Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wuri Ayu Puspita Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perceived social support memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adults Indonesia berusia 18-25 tahun berjumlah 828 partisipan. Hasil pengolahan data menggunakan teknik analisis regresi menunjukkan bahwa perceived social support tidak memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis, β = 0.0016, t(828) = 0,66, p>0,5, yang berarti perceived social support tidak memperkuat atau memperlemah hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Namun, jika dilihat secara terpisah, ditemukan bahwa distres psikologis secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = - 0.27, t(828) = -15.05, p<0.05. Selain itu, perceived social support secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = 0.51, t(828) = 11.65, p<0.05.

This study aims to determine whether perceived social support moderates the relationship between psychological distress and psychological well-being. Participants in this study were Indonesian emerging adults aged 18-25 years totaling 828 participant. The results of data processing using regression analysis techniques show that perceived social support does not moderate the relationship between psychological distress and psychological well-being, β = 0.0016, t (828) = 0.66, p> 0.5, which means perceived social support does not strengthen or weaken the relationship between psychological distress and psychological well-being. However, when viewed separately, it was found that psychological distress could significantly predict psychological well-being, β = - 0.27, t (828) = -15.05, p <0.05. In addition, perceived social support can significantly predict psychological well-being, β = 0.51, t (828) = 11.65, p <0.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Kamaril Larasati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perceived social support sebagai mediator hubungan antara bersyukur dan psychological well-being pada emerging adults. Mengingat masa emerging adulthood merupakan masa transisi, maka psychological well-being sangat penting dimiliki oleh emerging adults. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dengan 806 emerging adults Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat indirect effect ( = .05,.00 < .01) dan direct effect ( = .78,. 00 < .01) yang signifikan, yang mengindikasikan bahwa perceived social support memediasi secara parsial hubungan antara bersyukur dan psychological well-being. Dengan kata lain, bersyukur dapat melewati perceived social support terlebih dahulu untuk memengaruhi psychological well-being, namun juga dapat memengaruhi psychological well-being secara langsung.

The purpose of this study was to find out whether perceived social support mediates the relationship between gratitude and psychological well-being in emerging adults. Given maintaining psychological well-being is very important for emerging adults to face transition period. This study used a regression analysis technique with 806 developing Indonesian adults aged 18-25 years. The results of the mediation analysis has shown a significant indirect ( = .05, .00 <.01) and direct effect ( = .78, .00 <.01), which indicates that perceived social support partially mediates the relationship between gratitude and psychological well-being. In other words, gratitude can pass through perceived social support first to influence psychological well-being, but it can also affect psychological well-being directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avila Ruspanto Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah resiliensi memiliki peran sebagai mediator hubungan antara persepsi dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis. Ini didasarkan pada risiko tinggi gangguan pada kesejahteraan psikologis orang dewasa baru yang sedang menjalani transisi dan periode eksplorasi. Desain penelitian ini korelasional dengan peserta berusia 18 hingga 25 tahun tahun, belum menikah dan belum memiliki anak. Penelitian ini menggunakan Ryff's Psychological Well- Menjadi Skala, Skala Multidimensi Dukungan Sosial Persepsi, dan Skala Ketahanan Singkat.
Hasil uji statistik 828 peserta membuktikan bahwa ketahanan memediasi sebagian hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan kesejahteraan psikologis, dengan signifikan efek langsung (β = .5259 ρ <.005) dan efek tidak langsung (β = .1679, ρ <.005). Ini menunjukkan itu persepsi dukungan sosial dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis, baik secara langsung maupun melalui ketahanan sebagai mediator.

This study aims to determine whether resilience has a role as a mediator between the perception of social support and psychological well-being. This is based on a high risk of disruption in the psychological well-being of new adults who are undergoing a transition and exploration period. The design of this study was correlational with participants aged 18 to 25 years, not married and not having children. This study uses Ryffs Psychological Well-Being Scale, the Multidimensional Scale of Social Perception Support, and the Short Endurance Scale.
