Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ufi Saraswati
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas tinggalan arkeologis keagamaan yang tersebar di wilayah Kabupaten Batang Jawa Tengah. Sejumlah seratus lima belas (115) tinggalan arkeologis keagamaan yang tersebar di sebelas (11) Situs/Kecamatan, Kabupaten Batang menarik untuk dikaji tidak hanya dalam jumlahnya yang banyak, tetapi tinggalan arkeologis keagamaan tersebut tersebar hampir di seluruh Situs/Kecamatan yang menempati Lansekap berupa daratan Pantai, Perbukitan sampai dengan Pegunungan. Sebaran tinggalan arkeologis keagamaan yang terletak pada Lansekap Kabupaten Batang dari tingkat yang paling rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi dihubungkan dengan aspek Kosmologi, bahwa alam semesta tersusun dari beberapa tingkat alam.
Atas dasar latar belakang masalah tentang keberadaan/letak sebaran tinggalan arkeologis keagamaan yang ditemukan di Kabupaten Batang, dapat dirumuskan masalah, 1. Bagaimanakah pola sebaran tinggalan arkeologis keagamaan pada Lansekap Kabupaten Batang Jawa Tengah, 2. Bagaimanakah letak sebaran tinggalan arkeologis keagamaan dalam hubungannya dengan konsep keagamaan pada Lansekap di Wilayah Kabupaten Batang?. Tujuan penelitian ini adalah untuk merekonstruksi pola sebaran tinggalan arkeologis keagamaan, dalam hubungannya dengan konsep keagamaan pada Lansekap Kabupaten Batang Jawa Tengah. Manfaat penelitian adalah pengembangan pengetahuan tentang hubungan antara tinggalan arkeologis keagamaan pada suatu ruang Lansekap dengan konsep keagamaan sebagai hasil budaya dalam suatu kurun waktu.
Pendekatan Arkeologi Lansekap digunakan untuk menganalisis tinggalan arkeologis keagamaan berupa, Prasasti, Pathirtān, Sisa-sisa Bangunan Candi, Arca, Relief, Punden Berundak, Lumpang Batu, Batu Bulat, dan Batu Kenong. Data tinggalan arkeologis keagamaan sebagai teks, selanjutnya ditempatkan pada konteks ruang, waktu dan budaya. Berdasarkan Perspektif Arkeologi Lansekap dapat dinyatakan bahwa, Lansekap di wilayah Kabupaten Batang tidak hanya dimaknai sebagai Lansekap alami, melainkan juga sebagai Lansekap keagamaan. Masyarakat Batang pada awal perkembangan Hindu di Nusantara (abad VII-IX Masehi), telah memaknai atau mempresentasikan bentang wilayahnya sebagai gambaran imajiner tata ruang surga, yang dikenal dalam pandangan Hindu yaitu Saptaloka, meliputi, 1. Bhuhloka/Bhurloka, 2. Bhuwahloka/Bhuarloka, 3. Swahloka/Swarloka, 4.Tapaloka, 5. Janaloka, 6. Mahaloka, dan 7. Satyaloka.

ABSTRACT
This dissertation discusses religious archaeological remains scattered in the district of Batang, Central Java. Some one hundred and fifteen (115) archaeological remains of religious spread across eleven (11) Site / District, Batang interesting to study not only the numbers that much, but the archaeological remains of the religion spread almost throughout Site / District who occupy the landscape in the form of land beaches, hills up to the mountains. Distribution of religious archaeological remains located at Batang Landscape from the lowest level to the highest level associated with aspects of Cosmology, the universe is composed of several natural level.
On the basis of the background of concerns about the presence / location of the distribution of religious archaeological remains found in Batang, can be formulated problem, 1. how the distribution pattern of religious archaeological remains on Landscape Batang, Central Java, 2. how the location of the distribution of the archaeological remains religious in conjunction with the concept Landscape Territory religious in Batang ?. The purpose of this study is to reconstruct the distribution pattern of religious archaeological remains, in conjunction with a religious concept in landscaping, Batang, Central Java. The benefits of the research is the development of knowledge about the relationship between religious archaeological remains on a space Landscape with religious concepts as culture results in a time series.
