Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naufal Arkan Abiyyu Ibrahim
"Hati merupakan satu organ yang paling penting dalam metabolisme tubuh. Kerusakan pada hati dapat berdampak pada abnormalitas aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme di serum, seperti enzim Aspartate minotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT). Namun, terapi untuk mengobati penyakit hati masih belum memuaskan. Oleh karena itu, pencegahan penyakit hati menjadi hal yang penting. Oncom merupakan makanan fermentasi tradisional Indonesia yang diketahui memiliki efek antioksidan tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menilai efek hepatoprotektif ekstrak oncom melalui pengamatan terhadap aktivitas AST dan ALT serum. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu (1) kontrol tanpa intervensi; (2) kontrol negatif yang diberi CCl4; (3) oncom merah; (4) oncom merah dan CCl4; (5) oncom hitam; dan (6) oncom hitam dan CCl4. Ekstrak oncom diberikan dengan dosis 1 gram/kgBB/hari selama 1 minggu. CCl4 diberikan dengan dosis 0,55 mg/kgBB sehari setelah perlakuan selesai. Sampel serum tikus diambil 2 hari setelah pemberian CCl4. Hasil uji Post-Hoc LSD pada aktivitas AST menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok CCl4 dengan kelompok oncom merah dan CCl4 (p= 0,019). Hasil uji One-way Anova pada aktivitas ALT menunjuukan tidak terdapat perbedaan antar kelompok (p= 0,238). Kesimpulannya, pemberian oncom merah memberikan efek hepatoprotektif terhadap aktivitas AST yang signifikan dari paparan CCl4.

Liver is one of the most important organs in the body metabolism. Damage to the liver can have a impact on abnormal enzyme activity involved in metabolism, such as aspartate aminotransferase (AST) and serum alanine aminotransferase (ALT). However, the therapies to treat liver diseases are still not satisfactory. Therefore, prevention of liver disease is important. Oncom is a traditional Indonesian fermented food which is known to have high antioxidant effects. This study was conducted to assess the hepatoprotective effect of oncom extract by observing the activity of serum AST and ALT. Twenty four male Sprague-Dawley rats were divided into 6 groups, namely (1) control without intervention; (2) negative controls given CCl4; (3) red oncom; (4) red oncom and CCl4; (5) black oncom; and (6) black oncom and CCl4. Oncom extract was given at a dose of 1 gram / kgBW / day for 1 week. CCl4 was given at a dose of 0.55 mg / kgBW a day after the treatment is complete. Rat serum samples were taken 2 days after CCl4 administration. The LSD Post-Hoc test results on AST activity showed that there were significant differences between CCl4 group with red oncom and CCl4 groups (p= 0.019). One-way ANOVA test results on ALT activity showed no differences between groups (p = 0.238). In conclusion, administration of red oncom gave a significant hepatoprotective effect on AST activity after CCl4 exposure."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Angelina Permatasari
"Hepatotoksisitas merupakan suatu kondisi adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat atau obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida (CCl4). Untuk dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dibutuhkan senyawa yang berfungsi sebagai hepatoprotektor seperti antioksidan. Oncom diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan berupa isoflavon. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan hepatoprotekif ekstrak oncom pada tikus yang diberikan CCl4 dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas fosfatase alkali (ALP) dan Gamma Glutamyl Transferase (GGT) plasma tikus. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak yaitu, (1) kontrol tanpa perlakuan ;(2) kontrol CCl4 0,55 mg/kgBB ; (3) ekstrak oncom merah (OM) 1 gram/kgBB/hari ; (4) ekstrak OM 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB ; (5) ekstrak oncom hitam (OH) 1 gram/kgBB/hari ; (6) ekstrak OH 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB. Aktivitas ALP diukur dari plasma tikus dengan menggunakan substrat p-NPP dan aktivitas GGT diukur dari plasma tikus dengan menggunakan kit GGT RANDOX pada tiap kelompok perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan terhadap aktivitas ALP (p=0,186) dan GGT (p=0,895). Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kgBB tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada hati dan pemberian ekstrak oncom dengan dosis 1 gram/kgBB/hari belum terbukti memiliki efek hepatoprotektif apabila dilihat dari aktivitas ALP dan GGT plasma.