The results of a statistical test of 828 participants proved that endurance mediated in part the relationship between perceived social support and psychological well-being, with significant direct effects (β = .5259 ρ <.005) and indirect effects (β = .1679, ρ <.005). This shows that the perception of social support can affect psychological well-being, both directly and through endurance as a mediator.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka
"Perubahan psikososial dan psikologi yang terjadi pada masa remaja membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan. Resiliensi dianggap sangat menentukan bagaimana remaja menghadapi setiap stresor dan kesulitan hidup. Faktor-faktor yang berkontribusi pada tingkat resiliensi merupakan kunci dalam perkembangan dan kesejahteraan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari kelekatan orang tua dan teman sebaya, stres, koping proaktif, regulasi emosi, dukungan sekolah, spiritualitas, dan kondisi ekonomi terhadap resiliensi remaja. Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 269 responden SMP dan SMA di Kota Depok yang diambil berdasarkan cluster random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale dalam mengukur resiliensi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parent attachment (p=0,001;CI 95%), peer attachment (p=0,001;CI 95%), regulasi emosi (p=0,001; CI95%), spiritualitas (p=0,018;CI 95%), dukungan sekolah (p=0,001;CI 95%), koping proaktif (p=0,001;CI 95%), dan stres (p=0,001;CI 95%) mempengaruhi resiliensi remaja. Penelitian ini merekomendasikan sekolah untuk dapat memaksimalkan upaya membangun resiliensi dengan mengadakan 

Psychosocial and psychological changes during adolescence make adolescents vulnerable to health problems. Resilience is considered to determine how adolescents deal with each stressor and difficulties. Factors that contribute to resilience are considered as the key in the development dan well-being. This study is aimed to identify the effects of parent and peer attachment, stress, proactive coping, emotional regulation, school support, spirituality, and economic status on adolescent resilience. Research was conducted using cross sectional design to 269 junior and senior high school respondents in Depok approached with cluster random sampling. The study used the Connor-Davidson Resilience Scale questionnaire to measure resilience. The results showed parent attachment (p=0,000;CI 95%), peer attachment (p=0,000;CI 95%), emotion regulation (p=0,000;CI 95%), spirituality (p=0.018;CI 95%), school support (p=0,000;CI 95%), proactive coping (p=0,000;CI 95%), and stress (p=0,000;CI 95%) affect adolescent resilience. This study recommends that schools can maximize efforts to build resilience by holding regular counseling related to factors that increase resilience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 1024 mahasiswa di Indonesia usia 18-25 tahun yang terdiri dari 727 orang perempuan 71 dan 297 orang laki-laki 29 . Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist ndash; 25 HSCL-25 dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale SPS .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa r = -0,270, p = 0,000, signifikan pada LoS 0,01 . Artinya, semakin tinggi distres psikologis pada mahasiswa, semakin rendah perceived social support yang dimilikinya.

This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among college students. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 1024 college students in Indonesia aged 18 25 years old which consisted of 727 female 71 and 297 male 29 . Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist ndash 25 HSCL 25 and perceived social support was measured using Social Provisions Scale SPS .
The result of this research showed that there was a significant negative correlation between psychological distress and perceived social support among college students in Indonesia r 0,270, p 0,000, significant at LoS 0,01 . It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliana Tantya Puspa
"Penelitian terkini menunjukkan bahwa masa transisi menjadi mahasiswa merupakan masa yang penuh tekanan. Berdasarkan penelitian terdahulu, distress berhubungan dengan Perceived Social Support (PSS) di mana semakin tinggi PSS maka berhubungan dengan distres yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distress psikologis dengan PSS pada mahasiswa baru Universitas Indonesia angkatan 2018 dan melihat sumber manakah yang memiliki hubungan paling kuat dengan distres. Partisipan berjumlah 269 mahasiswa baru UI. Penelitian ini menggunakan Self Report Questionnaire (SRQ) 20 untuk mengukur distres psikologis dan Multidimensional Scale of PSS (MSPSS) untuk mengukur PSS. Hasil menjukkan terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut dan keluarga merupakan sumber PSS yang memiliki hubungan paling kuat dengan distres psikologis. Hasil lain yang didapatkan adalah perempuan memiliki tingkat distres yang lebih tinggi dibanding laki-laki.

