Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qurrota Ayuni Alamsyah
"ABSTRAK
Dunia Cerita (storyworld) adalah alam fiksi dengan karakter, objek, pengaturan, hukum fisik, aturan dan nilai sosial, peristiwa dan peristiwa mental, yang selanjutnya membentuk kepercayaan, keinginan, ketakutan, tujuan, rencana, dan kewajiban dari para karakter di dalamnya (Richter, 2016, Applying Henry Jenkins Criteria to the Marvel Cinematic Universe, paragraf 1). Dunia Cerita Transmedia membangun jalan cerita dengan elemen-elemen yang saling terkait satu sama lainnya. Dengan mengambil kasus film Avengers: Infinity War (2018) sebagai bagian dari Marvel Cinematic Universe (MCU), makalah ini memaparkan semesta (universe) MCU yang dibangun dari cerita-cerita Guardians of the Galaxy (2014), Captain America: Civil War (2016), dan Black Panther (2018). Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah data sekunder berupa laporan penelitian dan artikel-artikel berita. Makalah ini dapat memberi kontribusi bagi studi mengenai budaya populer, khususnya film. Makalah ini berargumen bahwa cerita fiksi MCU dipengaruhi oleh berbagai komponen Dunia Cerita yang telah mendobrak struktur narasi tradisional.

ABSTRACT
Storyworld is a fictional world that has its characters, objects, setting, physical laws, social rules and values, events and mental events, the latter forming beliefs, wishes, fears, goals, plans, and obligations of the characters in it (Richter, 2016, Applying Henry Jenkins Criteria to the Marvel Cinematic Universe‖, paragraph 1). Transmedia storyworld builds storylines with elements that are interrelated with each other. By taking the case of Avengers: Infinity War (2018) film as part of the Marvel Cinematic Universe (MCU), this paper presents the universe that MCU has built from the stories of Guardians of the Galaxy (2014), Captain America: Civil War (2016), and Black Panther (2018). The data used in writing this paper is secondary data in the form of research reports and news articles. This paper could contribute to the study of popular culture, specifically movies. This paper argues that MCUs fiction stories are influenced by various components of storyworld that has revolutionised the traditional narrative structure."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Munifah Sukma Zahara
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang film Kaze Tachinu dengan fokus kepada teknologi alat perang yang digunakan Jepang pada masa Perang Dunia II. Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan bahwa film Kaze Tachinu sebagai media untuk mengkritik teknologi yang Jepang gunakan pada masa perang dunia II. Data yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari salah satu film animasi Studio Ghibli berjudul Kaze Tachinu (2013). Agar analisis data terlihat dengan jelas, dilakukan pendeskripsian berdasarkan dialog dan beberapa adegan, lalu dianalisis dengan mengategorikan bagian realita dan fantasi di dalam film. Analisis yang dilakukan dalam penelitian menggunakan konsep fantasi dalam kesusastraan Jepang modern milik Susan J. Napier. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa teknologi pesawat yang digunakan Jepang pada masa perang justru membawa Jepang pada kehancuran.
Sedangkan penggunaan fantasi di dalam karya ini adalah sebagai bentuk subversif terhadap teknologi pesawat yang menghancurkan. Dengan demikian, keberadaan film ini dapat dimaknai sebagai kritik teknologi pada masa Perang Dunia II di Jepang.

ABSTRACT
This paper discusses film Kaze Tachinu by focusing on technology used by Japan during World War II. The objectives of this paper was to show that Kaze Tachinu was used as a medium to criticize the technology that Japan used during World War II. The data for this paper was collected from one of the animated films made by Studio Ghibli entitled Kaze Tachinu which was released in 2013. In order
to obtain the objectives of this research, the data was analyzed by describing dialogues and scenes, then analyzed bycategorizing which parts is reality and fantasy in the film. The analysis of this research used Fantasy Theory in modern Japanese literatures from Susan J. Napier. The results of this analysis show that aircraft technology used by Japan during the war were actually brought Japan to destruction. While the fantasy part in this film used as a form of subversity towards its destructive technology. Thus, the existence of this film functioned as a criticism of technology during World War II in Japan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2001
306 KEY (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Anindra Pascasiswi
"Jurnal ini menganalisis penokohan Yu Mo dalam film The Flowers of War. Yu Mo berperan penting dalam membangun cerita di dalam film. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan analisis penokohan tokoh Yu Mo serta memaparkan perubahan karakter yang terlihat pada Yu Mo dalam film The Flowers of War. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan intrinsik yang pada dasarnya memusatkan pada unsur-unsur yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Analisis unsur instrinsik penokohan pada film ini merupakan landasan penulis untuk menganalisis penokohan Yu Mo dalam film. Penelitian ini menganalisis karakter Yu Mo untuk mengetahui pengaruhnya terhadap alur film The Flowers of War.

