Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155274 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Kumala Indrastiti
"Latar Belakang: Peningkatan radikal bebas dapat memicu kerusakan jaringan dan menyebabkan berbagai penyakit, oleh karena itu tubuh dapat mencegahnya dengan memproduksi antioksidan. Pada perokok, dapat terjadi peningkatan radikal bebas dari komponen kimia berbahaya tembakau, yang manifestasinya dapat terlihat dari berbagai kelainan di rongga mulut. Tujuan: Mengetahui perbedaaan profil kesehatan rongga mulut serta kapasitas antioksidan total saliva pada perokok dan bukan perokok, serta mengetahui apakah profil kesehatan rongga mulut mempengaruhi kapasitas antioksidan total saliva perokok. Metode: Desain penelitian adalah potong lintang dengan 95 orang subjek, yang terdiri dari 51 perokok dan 44 bukan perokok, yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek diminta untuk mengisi data demografis dan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dan pengambilan saliva. Profil kesehatan rongga mulut didapatkan dengan melakukan pengukuran menggunakan indeks OHI-S, DMF-T, PBI, nilai pH dan laju alir saliva, serta pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut. Sampel saliva dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kapasitas antioksidan total dan seluruh data dianalisis menggunakan SPSS. Hasil Penelitian: Profil rongga mulut pada perokok, khususnya pH dan DMF-T, berbeda secara statistik dengan bukan perokok (p< 0,05). Rerata kapasitas antioksidan total saliva perokok lebih rendah daripada bukan perokok, namun tidak bermakna secara statistik. Terdapat korelasi linier negatif sedang yang bermakna secara statistik pada nilai laju alir saliva (r-0,417) dan pH saliva (r-0,348) dengan kapasitas antioksidan total dalam saliva (p < 0,05). Kesimpulan : Perokok lebih rentan mengalami karies dan penurunan pH saliva dibandingkan bukan perokok. Kapasitas antioksidan total dalam saliva perokok lebih rendah daripada bukan perokok, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Pada perokok, bila terjadi penurunan nilai laju alir saliva dan pH, maka akan terjadi peningkatan kapasitas antioksidan total dalam saliva dan demikian sebaliknya.
Background: Free radicals enhancement could lead to tissue damage and developed various illnesses, though the body prevents it by antioxidant production. Smokers may experience free radicals escalation caused by deleterious chemical compound of tobacco, which can manifest as various oral cavity abnormalities. Objectives: To compare the oral health profile and salivary total antioxidant capacity between smokers and nonsmokers, also to know whether oral health profiles affect the smokers’ salivary total antioxidant capacity. Methods: This was a cross sectional study with 95 subjects, consisted of 51 smokers and 44 non-smokers, who met the inclusion criteria. Subjects were asked to fill the demographic data and questionnaire, then clinical examination was performed, and saliva was taken, then laboratory analyzed to determine the total antioxidant capacity. Oral health profile were examined using OHI-S, DMF-T, and PBI indexes, pH count, salivary flow rate, and oral cavity examination. The total data then was analyzed using SPSS. Results: Smokers’ oral health profile, especially salivary pH and DMF-T values, were statistically significant different from non-smokers’ (p<0.05). The mean value of salivary total antioxidant capacity in smokers was lower than nonsmokers, but there was no statistically difference. There was a moderate negative linear correlation with statistically significant results between salivary flow rate (r-0.417) and salivary pH (r-0.348) on salivary total antioxidant capacity in saliva (p< 0.05). Conclusion: Smokers were more susceptible to caries and decreased salivary pH than nonsmokers. The total antioxidant capacity in smokers’ was lower than non-smokers, but there was no statistically difference. If smokers experience a decrease in salivary flow rate and pH, there will be an increase in salivary total antioxidant capacity and vice versa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Falahiyyah Bahri
"Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat menangkap elektron serta menimbulkan kerusakan pada struktur senyawa Akumulasi radikal bebas pada sel dapat menimbulkan stress oksidatif yang menyebabkan gangguan terhadap struktur dan fungsi sel. Rosella atau Hibiscus sabdariffa merupakan salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan bunga rosella ungu (Hibiscus sabdariffa). Mahkota bunga Hibiscus sabdariffa ungu diekstraksi masing-masing dalam pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji secara kualittatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui jumlah senyawa yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid dan tanin yang terdapat dalam ekstrak Hibiscus sabdariffa ungu.