Recent studies shows that the period of being an undergraduate were full of pressure. Based on previous research, unpleasant stress, also called distress, is related to Perceived Social Support (PSS). This research was conducted to examine relationship between psychological distress and PSS among first year undergraduates of Universitas Indonesia. The participants were 269 first year undergraduate of UI. This study uses Self Report Questionnaire (SRQ) 20 to assess psychological distress and Multidimensional Scale of PSS (MSPSS) to assess PSS. The results show that there is significant negative relationship between that two variables, and also indicates that PSS from family has the strongest correlation with PSS. The result also show that women has higher level of stress than men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazka Kirani Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 4 sesi dan dalam tiga sesi dengan 38 partisipan tersebut diminta untuk menuliskan surat terimakasih kepada individu yang dianggap penting. Surat terimakasih dituliskan secara ekspresif, reflektif, orientasi positif dan tidak basa-basi. Partisipan kemudian ditanyakan apakah mau untuk mengirim surat atau tidak dan kepada siapa surat tersebut dikirim. Subjective well being terdiri atas simptom depresi, rasa syukur, kebahagiaan dan kepuasan hidup. Gratitude Questionnaire 6 untuk mengukur rasa syukur, Beck Depression Inventory untuk mengukur simptom depresi, Subjective Happiness Scale untuk mengukur kebahagiaan dan Satisfaction With Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup.
Berdasarkan hasil pengukuran repeated measured ANOVA diketahui bahwa skor simptom depresi memiliki hubungan dengan surat terimakasih (F=6.12, p<0.001) namun tidak signifikan pada kebahagiaan, rasa syukur dan kepuasan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Ditemukan terdapat hubungan surat terimakasih dan simptom depresi pada emerging adult.

This research purposed to examine the description of relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. This research conducted in 4 sessions, during the first three session with the 38 participants, the participants were asked to write down a thank you letter to those who is matters to them. The letter should be written in an expressive, reflective, positive oriented and non-trivial. Participant then asked if they want to send the letter or not and were asked to whom the letter was sent. Subjective well being consists of depressive symptoms, gratitude, happiness and life satisfaction. Gratitude Questionnaire 6 to measure gratitude, Beck Depression Inventory to measure depressive symptoms, Subjective Happiness Scale to measure happiness and Satisfaction With Life Scale to measure life satisfaction.
The results showed that there are a significant relationship between depressive symptoms and thank you letter (F= 6.12, p<0.001) but there are no significant relationship between happiness, gratitude and life satisfaction with thank you letter. This shows that there are no relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. There are relationship between thank you letter and depressive symptoms on emerging adult.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Media Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan social support dan resiliensi dengan distres psikologis pada mahasiswa di Indonesia. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa berusia 18-25 tahun. Fenomena distres psikologis pada mahasiswa disebabkan oleh banyaknya tuntutan yang dibebankan pada mahasiswa dan sulitnya mencari sumber materi perkuliahan yang akan diikuti serta padatnya jadwal perkuliahan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan social support dan resiliensi bagi mahasiswa. Meski demikian, distres psikologis pada mahasiswa masih sering terjadi dan memiliki urgensi yang tinggi untuk diperhatikan dan diatasi. Penelitian terdahulu telah menemukan adanya interaksi resiliensi dalam pengaruh dukungan sosial terhadap penurunan tingkat distres psikologis.
