Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150960 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miranda Septarina
"ABSTRAK
Salah satu ciri utama dari periode emerging adulthood adalah memasuki eksplorasi cinta yang mendorong untuk membangun hubungan berpacaran. Akan tetapi, dalam menjalani hubungan berpacaran pasti akan terdapat perbedaan didalamnya yang berujung konflik dan dapat berkahir pada kekerasan. Sementara itu, pola kelekatan dengan pasangan (adult attachment) yang merupakan refleksi kelekatan individu dengan orangtuanya di masa kecil adalah faktor risiko yang memberikan kontribusi terbanyak untuk individu yang terlibat kekerasan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe adult attachment dengan tingkat kekerasan dalam berpacaran pada emerging adult.
The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) dan kekerasan dalam berpacaran diukur menggunakan The Revised Conflict Tactics Scales. Penelitian pada 293 partisipan dengan usia 18-25 tahun yang sedang menjalin hubungan berpacaran selama minimal enam bulan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara secure attachment dengan kekerasan dalam berpacaran (r(N=293) = -0,071, p > 0.05). Namun demikian, terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara dismissing attachment dengan kekerasan dalam berpacaran (r (N=293) = - 0,209, p 0,05), lalu terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara preoccupied attachment dengan kekerasan dalam berpacaran (r(N=293) = 0,142, p < 0,05), serta terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara fearful attachment dengan kekerasan dalam berpacaran (r(N=293) = 0,122, p 0,05).

ABSTRACT
One of emerging adulthoods main characteristics is entering the exploration of love that encourages to build a dating relationship. However, going through a dating, there will be differences in it that can lead couple into conflict, even become dating violance. Meanwhile, the attachment with couples (adult attachment), is the reflection of individuals attachment with parents in childhood is a risk factor that gives the most contribution to violence, so this study aims to know the relationship between adult attachment types and level of dating violence in emerging adults. Adult attachment types are measured by The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) and dating violance is measured by The Revised Conflict Tactics Scales (CTS2). Based on 293 participants aged 18-25 years who at least six months in dating show that there is no relationship between secure"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nadya Maharani Utami
"ABSTRAK
Emerging adults dihadapkan pada tugas perkembangan untuk melakukan eksplorasi dalam hal cinta sehingga menjalin hubungan berpacaran menjadi hal yang penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan berpacaran yang dijalani adalah kelekatan antara orangtua-anak pada awal kehidupan seseorang. Cara seseorang untuk memulai hubungan yang dekat dengan pasangannya dan pandangan mereka terhadap cinta merupakan refleksi dari hubungan dengan orangtua saat kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan hubungan berpacaran antara emerging adults yang memiliki tipe adult attachment yang berbeda. Variabel adult attachment diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship - Revised (ECR-R) dan variabel kepuasan hubungan berpacaran diukur menggunakan Couple Satisfaction Index - 16 (CSI-16). Terdapat 315 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria; berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 6 bulan dan pada usia 0-5 tahun partisipan tinggal dan diasuh oleh orangtua kandung atau pengasuh utama lainnya. Analisis one-way ANOVAmenunjukan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu tipe secure attachment memiliki skor kepuasan hubungan berpacaran yang lebih tinggi (M = 67,65, SD = 7,583) dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan tipe preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854) dan fearful attachment (M = 54,83, SD = 8,889). Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi orangtua atau calon orangtua untuk memahami kualitas hubungan dengan anak mereka sejak kecil akan memiliki dampak positif dan negatif terhadap hubungan berpacaran yang anak jalani di masa dewasanya kelak.

ABSTRACT
Emerging adults is faced with the developmental task to explore anything related to love which makes having a romantic relationship an important topic. One of the influential factors of a romantic relationship is the closeness in a persons relationship with their parents in their early life stage. A persons way to start a romantic relationship with their partner and their perspective of love are the reflection of their relationship with their parents when they were children. Therefore, this research aims to discover romantic relationship satisfaction differences between emerging adults with different adult attachment styles. The adult attachment variable is measured. The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R), and the romantic relationship satisfaction variable is measured using Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). There are 315 participants in this research with these criteria; the participants are in the age of 18 to 25 years old and currently in an at least six month romantic relationship; they also have to had lived with and been taken care by their biological parents or other main caregivers in the age of 0 to 5. The one-way ANOVA analysis result showed that hyphothesis was accepted in which secure attachment had a higher mean romantic relationship satisfactions (M = 67,65, SD = 7,583) and significantly different with the preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854), and fearful attachment."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Rizki Kuswisnu Wardani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara adult attachment dan komitmen pada emerging adult yang sedang berpacaran. Sebanyak 203 responden mengisi kuesioner alat ukur adult attachment (Experience in Close Relationship) dan komitmen (Commitment Inventory). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara adult attachment dan komitmen (r = -.269, p = .000). Hal ini berarti, semakin rendah adult attachment, semakin tinggi komitmen yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen dengan kategori adult attachment, yaitu secure, preoccupied, dismissive, fearful ( p > 0,5).

