Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180609 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryan Kharisma Permadi
"ABSTRAK
(LIBOR) atau yang dikenal sebagai Penentuan Suku Bunga Antar-Bank London merupakan skandal yang melibatkan bank-bank yang tergabung dalam British Banking Association (BBA). Barclays, salah satu bank anggota dari British Banking Association mengaku bahwa mereka telah memanipulasi Penentuan Suku Bunga Antar-Bank London pada tahun 2005 sampai 2009 dengan tujuan untuk untuk mendapatkan keuntungan atau membatasi kerugian di pasar derivatif dan untuk menggambarkan posisi finansial yang baik kepada investor. Dalam tesis ini, saya akan menjelaskan bagaimana implikasi dari manipulasi Penentuan Suku Bunga Antar-Bank London yang dilakukan oleh Barclays terhadap pasar finansial, siapa-siapa saja yang bertanggung jawab atas skandal ini, juga peran bank-bank lain atau kompetitor dalam mengetahui tindakan yang tidak etis ini, serta bagaimana memperbaiki Penentuan Suku Bunga Antar-Bank London yang telah termanipulasi.

ABSTRACT
Barclays and the London Inter-Bank Offered Rate (LIBOR) scandal is a scandal involving banks that are the members of the British Banking Association (BBA). Barclays, as a member of the British Banking Association, claimed that they had manipulated London Inter-Bank Offered Rate from 2005 to 2009 to gain profit or limit losses in the derivative market and to misrepresent its financial health to investors. In this thesis, I will explain how the implications of Barclays manipulated London Inter-Bank Offered Rate on financial markets, also who are the responsible parties in this scandal, as well as the role of other banks or competitors in knowing these unethical actions, and how to fix the manipulated LIBOR at Barclays."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Aldonino
"Laporan berikut telah dimasukkan secara komprehensif untuk menganalisis efek dari Krisis Keuangan Global dan Euro Sovereign Krisis Utang ke Barclays Bank dan OCBC Bank, kinerja kedua bank tersebut dan manajemen risiko dua bank dari Inggris dan Singapura selama krisis yang merusak sektor keuangan dunia Eropa dan. Kami tertarik untuk meninjau kinerja Barclays Bank karena mereka adalah Bank terbesar kedua dalam hal aset di Inggris bahwa selama krisis keuangan didakwa untuk memalsukan tingkat Libor, jumlah $ 451.400.000 didenda kepada Bank multinasional ini. Kami juga ingin melihat dampak dari Krisis Keuangan terhadap kinerja OCBC Bank Singapura, dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah dari Krisis Keuangan Global dan Euro Sovereign Krisis Utang, OCBC Bank dikenal sebagai yang paling beragam dari ketiga Bank lokal di Singapore. Untuk timeline laporan ini, kami memutuskan untuk menganalisis 2007-2013, karena kami berharap untuk menganalisis sebelum dan setelah Krisis Keuangan Global yang berdampak pada 2008 dan Euro Sovereign Krisis Utang meletus sekitar 2009-2010, dan jika ada setelah efek ini krisis masih berlangsung pada penampilan mereka dan manajemen risiko, kami juga ingin melihat strategi dua bank tersebut dalam mengatasi masalah ini.