Tipe penelitian kuantitatif dengan menggunakan tiga skala penelitian dalam pengambilan data yaitu MSPSS mengukur social support, HSCL-25 mengukur distres psikologis, dan CD-RISC untuk resiliensi. Teknik accidental sampling dengan pengambilan data secara online sebanyak 417 responden dengan hasil bahwa social support dan resiliensi berpengaruh signifikan terhadap distres psikologis. Implikasi penelitian yakni bagi mahasiswa untuk lebih menjalin komunikasi dengan teman, keluarga dan orang di sekitar agar mendapat dukungan sosial yang baik dan akan berdampak pada ketahanan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah sehingga distres psikologis akan menurun

This study aims to determine the relationship between social support and resilience with psychological distress in Indonesian students. Respondents in this study were students aged 18-25 years. The phenomenon of psychological distress in students is caused by the many demands placed on students and the difficulty of finding the source of the subject matter to be followed and the busy lecture schedule, so that to overcome this, it requires social support and resilience to students. Even so, psychological distress in students is still common and has a high urgency to be noticed and overcome.
This type of quantitative research uses three research scales in data collection, namely MSPSS to measure social support, HSCL-25 to measure psychological distress, and CD-RISC for resilience. The accidental sampling technique used online data collection was 422 respondents with the result that social support and resilience had a significant effect on psychological distress. The research implication is for college students to better communicate with friends, family and people around them in order to get good social support and will have an impact on student resilience in facing every problem so that psychological distress will decrease
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Hardi
"COVID-19 berdampak sangat signifikan pada kehidupan banyak orang dan mungkin memiliki efek buruk pada kesehatan mental. Kesejahteraan psikologis perawat menjadi perhatian utama di masa COVID-19. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dan strategi koping dengan kesejahteraan psikologis perawat. Desain penelitian ini cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 147 perawat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan sosial MSPSS (Multidimentional Scale of Perceived Social Support), strategi koping Ways of Coping dan kesejahteraan psikologis RSPWB (Ryff’s Scale of Psychological Well-Being). Analisis univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan 49,7% kesejahteraan psikologis rendah dan 50,3% tinggi; 83,7% tingkat dukungan sosial yang tinggi dan 97,3% strategi problem focused coping. Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis (p 0,110), namun perawat yang mempersepsikan dukungan sosial tinggi mempunyai peluang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi 2 kali dibandingkan perawat yang mempersepsikan dukungan sosial sedang setelah dikontrol variabel jenis kelamin (OR 2,354). Tidak ada hubungan strategi koping dengan kesejahteraan psikologis perawat (p 0,366). Perawat dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dengan cara pengembangan profesional berkelanjutan tenaga keperawatan seperti melanjutkan pendidikan keperawatan ke jenjang yang lebih tinggi dan pelatihan berorientasi kognitif-perilaku serta mengikuti program berbasis kesadaran.

COVID-19 has had a very significant impact on the lives of many people and may have adverse effects on mental health. Nurses' psychological well-being is a major concern during COVID-19. The purpose of the study was to identify the relationship between social support and coping strategies with nurses' psychological well-being. This research design is cross-sectional. Sampling used a total sampling technique with a total of 147 nurses. Data collection used the MSPSS (Multidimentional Scale of Perceived Social Support) social support questionnaire, Ways of Coping coping strategies and RSPWB (Ryff's Scale of Psychological Well-Being) psychological well-being. Univariate analysis, bivariate using chi square test and multivariate analysis using multiple logistic regression test. The results showed 49.7% low psychological well-being and 50.3% high; 83.7% high level of social support and 97.3% problem focused coping strategy. There was no relationship between social support and psychological well-being (p 0.110), but nurses who perceived high social support had 2 times the chance of having high psychological well-being compared to nurses who perceived moderate social support after controlling for gender variables (OR 2.354). There was no relationship between coping strategies and nurses' psychological well-being (p 0.366). Nurses can improve psychological well-being by means of continuous professional development of nursing personnel such as continuing nursing education to a higher level and cognitive-behavioral oriented training and participating in mindfulness-based programs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hubungan interpersonal merupakan salah satu ciri khas kualitas kehidupan manusia karena
sudah menjadi sifat kodrat bahwa manusia adalah makhluk monodualis yang memiliki sifat makhluk
individu dan sosial. Dalam banyak hal, manusia memerlukan keberadaan orang lain untuk saling
memberi perhatian, membantu, mendukung, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan
kehidupan. Sejak bayi, manusia sudah memerlukan individu Iain, hingga saat individu memasuki
masa usia lanjut pun, individu akan merasa hidupnya "Kaya" dengan kehadiran individu-individu lain
yang memperhatikan dirinya (Papalia dan Olds, 1995; Grothberg, 1999).