The aim of this research was to examine the relationship between adult attachment and commitment among dating emerging adult. A total 203 respondent completed questionnaires on adult attachment (Experience in Close Relationship) and commitment (Commitment Inventory). In this research, the result points out a negative and significant relationship between adult attachment and commitment (r = -.269, p = .000). It means, low attachment indicates high commitment. The result of this research also indicates that the adult attachment?s categories (secure, preoccupied, dismissive, fearful) doesn?t correlated with commitment (p > 0,5)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisa Putri Syahriani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan kualitas hubungan romantis berdasarkan tipe-tipe adult attachment pada dewasa muda yang berpacaran. Pengukuran adult attachment dilakukan menggunakan alat ukur The Experiences in Close Relationships-Short form (Wei et. al., 2007) dengan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0.710. Pengukuran kualitas hubungan romantis dilakukan menggunakan alat ukur Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) dengan masing-masing koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0.904 dan 0.734. Responden penelitian ini berjumlah 205 orang, terdiri atas 86 laki-laki dan 119 perempuan. Responden adalah dewasa muda berusia 20-40 tahun dan sedang berpacaran.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas hubungan romantis berdasarkan tipe secure attachment (p = .730), preoccupied attachment (p = .892), fearful attachment (p = .260), dan dismissing attachment (p = .627). Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kualitas hubungan romantisnya tidak dibedakan dan tidak dipengaruhi oleh tipe-tipe adult attachment, yaitu secure, preoccupied, fearful, dan dismissing. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa kualitas hubungan romantis memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan tipe secure attachment (r = -.382, p < 0.01), namun tidak memiliki hubungan yang dengan tipe preoccupied, fearful, dan dismissing attachment.

This study aimed to find differences in romantic relationship quality based on adult attachment styles among young adults in dating relationships. Level of adult attachment was measured by using Experiences in Close Relationships Scale-Short Form Inventory (Wei et. al., 2007) and romantic relationship quality was measured by using Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009). Number of subjects in this research was 205 respondents with 86 males and 119 females. Respondents are young adults aged 20-40 years old and in an dating relationship.
The result of this study showed that there was no differences in romantic relationship quality compared to secure attachment style (p = .730), preoccupied attachment style(p = .892), fearful attachment style (p = .260), and dismissing attachment style (p = .627). This result shows that romantic relationship quality isn’t determined by adult attachment styles. The additional anaylisis shows that romantic relationship quality has a negative significant correlation with secure attachment style (r = -.382, p < 0.01), but has no correlation with preoccupied, fearful, and dismissing attachment style.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsa Dhiya M
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi ayah-orang dewasa keterikatan dengan orang dewasa baru yang berada dalam hubungan romantis. Keterlibatan Ayah memiliki dua aspek yaitu aspek afektif dan aspek perilaku. Aspek afektif dari interaksi ayah menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS), sedangkan aspek perilaku Interaksi ayah diukur menggunakan Skala Keterlibatan Ayah (FIS). Keduanya adalah alat ukur dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Kemelekatan orang dewasa memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kecemasan dan penghindaran. Untuk mengukur kedua dimensi orang dewasa attachment, digunakan untuk mengukur Experience dalam bentuk Close-Short Relations (ECR-S) Milik Wei, Russell, Mallinckrodt, dan Vogel (2007). Sebanyak 551 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek afektif Interaksi ayah memiliki hubungan dengan kecemasan lampiran (r = -0,129, p <0,01, dua sisi) tetapi tidak memiliki hubungan dengan menghindari keterikatan. Kemudian Ditemukan bahwa perilaku interaksi ayah tidak berhubungan kecemasan atau menghindari keterikatan.

This study aims to examine the relationship between father-adult interactions with new adults who are in romantic relationships. Father's involvement has two aspects, namely affective aspects and behavioral aspects. The affective aspect of the father's interaction uses the Nurturant Fathering Scale (NFS), while the behavioral aspects of the father's interaction are measured using the Father's Involvement Scale (FIS). Both are measuring tools developed by Finley and Schwartz (2004). Adult attachment has two dimensions, namely the dimensions of anxiety and avoidance. To measure both dimensions of adult attachment, it is used to measure Experience in the form of Close-Short Relations (ECR-S) by Wei, Russell, Mallinckrodt, and Vogel (2007). A total of 551 respondents in this study. The results of this study indicated that the affective aspect of the father's interaction had a relationship with attachment anxiety (r = -0.129, p <0.01, both sides) but had no relationship with attachment avoidance. Later it was found that the father's interaction behavior was not related to anxiety or attachment avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Saravitra Bawono
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah attachment kuat vs lemah dapat memoderasi pengaruh jenis celebrity endorsement multiple vs single dengan intensi membeli. Single endorsement merupakan endorsement yang dilakukan oleh selebriti terhadap satu produk saja, sedangkan pada multiple endorsement dilakukan terhadap beberapa brand. Penelitian eksperimen online beetwen subject design menggunakan teknik incidental sampling untuk mendapatkan 351 perempuan berusia 18 hingga 25 tahun emerging adult . Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis celebrity endorsement memengaruhi intensi membeli secara signifikan B = 1,72.