This journal analyzes the characterizations of Yu Mo in The Flowers of War. Yu Mo plays an important role in building the story in the film. The purpose of this research is to reveal character analysis of Yu Mo as well as describe the character changes seen on Yu Mo in The Flowers of War. Research is done by using an intrinsic approach that basically focuses on the elements that exist in the literary work itself. Analysis of the intrinsic elements of characterization in this film is the foundation of the author to analyze the characterization of Yu Mo in the film. This research was conducted to analyze the character of Yu Mo to know its influence on the plot of The Flowers of War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Grandy Marchellino Guswandi
"Film The Flowers of War adalah sebuah film bergenre perang karya sutradara Zhang Yimou, seorang sutradara ternama Tiongkok. Film yang dirilis pada tahun 2011 ini merupakan adaptasi dari novel 13 Flowers of Nanjing (Jinling Shisan Chai) karya Yan Geling. Perilisan film ini diwarnai juga dengan meningkatnya tensi antara Tiongkok, Jepang, dan Amerika tentang kepulauan Senkaku. Film yang berlatar belakang pada peristiwa Pembantaian Nanjing pada era Perang Tiongkok-Jepang tahun 1937 ini, menampilkan kerumitan karakter perempuan bernama Yu Mo yang diperankan oleh Ni Ni. Artikel ini membahas karakter Yu Mo sebagai metafora bunga Plum (Meihua) salah satu bunga khas dalam budaya Tiongkok yang memiliki makna ketahanan, pengorbanan, dan keindahan, juga sekaligus menyoroti perannya sebagai sosok patriotik dalam film. Menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa studi pustaka, artikel ini berhasil mengungkap karakterisasi protagonis perempuan meresonansi simbol bunga Plum dalam menyampaikan pesan patriotik dan ketahanan Tiongkok.

The Flowers of War is a war film by renowned Chinese director Zhang Yimou. The movie, released in 2011, is an adaptation of the novel 13 Flowers of Nanjing (Jinling Shisan Chai) by Yan Geling. The film's release was also marked by rising tensions between China, Japan, and the United States over the Senkaku islands. The movie, set during the Nanjing Massacre during the 1937 Sino-Japanese War, features a complex female character named Yu Mo, played by Ni Ni. This article discusses Yu Mo's character as a metaphor of the plum blossom (Meihua), a typical flower in Chinese culture with meanings of resilience, sacrifice, and beauty, while also highlighting her role as a patriotic figure in the film. Using a qualitative method with data collection in the form of a literature study, this article successfully reveals the characterization of the female protagonist resonating the symbol of the Plum flower in conveying China's patriotic and resilience message."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudistira Kurnia Ramadanu
"ABSTRAK
Memoirs of a Geisha 2005 adalah sebuah film drama romansa yang bercerita tentang kehidupan seorang gadis kecil yang tumbuh menjadi seorang geisha yang terkenal bernama Sayuri. Film ini menggambarkan perjuangan Sayuri dalam menjadi seorang geisha sejak pertama kali ia dijual ke okiya, sebutan untuk rumah geisha, sampai ia menjadi geisha yang paling terkenal. Film ini dapat dijadikan sumber analisis untuk mempelajari dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dilihat melalui elemen visual dan naratif karakter-karakter dalam film. Khususnya, penelitian ini menganalisis beberapa bukti tekstual yang merepresentasikan dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dengan menggunakan teori virgin/whore dichotomy oleh Bay-Cheng 2015 . Dalam menganalisis data, bukti-bukti tekstual tersebut kemnudian dibedakan menjadi dua kategori; penampilan fisik dan interaksi antarkarakter dalam film. Kategori-kategori tersebut kemudian digabungkan untuk menekankan dikotomi dari geisha yang baik dan buruk sepanjang film ini. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dari film Memoirs of a Geisha 2005 ditunjukkan dengan penampilan fisik dan karakteristik dari para karakter dari film ini.

