Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2417 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tasker, Yvonne, 1964-
""Provides a timely and richly revealing portrait of a powerful cinematic genre that has increasingly come to dominate the American cinematic landscape"--"
Chichester, West Sussex: Wiley Balckwell, 2015
791.436 TAS h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ferdi Rahadian
"ABSTRAK
Fury 2014 adalah film Perang Dunia II mengenai sebuah kru sebuah tank yang mencoba untuk menjalankan misi mereka di dalam daerah yang dikuasai musuh. Film ini menggambarkan kesulitan dan tantangan yang dialami oleh para anggota kru tank di medan perang. Film ini adalah salah satu film terbaik yang menggambarkan bagaimana Hollywood menunjukan patriotism dalam film-filmnya. Penelitian yang ada mengenai film ini hanya membahas tentang isu kekerasan dan beberapa isu-isu linguistik. Artikel ini akan menggunakan konsep lsquo;New Patriotism rsquo; milik Frank J. Wetta dan Martin A. Novelli dan akan menggunakan materi-materi baik visual maupun audio dari film ini. Artikel ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Hollywood menggambarkan patriotism.

ABSTRACT
Fury 2014 is a World War II movie about a tank crew that tried to accomplish their missions inside their enemy territory. This movie depicted the hardships which the crew and their tank experienced during the war. This movie is one of the best to illustrate on how Hollywood depicts patriotism. Existing scholars research on this movie only found about the violence and the linguistic issue. This article will use Frank J. Wetta and Martin A. Novelli rsquo;s concept of lsquo;New Patriotism rsquo; and using both visual and audio material from the movie. This article aimed to disclose how Hollywood pictures patriotism."
Lengkap +
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Wahyudi Gusti
"Hollywood dapat bertahan hingga hampir satu abad lamanya baukan dengan perjalanan sejarah yang mulus saja. Jatuh bangun industri film dari dekade ke dekade tidak membuat para pengusaha film di Hollywood menyerah, melainkan membuat mereka semakin kuat dan terus berusaha memperbaiki diri hingga dampai dipuncak. Holywood adlah kisah sukses perjuangan panjang untuk menjadi yang terbaik. Salah satu masalah besar yang muncul dan mengancam kelangsungan industri film Hollywood terjadi pada pasca Perang Dunia II. Masyarakat Amerika Serikat mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dan membuat daya beli jadi semakin tinggi. Namun perkembangan tersebut berbanding terbalaik dengan pemasukan yang didapat Hollywood. Animo masyarakat untuk menonton film di bioskop-bioskop semakin menurun pada akhir tahun 1940-an hingga decade 1950-an. Keadaan tersebut memaksa pengusaha bioskop untuk gulung tikar dan membuat panic studio-studio di Hollywood karena bisnis yang mereka jalani semakin menunjukkan grafik menurun. Hal ini diperparah dengan dakwaan praktik monopoli terhadap delapan studio bear Hollywoodyang membuat mereka harus melepaskan jaringan bioskop dan tidak lagi menggunakan sistem studio yang bercirikan integrasi vertical yang merupakan pondasi industri mereka selama ini."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mairanie Nurtaeni Antieyamirda
"Film Hollywood kini telah menguasai pasar global dan memberikan bentuk barn kolonialisme melalui pesan ideologis yang tersembunyi pada maknanya. Teks film dengan demikian perlu dibaca dan dipahami serta dikritik kandungan ideologisnya. Ideologi ini yang seringkali membuat teks film tampak menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Ernst Bloch, seorang pemikir Marxis dari Mazhab Frankfurt melihat aspek penarik perhatian ini sebagai sesuatu yang positif dan menarik. Aspek ini disebut sebagai utopia. Douglas Kellner melihat bahwa utopia yang dikemukakan Bloch berada di belakang ideologi. Ideologi seringkali dikritik melalui demistifikasi berisi hal-hal negatif seperti kesalahan, mistifikasi, dan manipulasi. Bloch menyatakan melihat ideologi saja tidak