Uji dengan metode DPPH terhadap ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa ungu dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan parameter yang dihasilkan berupa nilai %inhibisi dan nilai IC50. Hasil uji KLT menunjukkan bahwa terdapat dua komponen senyawa yang terkandung dalam ekstrakn-heksana, etil asetat dan etanol dari Hibiscus sabdariffa ungu. Berdasarkan uji fitokimia, golongan senyawa yang terkandung dalam ketiga ekstrak adalah flavonoid dan glikosida. Sedangkan pada pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol memiliki sifat antioksidan, dengan nilai IC50 sebesar 175,42 ppm untuk ekstrak etilasetat, dan sebesar 131,35 ppm untuk ekstrak etanol.

Free radicals are compounds that are very reactive and unstable therefore they can capture electrons and cause damage to the structure of other compounds. Accumulation of free radicals in cells can cause oxidative stress which causes disruption to the structure and function of cells. Rosella or Hibiscus sabdariffa is a plant that can be developed as an antioxidant to neutralize free radicals. This study aims to determine the phytochemistry content and antioxidant activity violet rosella calycs (Hibiscus sabdariffa). he crown of Hibiscus sabdariffa purple was extracted respectively in n-hexane, ethylacetate and ethanol solvents. The extract obtained is tested qualitatively by thin layer chromatography (TLC) to determine the amount of compounds contained Furthermore, phytochemistry tests were carried out to determine the content of saponin compounds, flavonoids, triterpenoids, steroids, alkaloids and tannins contained in violet Hibiscus sabdariffa extract.
The DPPH method for ethylacetate extract and ethanol extract of violet Hibiscus sabdariffa was carried out to determine antioxidant activity with the result parameters in the form of% inhibition and IC50 values. The TLC test results showed that there were two components contained in extracts of hexane, ethyl acetate and ethanol of violet Hibiscus sabdariffa. Based on phytochemistry tests, the classes of compounds contained in the three extracts are flavonoids and glycosides. While the antioxidant activity test using the DPPH method showed that ethyl acetate extract and ethanol extract had antioxidant properties, with an IC50 value of 175.42 ppm for ethylacetate extract, and at 131.35 ppm for ethanol extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Widiyanti Kusumaningati
"Jahe (Zingiber officinale Roscoe), merupakan salah satu bahan alam yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka banyak penelitian yang telah membuktikan kemampuan jahe sebagai antioksidan alami. Aktivitas antioksidan suatu bahan alam tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar fenol total ekstrak jahe dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau. Tahap pertama homogenat jahe diekstrak dua kali dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar ; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Dengan metode Folin-Ciocalteau kedua larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total jahe adalah 92,98 mg Equivalen Asam Galat per 100 g berat jahe segar. Dari hasil perbandingan dengan penelitian lain yang menganalisis kadar fenol total tomat dan mengkudu, dapat disimpulkan bahwa jahe memiliki kadar total fenol tertinggi.

Ginger (Zingiber officinale Roscoe), one of the important natural sources in the life of Indonesian community. Along with science and technology andvancement, there are many recent studies have shown ginger properties as a natural antioxidant. Antioxidant activity of natural source related to its total phenolic content. In this study, total phenolic content was determined using Folin-Ciocalteau method. First ginger homogenate was extracted 2 times using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, we made a series of gallic acid solution as a standard of measurement, with the level of; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Furthemore the two solutions were analyzed by spectrometry and absorbance measured at 765 nm. The results of the analysis was obtained the level of total phenol ginger is 92,98 mg Gallic Acid Equivalent per 100g fresh weight. Compare to the results of another total phenol research, tomato and noni, ginger has a highest result."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlas Rahmadi
"Pegagan (Centella asiatica) dan akar kucing (Acalypha indica) adalah beberapa tanaman herbal yang sering digunakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kedua tanaman ini diketahui memiliki antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul penyebab stress oksidatif dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, dan penyakit Alzheimer, sehingga penggunaan tanaman herbal dapat menjadi salah satu alternatif. Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dengan ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica dengan metode pengukuran spektrofotometri menggunakan DPPH sebagai indikator. Kombinasi dari ekstrak air simplisia kedua tanaman diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding ekstrak Centella asiatica tunggal. Selain itu juga dilakukan penilaian kandungan fitokimia dari kedua ekstrak.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, dan tannin sedangkan ekstrak air Centella asiatica mengandung tannin, saponin, triterpenoid, serta kemungkinan terdapat flavonoid. Pengukuran nilai EC50 dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dan ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman masing-masing memberi nilai 20,3 mg/mL dan 17,83 mg/mL. Pengukuran nilai EC50 juga dilakukan pada vitamin C sebagai kontrol positif dan menghasilkan nilai sebesar 0,022 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air Centella asiatica tunggal.