Seinng berlambahnya usia, banyak lanjut usia yang sudah ditinggalkan oleh pasangan
hidupnya. Selain itu, banyak juga Ianjut usia yang mengalami sangkar kosong (empty nest) karena
ditinggalkan anak-anaknya yang pergi untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja. Akibatnya, lanjut
usia mengalami kesepian. Akan tetapi bagi sebagian lanjut usia, hal tersebut tidak menjadi masalah
karena ia berusaha memanipulasi Iingkungan secara aktif dan konstrulctif melalui aktivitas tisik,
sosial, dan mental (Ryff, 1989). Dengan mengikuti aktivitas sosial, individu lanjut usia memiliki
kesempatan untuk manialin hubungan interpersonal dengan individu-individu Iain yang sebaya
dengan dirinya.
Keinginan untuk mencari teman yang sebaya dengan dirinya merupakan karakteristik Khas
pada masa usia lanjut (Schell, 1975; Carstensen, 1992). Hal ini dikarenakan terjadinya proses saling
tukar pengalaman melalui suclut pandang yang sama sehingga timbul perasaan dimengerli dan
didukung (Atwater, 1983; Craig, 1986; Ebersole dan Hess, 1990), aldbatnya dukungan emosi yang
sangat dibutuhkan pada masa tua dapat terpenuhi (Antonucci dan Akiyama dalam Quadagno, 2002).
Dari berbagai penelitian juga dikelahui bahwa tersedianya sumber dukungan dapat berguna sebagai
Stress bufer (Thoits, 1985; Lin dkk., 1986; Cohen dan Willis, 1985 dalam Briselte, Carver, dan
Scheier, 2002). Pertemanan dengan individu sebaya juga dapat mempertahankan kemampuan
individu lanjut usia untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap stress masa tua (Lowenlhal dan
Haven dalam Schell, 1975; Berkman dalam Birnan dan Schaie, 1990; Zander, 1990). Adanya teman
pada masa tua juga dapat memperpanjang usia (Steinbeck, 1992 dalam Papalia dan Olds, 1995).
Hal ini dapat terjadi karena individu lanjut usia yang memiliki teman akan merniliki sudut pandang
yang positif terhadap kehidupan, yang akhimya akan meningkatkan kualitas hidupnya (Reitch dan
Zautra, 1981 dalam Dwyer, 2000).
Lebih jauh dijelaskan oleh Carstensen (1992) bahwa cara terbaik dalam memilih teman
sebaya adalah dengan memperlahankan hubungan dengan teman-teman Iamanya. Lingkungan
tempat tinggal menjadi sarana yang memadai bagi para Ianjut usia untuk mempertahankan hubungan
dengan teman-teman Iama yang sebaya dengan dirinya. Hal ini clikarenakan mereka telah saling
mengenal sejak lama sehingga resiko tenadinya selisih paham dapat diminimalkan, sorta sudah
terbeniuknya social involvement dan mutual help (Adams dalam Papalia dan Olds, 1995). Oleh
karenanya, tempat tinggal dan rasa memiliki temadap lingkungan sekitamya memiliki pengaruh yang
cukup signiikan bagi psychological well being kaum Ianjut usia (Crown clan Longino dalam Tumer
dan Helms, 1987; Datan dan Lohman dalam lndati, 1992; Quadagno, 2002).
Peneliti menggunakan teori psychological well being yang clikemukakan oleh Ryfl (1989).
Aclapun dimensi-dimensi psychological wellbeing dari Rylf (1989) adalah penerimaan diri, hubungan
dengan individu lain, kemandirian, penguasaan lingkungan perlumbuhan pribadi, dan tujuan hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well being adalah faklor evaluasi lerhadap
pengalaman kehidupan, dan faktor dukungan sosial.