cukup dan menggunakan utopia sebagai cara lain dalam membaca teks budaya massa guna memberikan sesuatu yang positif dan menarik serta suatu solusi dalam mengatasi apa yang kurang pada kondisi masyarakat saat ini. Skripsi ini mengambil obyek studi film Hollywood populer, The Lord of the Rings, karena tertarik dengan jenis film fantasi dan tema heroisme yang digambarkannya. Film fantasi sebenarnya tetap tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak serius karena sebagai sebuah film, tetap merupakan hasil konstruksi pembuatnya dan terpengaruh oleh kondisi sosial lingkungannya. Sedangkan tema heroisme pada film-film Hollywood seringkali menampilkan cerita dengan ideologi superioritas Barat. Teks film The Lord of the Rings dengan demikian dianggap penting untuk dibaca, tetapi skripsi ini ingin melihat teks film tersebut dari sisi utopia guna memberikan perspektif baru dalam pembacaan media. Tujuan penelitian ini adalah guna mengetahui makna utopia apa yang terkandung pada tema heroisme film The Lord of the Rings, bagaimana makna utopia tersebut ditampilkan, mengapa dapat bermakna utopia seperti yang dikemukakan Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika karena teks film tersusun dari gambar-gambar visual yang membentuk sebuah tanda dengan makna tertentu. Teknik analisis ini digunakan bersama teknik analisis sinematis mise-en-scene sebagai motivasi, yaitu teknik analisis pada setting atau properti, kostum atau tata rias, pencahayaan, akting atau pergerakan aktornya (proxemics), ditambah teknik kerja kamera seperti pengambilan gambar (shot size), sudut pengambilan (angle), dan kedalaman fokus. Unit analisis penelitian ini adalah ketiga bagian film The Lord of the Rings karena ketiganya adalah satu bagian yang utuh. Ketiga film The Lord of the Rings tersebut adalah The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring, The Lord of the Rings: The Two Towers, The Lord of the Rings: The Return of the King. Film The Lord of the Rings tersebut juga merupakan film yang beredar di bioskop-bioskop. Peneliti kemudian memilih adegan-adegan yang terkait dengan heroisme para tokoh protagonisnya, terutama karakter sembilan Fellowship dan melihat teknik mise-en-scene yang paling menonjol pada adegan tersebut. Hasil analisis semiotika tersebut dikaitkan dengan utopia pada teks film. Hasil analisis memperlihatkan bahwa film tersebut menggambarkan heroisme pada level yang ideal. Teknik mise-en-scene yang digunakan pada film mendukung makna dari konsep heroisme seperti komitmen terhadap moral yang kuat, kemampuan baik kemampuan fisik maupun mental, tindakan pahlawan yang selalu pantang menyerah, dan memiliki keberanian yang tinggi, kemudian mendapatkan hasil yang diharapkan, Heroisme ideal tesebut merupakan suatu bentuk utopia yang digambarkan oleh pembuat film. Utopia heroisme tersebut memperlihatkan pula apa yang sebenarnya kurang pada kondisi masyarakat, yaitu sikap heroisme dengan level tinggi untuk menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik. Pada akhirnya utopia hadir dalam teks media untuk mengingatkan mengenai apa yang kurang dan masih perlu diperjuangkan dalam masyarakat sosial sendiri. Teks media dalam hal ini memberikan hal positif bagi masyarakat. Implikasi penelitian ini secara teoritis adalah utopia dapat memberikan perspektif bare dalam memahami dan membaca teks media. Secara metodologis, penelitian ini memperkaya analisis teks media menggunakan teknik analisis semiotika yang masih jarang digunakan pada penelitian komunikasi. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai alternatif dalam membaca teks media. Implikasi praktisnya yaitu kita dapat mengetahui teknik pengemasan teks media dan penelitian ini dapat digunakan oleh pekerja media dalam membuat teks media yang berkualitas. Serta implikasi sosialnya adalah teks media dapat digunakan sebagai alat melihat kondisi masyarakat, pembuat konsep atau solusi dalam memecahkan masalah di masyarakat, serta dapat digunakan dalam pengembangan dan pendidikan media (media literacy).