Archeology Landscape perspective is used to analyzis the religious archaeological remains be, Prasasti, Pathirtān, Remains of Candi buildings, Arca, Relief, Punden Berundak, Lumpang Batu, Batu Bulat, and Batu Kenong. Data religious archaeological remains as text, then placed in the context of space, time and culture. Under the Archaeological Landscape Perspectives can be stated that, in the district of Batang Landscape is not only meant as a natural landscape, but also as a religious landscape. Trunk at the beginning of the development community in the Nusantara Hindu (VII-IX century AD), have to interpret or territory spans presented as imaginary spatial depiction of heaven, which is known in the Hindu view that Saptaloka, covers, 1. Bhuhloka/Bhurloka, 2. Bhuwahloka/ Bhuarloka 3. Swahloka/Swarloka, 4. Tapaloka, 5. Janaloka, 6. Mahaloka and 7. Satyaloka."
2018
D2609
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
hapus3
"A systematic information on the amount and the source of investment in agriculture sector is needed, especially in relation to the purpose of formulating the Repelita Vll of Agricultural Sector. The main objective of this paptur is to calculate total value of investment requirement in agriculture and to identify the sources and f he value of each source of its funding. The result of three approach of this study are demand driven predicts that the agricultural-sector real COP Growth in Repelita VU will be 95%/year, this historic trend showed 4.05%/ year, and government-targeted have ranges from 3.58-3,71%/year. Based on the demand driven approach, the total agricultural sector investment requirement in Repelita Vll is Rp 41 2 billion, the historical trend approach is Rp 24.8 billion and the government-targeted is Rp 29.8 billion. Output projection based on the demand driven approach is much greater than the projection obtained from the other two approaches. The last two approaches are basically supply side approach. The findings then can be interpreted that in Repelita Vll demand for agricultural output will be far higher than production capacity. Accordingly, if there are no systematic anticipation to this situation, import of agricultural products will increase very sharply. This, of course, will lead to a very strong balance of payment deficit pressure. The government is, therefore, required to set a new much higher agricultural sector GDP targets than presently set for Repelita Vll."
Economics and Finance in Indonesia, 1999
EFIN-XLVII-1-Mar1999-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riya Sesana
"Tesis ini membahas upaya Sultan Hamengku Buwono VII di Kesultanan Yogyakarta dalam menghadapi tekanan masalah internal dan eksternal. Faktor internal adalah konspirasi politik para selir dan para putranya yang dibantu dengan bangsawan lain dalam perebutan posisi putra mahkota. Sementara itu faktor eksternal berupa desakan pemerintah kolonial yang terus membatasi kekuasaannya melalui kontrak-kontrak politik yang harus disepakati.
Penelitian ini menggunakan metodologi strukturis, dengan Sultan Hamengku Buwono VII sebagai agen, mampu berperan maksimal dalam struktur yang sudah mapan. Hasil penelitian ini menyimpulkan, bahwa Sultan HB VII adalah sosok yang kuat dan cerdik dalam menyelesaikan semua persoalan yang merintangi. Dalam menghadapi tekanan Belanda, dia tidak menggunakan kekerasan, tapi menggunakan taktik mengulur waktu dan menunda kesempatan untuk membuat kesepakatan baru. Dalam menyelesaikan intrik politik internal kraton, dia mampu menyelesaikannya tanpa ada pihak yang merasa dikalahkan.

This thesis describes the efforts Sultan Hamengku Buwono ( HB) VII in the Sultanate of Yogyakarta in dealing with internal problems and external pressures. The internal factor is the political conspiracy of the mistress and the son who assisted with other nobles in the struggle for the crown prince's position. Meanwhile, external factors such as the insistence that the colonial government continued to restrict his power through political contracts that must be agreed.
