Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6891 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Williams, Emma, 1984 May 14-
"The Way We Think is concerned with the issue of developing thinking in education. It seeks to move beyond current predominant approaches, which take their cue from a limited conception of both the experience of thinking and die human being who thinks. This approach is referred to throughout the text as 'rationalistic,' designating both its abstracted, disengaged conception of the human being and its representational, intellectualised image of the ways we think --
In order to offer a more adequate conception of thinking, the author investigates the philosophical accounts of Ryle, Martin Heidegger, John Austin, and Jacques Derrick. She argues that these thinkers provide accounts that strive to open up the 'possibilities' of human thought, in the sense of revealing both what makes thought happen and what happens when we think. The conclusion explores how thinking education might thereby he reconceived, in ways that are richer than rationalism, and indicates how this alternative conception of thought might he translated into the classroom. The result is a method that provides new possibilities and new avenues for an education that takes its cue from the ways we think, in all their variety. --Book Jacket."
Chichester, West Sussex Malden, MA : Wiley Balckwell, 2016
370.152 WIL w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Halpern, Diane F.
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 1996
153.4 HAL t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Warnick, Barbara, 1946-
New York: Macmillan, 1994
168 WAR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Inch, Edward S.
Boston : Pearson Education, 2015
168 INC c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mather, Peter
New York: McGraw-Hill, 2012
428.407 1 MAT a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mather, Peter
New York: McGraw-Hill, 2016
428.407 1 MAT a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohmah Soekarba
"Mohammed Arkoun (lahir 1928) adalah satu di antara sedikit pemikir Islam internasional mutakhir yang pemikirannya masuk ke dalam wacana pemikiran Islam di Indonesia. Pemikiran keislamannya sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep filsafat modern seperti konsep mitos dari Paul Ricouer dan konsep-konsep postmodern seperti wacana (discourse) dan episteme (systeme de pensee) yang dikembangkan Michel Foucault, serta dekonstruksi yang dikemukakan Jacques Derrida. Ia banyak menggunakan konsep-konsep tersebut untuk memahami hubungan teks-teks Islam, terutama karya-karya para pemikir dan penulis Islam. Hasilnya ternyata berbeda dengan karya-karya intelektual Muslim pada umumnya, di mana unsur kuasa menemukan wacana dan teks-teks Islam tersebut.
Penggabungan khas antara dunia Barat dan dunia Islam itu akan menjadi sifat utama pemikiran Arkoun. Usaha pemaduan kedua unsur tersebut, unsur yang paling mulia dalam pemikiran islami (nalar islami) dan unsur yang paling berharga dalam pemikiran Barat yang modern (nalar modern), menjadi cita-cita yang melatarbelakangi segala kegiatan dan karya-karyanya, yaitu pemaduan tertentu dari pelbagai cara berpikir yang berbeda.
Aspek negatif dari pemikiran islami yang hendak dilampauinya adalah kejumudan dan ketertutupan yang telah terjadi di dalamnya dan menghasilkan berbagai penyelewengan dan perbudakan dalam bidang sosial dan politik. Karenanya, Arkoun ingin mengambil alih rasionalitas dan sikap kritis dari pemikiran Barat, yang memungkinkan untuk memahami agama dengan cara yang lebih mendalam dan membongkar ketertutupan dan penyelewengan tersebut. Namun, rasionalitas pemikiran Barat modern tetap perlu digabungkan dengan angan-angan sosial, relijiusitas, dan keterlibatan yang mencirikan dunia Islam dan kurang terpelihara, kadang-kadang malahan ditolak di dunia Barat. Melalui pemaduan tersebut, Arkoun ingin menciptakan pemikiran islami yang menjawab tantangan yang dihadapi manusia muslim modern, dari suatu rintangan bagi perkembangan umat menjadi sarana emansipasi manusia.
Arkoun berpendapat bahwa pemikiran Islam belum membuka diri pada kemodernan dan itu sebabnya pemikiran Islam tidak mampu menjawab tantangan yang dihadapi umat Islam kontemporer. Hal ini disebabkan pendekatan agama atas dasar kepercayaan langsung, cara pemahaman kaku dan tertutup, serta tanpa kritik. Bagi Arkoun, pemikiran Barat modern yang kritis dan rasional, dapat menunjukkan jalan keluar dari ketertutupan dan kejumudan yang menjadi citi pemildran islami sampai sekarang.