The following reports has been put comprehensively to analyse the effects of the Global Financial Crisis and Euro Sovereign Debt Crisis to Barclays Bank and OCBC Bank, performance of these two Banks and the risk management of these two banks of United Kingdom and Singapore during the crises that ruin the Europe and world financial sector. We are interested to review the performance of Barclays Bank as they are the second biggest Bank in term of assets in UK that during financial crisis was charged for falsifying Libor rates, the amount of $451.4 million were fined to this multinational Bank. We also like to see the impacts of the Financial Crises to the performance of OCBC Bank of Singapore, and how they resolve the issues of Global Financial Crisis and Euro Sovereign Debt Crisis, OCBC Bank is known as the most diversified of all three local Banks in Singapore. For the timeline of this report, we decide to analyse from 2007 to 2013, as we hope to analyse before and after the Global Financial Crisis that impacted on 2008 and Euro Sovereign Debt Crisis erupted around 2009 to 2010, and if there are any after effects of this still ongoing crisis on their performances and risk managements, we also like to see the strategies of these two banks in overcoming these issues."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahathir
"Laporan berikut telah dimasukkan secara komprehensif untuk menganalisis efek dari Krisis Keuangan Global dan Euro Sovereign Krisis Utang ke Barclays Bank dan OCBC Bank, kinerja dan manajemen risiko dua bank dari Inggris dan Singapura selama krisis yang merusak Eropa dan sektor keuangan dunia. Kami tertarik untuk meninjau kinerja Barclays Bank karena mereka adalah Bank terbesar kedua dalam hal aset di Inggris bahwa selama krisis keuangan didakwa untuk memalsukan tingkat Libor, jumlah $ 451.400.000 didenda kepada Bank multinasional ini. Kami juga ingin melihat dampak dari Krisis Keuangan terhadap kinerja OCBC Bank Singapura, dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah dari Krisis Keuangan Global dan Euro Sovereign Krisis Utang, OCBC Bank dikenal sebagai yang paling beragam dari ketiga Bank lokal di Singapore. Untuk timeline laporan ini kita memutuskan untuk menganalisis 2007‐2013, karena kami berharap untuk menganalisis sebelum dan afther Krisis Keuangan Global yang berdampak pada 2008 dan Euro Sovereign Krisis Utang yang meletus sekitar 2009‐2010, dan jika ada setelah efek ini krisis masih berlangsung pada kinerja dan risiko manajemen, kami juga ingin melihat strategi dua bank tersebut dalam mengatasi masalah ini.

The following reports has been put comprehensively to analyse the effects of the Global Financial Crisis and Euro Sovereign Debt Crisis to Barclays Bank and OCBC Bank, performance of these two Banks and the risk management of these two banks of United Kingdom and Singapore during the crises that ruin the Europe and world financial sector. We are interested to review the performance of Barclays Bank as they are the second biggest Bank in term of assets in UK that during financial crisis was charged for falsifying Libor rates, the amount of $451.4 million were fined to this multinational Bank. We also like to see the impacts of the Financial Crises to the performance of OCBC Bank of Singapore, and how they resolve the issues of Global Financial Crisis and Euro Sovereign Debt Crisis, OCBC Bank is known as the most diversified of all three local Banks in Singapore. For the timeline of this report, we decide to analyse from 2007 to 2013, as we hope to analyse before and after the Global Financial Crisis that impacted on 2008 and Euro Sovereign Debt Crisis erupted around 2009 to 2010, and if there are any after effects of this still ongoing crisis on their performances and risk managements, we also like to see the strategies of these two banks in overcoming these issues."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nabila
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh karakteristik perusahaan dan krisis finansial terhadap likuiditas saham bank di Asia-Pasifik yang akan dibagi menjadi 3 kategori bank, yaitu safe, crisis-contangious, dan vulnerable. Penelitian ini menggunakan proksi illiquidity sebagai variabel dependen dan variabel independen yaitu karakteristik perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode unbalaced panel dengan data tahunan selama 11 tahun yaitu pada periode sebelum dan sesudah krisis finansial global 2008 2006-2016 . Dari hasil penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas saham bank adalah ROE, debt rasio, cash rasio, size, non-performing loan, dan faktor makroekonomi suatu negara. Selain itu ditemukan bahwa karakteristik perusahaan memiliki pengaruh terhadap likuiditas saham bank pada bank kategori safe, crisis contangious, dan vulnerable. Selanjutnya, krisis finansial merupakan salah satu kejadian yang berpengaruh terhadap likuiditas saham perbankan di Asia-Pasifik.

ABSTRACT
This research aims to identify the effect of firm characteristics and financial crisis to the stock liquidity of Asia Pasific banks which will be divided into three categories, safe, crisis contangious, and vulnerable. This research uses illiquidity proxy as the dependent variable and firm characteristics as independent variable. Unbalaced panel data method is used in this research with annual data from 11 year period, before and after 2008 global financial crisis 2006 2016 . The findings reveal that bank stock liquidity is affected by several factors, whic are ROE, debt rasio, cash rasio, size, non performing loan, and the macroeconomic factors of a nation. Futhermore, the firm characteristics give influence to the bank stock liquidity for the safe, crisis contangious, and vulnerable categories. Moreover, the finansial crisis is one of the events that gives significant effect for the bank stock liquidity in Asia Pasific."