Hepatotoxicity is a condition of liver damage caused by the use of certain substances or drugs such as carbon tetrachloride (CCl4). To prevent liver cells damage, a compound that functions as a hepatoprotector such as antioxidants is needed. Oncom is known to contain antioxidant compounds in the form of isoflavones. This study was conducted with the aim of assessing oncom extract hepatoprotective ability in mice given CCl4 by measuring the activity of alkaline phosphatase (ALP) and Gamma Glutamyl Transferase (GGT) of rats plasma. This study using 24 male Sprague-Dawley rats divided into 6 groups randomly. (1) group without treatment; (2) was given CCl4 0.55 mg / kgBW; (3) was given red oncom extract (RO) 1 gram / kgBW / day; (4) was given RO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW; (5) was given black oncom extract (BO) 1 gram / kgBW / day; (6) was given BO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW. ALP activity was measured from rat plasma using p-NPP substrate and GGT activity was measured from rat plasma using GGT RANDOX kits in each treatment group. Data were analyzed using One-Way ANOVA. The results showed that there was no significant differences of ALP (p=0,186) and GGT (p=0,895) between all treatment groups. Therefore, it can be concluded that the administration of CCl4 0,55mg/kgBB is not causing a liver damage and the administration of oncom extract at a dose of 1 gram / kgBW / day has not been shown to have a hepatoprotective effect when measured by plasma ALP and GGT activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Sekar Larasati
"Kondisi stress oksidatif yang disebabkan oleh ketidakseimbangan produksi dengan eliminasi radikal bebas dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan hepar. Untuk menangani kondisi stress oksidatif, tubuh memerlukan antioksidan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa oncom yang dibuat dari kacang kedelai bebas lemak yang difermentasi menggunakan Neurospora sp. memiliki aktivitas antioksidan. Studi ini dilaksanakan untuk meneliti efek antioksidan oncom merah maupun oncom hitam dengan cara mengukur kadar glutation tereduksi (GSH) dan malondialdehid (MDA) hati tikus yang diberi karbon tetraklorida (CCl4). Dua puluh empat tikus yang menjadi subjek penelitian dikelompokkan menjadi enam kelompok yaitu kelompok tanpa intervensi, kelompok oncom merah, kelompok oncom hitam, kelompok CCl4, kelompok oncom merah dan CCl4, serta kelompok oncom hitam dan CCl4. Oncom diberikan sejumlah 1 gram/kgBB/hari selama 7 hari sementara CC1 4 diberikan sejumlah 0,55 mg/kgBB dosis tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberikan oncom merah dan CCl4maupun oncom hitam dan CC1 4 memiliki kadar GSH yang lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dibandingkan kelompok tikus yang hanya diberi CCl4. Sementara itu, kelompok tikus yang diberikan oncom merah dan CCl4maupun oncom hitam dan CCl4 memiliki kadar MDA yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus yang hanya diberi CCl4tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan.

Oxidative stress, which is caused by the imbalance between production and elimination of free radicals, can trigger health problems, including liver disease. Antioxidants are required to minimalize oxidative stress. The preceeding studies indicate that oncom which was made from defatted soybean and fermented using Neurospora sp. possesses antioxidant activity. This study is conducted to investigate the antioxidant activity of red oncom and black oncom by the measurement of reduced glutathione (GSH) and malondialdehyde (MDA) level on rat's liver which is given carbon tetrachloride (CCl4). Twenty four rats for the experiment are divided onto six groups; no intervention group, red oncom group, black oncom group, CCl4 group, red oncom and CCl4 group, and black oncom and CCl4 group. Oncom was given at dosage 1 gram/kgBW/day for 7 days while CCl4 was given 0,55 mg/kgBW single dose. The findings indicate that rats which are given red oncom and CCl4 and also rats which are given black oncom and CCl4 possess significantly higher GSH level compared to rats which are given CCl4. Meanwhile, rats which are given red oncom and CCl4 and also rats which are given black oncom and CCl4 possess insignificantly lower MDA level compared to rats which are given CCl4"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Astari
"Keong tutut (Bellamya javanica) merupakan bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mencegah kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efek hepatoprotektif daging keong tutut dalam menurunkan aktivitas enzim aspartat aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) yang merupakan parameter kerusakan hati. Tiga puluh enam (36) ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal (CMC 0,5%), kontrol negatif (CMC 0,5%), kontrol positif (silymarin 9,45 mg/200 g BB), dosis 1 (serbuk daging keong tutut 56 mg/200 g BB), dosis 2 (serbuk daging keong tutut 112 mg/200 g BB), dan dosis 3 (serbuk daging keong tutut 224 mg/200 g BB). Bahan tersebut diberikan secara peroral selama 14 hari. Pada hari ke-15, semua tikus, kecuali kontrol normal diinduksi dengan CCl4 1 ml/kg BB melalui rute yang sama. Dua puluh empat jam setelah induksi, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital. Aktivitas AST dan ALT plasma diukur menggunakan kit dan ditunjukkan melalui perbedaan serapan. Hasilnya menunjukkan kelompok dosis 112 mg/200 g BB dan dosis 224 mg/200 g BB memiliki aktivitas AST dan ALT yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) dengan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daging keong tutut berpotensi sebagai hepatoprotekor karena mampu menurunkan aktivitas AST dan ALT.