Derrida memberikan pengaruh yang sangat jelas kepada Arkoun. Ia sering menjadikan daerah "yang tak dipikirkan" dan 'yang tak terpiki' sebagai sasaran analisisnya. Ia menjelaskan bahwa teks-teks karya pemikiran Islam yang klasik lahir dari kebudayaan dan cara pemikiran tertentu dan pada gilirannya memperkuatnya. Dengan proses pembongkaran Derrida, Arkoun berusaha menemukan kembali makna yang..."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Suleeman
"Berbagai hal telah dilakukan pemerintah untuk menyiapkan negara Republik Indonesia memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, setelah Penbangunan Jangka Panjang Tahap I dinilai cukup berhasil. Salah satu hal yang dianggap menjadi kunci keberhasilan pembangunan ialah sumber daya manusia yang harus berkualitas tinggi. Untuk itu telah disiapkan pula anggaran yang dipakai untuk pendidikan dan peningkatan ketrampilan manusia Indonesia pada umumnya. Khusus dari kalangan intelektual diharapkan sumbangan dan masukan yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan tersebut.Ini dapat dimaklumi karena kaum intelektual walaupun mencakup sebagain kecil dari kaseluruhan rakyat Indonesia, namun secara potensil justru memiliki peran strategis yang besar. Namun sayangnya, pada saat ini juga muncul berbagai keluhan yang ditujukan terhadap calon intelektual, yaitu mahasiswa. Cukup banyak keluhan yang dilontarkan terhadap kualitas mahasiswa saat ini, tidak hanya pada mereka yang kuliah di perguruan tinggi swasta, tapi juga negeri, bahwa sikap mereka pada umumnya tidak kritis, bahkan cenderung apatis dan masa bodoh terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat. Beberapa penelitian di lingkungan Universjtas Indonesia menunjukkan dukungan terhadap gejala tersebut. Chandra (1991) dan Napitupulu (1992) misalnya mendapatkan bukti bahwa sebagian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tidak pernah mengajukan satupun pertanyaan ke pada para pengajar, padahal bertanya adalah salah satu indikasi dari adanya sikap kritis. Ketika ditanyakan alasannya, subyek menjawab bahwa mereka tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Kalaupun ada hal yang tidak dimengerti, lebih baik mereka mendiamkan hal tersebut, dan berharap tidak akan muncul pada ujian, daripada bertanya pada pengajar dan menemukan jalan keluar seperti yang seharusnya. Beberapa mahasiswa lainnya cukup berani untuk membahas tersebut dengan rekan kuliah walaupun belum pasti mendapatkan jawaban yang diinginkan. Walaupun berbagai analisa bisa diberikan untuk meneliti akar dari masalah ini (misalnya penenuan SCU Mundandar, 1977, yang menemukan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memang tidak melatih siswa untuk menjadi kreatif, hanya sekedar pasif mengikuti apa yang diperintahkan guru saja) tapi penulis mendekati masalah ini dari sudut yang berbeda.
Penelitian di bidang psikologi kognitif naupun psikolinguistik nembuktikan bahwa berpikir kritis bisa dilatih, pada orang yang sudah dewasa sekalipun (lihat misalnya penelitian Lehman & Nisbett, 1990). Bahkan Silalahi (1992) dan Djiwatampu (1993) berhasil membuktikan bahwa pelatihan proses kognitif berupa pengaktifan skemia bisa ditransfer dalam bidang bahasa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman bacaan para subyek.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun modul pelatihan "Berpikir Kritis" dan sekaligus mencobakannya pada peserta kuliah Bimbingan Menulis tahun 1993 (sebanyak 72 orang) yang juga diasuh oleh penulis. Porsi berpikir kritis yang berkaitan dengan bahan kuliah Bimbingan Menulis adalah saat peserta diminta membuat tulisan yang bersifat argumentatif. Biasanya waktu yang tersedia untuk menyiapkan tulisan argumentatif adalah 3 pertemuan, tapi melalui modul ini disiapkan 12 pertemuan untuk membahas elemenelemen berpikir kritis sebelum akhirnya peserta diminta membuat tulisan argumentatif. Elemen-elemen berpikir kritis yang dijadikan topik bahasan adalah memahami pengertian klaim/pernyataan, memahami klaim, menilai kebenaran suatu klaim, jenis-jenis kesalahan berpikir, dan jenis argumen.
Dari hasil analisa kualitatif maupun kuantitatif terhadap prestasi peserta (yang diberikan sebagai pre-test dan post-test) ternyata bahwa pada akhir pelatihan (saat evaluasi), ditemukan peningkatan daya analisa peserta terhadap suatu tulisan argumentatif berbentuk paragraf. Selain itu, dibandingkan dengan peserta kuliah Bimbingan Menulis pada tahun-tahun sebelumnya, peserta pada tahun 1993 yang mendapatkan pelatihan ini berhasil membuat tulisan argumentatif yang lebih baik. Ini semua menunjukkan bahwa pelatihan "Berpikir Kritis" mampu meningkatkan kualitas ketrampilan kritis yang terutama diukur melalui kemampuan menganalisa tulisan dan kemampuan membuat tulisan argumentatif. Cara lain yang dapat dipakai untuk meningkatkan hasil yang telah ditemukan adalah memperluas topik bahasan tentang jenis argumen, agar peserta betul-betul mahir menggunakan ketrampilan kritis yang dilatihkan, selain juga meneliti seberapa jauh ketrampilan yang telah diajarkan bisa ditransfer ke kegiatan lainnya di luar kuliah Bimbingan Menulis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Moore, Brooke Noel
New York: McGraw-Hill, 2004
153.42 MOO c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>