Hollywood movies now have dominated global market and give new form of colonialism through ideological messages that hidden in the meaning of the text. Film text then need to be read and comprehended also criticized the womb of ideological meaning. This ideology often made film text attractive and pleasurable. Ernst Bloch, a Marxist thinker from Frankfurt School saw this appeal aspect as something positive and attractive. This aspect called as utopia. Douglas Kellner saw, for Bloch, utopia is in ideological content. Ideology often be criticized through demystification contain negatives such as errors, mystification, and manipulation. Bloch explained that only read the ideology isn't enough and use utopia as another way to read text of mass culture to gives something positive and attractive also solutions for surmount what is lacking in this world. The object for this thesis (skripsi) is a popular Hollywood movie, The Lord of the Rings, because interested with fantasy movie and heroism theme which was described. Fantasy movie must be regarded as something serious. Heroism themes in Hollywood movies often show stories contain ideology of Western superiority. Text The Lord of the Rings was regarded important to be read, but this thesis want to read that film text from utopian side in order to gives new perspective in read the text media. Purpose of research are to know the meaning of utopia which contain in heroism theme in The Lord of the Rings, how that utopia was appeared, and why that utopia can be have meaning as said before. This thesis used method of qualitative with semiotic technique of analysis because the text was arranged by visual pictures that formed a sign with their own meaning. This analysis technique was used with cinematic technique of analysis mise-en-scene as motivation. Analysis technique mise-en-scene is a technique which is analysis setting or property, costume or make up, lighting, acting, or proxemics, add with camera technique such as shot size, angle, and deep of focus. Unit of analysis is the three parts of The Lord of the Rings because all of them are an intact part. The three parts The Lord of the Rings arc The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring, The Lord of the Rings: The Two Towers, The Lord of the Rings: The Return of the King. Also The Lord of the Rings which were released in theaters. Researcher then chose scenes which connected with heroism of the protagonist, especially nine Fellowship and then chose mise-en-scene which conspicuous. The result of semiotic analysis was related with utopia within the text. Result of analysis showed that this movie described heroism on ideal level. Mise-en-scene technique which was used in the movie supported the meaning of heroism such as powerful moral commitment, ability in accordance with physically or mentally, heroism action in the face opposition, dauntless, and them got the triumph at least in a spiritual form, if not a physical. That ideal heroism is forms utopias were described by the filmmaker. Those utopia of heroism also showed what is lacking in society that is heroism with high level to form better order of society. In the end, utopia to be present in media text for recalled what is lacking and what should be fought for within society itself. In this case, media text gave positive thinks for society. Implication of this research theoretically is utopia could give new perspective for comprehend and read media text. Implication in methodology is this research added analysis of media text using semiotic which is seldom used in communication research. This research also could be used as alternative in read media text. Practically, we could be knew how to make a media text and also this research could be used by media worker in make a quality text media. Implication in social are media text could be used as a tool to know the condition of society, to make a concept or solution in solving society problem, also could be used in development and media pedagogy (media literacy).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Ima Purbasari
"ABSTRAK
Studi ini mencoba membahas penggambaran trend pesan propaganda yang disampaikan Amerika Serikat terhadap negara-negara lain melalui media hiburan, yaitu film layar lebar Hollywood. Sebagai industri produk jasa yang memberi masukan negara Amerika Serikat kedua terbesar setelah bidang ruang angkasa, perfilman Hollywood hingga saat ini memang masih merajai pasaran film internasional. Dijadikannya Hollywood sebagai bangunan industri mengkondisikan perfilman Amerika Serikat dalam iklim kompetisi, baik dalam hal teknologi maupun content (isi), yang salah satunya adalah kreativitas tema cerita film. Salah satu tema cerita film Amerika Serikat yang masih mendominasi adalah mengenai penanaman iklim musuh Amerika Serikat yang ditemui dalam realitas sosial kehidupan politiknya. Penciptaan tokoh heroistik atau kepahlawanan Amerika Serikat yang mengiringi perkembangan perfi1man Hollywood mulai periode detente pertama (1971-1980), berlanjut ke perang dingin kedua (1981-1987) hingga saat ini. Penciptaan tokoh kepahlawanan oleh insan film Hollywood masih dijadikan tema cerita yang banyak dijual, walau dengan warna yang sedikit berbeda. Sosok tokoh Amerika Serikat digambarkan sebagai seorang yang demokratis, memi1iki loyalitas tinggi terhadap profesi kerja, polisi dunia yang menegakkan keadilan dan keamanan baik di dalam negerinya sendiri maupun negara lain, dan sebagainya. Sementara profil sosok negara lain digambarkan dalam cerita film cenderung disudutkan pada posisi sebaliknya. Pesan ideologi yang disampaikan melalui media hiburan tersebut memberi kesan dan tanda bahwa aplikasi propaganda di saat ini tidak dapat lagi diartikan sebagai penanaman nilai politik yang murni, karena pada dasarnya dapat pula disampaikan secara tersirat dalam arus budaya pop dimana penonton pun terkadang tidak menyadarinya. Film yang diteliti meliputi True Lies, Die Hard with a vengance, dan Crimson Tide. Ketiga film ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi secara kualitatif. Dari hasi 1 penelitian yang diperoleh berdasarkan kategorisasi name calling dan glit tering generalities, baik secara verbal maupun non-verba1, penggambaran pesan propaganda Amerika Serikat dalam realitas kamera yang ditujukan pada negara lain cenderung merefleksikan bias pandangan dengan melakukan penamaan buruk."