Centella asiatica and Acalypha indica are herbal plants which are often used in many regions of Asia, including Indonesia. These plants are known to contain antioxidants which act against free radicals. Free radicals are melocules which can cause oxidative stress and triggers degenerative diseases such as cancer, atherosclerosis, and Alzheimer’s disease, therefore the usage of herbs can be an alternative. This research compares the antioxidant activities of water extract of Centella asiatica and the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia by spectrophotometric measurement method using DPPH as indicator. The water extract of simplisia combination of both plants is expected to have better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract. The evaluation of phytochemical contents of both extracts is also carried out.
The results showed that the water extract of simplisia combination of both plants has phytochemical content such as flavonoids, saponins, and tannins while water extract of Centella asiatica contains saponins, triterpenoids, and possibly flavonoids. EC50 measurement of water extract of Centella asiatica and water extract of simplisia combination of both plants results in value of 20,3 mg/mL and 17,83 mg/mL respectively. EC50 measurement is also performed on vitamin C as positive control and generates the value of 0,022 mg/mL. Those results showed that the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia has better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Mayang Suminar
"ABSTRAK
Tokotrienol memiliki potensi antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tokoferol. Formulasi sediaan nanoemulsi gel dapat menghantarkan tokotrienol ke lapisan kulit untuk mencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh radikal bebas dan meningkatkan stabilitas sediaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan dari formulasi nanoemulsi gel tokotrienol. Formulasi nanoemulsi tokotrienol dibuat dengan menggunakan tokotrienol, asam oleat, tween 80, alkohol 96%, dan propilen glikol. Basis gel yang digunakan adalah carbomer dan trietanolamin. Uji stabilitas fisik dilakukan pada 3 suhu yang berbeda yaitu pada suhu rendah (4˚C ±2˚C), suhu ruang (27˚C ±2˚C), suhu tinggi (40˚C ±2˚C), cycling test dan uji sentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH untuk menentukan nilai IC₅₀. Hasil yang didapatkan adalah formula 1 memiliki stabilitas fisik terbaik dengan pH 6,12. Ukuran globul nanoemulsi gel tokotrienol pada formula 1 596 nm dengan nilai potensial zeta 27,1 mV. IC₅₀ nanoemulsi gel tokotrienol adalah 6252,14 ppm

ABSTRACT
Tocotrienols has antioxidant potential higher than tocopherols. Nanoemulsion gel can deliver tocotrienols into the skin to prevent skin damage which is caused by free radicals and improve the stability of the dosage form. The purpose of this study was to determine the physical stability and antioxidant activity of tocotrienols nanoemulsion gel formulation. Tocotrienols nanoemulsion is made by using tocotrienols, oleic acid, tween 80, alcohol 96%, and propylene glycol. Gel base is made by Carbomer and triethanolamine. Physical stability test was conducted at three different temperatures, which were low temperature (4˚C ± 2˚C), room temperature (27˚C ± 2C), high temperature (40˚C ± 2˚C), cycling test and centrifugation test in 3800 rpm for 5 hours. Antioxidant activity was measured by DPPH method for determining IC₅₀ values. Formula 1 has the best physical stability with pH of 6,12. Droplet size of tocotrienols nanoemulsion gel is 596 nm with zeta potential value is -27,1 nm. IC₅₀ of tocotrienols nanoemulsion gel is 6252.14 ppm."