2017
S67337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Jessica Maureen
"Bank Perantara adalah salah satu mekanisme penanganan Bank yang mengalami kesulitan permodalan. Seperti di Amerika Serikat, Bank Perantara berfungsi untuk menjembatani tenggang waktu antara kegagalan suatu Bank dengan ketika otoritas resolusi berhasil melaksanakan pengambil-alihan Bank Gagal tersebut kepada pihak ketiga. Pada masa ini, Bank Perantara melanjutkan kegiatan usaha Bank Gagal guna menjaga rasa kepercayaan masyarakat. Bank Perantara bersifat sementara dan harus segera dibeli atau diambil-alih oleh pihak ketiga.
Di Indonesia, mekanisme ini merupakan kewenangan baru Lembaga Penjamin Simpanan yang baru diatur pada Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. Untuk itu, skripsi ini membahas mengenai perbedaan pengaturan Bank Perantara di Indonesia dengan Undang-undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Perbankan, serta perbandingan pengaturannya dengan Amerika Serikat. Bentuk penelitian skrispi ini bersifat yuridis normatif yang menghasilkan tipologi penelitian deskriptif.
Hasil dari penelitian ini menemukan beberapa perbedaan pengaturan Bank Perantara dengan ketentuan Undang-undang Perseroan Terbatas dan Peraturan Perbankan dalam hal jumlah pemilik dan/atau pemegang saham, ketentuan modal awal yang mengesampingkan ketentuan modal Bank Umum, materi rencana bisnis Bank Perantara yang lebih spesifik, prosedur Uji Kemampuan dan Kepatutan Pihak Utama yang dipersingkat, dan ketentuan pengakhiran Bank Perantara yang lebih jelas. Pengaturan Bank Perantara di Amerika Serikat jauh lebih jelas dan tegas disertai dengan beragam kasus praktik, sedangkan di Indonesia masih sangat minim dan belum memiliki peraturan teknis dan peraturan pelaksana. Oleh karena itu, terdapat urgensi untuk melakukan penyesuaian pengaturan Bank Perantara dengan iklim hukum dan perekonomian di Indonesia.

Bridge Bank is one of mechamisms to resolve Banks'insolvency problem. Similar to that of the United States, Bridge bank is established to bridge the gap between the failure of a bank and the time when the resolution authority can implement a satisfactory acquisition by a third party. During this time, bridge bank maintains the continuation of failed bank's services to maintain public and customer's trust. It has limited time and must be purchased or assumed by the third party as soon as possible.
In Indonesia, this mechanism is newly introduced by Law Number 9 Year 2016 on Prevention and Resolution of Financial Crisis System, whch expands Indoneisa Deposit Insurance Corporation authority to also become resolution authority. Therefore, this thesis analyzes the differences of regulation of Bridge Bank in Indonesia with Company Law and Banking Regulations and compares it with Bridge Bank Regulations in the United States. The research uses the normative juridical approach with a descriptive typology.
This research discovers that Bridge Bank regulation in Indonesia has some different provisions with Company's Law and Banking Regulations in term of paid up capital that waives Commercial Banks provision, its owners shareholders, more specific Bridge Bank's business plan substance, simple and quick fit and proper test procedure, and clear conditions of Bridge Bank's termination. Brige Bank regulation in the United States is far clearer and assertive with many cases, while Indonesia has not had technical and implementative policies. In conclusion, there is an urgency to adjust Bridge Bank's regulation with Indonesian legal and economic condition.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S65996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imaduddin Shidiq
"Penelitian ini bertujuan membuat model early warning system yang mampu memprediksi financial distress pada bank umum di Indonesia. Model early warning system dibuat dengan mengestimasi indikator yang menyebabkan suatu bank mengalami permasalahan finansial sehingga harus diberhentikan oleh pemerintah. Estimasi dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu analisis diskriminan, pooled logit, dan panel logit. Data yang digunakan untuk membuat model berupa rasio keuangan bank 1994-1997 yang berasal dari Direktori Perbankan Indonesia (DPI). Sedangkan untuk pengujian out-sample menggunakan data tahun 1998. Model yang dibuat digunakan untuk memprediksi financial distress bank di atas tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan beberapa ciri bank yang akan tutup pada dua atau tiga tahun ke depan. Selain itu, model early warning system yang dibuat mampu memprediksi financial distress pada bank umum di Indonesia.

