increase health cost, morbidity, and even mortality of the patients.
Aims: To evaluate the incidence and risk factors of CRP after radiotherapy in patients with cervical cancer (CC).
Methods: A detailed retrospective analysis was performed on CC patients who had radiotherapy at the Department of Radiotherapy Faculty of Medicine, The University of Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from 1st January to 31st December 2010. Data on patient, treatment-related factors, as well as CRP as late complication of radiotherapy were collected from patients’ medical records.
Results: During that period of time, 234 patients met the criteria for this study. With a median follow-up of 30 months, 12 patients [5,1% (CI 95% 2,28-7,92%)] developed CRP (6 proctitis, 6 proctosigmoiditis). CRP occured 7-29 months after completion of radiotherapy (median 14,5 months) and 87% of all CRP occured within 24 months after radiotherapy. Multivariate Cox regression analysis demonstrated significant association between the total rectal-received dose >65 Gy (HR 7,96; CI 95% 2,30-27,50; p=0,001) and age ≥60 years (HR 5,42; CI 95% 1,65-17,86; p=0,005) and the occurrence of CRP. There was no significant association between 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) technique (HR 1,36; CI 95% 0,41-4,51; p=0,616), history of hysterectomy (HR 1,14; CI 95% 0,34-3,79; p=0,83), and body mass index (BMI) <18,5 kg/m2 (HR 2,34; CI 95% 0,51-10,70; p=0,265) and the occurrence of CRP.
Conclusions: The 3 years cumulative incidence of CRP after radiotherapy in patients with CC is 5,1% (CI 95% 2,28-7,92%). The total rectal-received dose >65 Gy and age ≥60 years are the potential risk factors of CRP after radiotherapy in CC patients. The 2D-XRT technique, history of hysterectomy, and BMI <18,5 kg/m2 have not been proven as the risk factors of CRP after radiotherapy in CC patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Aji Jati Nusa Kartika
"Cervical cancer is women?s health issues in Indonesia, with high incidence and mortality rate. In worldwide, 493.243 people has detected cervical cancer per year, with mortality rate reach 273.505 people per year. Early detection of cervical cancer with IVA is an alternative method with lower cost and recommended for health facilities with limited resources. Public health centre Jatinegera was a referral health centre with facility to detect cervical cancer using IVA. This research to determine the factors associated with woman of fertile age?s practice in cervical cancer early detaection using IVA. This research was conducted in public health centre Jatinegara to 105 woman of fertile age?s who had married aged 15-49 years, by using quantitative method with cross sectional approach, analyzed in univariate and bivariate. The results showed there is no significant relationship between behavior to detect cervical cancer early with IVA with knowledge, attitude, information on the availability of facilities and infrastructure, support from health workers, and support from their husband. Health promotion efforts should be made to the elementary woman of fertile age?s with the involvement of their husband and family.

Kanker serviks merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia, sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian yang tinggi.Di dunia diketahui sebanyak 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian 273.505 jiwa per tahun.Deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA merupakan alternatif pemeriksaan yang berbiaya rendah yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya terbatas.Puskesmas Kecamatan Jatinegara merupakan puskesmas rujukan yang memiliki pelayanan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegaraterhadap 105 wanita usia subur yang sudah menikah berumur 15-49 tahun dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi cross sectional,dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA dengan pengetahuan, sikap, informasi ketersediaan sarana dan prasarana, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan suami. Dari hasil penelitian, perlu dilakukan upaya promosi kesehatan pada wanita usia subur dengan melibatkan suami dan keluarga.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindyarina
"Faktor karakteristik usia, stadium kanker, jenis terapi, dan dukungan suami diprediksi telah memengaruhi timbulnya beragam permasalahan psikoseksual pada pasien kanker ginekologi dan kanker payudara. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan karakteristik usia, stadium kanker, jenis terapi, dan dukungan suami dengan masalah psikoseksual pada pasien kanker ginekologi dan kanker payudara pasca terapi. Jenis penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan desain penelitian korelatif dan dengan pendekatan analitis kategorik. Sebanyak 61 responden dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara jenis terapi dengan masalah psikoseksual (p= 0,049; α= 0,05). Namun, hasil menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara usia (p= 0,368; α= 0,05), stadium kanker (p= 0,636, α= 0,05), dan dukungan suami (p=0,172, α= 0,05) dengan masalah psikoseksual. Hasil penelitian menyarankan diperlukan pembahasan/penelitian dengan studi kohort lebih lanjut mengenai hubungan faktor karakteristik dengan masalah psikoseksual.

