Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulia Anggraini
"

Penelitian ini membahas strategi bertutur Kanselir Helmut Kohl dalam pidato proses penyatuan Jerman tahun 1989. Tahun 1989 merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi warga Jerman Barat dan Timur karena Jerman berhasil dipersatukan. Sebagai Kanselir, Helmut Kohl tentunya dalam pidatonya menggunakan bahasa yang santun untuk menarik perhatian para warga terutama warga Jerman Timur. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu pertama untuk menemukan jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan oleh Kanselir Helmut Kohl dalam pidato penyatuan Jerman tahun 1989; kedua, untuk melihat strategi kesantunan yang digunakan oleh Kanselir Helmut Kohl dalam pidato proses penyatuan Jerman tahun 1989. Dalam tesis ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan data teks tuturan pidato tahun 1989. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam keempat teks tuturan terdapat tindak tutur asertif, deklaratif, direktif, ekspresif, dan komisif. Dalam keempat teks tuturan, Kanselir Helmut Kohl menuturkan keinginannya dengan strategi bertutur kesantunan positif yang ditandai kata wir ‘kita’ untuk menunjukkan bahwa Kanselir Helmut Kohl memiliki rasa solidaritas serta ia tidak membedakan status warga Jerman. Lalu, pada keempat teks tuturannya, Kanselir Helmut Kohl menggunakan strategi bertutur terus terang dengan tanpa basa-basi, strategi bertutur secara samar-samar, dan strategi bertutur dengan kesantunan negatif karena dalam tuturannya terdapat makna yang ambigu serta ia jarang menunjukkan jati diri sebagai Kanselir dan mengangkat suatu partai di Jerman.


This study discusses Chancellor Helmut Kohl's speaking strategy in the speech of processing german unification. In 1989 was a very important year for residents of West and East Germany because it was successfully united. As Chancellor, Helmut Kohl is likely in his speech to use polite language to attract the attention of residents, especially East German citizens. Therefore, this study has two objectives, namely the first to discover speech act was used by Chancellor Helmut Kohl in the German unification speech in 1989; second, to look at the politeness strategy that Chancellor Helmut Kohl in speech of processing German unification in 1989. In this thesis, the method is descriptive qualitative method by using text speeches in 1989. Using descriptive qualitative methods, the results of this study indicate that there are assertive, declarative, directive, expressive, and commissive speech acts in his speech. In the speech text, Chancellor Helmut Kohl shows his desire by using positive politeness strategy is marked by words wir ‘we’ to provide information that Chancellor Helmut Kohl has a sense of solidarity the same position as German citizens. Then, based on speech text, Chancellor Helmut Kohl uses a strategy of speaking straightforwardly without further ado, speak strategies vaguely, and negative politeness strategy because in his speech there are ambiguous meanings and also rarely show identity as Chancellor and party in Germany.