Salah satu altematif yang dapat dilakukan Ianjut usia untuk menyaluikan kebutuhan
sosialisasi mereka adalah dibentuknya perkumpulan lansia. Peneliti tenarik untuk mengetahui ada
lidaknya gambaran psychological well being pada individu Ianjut usia yang al-clif dan tldak al-ctif dalam
aktivitas sosial sesuai teori yang dikemukakan Neugarten, Havighurst, dan Tobin (1961 dalam Ryff,
1909). Ketertarikan peneliti semakin dalam saat membaca kurangnya penelitian mengenai lanjut usia
di bidang psikologi konseling (Fassinger dan Schlossberg, 1992; Gelso dan Fassinger, 1990 dalam
Hanson dan Minlz, 1997). Padahal hasil sensus menunjukkan bahwa dewasa ini, 1 dari 10 orang
yang ada di dunia berusia di atas 60 tahun. Data statistik terakhir yang dikeluarkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa mamperlihatkan bahwa jumlah orang yang bemsia di alas 60 tahun diperkirakan
berjumlah sekitar 605 juta jiwa. Diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, yakni sekitar 1,2 milyar jiwa
di tahun 2025. Di negara-negara berkembang jumlah Ianjut usia mencapai hampir % dari jumlah yang
diprediksikan tersebut (Jurnal Perempuan, Oktober 2003). Adapun Indonesia diperlrirakan akan
menjadi negara ketiga terbanyak dalam jumlah Ianjut usia setelah China dan Amerika. Pada tahun
2000 jumlah lanjut usia di indonesia sekitar 15,3 juta jiwa (Majalah Selip, April 2001 dalam Wakhida
dkk, 2002). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian Studi Kasus untuk
menjawab pem1asalahan dalam penalitian ini.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa individu Ianjut usia
yang aktif dapat menoapai psychological well being, dan individu yang tidak lagi aktif tidak dapat
memenuhi dimensi kemandirian, penguasaan lingkungan, perlumbuhan pribadi, dan mengalami
kesulitan untuk memaknai keberadaannya atas kehidupan yang sudah dijalani.
Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya digunakan lebih banyak subjek dengan latar
belakang yang Iebih beragam sehingga didapalkan gambaran yang Iebih bervariasi, triangulasi data
clan triangulasi melodologi, serta studi Iiteralur buku mengenai psychological well being yang Iebih
banyak
Saran praktis dari peneliti untuk palugas instansi terkait yang mangumsi masalah posyandu
Ianjut usia, hendaknya memberi perhatian seoara lebih baik sehingga dukungan sosial yang
clibutuhkan benar-banar dapat dirasakan oleh Ianjut usia yang ada dalam kelompok binannya, dan
juga buatlah inovasi-inovasi dalam membuat program kegiatan, Selain ilu, Sosialisasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya aktivitas di usia tua sahlngga masyarakat tidak terjebak dengan
stereotipi bahwa masa tua adalah masa untuk menjauhkan diri dari berbagai aktivitas sosial. Yang
tidak kalah panting, untuk keluarga yang memiliki lanjut usia hendaknya momberi kesempatan
kepada lanjut usia untuk letap aktif di masa tuanya. Keluarga dapat membantu dengan menyediakan
informasi mengenai organisasi Ianjut usia yang dapat dimasuki oleh orang tuanya. Lalu, untuk Ianjut
usia yang lidak aklif tetap dijaga silaturahminya sehingga ia merasa tetap memiliki teman, khususnya
pada Ianjut usia yang tidak dapat aktif karena alasan kesehatan. "Tidak ketinggalan, untuk pralansia
sebaiknya mempersiapkan diri secara baik agar tetap dapat aktif di usia tua, misal dengan mulai rajin
olah raga atau menjaga pola makan. Intinya, kembangkan gaya hidup sehat sedini mungkin. Jangan
lupa untuk banyak mencari informasi mengenai lanjut usia sehingga tidak adanya kekagetan bila
nantinya menghadapi berbagai perubahan yang dialami, dimana hal ini dapat dilakukan dengan
banyak terlibat pada aktivitas sosial sehingga saling belajar dari anggota lain."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>