2016
S65727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutista Hafshah
"ABSTRAK
Minyak cengkeh Bali diketahui lebih manis dibanding cengkeh Jawa yang cenderung beraroma kayu. Cengkeh biasa digunakan sebagai pemberi aroma pangan yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi, tetapi penggunaannya dalam pangan masih jarang dan terbatas untuk pangan tertentu saja. Hal ini disebabkan oleh kandungan eugenol yang tinggi. Eugenol beraroma pedas dan menyengat sehingga dapat mempengaruhi aroma pangan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi komponen-komponen dalam minyak cengkeh Jawa dan Bali serta mereduksi kadar eugenol dalam cengkeh yang diikuti dengan pengujian aktivitas antioksidannya. Analisis ini diawali dengan pemisahan eugenol dari komponen lain menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan natrium hidroksida NaOH yang dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan ekstraksi fasa padat SPE . Katrid SPE yang digunakan yaitu C-18 oktadesil yang terikat pada silika dan PH fenil yang terikat pada silika , kemudian dilanjutkan dengan aktivitas antioksidan dengan DPPH. Hasil yang diperoleh yaitu total komponen dalam minyak cengkeh Jawa dan Bali adalah 38. Persentase penghilangan eugenol tertinggi menggunakan metode ekstraksi cair-cair diperoleh dengan penambahan NaOH 0,087 mol. Metil salisilat dan kavikol merupakan dua komponen yang hilang setelah ekstraksi, namun ditemukan dua puncak komponen minor yang sebelumnya tertutup oleh eugenol yaitu ? ? -ylangen dan kavikol asetat. Fraksinasi menggunakan SPE C-18 dan PH masing-masing menghasilkan 3 fraksi yang telah terpisah berdasarkan kelompok komponennya. Aktivitas antioksidan minyak cengkeh yang mengandung eugenol lebih tinggi dibanding minyak cengkeh dengan kandungan eugenol yang rendah.
ABSTRACT
Bali 39 s clove is known to be sweeter than the woody clove of Jawa. Clove is commonly used asflavoring agents that are shown to have very high antioxidant activity, but its use in food is rare and limited to certain foods. This is due to the high content of eugenol. Eugenol has strong and spicy aroma so it can affect the aroma of food. Based on this, the objective of this study was to identify the components in clove oil of Jawa and Bali and to reduce levels of eugenol in cloves followed by testing of antioxidant activity. This analysis was begun with the separation of eugenol from other components using a liquid liquid extraction method with sodium hydroxide NaOH followed by fractionation using solid phase extraction SPE . The SPE cartridges used were C 18 octadecyl bonded to silica and PH phenyl bound to silica , followed by antioxidant activity with DPPH. The results obtained total components in Jawa and Bali clove oil was 38. The highest percentage of eugenol removal using liquid liquid extraction method was obtained with the addition of NaOH 0,087 mol. Methyl salicylate and chavicol were the two components lost after the extraction, but found two minor component peaks previously concealed by eugenol ie ylangene and chavicol acetate. Fractionation using SPE C 18 and PH each produce 3 fractions that have been separated by their component group. Antioxidant activity of clove oil containing eugenol is higher than low eugenol clove oil."
2018
T51415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ineukeu Laraswaty
"Litsea merupakan marga terbesar dalam suku Lauraceae. Beberapa ekstrak tanaman dari marga Litsea menunjukkan aktivitas farmakologis, seperti antioksidan. Laporan-laporan ilmiah menunjukkan bahwa marga Litsea adalah sumber yang kaya antioksidan alami. Litsea firma Hook. f. merupakan salah satu spesies yang terdapat di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi alkaloid Litsea firma Hook. f., identifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak, serta menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi alkaloid. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, diklorometana, dan metanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara in vitro dengan metode peredaman radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) menggunakan microplate reader. Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak dengan aktivitas antioksidan tertinggi dengan cara kromatografi kolom. Ekstrak teraktif dengan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu ekstrak diklorometana kulit batang, dengan %Inhibisi sebesar 56,067. kemudian, fraksi dengan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu A-2 dengan %Inhibisi sebesar 53,062. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak dilklorometana kulit batang Litsea firma Hook. f dan fraksi A-2 memiliki potensi untuk menjadi sumber antioksidan alami.