"
2018
T51883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Yulianti Rusdi
"
ABSTRAK
Penelitian skripsi ini adalah mengenai eufemisme dalam bahasa politik. Sebagai data digunakan pidato Helmut Kohl pada tanggal 2 Oktober 1990. Pidato tersebut disampaikan dalam rangka menyambut penyatuan kembali Jerman. Landasan teori utama dalam skripsi ini adalah teori Leinfellner mengenai eufemisme dalam bahasa politik. Teori lainnya yang juga digunakan adalah teori dari Hannapel Melenk mengenai eufemisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frase atau kata yang merupakan eufemisme dalam pidato berdasarkan analisis makna kontekstual eufemisme yang dikaitkan dengan konteks sejarah,dan menganalisis bentuk semantis serta tema eufemisme tersebut.
Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa ada tujuh buah frase yang merupakan eufemisme politis dalam pidato tersebut. Bentuk semantis eufemisme politis yang ditemukan ada tiga buah, yaitu pemakaian kata-kata yang kabur atau bermakna ambigu, metafer, dan penambahan kata-kata. Bentuk semantis yang tidak ditemukan adalah penggunaan kata-kata yang asing; penghilangan kata-kata yang penting, litotes; ungkapan yang terdiri dari gabungan kata yang saling bertentangan secara semantis dan deskriptif, dan pertentangan tersebut disembunyikan; serta pemakaian satu ungkapan dari banyak pilihan ungkapan. Konteks sejarah yang berperan dalam analisis penelitian ini adalah perbedaan sistem pemerintahan dan perekonomian di kedua negara Jerman. Oleh karena berada dalam satu konteks, seluruh eufemisme ini mempunyai tema yang sama, yaitu masalah politik dalam negeri Jerman yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, dan masyarakat.
"
1998
S14663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mau, Hermann
London: Oswald Wolff , 1961
943.086 MAU g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranto Arismunandar
Bandung: ITB Press, 1993
620.82 WIR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Alifa Rania
"Iklan merupakan salah satu bentuk strategi pemasaran yang menarik untuk diteliti, terutama dari segi penulisan dan penggunaan bahasa agar penyampaiannya lebih menarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam brosur iklan. Korpus data yang digunakan untuk penelitian ini adalah brosur milik IKEA Jerman edisi Schlafzimmer (kamar tidur) terbitan tahun 2021 yang diperoleh secara daring melalui situs resmi IKEA (https://www.ikea.com/de/de). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan metode penelitian kuantitatif dan analisis deskriptif. Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur milik John Searle (1983) untuk mengidentifikasi bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusi. Hasil penelitian menunjukkan adanya penemuan empat bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Kemudian ditemukan juga delapan fungsi dari bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu menyatakan, mengklaim, memerintah, menasihati, merekomendasi, menjanjikan, menawarkan, dan berterima kasih.

Advertising is a form of marketing strategy that has been considered an interesting object to study, especially from the way it is written and its use of language. This study aims to identify the forms and functions of illocutionary speech acts found in an advertising brochure. The data corpus chosen for this study is IKEA Germany’s Schlafzimmer online brochure, published in 2021. The brochure is procured through IKEA’s official website (https://www.ikea.com/de/de). This study uses qualitative approach and is supported by quantitative method as well as descriptive analysis method. This study uses John Searle’s (1983) speech act theory to identify the forms and functions of illocutionary speech acts. Results show there are four forms of illocutionary speech act found in the data corpus, namely assertive, directive, commissive, and expressive. Eight types of functions of illocutionary speech are also found, namely stating, claiming, ordering, advising, recommending, offering, and thanking."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Blaser, Werner, 1924-
Basel: Birkhauser, 1996
720.92 BLA h (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kohnke, Helmut
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1980
631.43 KOH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hardianti Ningsih
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh situasi dimana dalam gelar wicara
memiliki sebuah tuntutan utama yang harus dicapai yaitu bagaimana informasi bisa
diperoleh sebanyak-banyaknya dari bintang tamu.Untuk itu, pembawa acara dituntut
untuk memiliki keahlian yang terkait dengan bagaimana memilih strategi bertanya,
menyesuaikan topik, serta memilih kata yang mampu memicu respons dari bintang
tamu.Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi bertutur yang
menghasilkan respons jawaban yang relevan. Penelitianinimerupakan penelitian
kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan teknik simak melalui perekaman dan
transkripsi data.Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
padan. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan memerhatikan tindak tutur langsung
dan tidak langsung, memerhatikan penggunaan strategi kesantunan, memerhatikan
relevansi jawaban dengan pertanyaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan
TTTL dan TTL sama-sama efektif digunakan dalam memeroleh jawaban yang
relevan, namun harus disertai dengan penggunaan strategi kesantunan.Sementara itu,
faktor topik pembicaraan serta bintang tamu sangat memengaruhi pemilihan strategi
kesantunan.Oleh karena itu, penggunaan strategi kesantunan menjadi titik tolak
paling utama yang menentukan berhasil atau tidaknya pemerolehan jawaban yang
relevan.