This research methodology strukturis, with Sultan Hamengku Buwono VII as an agent, able to contribute the maximum in the structure already established. The results of this study concluded, that the Sultan HB VII is a figure of powerful and clever in solving all the problems that hinder. In the face of Dutch pressure, he did not use violence, but to use delaying tactics to gain time and opportunity to make new deals. In completing the internal political intrigue palace, he was able to finish it without any party who feels defeated."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27480
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Sudianto
"Pada kajian ini, akan dilihat umur relatif suatu benda sejarah berupa bangunan candi melalui perbingkaiannya. Perbingkaian sendiri merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari arsitektur bangunan, karena suatu perbingkaian akan membentuk satu profil bangunan. Pada bangunan keagamaan masa Hindu-Buddha, perbingkaian juga merupakan bagian dari bangunan fisiknya. Berdasrkan tinggalan bangunan yang adaini, kemudian akan dilihat kronologi yang ada dengan berdasarkan pada perubahan perbingkaiannya. Perjalanan waktu yang panjang selalu memungkinkan suatu bentuk berkembang, tak terkecuali perbingkaian itu sendiri. Perubahan benntuk ini kemudian diharapkan membawa petunjuk suatu indikasi perkembangan. Pada tahap analisis digunakan metode seriasi dengan tujuan mendapatkan urutan kronologi candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titius Kurnia Dinata
"ABSTRAK
Propinsi Jawa Barat secara umum mewakili bentang Budaya Sunda dan Jawa Tengah mewakili bentang budaya Jawa. Namun Kabupaten Kuningan, Cirebon dan Brebes yang berada di Perbatasan perbatasan, ternyata bentang budaya tidak selalu sesuai dengan kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batas bentang budaya, dan menjelaskan terjadinya keunikan bentang budaya tersebut. Metode yang digunakan dengan melakukan eksplorasi, wilayah topografi, toponimi dan sejarah, serta wawancara dan menyimak, bahasa yang digunakan. Metode tersebut bertujuan untuk mencari dan menemukan masalah-masalah baru dalam mengisi kekosongan atau kekurangan dari pengetahuan, baik yang belum maupun yang telah ada sehingga sangat cocok digunakan untuk mencari sebuah pola bentang budaya suku Jawa dan suku Sunda di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa daerah berbukit dengan akses yang tertutup dan dalam sejarah merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Sunda, masih menunjukkan kecenderungan bentang budaya Sunda, meskipun letaknya di Jawa Tengah. Wilayah yang relatif datar dengan akses yang terbuka, pengaruh sejarah menunjukkan pernah berhubungan dengan kerjaan Jawa, meskipun letaknya di Jawa Barat cenderung memiliki bentang budaya Jawa.

ABSTRACT
West Java Province in general represent landscapes and Culture in Central Java Java represents a cultural landscape. However Regency Kuningan, Cirebon and Brebes who were in Border border, turns cultural landscape does not always correspond with the condition. This study aims to determine the boundary cultural landscape, and explain the uniqueness of the cultural landscape. The method used to carry out exploration, the area topography, toponymy and history, as well as interviews and listening, the language used. This method aimed to search and find new problems in filling the void or lack of knowledge, either has not or who have been there so it is suitable to look for a pattern of cultural landscape Javanese and Sundanese in the border region of Central Java and West Java. The result shows that the hilly area with access to the closed and in the history of the Sunda kingdom 39 s territory, it still shows a tendency Sundanese cultural landscape, even though it is located in Central Java. Areas that were relatively flat with open access, influence history has shown once associated with Java work, even though it is located in West Java Java tend to have cultural landscape."
2017
S65793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi kisah sejarah, dimulai dari penobatan Hamengkubuwana VII menjadi raja Mataram, menggantikan Hamengkubuwana VI yang wafat pada tanggal 9 Rajab, Je 1806 (20 Juli 1877). Dilanjutkan dengan kisah pemberontakan P. Suryangalaga yang akhirnya beserta keluarganya dibuang ke Manado. Teks diakhiri dengan pemikahan Adiningrat (Demak) dengan Kanjeng Ratu Ayu di Yogyakarta. Tentang peristiwa historis ini lihat Kumar 1982. Berdasarkan perbedaan gaya tulisan, teks kemungkinan ditulis oleh lebih dari satu orang. Naskah dibeli Pigeaud melalui perantaraan Ir. Moens pada 10 Oktober 1929. Pigeaud telah pula membuatkan salinannya pada Januari 1936 (h.i). Untuk salinan keukannya dapat dilihat pada FSUI/SJ.160 dan PNRI/G 102. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) pangkur; (3) asmarandana; (4) durma; (5) kinanthi; (6) sinom; (7) mijil; (8) dhandhanggula; (9) megatruh; (10) pangkur; (11) dhandhanggula; (12) asmarandana; (13) asmarandana; (14) dhandhanggula; (15) pangkur; (16) asmarandana; (17) sinom; (18) durma; (19) pangkur; (20) dhandhanggula; (21) durma; (22) pangkur; (23) asmarandana; (24) pucung; (25) sinom; (26) girisa; (27) sinom; (28) durma; (29) dhandhanggula; (30) sinom; (31) asmarandana; (32) gambuh; (33) dhandhanggula; (34) durma; (35) pucung; (36) sinom; (37) pangkur; (38) dhandhanggula; (39) durma; (40) kinanthi; (41) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.159-NR 50
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan alih aksara dari naskah FSUI/SJ.159. Penyalinan dibuat di Yogyakarta atas prakarsa Pigeaud pada bulan Januari 1936 rangkap empat. Selain SJ.160 ini, kopi lain adalah PNRI/G 102, MSB/S.153, dan LOr 6756. Keterangan selengkapnya lihat deskripsi naskah FSUI/SJ.159."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.160-G 102
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nugroho
"ABSTRAK
Patirthān merupakan peninggalan arsitektur bangunan atau kolam penampungan
air yang memiliki fungsi profan yakni sebagai pemenuh kebutuhan air dan sakral
yakni sebagai sarana pendukung kegiatan keagamaan. Patirthān muncul dan
berkembang dari masa klasik tua hingga masa klasik muda. Berbeda dengan
bangunan candi, bangunan patirthān tidak memiliki pedoman pembangunan yang
baku, sehingga tidak diketahui ciri, gaya serta penataan dari bangunan tersebut.