Freshwater snail (Bellamya javanica) is natural materials that are empirically used by society to prevent liver damage. This study aimed to prove scientifically hepatoprotective effect of flesh of tutut snail in lowering the activity of aspartate aminotransferase (AST) and alanine aminotransferase (ALT) enzymes which are the parameters of liver damage. Thirty-six (36) rats were divided into six treatment groups. Those are normal control (0,5% CMC), negative control (0,5% CMC), positive control (silymarin 9,45 mg/200 g BW), dose 1 (flesh powder of freshwater snail 56 mg/200 g BW), dose 2 (flesh powder of freshwater snail 112 mg/200 g BW), and dose 3 (flesh powder of freshwater snail 224 mg/200 g BW). Those ingredients were given orally for 14 days. On the fifteenth day, all rats, except the normal control were induced by CCl4 1 ml/200 kg BW via the same route. Twenty-four hours after the induction, blood sampling done through orbital sinus. AST and ALT plasma activity were measured using kit and shown through the absorbance differences. The results show AST and ALT activity among dose 112 mg/200 g BW group and dose 224 mg/200 g BWgroup were significantly different (p ≤ 0,05) with the negative control group. It can be concluded that freshwater snail is a potential hepatoprotector due to its ability in lowering AST and ALT activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kris Agtrian
Yogyakarta: Indonesia Tera, 2022
899.221 KRI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dama Aliya Izza
"Pajanan radikal bebas yang terlalu tinggi pada tubuh dapat menyebabkan keadaan stres oksidatif. Stres oksidatif mengarah pada timbulnya berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular yang saat ini menduduki prevalensi penyakit tertinggi di Indonesia. Untuk mencegah penyakit tersebut, dibutuhkan agen protektif berupa antioksidan. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan salah satunya adalah flavonoid. Pada penelitian ini, ekstrak daun pandan wangi digunakan untuk melihat efek hepatoprotektif dengan mengukur aktivitas alkali fosfatase (ALP) dan alanin aminotransferase (ALT) pada plasma tikus jantan yang diberi CCl4. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kelompok CCl4, kelompok pandan, dan kelompok pandan + CCl4. Pemberian pandan dilakukan selama 7 hari dengan dosis 85- mg/kgBB dan CCl4 diberikan pada hari ke 8 dengan dosis 0,55 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak daun pandan wangi tidak menunjukkan penurunan pada aktivitas ALP, namun menunjukkan penurunan pada aktivitas ALT hanya saja penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik (p < 0,05). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun pandan wangi dengan dosis 85 mg/kgBB selama 7 hari tidak memberikan efek hepatoprotektif pada hati tikus jantan yang diberi CCl4 karena dosis terlalu rendah.

Too much exposure of free radicals in the body can cause oxidative stress. Oxidative stress leads to some non communicable diseases which currently occupy the highest prevalence in Indonesia. To prevent the disease, protection agent, namely antioxidant is required. Fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius) is a plant which have antioxidant content, one of which is flavonoid. In this research, fragrant pandan leaves extract is used to see the hepatoprotective effect by measuring the activity of alkaline phospatase (ALP) and alanine aminotransferase (ALT) in plasma rats given CCl4. 24 Sprague-Dawley rats divided into four groups of treatments, namely normal control, CCl4 group, pandan group and pandan + CCl4 group. Pandan extract was given for 7 days at a dose 85 mg/kgBW and CCl4 was given on the 8th days at a dose 0,55 mg/kgBW. Based on the result of this reasearch, fragrant pandan leaves extract did not lower ALP activity. However, it lowered ALT activity, although it was not statistically significant (p < 0,05). In conclusion, the administration of fragrant pandan leaves extract at a dose 85 mg/kgBW had not proved to give hepatoprotective effect on the liver of in male rats given CCl4 because the dosage is too low."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Sofina Indra
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T40190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Aprilia
"The "FAD" is one of herbal medicine that can be used for diabetes mellitus. Because It will be used for long term repeated administration, so the "FAD" must be assessed especially for liver and renal function.
The purpose of this study is to know the acute toxicity effect of the "FAD" before used by people through determining LD50, alanine aminotransferase (ALT) and aspartate aminotransferase (AST) plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma of mice.