Lengkap +
1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisah Amanda Ninzi
"Adaptasi novel menjadi sebuah film semakin banyak dilakukan dalam industri perfilman, termasuk industri perfilman Hollywood. Film The Reader karya sutradara Stephen Daldry merupakan adaptasi dari novel Jerman Der Vorleser karya Bernhard Schlink. Penelitian ini membahas mengenai representasi dari karakter dan strategi yang dilakukan oleh tokoh utama perempuan, Hanna Schmitz, dalam menutupi identitas buta hurufnya. Penelitian ini juga membahas konstruksi naratif yang membangun identitas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter yang dimiliki oleh tokoh dapat menunjukkan kebutahurufan yang dimilikinya. Selain itu, strategi yang ia lakukan untuk menutupi identitasnya tersebut memiliki maksud dan tujuan tertentu. Unsur naratif seperti tokoh dan penokohan, latar ruang dan waktu serta plot berperan penting dalam mendukung penggambaran identitas dari tokoh utama. Sehingga film ini merupakan suatu hiburan massa yang berskala internasional. 

Adaptation of novels into films is increasingly being carried out in the film industry, including in Hollywood. The Reader is a film directed by Stephen Daldry based on an adaptation of the German novel Der Vorleser by Bernhard Schlink. This study discusses the representation of character and strategies undertaken by the female lead character, Hanna Schmitz, in hiding her own identity. This study also discusses the narrative construction that builds that identity. The results showed that the characters possessed by the main characters can show her illiteracy. Also besides, the strategies used to determine her identity have certain goals and objectives. Narrative elements such as characters and characterizations, place and time settings and plots are important aspects in supporting the portrayal of the identity of the main character. Therefore all of those aspects are making this film a mass collection on an international scale.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Nur Arafah
"Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terdapat pergeseran representasi maskulinitas dalam film perang, di mana citra tradisional prajurit “ideal” yang maskulin telah sedikit demi sedikit tergantikan oleh citra tentara yang lebih “feminin.” The Yellow Birds (2017) adalah sebuah film Hollywood kontemporer mengenai perang yang mengangkat isu maskulinitas dalam dunia militer dengan menantang ideologi maskulinitas yang bersifat hegemonik dalam dunia militer. Makalah penelitian ini akan menganalisis konstruksi dan representasi maskulinitas yang diangkat oleh film tersebut dengan meneliti fitur-fitur eksplisit dan implisit, seperti simbol, penggunaan bahasa, dan aksi, yang muncul selama film berlangsung. Analisis dilakukan dengan menerapkan berbagai teori yang berkaitan dengan isu maskulinitas, seperti konsep maskulinitas militer, dan teori yang berhubungan dengan setiap fitur yang dianalisis, seperti simbolisme dan penggunaan bahasa oleh pihak atasan utuk menunjukkan kekuasan terhadap bawahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa film The Yellow Birds berusaha menantang ideologi maskulinitas yang bersifat hegemonik dalam dunia militer dengan cara memanusiakan tokoh prajurit, mengkritik institusi militer, dan menampilkan tokoh prajurit sebagai korban dari maskulinitas hegemonik militer.