Penelitian ini membahas 11 patirthān yang ada di wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta guna mengetahui ciri, gaya serta penataan dari bangunan patirthān
dan membandingkannya dengan patirthān masa klasik muda di Jawa Timur.

ABSTRACT
Patirthān is one of architectural remains or a sacred pool which believed having
profane function as a daily needs and sacred function as part or ritual. In ancient
Javanese period, Patirthān can be found both in early classic and late classic
period. Patirthān can be distinguished from Candi, especially in guiding aspect
and manual books, Most of Patirthān do not have some sort of manual book. This
concept, then implicate the form and style of Partithān’s architecture. This
undergraduate thesis will deliberate 11 Patirthān located in Central Java and
Yogyakarta for the purpose acquiring characteristic, style, and placing from
Patirthān and comparing from Patirthān in Ancient Javanese Late Period."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Hayati Nufus
"ABSTRACT
Hubungan internasional merupakan kegiatan yang menyangkut aspek region dan internasional yang dilakukan satu dengan negara lainnya dalam rangka memperoleh keuntungan. Hubungan internasional juga telah dilakukan oleh Jawa pada masa Hindu-Buddha yang bekaitan dengan perdagangan internasional. Bukti hubungan internasional di Jawa dapat diketahui dengan adanya penyebutan orang-orang asing  pada prasasti, naskah, berita asing, dan pada artefak. Pada  prasasti terdapat penyebutan orang asing secara langsung pada bagian wargga kilalan, hulun  haji, dan secara tidak langsung disebutkan pada bagian manilala drwyahaji. Penyebutan orang-orang asing mulai muncul secara konsisten pada prasasti yang berasal dari masa Airlangga hingga masa Majapahit. Dari penyebutan orang-orang asing tersebut dapat diketahui asal orang-orang asing dan intensitas hubungannya dengan Jawa; motif kedatangan orang asing dalam bidang agama, ekonomi, dan politik; serta pengaturan yang diberikan oleh kerajaan terhadap orang-orang asing tersebut. Dengan mengetahui asal, motif, dan pengaturan tersebut diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai aktivitas orang-orang asing di Jawa berdasarkan data prasasti abad ke-11-15 Masehi.

ABSTRACT
International relations is an activity that concerns with regional and international aspects undertaken one with other countries in order to gain profit. International relations have also been made by Javanese during the Hindu-Buddhist era associated with international trade. Evidence of international relations in Java can be known by the mention of foreigners on inscriptions, manuscripts, foreign news, and on artifacts. On the inscription there is a direct mention of foreigners on the part of the wargga kilalaan, hulun haji, and indirectly mentioned in the manilala drwyahaji section. The mention of foreigners began to appear consistently on inscriptions from the Airlangga period to Majapahit. From the mention of foreigners can be known the origin of foreigners and the intensity of its relationship with Java; the motives of foreigners in the fields of religion, economy, and politics; as well as the regulations given by the kingdom against these foreigners. By knowing the origin, motives, and regulations are expected to provide information about the activities of foreigners in Java based on inscriptions 11-15th century AD."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>