This research aims to create early warning system models for predicting financial distress on Indonesian commercial banks. Early warning system models is made by estimating bank indicators that led bank run into financial problems which to be shut down by the government. Estimation use three methods, discriminant analysis, pooled logit, and panel logit. The data used to create models is bank's financial ratios in 1994-1997 gathered from Direktori Perbankan Indonesia (DPI). Out of the sample test use the data in 1998. All model were used to predict the bank's financial distress after 2000. This study found some characteristics of distressed banks that will be in the state of failure in two or three years. Finally, this research found that early warning system models is able to predict the probability of financial distress on commercial banks.;"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Keuangan RI, 2010
338.54 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Timotheus Christanto
"Karya akhir ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pengukuran risiko operasional. Salah satu tipe risiko dalam risiko operasional adalah tipe risiko banking fraud. Bank rentan terhadap risiko ini. Permasalahannya adalah bagaimana bank dapat mengukur risiko ini dan kemudian memitigasinya. Salah sate cara pengukuran yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia yang sesuai dengan Basel Capital Accord 2 adalah satu pendekatan yang disebut Internal Measurement Approach. Dalam pendekatan terdapat beberapa metode pengukuran antara lain adalah Model Extreme Value Theory dan Loss Distribution Approach. Keduanya dapat digunakan sebagai alat banal dalam perhitungan OpVar. OpVar adalah pengukuran berapa besar modal bank dapat menyerap kerugian akibat suatu risiko operasional dengan derajat kepercayaan tertentu.
Kedua model pendekatan untuk perhitungan OpVar tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, dalam pengukuran tipe risiko fraud. Keduanya memerlukan estimasi parameter, EVT menggunakan parameter ξ, μ, dan σ sebagai parameter bentuk, lokasi dan skala dan langsung dapat dihitung nilai OpVar-nya. Sedangkan pada pemodelan LDA, untuk pengukuran risikonya hams melalui tahapan seperti, melakukan estimasi parameter untuk distribusi frekuensi dan parameter untuk distribusi severity-nya. Kedua hams dilakukan uji kesesuaian dengan distribusi teori dari distribusi frekuensinya dan distribusi severity-nya, melalui penggunaan nilai hasil estimasi parameternya yang sudah diperoleh melalui proses estimasi di atas. Ketiga, melalui suatu alat simulasi yang disebut Simulasi Monte Carlo, dapat dihitung nilai OpVarnya, dengan terlebih dahulu memasukkan nilai-nilai estimasi parameter baik dari distribusi frekuensinya maupun dari distribusi severity-nya . Untuk melihat apakah model LDA cukup baik untuk pengukuran OpVar maka dilakukan uji backtesling. Pemodelan EVT dengan metode Generalized Pareto Distribution, yang menggunakan nilai estimasi parameter Hill dan metode moment rata-rata serta moment standar deviasi dapat menghasilkan nilai OpVar yang paling rendah, sehingga untuk membentuk alokasi modal untuk menutup risiko ini relatif lebih rendah atau lebih ringan.
Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank "X" diketahui belum menggunakan pengukuran risiko operasional terutama untuk Fisiko fraud. Pengukuran risiko fraud yang disarankan adalah dengan menggunakan model pengukuran internal (IMA), dalam menentukan berapa besar OpVar bagi bank. Dalam menghitung besarnya OpVar, dapat digunakan beberapa metode antara lain adalah EVT dan LDA. Keduanya menggunakan data kerugian atau loss sebagai dasar perhitungan untuk menghitung nilai DpVar. Data kerugian dapat bersifat data historis kerugian (actual loss) atau data kerugian expected loss yang diperoleh melalui proses Monte Carlo. Kedua metode baik EVT maupun LDA dapat dilakukan perhitungan dan simulasi secara mudah dengan menggunakan bantuan software Microsoft ExcelTM, yang sederhana dan ditambah dengan pengelolaan database yang baik. Hanya perlu lebih teliti untuk menerapkannya bagi berbagai tipe risiko, karena agak bersifat manual. Perhitungan dengan metode EVT, dilakukan pertama kali dengan melakukan estimasi terhadap parameter EVT yaitu 4',6 dan p -nya. Untuk mengestimasi ketiga parameter tersebut dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut:
a. Metode P W M
b. Metode Hill Estimator untuk parameter -nya dan distribusi moment biasa untuk parameter /r dan o.
c. Metode Blok Maksima dan POT.
d. Gabungan PWM dan Hill estimator
Sedangkan metode LDA dapat juga dipakai sebagai altematif perhitungan OpVar, dengan menggunakan simulasi MC.