A number of research has found that there has been a shift in the representation of masculinity in war movies, in which the image of traditional masculine “ideal” soldier has gradually been replaced by the image of a more “feminine” soldier. The Yellow Birds (2017) is a contemporary Hollywood war movie which grapples with the issue of masculinity by challenging the notion of hegemonic military masculinity. This research paper will analyze the movie’s construction and representation of masculinity by examining the explicit and implicit elements, such as symbols, language use, and actions, which appear throughout the movie. To do so, it employs various theories and concepts related to the issue, such as the concept of military masculinity, and those related to each of the features of the movie, such as symbolism and the use of language as a means by the superior to demonstrate power over the subordinates. This research demonstrates that the movie attempts to contest hegemonic military masculinity by means of humanizing the characters, criticizing the military institution, and presenting characters as victims of hegemonic military masculinity."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Endramari
"Selain sebagai hiburan, film juga beperan sebagai media yang merepresentasikan dan menyebarkan ideologi. Penelitian ini akan fokus membahas Hacksaw Ridge (2016) sebagai representasi film aksi peperang Hollywood yang menawarkan penggambaran baru maskulinitas hegemoni, khususnya pada lingkungan militer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode strukturalis, khususnya teori semiotika Barthes, analisis karakterisasi berdasarkan teori Boggs dan Petrie, serta studi pustaka lebih lanjut terkait maskulinitas hegemoni. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan (1) bagaimana film Hacksaw Ridge memanfaatkan beberapa aspek sinematik, seperti teknik pengambilan gambar dan pemilihan aktor, untuk menggambarkan maskulinitas hegemoni dan (2) bagaimana karakter utama film, Desmond Doss, memberikan perspektif baru terhadap apa yang dianggap maskulin.

Other than a part of entertainment, a movie is also a suitable medium to represent and disperse ideology. This research will focus on highlighting Hacksaw Ridge (2016) as a representation of a war movie that offers a fresh portrayal of hegemonic military masculinity. The methods used will be the structuralist approach, specifically Barthes’s theory of semiotics, characterization analysis based on Boggs and Petrie, and further library research related to hegemonic masculinity. This research is expected to make a point on (1) how the movie uses several cinematic aspects, including camera work and choice of actors or casting, to portray hegemonic masculinity and (2) how the main character, Desmond Doss, gives a new perspective on what is considered masculinity."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Amalia
"Proses adaptasi teks dongeng menjadi film semakin banyak dilakukan oleh produser film Hollywood. Salah satunya ialah film Hansel and Gretel: Witch Hunters (2013) produksi Paramount Pictures yang diadaptasi dari dongeng Grimm bersaudara. Penelitian ini membahas imaji Hollywood yang direpresentasikan dalam film Hansel and Gretel: Witch Hunters (2013). Dengan metode kualitatif berupa deskriptif analisis, penelitian ini berfokus pada bagaimana imaji Hollywood dikemas dalam film. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya imaji-imaji baru yang berbeda dengan versi aslinya disebabkan karena adanya pengembangan cerita serta perubahan motif yang dilakukan oleh tim produksi. Imaji Hollywood dalam film ini digambarkan melalui penokohan, alur dan cerita, dialog antar tokoh serta ekspresi yang dikemas berbeda dari versi dongeng Grimm. Hal ini berkaitan dengan tujuan Hollywood sebagai industri global yang ingin menciptakan suatu hiburan massa yang menjangkau pasar internasional.

The adaptation of fairy-tale texts into films is increasingly being carried out by Hollywood film producers. The film Hansel and Gretel: Witch Hunters (2013) is produced by Paramount Pictures which was adapted from the fairy tale of the Brothers Grimm Hansel und Gretel. This study discusses Hollywood images represented in the film Hansel and Gretel: Witch Hunters (2013). With qualitative methods in the form of descriptive analysis, this study focuses on how Hollywood images are packaged in films. The results of the study show new images that are different from the original version. The result is due to the development of stories and changes in motives carried out by the production team. Hollywood images in this film are portrayed through characterizations, lines and stories, dialogues between characters and expressions that are packaged differently from the fairytale version of Grimm. The result also show how Hollywood as a global industry create a mass entertainment that reaches international markets."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>