Litsea is the largest genus in Lauraceae family. Several plant extracts from Litsea genus exhibited pharmacological activities, including antioxidant. Scientific reports suggest that the genus Litsea is a rich source of natural antioxidants. Litsea firma Hook. f. is one of the species in Indonesia which has never been studied before. This study aims to determine antioxidant activity of extracts and alkaloid fractions of Litsea firma Hook. f, identify the compound groups in the extracts, and determine antioxidant activity of extracts and alkaloid fractions. Extraction was done with reflux using different solvent with increasing polarity, n-hexane, dichloromethane, and methanol. Extracts and fractions were evaluated for in vitro antioxidant activity with the DPPH radical scavenging (2,2-diphenyl-1-pikrilhidrazil) assay using a microplate reader. The most active extract was fractionated by column chromatography method. the most active extract with the highest antioxidant activity was dichloromethane bark extract with %Inhibition 56,067, then The most active fractions with the highest antioxidant activity was farction A-2 with %Inhibition 53,062. These results indicated that dichloromethane bark extracts of the Litsea firma Hook. f and fraction A-2 have the potential to be a source of natural antioxidants."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engelina Melisa
"Perkembangan gaya hidup di era ini membawa pengaruh besar bagi kesehatan manusia. Paparan radikal bebas semakin mudah diperoleh dari pencemaran lingkungan, memicu penyakit kronis seperti kanker dan penyakit kardiovaskular yang merupakan dua teratas penyebab kematian akibat penyakit di Indonesia. Konsumsi suplemen antioksidan sebagai alternatif antioksidan alami dalam jangka panjang berpotensi menimbulkan penyakit hingga meningkatkan resiko kematian dari penggunaan senyawa antioksidan sintetis. Dari seluruh kekayaan laut Indonesia, spesies ikan beracun Scorpaenopsis diabolus masih sangat jarang diteliti terkait komponen bioaktif yang terkandung dalam racunnya. Penelitian ini membahas tentang potensi racun ikan S. diabolus sebagai sumber antioksidan alami. Racun diekstraksi dengan metode batch menggunakan larutan phosphate buffer saline dan dimurnikan dengan sistem FPLC kolom strong anion exchanger. Dari hasil pemurnian, dilakukan analisis lebih lanjut terkait konsentrasi protein dengan metode Lowry dan berat molekul protein dengan SDS-PAGE. Protein diuji toksisitasnya menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test dengan parameter LC50 dan diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil) dengan parameter IC50. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh 10 fraksi hasil pemurnian dengan konsentrasi tertinggi pada fraksi 101.1 kDa yaitu pada elusi garam 0%. Aktivitas toksik tertinggi terdapat pada fraksi protein 25 – 225 kDa dengan nilai LC50 27.68 μg/mL, sementara aktivitas antioksidan protein bervariasi dari lemah hingga kuat dengan rentang nilai IC50 berkisar pada 64 – 179 μg/mL, namun dengan persentase inhibisi yang negatif, kecuali pada protein dengan berat molekul diperkirakan ≤ 10 kDa pada konsentrasi 50 ppm.