Kesimpulan kedua, mengenai basil pengukuran nilai OpVar dengan model dan metode berbeda dan menggunakan derajat kepercayaan sebesar 99% (persentil tinggi) didapat basil sebagai berikut :
Perbandingan Hasil Perhitungan OpVar
PWM
_ Hill dan
Moment LDA EVT Exp.Loss
GEV Rp 1O,96Miiyar Rp 186 Milyar Rp. 21 Milyar Rp. 45 M
GPD Rp 9 Milyar Rp 23 Milyar
Dari hasil perhitungan OpVar diatas dapat disimpulkan bahwa dengan Model LDA nilai OpVar yang diperoleh adalah yang paling rendah. Sehingga untuk perhitungan alokasi modal buat bank juga relatif tidak terlalu banyak seperti metode lainnya. Metode GPD dengan model gabungan Hill dan momen, dapat juga sebagai alternatif perhitungan OpVar, karena nilai OpVar yang diperoleh hampir sama dengan metode dari model LDA.
Hasil kesimpulan ketiga adalah bagaimana melakukan mitigasi risiko fraud melalui pengalokasikan modal untuk menutup risiko fraud dengan nilai sebesar nilai OpVar, maksudnya bila bank memilih menggunakan model EVT dengan estimasi parameter Hill dan metode momen, dalam metode Generalized Pardo Distribution, bank cukup menyediakan dana pengalokasian modal sebesar Rp 23 Milyar.

The aim of this thesis is to know how to measure operational risk. One of risk type in operational risk is banking fraud risk type. Bank is susceptible with this risk. The problem is how bank can predict this risk and then how to mitigate it. One of the way to measure which recommended by Bank Indonesia which appropriate with Basel Capital Accord 2 is an approach which named Internal Measurement Approach. In approach contains some measurement methods i.e. Extreme Value Theory model and Loss Distribution Approach model. Both can be used as instrument auxiliary in OpVar calculation. OpVar is measurement how much bank's capital amount can absorb the loss which caused by an operational risk using certain confident level.
In measuring fraud risk type, the both approach model for OpVar calculation have strengths and weaknesses. Both need estimation parameter, EVT use and a as a form of parameter, location and scale and the score of OpVar can be calculated directly. Whereas in LDA model, to measure the risk have to pass some steps like doing estimate parameter of frequency distribution and parameter of severity distribution. Both must be done with appropriate test to frequency distribution and severity distribution using Kolmogorv-Smirnov Test and Chi-Squared Test, through using the score of parameter estimation which already obtained through estimation process above. Third, using a simulation tool which named Monte Carlo simulation, can be calculated the score of OpVar by till in earlier parameters estimation scores from distribution of frequency of loss data and it's distribution of severity. To see whether LDA model proper enough to OpVar measurement, so back testing is need to do. EVT model with Generalized Pareto Distribution, which use Hill parameter estimation and average moment method and deviation standard moment yield lowest OpVar score, so to create capital allocation to cope this risk relatively lower and easier.
This research resumed that : Bank "X" have not yet use operational risk measurement especially for fraud risk. Fraud Risk measurement which suggested is by using Internal Measurement Model (IMA) to determine how much OpVar needed for a bank.
In calculating OpVar, methods which can be used i.e. EVT and LDA. They use loss data to count OpVar scores. Loss data can be historical 1 actual loss or expected loss through Monte Carlo process. Both method, EVT or LDA can be done easily and simply by calculation and simulation using Microsoft Excel software, with better managed database, of course. To implement kinds of risk need to be thoroughly, because it's manually. Calculation with EVT method, firstly done by estimating three parameters EVT named p, and cr. To estimate the three parameters we can use many way as follows :
a. P W M method
b. Hill estimator method to 4 parameter and usual moment distribution to parameter p, and cr .
c. POT and Block Maximum method
d. Hill estimator and PWM join method
While LDA method also can be used as alternative calculation OpVar, which used MC simulation.