This study used the Deutshe Yoken mices (25 male and 25 female) as an experimental animal. Each sex divided into five groups and each groups consist of five mices. Group I, II, III, and IV were given "FAD" with 0,813; 2,033; 5,083; and 12,708 g/kgbw dosage as a study group, while group V was given 0,5% CMC orally as a control group. Twentyfour hours after administration the test solution, the number of the mice died was counted, and there were none of the mice died so the LD50 value cannot be determined. One way varian analysis of ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatine plasma was done at 24 hours and 14 days after the test solution was given (=0,05) showed that there was no significant differences between study groups and control group.
The result was indicated that given "FAD" with maximum concentration of 12,708 g/kgbw did not have significant effect on the liver and renal function through parameter ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma.

Obat herbal "FAD" adalah salah satu obat herbal yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Oleh karena penggunaannya akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi hati dan ginjal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek toksisitas akut obat herbal antidiabetes "FAD" terhadap fungsi hati dan ginjal dengan parameter nilai LD50, aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST), serta kadar urea dan kreatinin plasma pada mencit putih jantan dan betina.
Pada penelitian digunakan 50 ekor mencit putih galur DDY (Deutshe Yoken) yaitu 25 ekor mencit jantan dan 25 ekor mencit betina. Masing-masing jenis kelamin dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 mencit di setiap kelompoknya. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan sediaan uji dengan dosis berturut-turut adalah 0,813; 2,033; 5,083; dan 12,708 g/kgbb. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapatkan bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan.
Hasil uji statistik ANOVA satu arah (=0,05) terhadap hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin setelah 24 jam dan 14 hari dari perlakuan menunjukkan tidak terjadi perbedaan secara bermakna baik antar kelompok maupun dengan kelompok kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan uji obat herbal "FAD" dengan konsentrasi maksimum 12,708 g/kgbb tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal mencit putih jantan dan betina dengan parameter aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin plasma."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2008
S32996
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Ermanto
"Pertumbuhan janin terhambat sebagai komplikasi kehamilan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal dibandingkan janin normal, dengan angka mortalitas perinatal berkisar dari empat sampai sepuluh kali lebih besar.
Bayi dengan berat lahir rendah untuk usia kehamilan memiliki risiko tiga sampai sepuluh kali lipat dibanding bayi dengan berat lahir normal untuk terjadinya penyakit seperti hipertensi, resistensi insulin dan gangguan metabolisme kolesterol. Secara epidemiologi telah terbukti bahwa diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner (PJK) lebih sering terjadi pada orang dewasa dengan berat lahir rendah. Yang menarik adalah bahwa gangguan tersebut merupakan efek jangka panjang pada orang dewasa sebagai konsekuensi gangguan nutrisi saat janin.
Hubungan antara berat lahir rendah dan prevalensi penyakit jantung koroner telah ditunjukkan dengan penelitian di India Selatan tahun 1996. Di antara pria dan wanita usia 45 tahun atau lebih, prevalensi penyakit jantung koroner ialah l1% pada yang berat lahir 2,5 kg, dan hanya 3% pada yang berat lahir 3,2 kg.
Penelitian di Inggris memperiihatkan juga bahwa neonatus dengan ukuran tubuh yang kecil dibandingkan dengan ukuran kepala, walau dalam rentang berat lahir normal, memi!iki gangguan metabolisme, kolesterol dan pembekuan darah. Salah satu organ visera yang terganggu adalah hepar yang mengakibatkan terjadinya gangguan fungi sel hepar terrnasuk metabolisme kolesterol serta pembekuan darah secara permanen, yang merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Pada penelitian ini ingin diketahui apakah telah terjadi disfungsi hepar infra uterin berupa kelainan kadar AST, ALT, kolesterol serta panjang hepar pada bayi kecil masa kehamilan. Sehingga dengan data ini dapat nantinya menjadi dasar untuk memulai suatu intervensi 1 terapi.
Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara gangguan fungsi hepar dengan diagnosis klinis bayi kecil masa kehanti Ian?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Membandingkan gangguan fungsi hepar dengan panjang hepar pada janin PJT
Tujuan Khusus:
1. Membandingkan kadar AST pada PJT dengan bayi normal.
2. Membandingkan kadar ALT pada PJT dengan bayi normal
3. Membandingkan kadar kolesterol pada PJT dengan bayi normal
4. Membandingkan panjang hepar pada PJT dengan bayi normal
5. Mengetahui hubungan kadar AST dengan panjang hepar pada PJT
6. Mengetahui hubungan kadar ALT dengan panjang hepar pada PJT
7. Mengetahui hubungan kadar kolesterol dengan panjang hepar pada PJT"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T21400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmarina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>