ABSTRACT
Author wants to find out the effect of attachment strong versus week as moderator in the relationship between types of celebrity endorsement single versus multiple and purchase intention. Single endorsement is an endorsement to a single brand, and multiple endorsements is an endorsement to more than one brand. This experimental study with between subject design is using incidental sampling technique to involve 351 18 to 25 year old women emerging adult . Results indicate that types of celebrity endorsement affect purchase intention significantly B 1,72."
2017
S67106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kerstan Ean Irawan
"Menjadi orangtua dan memiliki anak adalah salah satu kekhawatiran yang marak dipertanyakan pada rentang usia emerging adults. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara parental attachment dan perceptions of parenting emerging adults. Perceptions of parenting diukur dengan menggunakan perceptions of Parenting Inventory (PoPI). Sedangkan, parental attachment diukur menggunakan Experiences in Close Relationship-Relationship Structures (ECR- RS) Questionnaire. ECR-RS mengukur parental attachment dengan mengukur tingkat dimensi avoidant dan anxious attachment yang dimiliki emerging adults dengan orangtua mereka. Partisipan penelitian ini berjumlah 98 partisipan emerging adults dengan rentang usia 20-25 tahun (M= 21,96), memiliki orangtua yang lengkap, dan memiliki kewarganegaraan Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa avoidance parental attachment (r(-0,394)<0,001, p<0,01) memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan perceptions of parenting emerging adults. Di sisi lain, anxious parental attachment tidak ditemukan memiliki korelasi yang signifikan dengan perceptions of parenting emerging adults. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan antara parental attachment dan dimensi enrichment, commitment, continuity, dan perceived support dari perceptions of parenting emerging adults.

Becoming a parent and having children is one of the worries and frequently questioned during emerging adulthood. This research investigates the relationship between parental attachment and perceptions of parenting in emerging adults. Perceptions of parenting are measured using the Perceptions of Parenting Inventory (PoPI). Meanwhile, parental attachment is measured using the Experiences in Close Relationship-Relationship Structures (ECR-RS) Questionnaire. ECR-RS measures parental attachment by measuring the degree of avoidant and anxious attachment dimensions present in emerging adults with their parents. The participants of this research are 98 emerging adults aged 20-25 (M= 21.96), whose parents are still alive, and who have Indonesian citizenship. This research found a significant negative correlation between parental attachment (r(-0.394)<0.001, p<0.01) and perceptions of parenting in emerging adults. On the other hand, this research found no significant correlation between parental attachment and perceptions of parenting in emerging adults. This study also found correlations between parental attachment and enrichment, commitment, continuity, and perceived support dimensions of perceptions of parenting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Sarah Oktovina
"ABSTRAK
Hubungan pacaran melibatkan cinta dan hal-hal itu yang membuat manusia merasa saling melengkapi dan tidak merasa sendirian. Akan tetapi, banyak masalah yang muncul dalam menjalin hubungan, salah satunya yaitu kekerasan dalam hubungan. Kekerasan dalam hubungan berpacaran terdiri dari kekerasan secara fisik, seksual, psikologis, dan emosional. Berada pada hubungan berpacaran yang mengandung kekerasan sering kali mengalami tantangan tersendiri. Tantangan tersebut terutama dalam kodependensi terhadap pacar yang melakukan kekerasan. Selain itu, kesulitan dalam proses keluar dari hubungan merupakan hal yang sering dihadapi oleh para penyintas dan penelitian yang masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang mendalam mengenai kodependensi serta proses keluar dari hubungan yang mengandung kekerasan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi terhadap 6 orang penyintas yang berusia remaja dan dewasa muda, yang tergolong emerging adult. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penyintas kodependensi dengan pasangan, sehingga berbagai hambatan selama menjalin hubungan berpacaran dengan pacar. Proses keluar dari hubungan pun mengalami hambatan, terutama karena terus memberikan kesempatan pada pacar. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran mengenai hubungan yang tidak sehat, serta asertivitas. Melalui hal itu dan juga adanya dukungan dan bantuan dari orang di sekitar, penyintas dapat keluar dari hubungan yang mengandung kekerasan.