Second conclusion, about the result of score OpVar measurement with different model and method and use the 90% degree of confident (the high percentage) yield as follows :
The comparison Calculation Result of OpVar :
PWM Hill and Moment LDA EVT Exp. Loss
GEV Rp. 10.96 billion Rp. 186 billion Rp. 21 billion Rp. 45 billion
GPD Rp. 9.00 billion Rp. 23 billion
From the above OpVar calculation can concluded that LDA model will get result the lowest amount of OpVar. So no need to calculate capital allocation for bank (relatively not to much like others method). GPD's method with joining_Hill and moments model, can be used as other alternative for OpVar calculation, because amount of OpVar obtained almost the same with method of LDA model.
The result of conclusion is how to mitigate fraud risk through capital allocation to close fraud risk with amount as big as OpVar amount, means if bank choose to use EVT model with Hill parameter and moment method estimation, in Generalized Pareto Distribution, bank provide fund allocation capital Rp. 23 billion enough.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Penelitian ini adalah tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum (Studi Kasus oleh Karyawan Citibank Indonesia : Melinda Dee). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganlisis penerapan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum khususnya Citibank Jakarta terkait kasus Fraud yang terjadi di internal bank tersebut.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian yuridis empiris. Metode penelitian secara empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum posistif atau perundang-undangan secara faktual pada peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
Tulisan ini merupakan studi kasus dan penelitian yang dilakukan secara lansung dengan wawancara kepada nara sumber dimana kasus fraud dan penerapan strategi anti fraud terjadi di internal bank khususnya Citibank Jakarta yang merupakan data primer, dan juga menggunakan studi kepustakaan dan bahan - bahan sekunder yang mendukung tesis ini.
Hasil penelitian ini menyimpulkan pilar pencegahan dinilai memiliki nilai yang sangat strategis diantara pilar yang diterapkan Bank Indonesia dalam Strategi Anti Fraud karena merupakan langkah awal yang sesuai dengan kepentingan bank dalam menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang propesional (good governance culture) tanpa adanya kecurangan (fraud).

This Study about the implementation of anti fraud strategy for commercial bank (case study by Citibank Employee : Melinda Dee). The purpose of this research is to analyze of the implementation of Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP on 9 Desember 2011 about the implementation of anti fraud strategy for commercial bank expecially Citibank Jakarta fraud in internal bank.
The methodology used in the study of empirical legal research methods. Methods of empirical research that examines the implementations or implementation of provisions of positive law or statutory law factually on certain events that happen in the community.
This paper in a case study and research interviews conducted directly with the source where cases of fraud and anti fraud strategy implementation occurs in particular internal bank Citibank Jakarta which is the primary data, and also the library and study materials-secondary materials that support this thesis.
The result of this study conclude prevention pillar considered to have value among the three pillars of Bank Indonesia applied the Anti-Fraud Strategy as in initial step in accordance with the bank's interest in creating a work environment and culture propfessionals (good governance culture) in the absence of fraud (fraud).
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T35384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Suadi
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan kondisi politik yang stabil membuat Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk investasi baik dari dalam maupun luar negeri. Meningkatnya Iaju perekenomian ini diikuti dengan berkembangnya industri bank ditunjang dengan sederetan paket deregulasi perbankan, seperti kemudahan untuk membuka bank, kemudahan membuka kantor cabang, perwakilan cabang bagi batik-bank asing mendorong meningkatnya jumlah bank di Indonesia. Jumlah besar ini tidak disertai oleh kualitas memadai.
Dengan adanya krisis moneter di Asia, yang dimulai dengan Thailand dan akhirnya timbul di Indonesia pada pertengahan talhm 1997, maka dalam wa.ktu 6 bulan terjadi penurunan nila · mata uang sebesar ± 80% terhadap dollar yang menyebabkan perubahan drastis terhadap kondisi per konomian Indonesia, yang sebelumnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Melihat perubahan strategi pemasaran dari strategi korporasi ke strategi retail yang dilakukan oleh Bank X sebelum waktu krisis mo eter, dimana manajemen melakukan banyak perubahan dalam perusahaan untu.K: engkomodasi perubahan tersebut. Perlu diteliti apakah perubahan tersebut telah cukup memadai untuk menyiasati kmidisi krisis saat ini ataukah Bank X harus melakukan penajaman atas strategi yang telah dilakukan.
Tulisan ini bertujuan untuk menemukan strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan yang sedang mempertahankan dirinya dari pengaruh krisis narnun tetap meningkatkan unjuk kerja produknya untuk memanfaatkan peluang yang ada dikondisi krisis tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>