The development of lifestyle in this era has a major influence on human health. Exposure to free radicals is more easily obtained from environmental pollution, triggering chronic diseases such as cancer and cardiovascular disease which are the top two causes of death from disease in Indonesia. Long term consumption of antioxidant supplements as an alternative to natural antioxidants has the potential to cause disease and increase the risk of death from the use of synthetic antioxidant compounds. Of all Indonesia's marine wealth, the poisonous fish species Scorpaenopsis diabolus is still very rarely studied regarding its bioactive components contained in its venom. This study discusses the potential of fish poison S. diabolus as a source of natural antioxidants. Toxins were extracted by batch method using phosphate buffered saline solution and purified using FPLC system with strong anion exchanger column. From the purification results, further analysis regarding protein concentration and molecular weight was carried out using the Lowry method and SDS-PAGE. The toxicity of protein were tested using the Brine Shrimp Lethality Test method with LC50 parameter and tested for antioxidant activity using the DPPH method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) with IC50 parameter. Based on the tests carried out, 10 purified protein fractions were obtained with the highest concentration in the 101.1 kDa fraction from 0% salt elution. The highest toxic activity was found in the 25 – 225 kDa fraction with LC50 value of 27.68 μg/mL, while the antioxidant activity of protein varied from weak to strong with IC50 values ranging from 64 – 179 μg/mL, but with a negative percentage of inhibition, except for protein with an estimated molecular weight of ≤ 10 kDa at 50 ppm concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Sari Handayani
"Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
secara tradisional untuk berbagai penyakit, salah satunya adalah sebagai
antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan ekstrak
etanol kulit buah manggis (EEKBM) 50% dengan konsentrasi 0,195%, menahan
stres oksidatif pada sel darah merah domba (SDMD) yang diberi tBHP secara in
vitro. Percobaan dilakukan dalam 4 kelompok, (I) kontrol, (II) SDMD + EEKBM,
(III) SDMD + t-BHP, (IV) SDMD + EEKBM + t-BHP. Efek perlindungan kulit
buah manggis ditetapkan dengan mengukur parameter aktifitas enzim-enzim
antioksidan superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan
katalase. Hasil penelitian menunjukkan pemberian EEKBM mampu menahan
stress oksidatif pada SDMD yang diberi tBHP. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan aktivitas SOD, GPx dan katalase pada pemberian EEKBM . Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa EEKBM dapat melindungi SDMD dari stres
oksidatif yang disebabkan oleh pemberian t-BHP.

Pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) has been used traditionally as
medicine for various diseases. This study aimed to examined the effect of 50%
ethanol extract of mangosteen (EEMP) concentration of 0,195 % to prevent the
red blood cells of sheep (RBCS) from oxidative stress that induced by t-BHP in
vitro. The groups were (I) control, (II) RBCS + EEMP, (III) RBCS + EEMP + t-
BHP and (IV) RBCS + EEMP + t-BHP. The result showed that activities of
superoxide dismutase (SOD), Gluthation peroxidase (GPx) and catalase were
decreasing, so we concluded that EEMP had antioxidant capacity to protect
RBCS oxidative stress induced by t-BHP.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grescelcia Coreta Suherman
"Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur mineral dalam tulang yang disertai dengan penurunan kekuatan tulang yang kemudian dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mencegah osteoporosis, sementara kombucha dipercaya dapat meningkatkan kadar antioksidan. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha secang. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 ml/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kadar kalsium tulang tibia, kadar Malondialdehyde (MDA), kadar Superoxide Dismutase (SOD), dan jumlah sel osteoklas. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) dapat meningkatkan kadar kalsium tulang tibia, serta memiliki kecenderungan menurunkan kadar MDA dan memiliki kecenderungan meningkatkan SOD. Kombucha Secang dosis 2 (3 mL/200grBB sehari)  dapat mengurangi jumlah sel osteoklas.

Osteoporosis is a degenerative disease of the bones which is characterized by decreased bone mass caused by the body's inability to regulate minerals in the bones accompanied by a decrease in bone strength which can then lead to bone loss. In previous research, Caesalpinia sappan L. extract or known in Indonesia as Secang wood, has been shown to prevent osteoporosis, while kombucha is believed to increase antioxidant levels. In this study, in vivo experiments were carried out on sappan wood kombucha. This study used Sprague-Dawley female white rats which were divided into 8 groups, namely sham control and negative control (CMC-Na 0.5% 2 ml/200 g BW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200 g BW), extract Secang (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), and 3 groups of varying doses of Secang kombucha with D1 (1 mL/200 grBW), D2 (3 mL/200 grBW/), and D3 (3 mL/ 200 grBB/3 times a day), by oral administration. All rats underwent ovariectomy, except for the sham group, which underwent surgery without removing the ovaries. All rats were maintained 4 weeks postoperatively, then treated for 28 days. Parameters measured were tibia bone calcium levels, malondialdehyde (MDA) levels, Superoxide Dismutase (SOD) levels, and osteoclast cell counts. Based on research, 3 doses of Secang wood Kombucha (3 mL/200grBB/3 times a day) can increase tibia bone calcium levels, and has a tendency to decrease MDA levels and has a tendency to increase SOD. Secang wood Kombucha dose of 2 (3 mL/200grBB a day) can reduce the number of osteoclast cells."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>