Characteristic factors of age, cancer stage, types of treatment, and partner support has predicted influences psychosexual problems in patients with gynecological and breast cancer. This study aims to identify the assosiation of characteristics of age, stage of cancer, types of treatment, and partner support with psychosexual problems in post treatment gynecological and breast cancer patients. Cross-sectional study was used in this study. Study sample included 61 sample as respondents wich selected by consecutive sampling technique. The results showed that there was significant assosiation between types of treatment and psychosexual problem (p= 0.049; α= 0.05). But, there was no significant assosiation between age (p= 0.368, α = 0.05), cancer stage (p= 0.636, α= 0.05), and partner support (p= 0.172, α = 0.05) with psychosexual problem. Our findings suggest a need for cohort study to discusse later about the assosiation between the characteristics and psychosexual problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Lesmana
"ABSTRAK
Pendahuluan. Kanker adalah suatu pertumbuhan tidak terkendali dari suatu sel, salah satu yang terbanyak terjadi, terutama pada wanita adalah kanker payudara. Berbagai cara banyak ditempuh oleh para peneliti untuk menemukan cara terbaik untuk penanganan kanker payudara, termasuk melalui bahan-bahan alamiah, yakni rumput laut. Eucheuma cottoniidan Eucheuma spinosum menjadi sasaran dalam studi eksperimental ini untuk mengetahui struktur fitokimia masing-masing spesies ini dan mengetahui efek antikanker yang dapat dihasilkan oleh kedua spesies ini. Metode. Kedua spesies makroalgadipanen dari Kawasan Pantai Labuan Aji di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia yang kemudian dibersihkan, dikeringkan, serta ditimbang. Sampel kemudian melalui proses ekstraksi dan fraksinasi, melalui proses uji kromatografi lapis tipis, uji fitokimia, dan uji antikanker dengan metode MTT assaydengan 6 konsentrasi yang berbeda.Hasil.Eucheuma cottoniimemiliki kandungan flavonoid dan triterpenoid pada keseluruhan ekstrak, kandungan alkaloid pada ekstrak n-heksana dan etil asetat, dan kandungan tannin pada ekstrak etanol. Pada Eucheuma cottoniiyang memiliki efek antikanker tertinggi dengan nilai IC5014,589 g/mLadalah ekstrak n-heksana, diikuti dengan ekstrak etil asetat, etanol, dan klorofom (15,987 g/mL, 18,449 g/mL, dan 25,205 g/mL), sedangkan pada Eucheuma spinosumyang memiliki efek antikanker terbaik dengan nilai IC50terendah adalah ekstrak n-heksana juga dengan IC5033,841 g/mLdiikuti dengan etil asetat, etanol, dan kloroform (37,328 g/mL, 41,523 g/mL, dan 51,981 g/mL). Setelah didapatkan nilai IC50, dilakukan uji normalitas yang menunjukkan bahwa data memiliki sebaran normal. Uji one-wayANOVA yang kemudian dilakukan untuk melihat hasil komparatif perbedaan pada masing-masing IC50menunjukkan nilai yang tidak signifikan pada masing-masing kedua spesies. Kesimpulan. Eucheuma cottoniidan Eucheuma spinosumkeduanya memiliki efek antikanker pada masing-masing ekstrak di semua konsentrasi yang bersifat concentrationdependent hingga mencapai konsentrasi 50 g/mL.Meskipun begitu, perbedaan kemampuanantikankerdari berbagai ekstrak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Kedua jenis rumput laut ini merupakan makroalgayang menjanjikan untuk diteruskan penelitiannya hingga dapat menghasilkan suatu produk antikanker.

ABSTRACT
Introduction. Cancer is an uncontrollable and rapid deployment of cells. One of the most common cancer happened especially in women nowadays isbreast cancer. Many of ways have been tried and searched by researchers in order to find the best way possible for the treatment of breast cancer, through advanced technologies as well as natural resources, which one of those is seaweed. In this experimental study, we are using Eucheuma cottonii and Eucheuma spinosum to find out theirphytochemical components and to discover theiranticancer effect thoroughly. Methods.Both species of macroalgae wereharvested in Labuan Aji Beach Area in Lombok Island, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Macroalgaewere then cleaned, dried and weighed. Through extraction and fractionation, these species were then separated into four extracts which are n-hexane, chloroform, ethylacetateand ethanol. After that, they went through thin layer chromatography procedure, phytochemistry test and finally were proved its anticancer activity with MTTassay procedure with six different concentrations. Results.Eucheuma cottonii were proved to containflavonoid and triterpenoid in all of its extracts, the alkaloid in n-hexane and ethylacetateextracts, and tannin in ethanol extract. Data shown that N-hexane extract hadthe highest anticancer activity with IC5014,589 g/mL, followed by ethylacetate, ethanol and chloroform respectively (15.987 g/mL, 18.449 g/mL, dan 25.205 g/mL). Surprisingly, in Euchema spinosum, extract with most potent anticancer activity with lowest IC50wasalso n-hexane with IC5033.841 g/mL followed by other extracts, ethylacetate, ethanol and chloroform (37.328 g/mL, 41.523 g/mL, dan 51.981 g/mL). Subsequently, a normality test to IC50data were provednormally. Afterward, to identify its significance, one-way ANOVA test wasperformed and the output showedinsignificant scores in both species. Conclusion.Both Eucheuma cottonii and Eucheuma spinosum exhibitedanticancer activity fromeach extractinevery different concentration. The more concentrated the extract, the more potent its anticancer activity is. Nonetheless, there wereno significant differences towards all the extracts tested. Both of these macroalgae showeda promising potentialthrough further research towards finding cures for breast cancer. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarto
"ABSTRAK
Ca buli merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan, faktor resiko pada individu perkotaan meliputi lingkungan, gaya hidup dan asupan makanan yang mengandung amin aromatik, benzena, dan zat karsinogen lainnya. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada ca buli dengan kateterisasi post TURBT. Pencegahan infeksi saluran kencing pada pasien dengan kateterisasi irigasi dilakukan dengan cara perawatan kateter perhari serta teknik aseptik dalam intervensi keperawatan. Perawatan dengan menggunakan chlorhexidin 2% mampu mencegah komplikasi infeksi akibat kateter.

ABSTRACT
Bladder cancer is the most problem people who live in city, environment, smoke and lifestyle is risk factor who get bladder cancer. This paper aims to show how to care patient with bladder cancer on bladder irrigation with cathteter. To prevention cathteterisation associated urinary tract infection by doing care of cathteter everyday using chlorhexidin 2%. To reduce urinary tract infections.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Adis, 2015
571.978 MUL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penatalaksanaan kanker payudara mungkin merupakan suatu hal yang amat kontrovesial dan telah mengalami perubahan luarbiasa dengan berjalannya waktu."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Moule, Terry
London: Kyle Cathie , 2000
616.994 MOU c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Dewi Rahmayanti
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
610 UI-JKI 18:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>