ABSTRACT
This research is based on the situation where talk show has the main aim to be
aicheved; it is to require the information as much as possible from the guess stars.
Combining to this aim, the host is expected to have an ability in which how they
choose speech strategies to give the question, mathching the strategies used with the
topic, and how they choose the words which has the ilocusionary force. The aim of
this research is to formulate the speech strategy which is successful achieve more
information and relevant with question given. This research is qualitative research.
The data obtained by refer technique through recording and transcriptions data. The
data analyze by coherent technique. The qualitative approach is done by pay attention
to the direct and indirect speech act, the relevancy of the respons and question, and
politeness strategies. The data finding shows that both of direct and indirect speech
act are effective to use to acquire the relevant response. However, both of them
should be accompanied by politeness strategies. Meanwhile, the topic and guests are
the factors which influence the politeness strategies used. Therefore, politeness
strategies used is the main point which determines the relevancy of guest's responses."
2017
T47979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fellen
"Konsep Transparansi banyak digunakan datam arsitektur modern, salah satu arsitek yang menerapkannya adalah Helmut Jahn. Dalam penerapannya pada bangunan banyak menggunakan material yang transparan dan translucent, membuat banyak bukaan, dll. Sehingga apabila dibandingkan konsep transparansi yang dikemukakan Le Corbusier, Mies van der Rohe, Philip Johnson, Gropius dengan Hemut Jahn apakah sejalan atau konsisten atau banyak mengalami perubahan. Ditambah lagi dengan adanya kemajuan teknologi dan pemakaian material baru. Sedangkan konsep ini sendiri masih ada kerancuan makna. Transparan pada bangunan dapat berarti pada permukaan terluar atau kuil bangunan dengan visual dapat terlihat dari dalam atau dari luar. Selaln itu apakah bengunan yang menggunakan material kaca dapat langsung dikatakan menggunakan konsep transparan, walaupun secara visual hanya dari dalam dapat melihat keluar, tidak sebaliknya. Ternyata Konsep Transparansi secara arsitektur dapat diterapkan secara literal dan phenomenal. Secara literal lebih mudah diwujudkan, tetapi untuk merasakan secara phenomenal harus lebih dipikirkan karena untuk mewujudkannya lebih sulit. Jika suatu bangunan ingin dapat dirasakan secara phenomenal, hanya jika bangunan tersebul sudah jadi, tetapi apabila apa yang ingin dlrasakan perancang tidak dapat dirasakan pengguna bangunan, maka bangunan itu kurang berhasil secara phenomenal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi Kurnia
"Raja Willem-Alexander dari kerajaan Belanda melakukan tiga kunjungan kenegaraan pada tahun 2022 ke Austria, Swedia, dan Yunani. Pada kunjungan tersebut dilakukan jamuan kenegaraan, dan terdapat pidato kenegaraan sebagai bentuk komunikasi formal dalam rangkaian acaranya. Dalam pembukaan pidato tersebut, ditemukan adanya penggunaan strategi kesantunan berbahasa. Penelitian ini membahas bagaimana penggunaan strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, serta strategi kesantunan mana yang paling dominan digunakan oleh Raja Willem-Alexander dalam pembukaan pidato pada jamuan kenegaraan saat kunjungan kenegaraan tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Raja Willem-Alexander paling banyak menggunakan strategi kesantunan positif dari pada kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif yang digunakan seperti menggunakan bahasa yang sama dengan pendengar, memuji dengan metafora, mengakui kepemilikkan atau pencapaian pendengar, serta menunjukkan optimisme hubungan dengan pendengar. Hal ini menunjukkan bahwa Raja Willem-Alexander lebih memilih memenuhi kebutuhan pendengar untuk merasa dihargai, dibutuhkan, dan diakui (kesantunan positif), ketimbang untuk mengutamakan atau memberi kebebasan pendengar (kesantunan negatif).

King Willem-Alexander of the Kingdom of the Netherlands made three state visits in 2022 to Austria, Sweden and Greece. During these visits, state banquets were held, and there was a state speech as a form of formal communication in the series of events. In the opening of the speech, the use of language politeness strategies was found. This research discusses how the use of positive politeness strategies, negative politeness strategies, and which politeness strategies are most dominantly used by King Willem-Alexander in the opening speech at the state banquet during the state visit in 2022. This research uses descriptive qualitative method. The results showed that King Willem-Alexander used more positive politeness strategies than negative politeness. He used positive politeness strategies such as using the same language as the listener, praising with metaphors, recognizing the listener's ownership or achievement, and showing optimism in the relationship with the listener. This shows that King Willem-Alexander prefers to fulfill the listener's need to feel valued, needed, and recognized (positive politeness), rather than to prioritize or give the listener freedom (negative politeness)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>