ABSTRACT
Memoirs of a Geisha 2005 is a romance drama film about the life of a little girl who became a well-known geisha, Sayuri. This movie portrays Sayuri rsquo;s struggle in becoming a geisha since the first time she was sold to an okiya, a geisha house, until she became the most popular geisha. This movie can be used as a source of analysis to study the dichotomy of good and bad geisha by looking at the visual and narrative elements of the characters throughout the movie. In particular, the research analyzes several textual evidences representing the dichotomy of good and bad geisha by using Bay-Cheng rsquo;s theory of virgin/whore dichotomy. In analyzing the data, the textual evidences are divided into two categories; the physical appearances and the interaction of each characters in the movie. These categories are then combined to highlight the dichotomy of good and bad geisha throughout the movie. From the result of the analysis, it can be concluded that the dichotomy of good and bad geisha in the movie Memoirs of a geisha 2005 is pointed out by the physical appearance and the characteristic of the characters throughout the movie. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.

The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irani Tejaning Laras
"Munculnya fenomena pengadaptasian dari novel ke film bukanlah hal yang baru, inilah yang dimaksud dengan ekranisasi. Film The Flowers of War (2011) yang disutradarai oleh Zhāng Yìmóu (张艺谋) merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel 13 Flowers of Nanjing (2006) yang dalam bahasa Cina Jīnlíng Shísān Chāi (金陵十三钗) karya Yán Gēlíng (严歌苓). Novel dan film ini berkisah tentang Nánjīng (南京) pada tahun 1937, sekelompok siswi berlindung di dalam gereja, kemudian datang sekelompok wanita tuna susila yang juga ingin berlindung di dalam gereja. Namun, gereja tidak selamanya adalah tempat yang suci, ketenangan sementara akhirnya dirusak oleh tentara Jepang yang menyerbu masuk. Dua kelompok yang berlatar belakang berbeda akhirnya saling membantu satu sama lain. Tokoh yang akan dianalisis dalam makalah ini adalah Yùmò (玉墨), karena tokoh Yumo adalah tokoh utama dalam novel dan film ini. Yumo menjadi sorotan dalam kisahan, dan terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan tokoh Yumo yang timbul akibat ekranisasi. Metode penelitian yang digunakan antara lain adalah metode kepustakaan dan metode analisis deskriptif.

Nowadays, the adoption story from novel into film is common phenomena which called ekranasi. Film the Flowers of War (2011) directed by Zhāng Yìmóu (张艺谋) is adapted from novel 13 Flowers of Nanjing (2006) /Jīnlíng Shísān Chāi (金陵十三钗) written by Yán Gēlíng (严歌苓). The story is about Nánjīng (南京) in 1937, a group of girl and a group of prostitute ensconce in church, in the same time to seek a peace. But suddenly, the church is disrupted by the Japanese soldier. Those two groups from difference background end up helping each other. The Figure that the authors take is Yùmò (玉墨). She is the main character in this story. Yumo is highlited in the narrative and involved in the events that build the story. This research is intended to look at the changes of Yùmò (玉墨) from ekranasi. The methods that use for this research are literature and descriptive analyst."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fiske, John
Yogyakarta: Jalasutra, 2011
306.4 FIS ut
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Mariska
"Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana film This Is England mendekonstruksi stereotipe-stereotipe yang sejak lama dipercaya ada pada para anggota skinhead dari gelombang kedua. Ketika sebagian besar orang masih percaya terhadap beberapa stereotipe mengenai skinhead gelombang kedua, film ini menawarkan perspektif yang berbeda mengenai subkultur ini. Analisis tekstual digunakan dalam penelitian ini guna mengobservasi perilaku, dialog, dan hubungan antar-karakter dan menghubungkannya dengan konteks historis berdasarkan latar waktu dan tempat dari film ini. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa stereotipe-stereotipe yang ada mengenai skinhead gelombang kedua tidak terdapat di semua grup skinhead karena film ini menunjukkan bahwa beberapa grup skinhead, bahkan yang berasal dari gelombang yang sama, memiliki tingkah laku yang berbeda.
This paper aims to see how the movie This Is England deconstructs the long-held stereotypes of skinheads coming from the second wave. While most people still believe some stereotypes about the second-wave skinhead, this movie offers a different perspective about the subculture. Textual analysis is used in the research to observe behaviors, dialogues, and relationships between characters in the movie and to look at the historical context of the year in which the movie is set in. This research results in the conclusion that the stereotypes of second-wave skinhead cannot be applied to all skinhead groups, as this movie shows that groups of skinheads, even from the same wave, act differently"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>