ABSTRACT
Dating relationships involve love and things that make humans feel complementary and not feel alone. However, many problems arise in establishing relationships, one of which is violence in relationships. Violence in dating relationships consists of physical, sexual, psychological, and emotional violence. Being in dating relationships that contain violence often has its own challenges. The challenge is especially in the codependency to partners who commit violence. In addition, difficulties in the process of leaving the relationship are often faced by survivors and research is still limited. Therefore, this research was conducted to obtain an overview of the codependency and the process of moving out of a relationship that contains violence. This research was conducted with a qualitative method using semi-structured interviews and observations of 6 survivors who are teenagers and young adults, who are classified as emerging adults. The results showed that survivors were codependent with their partners, so that various obstacles occurred during dating relationships with partners. The process of getting out of a relationship also faces obstacles, especially as it continues to give some chances for partners. Therefore, awareness of unhealthy relationships and assertiveness is needed. Through this and also the support and assistance of people around, survivors can get out of relationships that contain violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Marsha Steffiani Rinaldy
"Perkembangan hubungan interpersonal merupakan tugas penting di masa dewasa muda. Individu dewasa muda akan berfokus untuk membangun hubungan yang kuat dan intimate saat mereka mengalami ketegangan antara intimacy dan isolation. Apabila individu gagal mencapai intimacy, individu dapat mengalami isolation, kesepian, ketakutan terhadap hubungan, dan penyesuaian yang buruk. Salah satu hubungan paling penting yang terbentuk dalam kehidupan individu dewasa muda adalah hubungan romantis. Perbedaan individu dalam menjalani hubungan romantis dapat dijelaskan melalui adult attachment, yang terbentuk dari internal working models berdasarkan pola asuh yang dipersepsikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived parenting style dan adult attachment pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 147 individu dewasa muda yang berusia 18-25 tahun, pernah tinggal dengan salah satu atau kedua orang tua, dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran kedua variabel dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Authority Questionnaire dan Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi pola asuh otoriter dan anxious attachment (r = 0,287, p < 0.001). Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pola asuh otoriter yang dipersepsikan, makin tinggi pula tingkat anxious attachment yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter dan avoidant attachment. Selain itu, persepsi pola asuh otoritatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan anxious maupun avoidant attachment.

The development of interpersonal relationships is an important task in emerging adulthood. Emerging adults will focus on building strong, intimate relationships as they experience the tension between intimacy and isolation. If they fail to achieve intimacy, they may experience isolation, loneliness, fear of relationships, and poor adjustment. One of the most important relationships that form in an emerging adult's life is a romantic relationship. Differences in how individuals navigate romantic relationships can be explained through adult attachment, which is formed from internal working models shaped by perceived parenting styles. Therefore, this study aims to examine the relationship between perceived parenting style and adult attachment among emerging adults in Indonesia. Participants in this study consisted of 147 emerging adults aged 18-25 years who have lived with either one or both parents and have been or are currently in a romantic relationship. The measurement of the two variables was conducted using the Parental Authority Questionnaire and the Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. The results of the correlation analysis showed a positive relationship between perceived authoritarian parenting and anxious attachment (r = 0.287, p < 0.001). In other words, the higher the perceived level of authoritarian parenting, the higher the level of anxious attachment. This study also found no significant relationship between perceived authoritarian parenting and avoidant attachment. In addition, perceptions of authoritative parenting did not have a significant relationship with anxious or avoidant attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danira Alexandra Khatwani
"Media sosial digunakan oleh pasangan yang berpacaran untuk memelihara hubungan mereka. Karakteristik media sosial yang menyediakan akses konstan terhadap informasi mengenai pasangan memungkinkan penggunanya untuk melakukan electronic intrusion. Electronic intrusion adalah serangkaian tingkah laku yang dilakukan untuk memantau aktivitas orang lain dengan cara-cara yang melanggar privasi mereka melalui media sosial yang merupakan salah satu bentuk cyber dating abuse. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tipe-tipe insecure attachment (anxious dan avoidant attachment) dengan electronic intrusion. Data dikumpulkan dari 1202 partisipan yang berusia antara 18 hingga 30 tahun, sedang berpacaran selama minimal 6 bulan, belum bertunangan, dan belum pernah menikah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kedua tipe insecure attachment dengan electronic intrusion.

Social media has become a widely-used platform to conduct relationship maintenance behaviours for dating couples. The characteristics of social media that allow constant connection and visibility make it possible for users to perpetrate electronic intrusion behaviours. Electronic intrusion is a set of behaviours that aims to monitor others' activities by intrusive actions through social media, which is a type of cyber dating abuse. This research was conducted to look at the relationship between insecure attachment styles (anxious and avoidant attachment) and electronic intrusion. Data was gathered from 1202 participants ranging from 18 to 30 years old, has been dating for at least 6 months, has not been engaged, and has never been married. Data analyses show that there were significant correlations between both insecure attachment styles and electronic intrusion.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>